Anda di halaman 1dari 1

Kebutuhan tanah setiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk yang

cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk disebabkan oleh beberapa faktor seperti arus urbanisasi dan
pertumbuhan secara alami. Kebutuhan akan lingkungan, tempat tinggal yang baik dan kegiatan
perekonomian masyarakat, memerlukan ruang dalam pelaksanaannya, sementara luas tanah relatif
tetap. Hal ini membuat manusia dituntut untuk melakukan pengelolaan penggunaan lahan secara
efektif dan efisien untuk mendapatkan hasil yang optimum. Pengelolaan penggunaan lahan harus
berawal dari perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan segala parameter yang terkait
dan saling mempengaruhi satu sama lainnya (Syahid, 2003).

Daerah perkotaan identik dengan jumlah penduduk yang tinggi dan penggunaan lahan didominasi
oleh lahan terbangun. Tingginya jumlah penduduk ini mengakibatkan kebutuhan penduduk akan
ruang terutama ruang yang semakin tinggi terutama untuk lahan terbangun. Hal ini pada akhirnya
akan menjadi pemicu terjadinya konversi lahan dari lahan non terbangun menjadi lahan terbangun
(Anonim, 2012). Tujuan dari penataan ruang dimaksudkan untuk mencapai kondisi aman, nyaman,
produktif dan berkelanjutan. Untuk dapat menjaga konsistensi dari pemanfaatan ruang terhadap
rencana tata ruang wilayah, setiap pemerintah kota memerlukan upaya pemantauan terhadap
pemanfaatan ruang yang berjalan serta mengevaluasi kesesuaian dari pemanfaatan ruang terhadap
rencana tata ruang wilayahnya (Anonim, 2007).

Kondisi tata ruang Kalimantan Selatan yang telah ada sekarang merupakan bagian dari Perda
No 9 Tahun 2015 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Sehingga
untuk membuktikan apakah kondisi tersebut sesuai atau mengalami perubahan maka dari uraian
diatas dilakukan evaluasi konversi pemanfaatan ruang Provinsi Kalimantan Selatan.

Anda mungkin juga menyukai