Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara rawan bencana alam di dunia. Berbagai
bencana alam diantaranya gempa bumi, tanah longsor, tsunami maupun
gunung meletus terjadi dari waktu ke waktu. Faktor ini tidak terlepas dari letak
geografis Indonesia yang di kelilingi oleh cincin api (ring of fire). Cincin api
adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung
berapi yang mengililingi cekungan samudera pasifik,
(www.google/cincinapi.2000).
Kejadian gempa dan tsunami di Indonesia terbukti banyak menelan
korban jiwa dan kerugian materil yang sangat besar. Bencana tsunami
terbesar di dunia dalam kurun waktu 100 tahun terakhir terjadi di Chili 1960
dengan magnitude gempa 9,5 Mw dan terjadi di Provinsi Nangro Aceh
Darussalam pada tanggal 26 Desember 2004 dengan kekuatan 9 Mw yang
mengakibatkan ratusan ribu korban jiwa dan melanda 7 negara di kawasan
Samudera Hindia. Hasil pembangunan hilang dalam sekejap. Peristiwa yang
sangat memilukan terjadi di bumi serambi Mekkah Aceh. Kurang lebih
500.000 nyawa melayang dalam sekejab di seluruh tepian dunia yang
berbatasan langsung dengan samudra Hindia. Di daerah Aceh merupakan
korban jiwa terbesar di dunia dan ribuan banguan hancur lebur, ribuan pula
mayat hilang dan tidak di temukan dan ribuan pula mayat yang di kuburkan
secara masal. photo Gempa terjadi pada waktu tepatnya jam 7:58:53 WIB.
Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km
sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini merupakan gempa Bumi
terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh.
Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu wilayah yang sering
terkena Bencana Alam diantaranya tanah longsor, banjir bandang dan gempa
bumi. Hujan yang mengguyur Kota Jailolo pada tanggal 12 agustus hingga 14
agustus 2008 ini, mengakibatkan banjir di kawasan Akelamo dan juga
beberapa desa sekitar, termasuk juga di pusat perkantoran di kawasan

1
Pemkab Halbar dan gedung DPRD setempat. Meski demikian aktivitas terus
berlanjut di kantor dewan itu. Jalan-jalan di kota Jailolo pun mulai dibuka
kembali dengan aktivitas. Sementara itu, aktivitas di sejumlah sekolah masih
lumpuh. Para siswa terpaksa diliburkan karena ruangan-ruangan kelas di
sekolah tersebut masih dalam kondisi memprihatinkan akibat dipenuhi lumpur.
Begitu juga di sejumlah bangunan sekolah yang sempat digenangi banjir
(www.portal.malutpost.co.id). Banjir besar juga terjadi dipertengahan Tahun
2010 tepatnya pada tanggal 18 Juni, hujan deras yang mengguyur Kota
Jailolo dan sekitarnya kamis sore hingga jumat pagi mengakibatkan
terjadinya banjir dan tanah longsor di beberapa titik di jalan raya Jailolo-
Sidangoli. Salah satu kejadian tanah longsor, terjadi di gunung Manyasal
Jailolo-Sidangoli yang menyebabkan terhambatnya jalur perhubungan dan
juga memakan korban jiwa. Hujan yang terjadi selama 2 hari itu juga
menyebabkan robohnya beberapa pohon di pinggiran jalan hingga menutupi
sebagian ruas jalan raya (www.IndonesiaBicara.com). Akhir tahun 2015
gempabumi yang berlangsung terus menerus di wilayah Kabupaten
Halmahera Barat, sejak awal November 2015 hingga 5 Desember 2015
masihterjadi. Total aktivitas gempa bumi sudah mencapai 1001 kejadian
dengan kekuatan kurang dari M=5,0 Skala Richter. Hasil pemutakhiran data
hingga 5 Desember 2015 menunjukkan aktivitas seismic terkonsetrasi di
daerah kecamatan Jailolo dan sekitarnya. Aktivitas seismik ini unik,
membentuk klas terseismisitas yang berpusat di Gunung Jailolo dan
sekitarnya.
Evakuasi korban gempa bumi yang dilakukan instansi-instansi terkait
dalam hai ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan
Search and Rescue Nasional (BASARNAS), dan Taruna Siaga Bencana
(TAGANA) hanya mendirikan tenda-tenda darurat ditambah dua unit rumah
papan (barak) sebagai tempat pengungsian sementara, berdasarkan
informasi dari situs web, Klimatologi dan Geofisika (www.bmkg.go.id),
rangkaian gempa bumi di area ini sudah mulai muncul sejak bulan Oktober,
dan mengalami peningkatan yang sangat banyak di pertengahan bulan
November. Pada tanggal 20 November 2015 pukul 21:50:42 WIB (23:50:42

