Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1
Pemkab Halbar dan gedung DPRD setempat. Meski demikian aktivitas terus
berlanjut di kantor dewan itu. Jalan-jalan di kota Jailolo pun mulai dibuka
kembali dengan aktivitas. Sementara itu, aktivitas di sejumlah sekolah masih
lumpuh. Para siswa terpaksa diliburkan karena ruangan-ruangan kelas di
sekolah tersebut masih dalam kondisi memprihatinkan akibat dipenuhi lumpur.
Begitu juga di sejumlah bangunan sekolah yang sempat digenangi banjir
(www.portal.malutpost.co.id). Banjir besar juga terjadi dipertengahan Tahun
2010 tepatnya pada tanggal 18 Juni, hujan deras yang mengguyur Kota
Jailolo dan sekitarnya kamis sore hingga jumat pagi mengakibatkan
terjadinya banjir dan tanah longsor di beberapa titik di jalan raya Jailolo-
Sidangoli. Salah satu kejadian tanah longsor, terjadi di gunung Manyasal
Jailolo-Sidangoli yang menyebabkan terhambatnya jalur perhubungan dan
juga memakan korban jiwa. Hujan yang terjadi selama 2 hari itu juga
menyebabkan robohnya beberapa pohon di pinggiran jalan hingga menutupi
sebagian ruas jalan raya (www.IndonesiaBicara.com). Akhir tahun 2015
gempabumi yang berlangsung terus menerus di wilayah Kabupaten
Halmahera Barat, sejak awal November 2015 hingga 5 Desember 2015
masihterjadi. Total aktivitas gempa bumi sudah mencapai 1001 kejadian
dengan kekuatan kurang dari M=5,0 Skala Richter. Hasil pemutakhiran data
hingga 5 Desember 2015 menunjukkan aktivitas seismic terkonsetrasi di
daerah kecamatan Jailolo dan sekitarnya. Aktivitas seismik ini unik,
membentuk klas terseismisitas yang berpusat di Gunung Jailolo dan
sekitarnya.
Evakuasi korban gempa bumi yang dilakukan instansi-instansi terkait
dalam hai ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan
Search and Rescue Nasional (BASARNAS), dan Taruna Siaga Bencana
(TAGANA) hanya mendirikan tenda-tenda darurat ditambah dua unit rumah
papan (barak) sebagai tempat pengungsian sementara, berdasarkan
informasi dari situs web, Klimatologi dan Geofisika (www.bmkg.go.id),
rangkaian gempa bumi di area ini sudah mulai muncul sejak bulan Oktober,
dan mengalami peningkatan yang sangat banyak di pertengahan bulan
November. Pada tanggal 20 November 2015 pukul 21:50:42 WIB (23:50:42
2
WIT), terjadi gempabumi dengan Magnituda 4,8 Skala Richter di koordinat
127,45 Bujur Timur dan 1,1 Lintang Utara. Gempabumi ini merusak 934
rumah dan mengakibatkan sekitar 9.610 warga mengungsi (Sumber: BNPB).
Sarana dan prasarana yang dibangun, tidak memadai untuk
penampungan pengungsi karena keterbatasan ruangan, fasilitas darurat
maupun sarana penunjang lainnya tidak tersedia. Oleh karena itu, dibutuhkan
wadah yang dapat mengakomodasi dan memfasilitasi kebutuhan tersebut.
Untuk mencapai cita-cita tersebut maka diperlukan suatu desain yang dapat
merangkum sejumlah sarana penunjang. Selain itu perencanaan penataan
ruang luar yang hijau pada perancangan Pusat Penanggulangan Bencana
Alam (PPBA) di Jailolo nantinya dapat menciptakan kesan sejuk, segar,
nyaman, dan dapat mengurangi rasa trauma,serta upaya untuk memunculkan
langgam arsitektur tradisonal Maluku Utara dengan pendekatan pada unsur
rupa dan estetika.
3
1.4 Ruang Lingkup Perancangan
1.4.1 Ruang lingkup objek
1. Ruang lingkup dari pembahasan ini dibatasi pada lingkup perancangan
pusat penanggulangan bencana yang dititik-beratkan pada fungsi, bentuk
dan tampilan bangunan.
2. Perancangan Pusat Penanggulangan Bencana Alam ini di peruntukan di
Kota Jailolo, Kabupaten halmahera barat.
1.4.2 Ruang lingkup tema
Batasan tema Perancangan Pusat Penanggulangan Bencana Alam ini
difokuskan pada Citra dan Ciri-ciri Sustainable Architecture menurut Yanita
Mila Ardiani sebagai acuannya.
BAB I. Pendahuluan
Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
perancangan, batasan perancangan, dan sistematika pembahasan.
4
BAB IV. Tinjauan Objek Perancangan
Menguraikan tentang tinjauan terkait dengan lokasi perencangan dan
tinjuan khusus objek rancangan.
Daftar Pustaka