Anda di halaman 1dari 3

Membangun Sektor Maritim Penggerak

Ekonomi Nasional
Posted October 4, 2016 in Opini

Oleh : Prof Dr Ir Hasan Sitorus MS


Kita harus mengakui bahwa pembangunan sektor maritim relatif tertinggal dibandingkan sektor
lainnya di tanah air. Hal ini disebabkan selama orde baru kebijakan pembangunan lebih
berorientasi kepada pemanfaatan sumberdaya di daratan (terestris).

Momentum reformasi telah membangkitkan kembali semangat membangun kemaritiman kita,


ketika Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) membentuk Departemen Eksplorasi Laut yang
sekarang kita kenal dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Pembangunan sektor maritim sudah mulai bangkit dan telah mampu memberikan kontribusi
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional yang tahun 2013 masih sekitar 4 %, dan
meningkat menjadi 8,37 % tahun 2015. Diharapkan kontribusi sektor maritim mencapai 30 %
PDB tahun 2025.

Oleh sebab itu, kita optimis bahwa sektor maritim akan menjadi masa depan Indonesia, terlebih-
lebih Presiden Joko Widodo telah menyatakan misinya untuk menjadikan Indonesia sebagai
poros maritim dunia.

Potensi sektor maritim yang dapat diandalkan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional
adalah subsektor perikanan, yang terdiri dari perikanan tangkap sebesar US $ 15 milyar/tahun,
budidaya laut senilai US $ 47,7 miliar/tahun, budidaya air payau sebesar US $ 10 miliar/tahun,
bioteknologi produk kelautan sekitar US $ 1,5 milyar/tahun, industri pengolahan ikan sebesar US
$ 5 milyar/tahun, energi terbarukan sekitar US $ 4 milyar/tahun, belum lagi jasa lingkungan laut
untuk subsektor pariwisata bahari, pelayaran, pelabuhan, galangan kapal dan lain-lain. Menurut
kajian Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT, 2016), potensi sektor maritim yang
dapat digali mencapai 1,33 triliun dolar AS atau sekitar 7 kali dari APBN tahun 2016.

Agar potensi sektor maritim dapat kita manfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, dibutuhkan
kebijakan dan rencana strategis pemerintah yang bersifat lintas sektoral (terpadu), karena
pemanfaatan sumberdaya maritim melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Oleh sebab itu,
keberadaan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman menjadi sangat penting untuk
mensinergikan program-program kementerian terkait secara terpadu.

Beberapa kebijakan yang harus dilakukan pemerintah secara bertahap untuk menjadikan sektor
maritim sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru adalah : 1) Pembangunan Infrastruktur
Maritim, 2) Peningkatan Kualitas SDM Kemaritiman, dan 3) Pembangunan Industri Maritim.

Infrasruktur Maritim
Kebijakan pembangunan infrastruktur maritim merupakan hal yang fundamental dan skala
prioritas dalam pembangunan maritim. Pembangunan pelabuhan laut sebagai bagian dari sistem
transportasi laut merupakan jantung kegiatan ekonomi maritim.

Pengembangan pelabuhan laut komersial bertaraf internasional yang mampu melayani kebutuhan
bongkar muat barang secara cepat dan efisien dengan kapasitas pelabuhan yang memadai, serta
utilitas pendukungnya yang modern akan memungkinkan peningkatan ekonomi maritim secara
signifikan.

Lebih dari itu, ekonomi maritim Indonesia akan semakin strategis, seiring pergeseran pusat
ekonomi dunia dari poros Atlantik ke Asia Pasifik. Hampir 70 persen total perdagangan dunia
berlangsung di antara negara-negara di Asia Pasifik, dan 45 % komoditas yang diperdagangkan
diangkut melalui alur laut kepulauan Indonesia

Disamping pembangunan pelabuhan laut komersial atau pelabuhan niaga, juga harus dipikirkan
pembangunan pelabuhan perikanan untuk kepentingan nelayan dan pengusaha perikanan, baik
untuk pendaratan hasil perikanan, tempat penyimpanan ikan (cold storage) dan untuk memenuhi
kebutuhan es, air bersih dan bahan bakar kapal.

Pelabuhan perikanan ini diharapkan disinggahi kapal-kapal asing untuk membeli hasil perikanan
kita. Bila hal ini dapat dilakukan dari Sabang sampai Merauke pada lokasi-lokasi yang strategis,
maka disamping memudahkan pemasaran dan ekspor produk perikanan, maka pelabuhan ini
dapat berfungsi sebagai konektivitas rantai pasok dan distribusi produk perikanan tangkap dan
budidaya laut secara nasional.