2
WIT), terjadi gempabumi dengan Magnituda 4,8 Skala Richter di koordinat
127,45 Bujur Timur dan 1,1 Lintang Utara. Gempabumi ini merusak 934
rumah dan mengakibatkan sekitar 9.610 warga mengungsi (Sumber: BNPB).
Sarana dan prasarana yang dibangun, tidak memadai untuk
penampungan pengungsi karena keterbatasan ruangan, fasilitas darurat
maupun sarana penunjang lainnya tidak tersedia. Oleh karena itu, dibutuhkan
wadah yang dapat mengakomodasi dan memfasilitasi kebutuhan tersebut.
Untuk mencapai cita-cita tersebut maka diperlukan suatu desain yang dapat
merangkum sejumlah sarana penunjang. Selain itu perencanaan penataan
ruang luar yang hijau pada perancangan Pusat Penanggulangan Bencana
Alam (PPBA) di Jailolo nantinya dapat menciptakan kesan sejuk, segar,
nyaman, dan dapat mengurangi rasa trauma,serta upaya untuk memunculkan
langgam arsitektur tradisonal Maluku Utara dengan pendekatan pada unsur
rupa dan estetika.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana merancang Pusat Penanggulangan Bencana Alam.
2. Bagaimana merancang Pusat Penanggulangan Bencana Alam dengan
pendekatan Sustainable Architecture sebagai acuannya.

1.3 Tujuan dan Manfaat Perancangan


1.3.1 Tujuan Perancangan:
1. Untuk merancang Pusat Penanggulangan Bencana Alam.
2. Untuk merancang Pusat Penanggulangan Bencana Alam dengan
pendekatan Sustainable Architecture sebagai acuannya.
1.3.2 Manfaat Perancangan:
1. Menjadi tujuan masyarakat untuk melaporkan segala aktivitas alam
sekitarnya.
2. Membantu pemerintah untuk menjaga alam sekitar.
3. Sebagai referensi data bencana yang terjadi di Kota jailolo.

3
1.4 Ruang Lingkup Perancangan
1.4.1 Ruang lingkup objek
1. Ruang lingkup dari pembahasan ini dibatasi pada lingkup perancangan
pusat penanggulangan bencana yang dititik-beratkan pada fungsi, bentuk
dan tampilan bangunan.
2. Perancangan Pusat Penanggulangan Bencana Alam ini di peruntukan di
Kota Jailolo, Kabupaten halmahera barat.
1.4.2 Ruang lingkup tema
Batasan tema Perancangan Pusat Penanggulangan Bencana Alam ini
difokuskan pada Citra dan Ciri-ciri Sustainable Architecture menurut Yanita
Mila Ardiani sebagai acuannya.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika pembahasan yang tertuang dalam bab per bab,
sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan
Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
perancangan, batasan perancangan, dan sistematika pembahasan.

BAB II. Tinjauan Teori


Memuat gambaran umum dan teori dasar yang menyangkut dengan
perancangan pusat penanggulangan bencana alam yang nantinya dapat
menciptakan desain sesuai dengan studi komparasi.

BAB III. Metode Perancangan


Menguraikan secara terperinci terkait dengan perancangan yang
dilakukan dan disusun secara sistematis dan logis yang didalamnya terdapat
pembahasan terkait dengan Lokasi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,
Sumber Data, Analisa Data, Konsep Rancangan serta Kerangka Fikir.

4
BAB IV. Tinjauan Objek Perancangan
Menguraikan tentang tinjauan terkait dengan lokasi perencangan dan
tinjuan khusus objek rancangan.

BAB V. Analisa dan Konsep Perancangan


Berisi tentang dasar-dasar pemikiran serta uraian transformasi dari suatu
pemahaman teoritis kearah analisa berisi tentang pengkajian dengan sketsa-
sketsa ide atau transformasi bentuk.

BAB VI. Kesimpulan dan Saran


Berisi tentang kesimpulan hasil analisis dari konsep perencanaan serta
saran yang berkaitan dengan penyempurnaan di penjelasan rumusan
masalah.

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai