menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit di bawah nilai yang
normal diberikan pada individu. (2) Keadaan kadar hemoglobin, hematokrit dan
jumlah eritrosit lebih rendah dari nilai normal sebagai akibat dari defisiensi salah
satu atau beberapa makanan yang esensial yang mempengaruhi timbulnya
defisiensi tersebut. (3) Anemia gizi besi (AGB) adalah anemia yang terjadi karena
kebutuhan besi untuk eritrosis tidak cukup, biasanya ditandai dengan eritrosit yang
mikrositik, hipokrom, kadar besi serum rendah, saturasi transferin mengurang, dan
tidak adanya besi pada sumsum tulang dan tempat cadangan besi yang lain.
SEBAB-SEBAB ANEMIA
Ada tiga faktor terpenting yang menyebabkan orang menjadi anemia, yaitu
kehilangan darah karena perdarahan, kerusakan sel darah merah dan produksi sel
darah merah tidak cukup banyak.
Pendarahan
Seseorang dapat menjadi anemia karena perdarahan dan kehilangan sel sel darah
merah dari tubuhnya. Perdarahan dapat terjadi eksternal maupun internal.
Pendarahan mendadak dan banyak disebut perdarahan eksternal, misalnya pada
waktu kecelakaan.
Perdarahan dapat pula terjadi karena racun, obat-obatan atau racun binatang yang
menyebabkan penekanan terhadap pembuatan sel sel darah merah. Adapula
perdarahan kronis, yaitu perdarahan sedikit demi sedikit, tapi terus menerus.
Penyebabnya antara lain; kanker pada saluran pencernaan, tukak lambung, wasir
dan lain lain. Perdarahan yang terus menerus ini dapat menyebabkan anemia.
Pada beberapa penyakit misalnya malaria dan talasemia, sel sel darah merah
dirusak di dalam pembuluh darah. Ini menyebabkan anemia hemolitik. Bila sel sel
darah merah rusak di dalam tubuh, besi yang ada di dalamnya tidak hilang, tetapi
tetap dapat digunakan kembali untuk membentuk sel sel darah merah yang baru.
Karena itu untuk anemia jenis ini, pemberian besi kurang bermanfaat. Tetapi asam
folat di dalam sel sel darah merah yang telah rusak tidak dapat digunakan lagi, jadi
asam folat diperlukan di dalam pengobatan anemia hemolitik.
Umur sel darah merah kira kira 120 hari, sumsum tulang mengganti sel darah
merah yang tua membuat sel darah merah yang baru. Kemampuan membuat sel
darah merah baru sama cepatnya dengan banyaknya sel darah merah tua yang
hilang, sehingga jumiah sel darah merah dipertahankan selalu cukup banyak di
dalam darah.
Bila tidak tersedia cukup banyak zat gizi yang diperlukan, maka terjadi gangguan
pembuatan sel darah merah baru. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena
makanan yang dikonsumsi tidak cukup banyak mengandung zat gizi, atau karena
kesalahan pencernaan yang tidak dapat mengabsorpsi dengan baik zat zat itu
sehingga banyak zat gizi yang terbuang bersama kotoran. Bila keadaan ini
berlangsung lama, maka yang bersangkutan dapat menjadi anemia. Anemia yang
diderita karena kekurangan zat gizi ini disebut anemia gizi.
EPIDEMIOLOGI ANEMIA
Prevalensi Anemia
Anemia merupakan masalah yang dihadapi oleh banyak negara, baik negara maju
maupun berkembang. Di negara maju prevalensi anemia tergolong relatif rendah
dibandingkan dengan negara berkembang yang diperkirakan mencapai 90 % dari
semua individu.
Beberapa peneliti dan laporan menyatakan bahwa anemia gizi besi merupakan
prevalensi yang paling tinggi dari berbagai anemia gizi, dan hampir separuh dari
semua wanita di negara berkembang menderita anemia.
Klasifikasi Anemia
Dalam melakukan klasifikasi pada anemia setiap peneliti maupun penulis berbeda
antara yang satu dengan lainnya dalam mengklasifikasikan anemia di daerah tropik
sebagai berikut:
http://www.kesimpulan.com/2009/04/sebab-sebab-dan-epidemiologi-anemia.html