SDM Kemaritiman
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor penting dalam pembangunan sektor maritim
adalah peningkatan kualitas SDM kemaritiman baik di pusat maupun daerah. Untuk
meningkatkan SDM kemaritiman, maka beberapa upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah
:

a) peningkatan jumlah lembaga pendidikan kejuruan bidang kelautan dan perikanan,


b) peningkatan lembaga pendidikan tinggi yang mengelola bidang maritim, dan
c) pengembangan Pusat Pelatihan Maritim.

Peningkatan jumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kelautan dan Perikanan di berbagai
daerah yang memiliki potensi sumberdaya kelautan yang besar merupakan langkah strategis
dalam menyiapkan SDM kemaritiman untuk pembangunan sektor maritim.

Demikian halnya pendirian universitas, institut, atau politeknik maritim negeri di berbagai
wilayah di tanah air akan mampu menyiapkan tenaga ahli maritim yang handal dan mampu
bersaing secara global.

Selain itu, pengembangan Pusat Pelatihan Maritim (PPM) berbasis Standards of Training,
Certification, and Watchkeeping (STCW) akan memungkinkan para pelaut kita memiliki
sertifikat yang diakui secara internasional.
Berdasarkan estimasi dari KKP (2014) diperlukan 200 ribu tenaga terdidik bidang kelautan dan
perikanan per tahun untuk eksplorasi dan pengolahan hasil laut Indonesia, pada hal kemampuan
lembaga pendidikan tinggi kelautan dan perikanan hanya mampu memenuhi sekitar 5 % saja.

Oleh sebab itu, tidak mengherankan banyak tenaga asing bekerja di sektor maritim kita. Menurut
prediksi dari Persatuan Insinyur Indonesia (2014), dalam kurun waktu 2016 – 2020, Indonesia
masih kekurangan tenaga insinyur maritim atau teknik kelautan (maritime engineer) sebanyak
11.000 orang dalam rangka memenuhi kebutuhan implementasi program Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Oleh sebab itu, bila tenaga terdidik bidang kelautan dan perikanan yang memiliki kompetensi di
bidangnya tidak terpenuhi hingga tahun 2020, maka akan terjadi krisis SDM kemaritiman yang
mengancam perwujudan Indonesia sebagai poros maritim dunia.

Industri Maritim
Kebijakan ketiga adalah pengembangan industri maritim, mensyaratkan pemerintah harus
memberikan skim insentif bagi investor dalam dan luar negeri, seperti kemudahan perizinan
investasi, insentif pajak dan infrastuktur yang memadai serta kepastian hukum investasi.
Pengembangan industri maritrim mulai dari sektor hulu hingga hilir akan memberikan efek
multiplier yang beragam terhadap sub sektor lainnya sehingga dipastikan akan menyerap banyak
tenaga kerja.

Pembangunan galangan kapal yang mampu memproduksi kapal-kapal bertonase menengah ke


atas dan perbaikan kerusakan kapal menjadi salah satu program penting untuk mendorong
perkembangan industri maritim. Kondisi ini akan merangsang para pengusaha nasional untuk
bergerak dalam bisnis maritim, baik dalam jasa pengangkutan barang (logistik) atau industri
perikanan tangkap. Dengan cara seperti ini maka kita tidak ketergantungan dengan perusahaan
asing yang menjual atau menyewakan kapal-kapal niaga untuk aktivitas ekonomi maritim.

Selain itu, juga harus dikembangkan industri pengolahan produk perikanan, yang bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah (added value) produk perikanan, baik untuk kebutuhan
domestik maupun tujuan ekspor.

Oleh sebab itu, pemerintah harus mendorong sektor swasta untuk dapat mengembangkan industri
pengolahan, dengan menyediakan fasilitas pendukung seperti pusat suplai bahan baku ikan,
pasokan listrik yang memadai dan penyediaan lahan industri.

Kita menyadari bahwa dibutuhkan anggaran yang besar untuk pengembangan industri maritim.
Oleh sebab itu, pemerintah harus dapat menetapkan program prioritas dalam pembangunan
sektor maritim dengan harapan dapat memacu perkembangan subsektor lainnya yang sekaligus
terpadu dengan pengembangan kawasan ekonomi khusus atau pengembangan ekonomi wilayah
pesisir. Dengan cara seperti ini, maka sektor maritim dapat menjadi sumber pertumbuhan
ekonomi nasional yang bermuara kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
*)Penulis adalah Guru Besar Ilmu Kelautan dan Perikanan di Universitas Nommensen Medan

Anda mungkin juga menyukai