Anda di halaman 1dari 8

TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

Seiring dengan perubahan iklim (climate change) transportsi berkelanjutan


menjadi sesuatu hal yang wajib dipatuhi dalam setiap perencanaan siatem transportasi.
Sistem transportasi berkelanjutan (sustainable transportasion) menjadi sebuah jawaban
dari tantangan yang dihadapi planner dan menjadi trend dalam dewasa ini, perkembangan
kota biasanya dibarengi dengan masalah kemacetan lalu-lintas dan polusi udara. Strategi
apa yang harus ditempuh untuk mengatasi hal tersebut merupakan perdebatan yang
panjang. Para pendukung new urbanism percaya bahwa kemacetan dan polusi bisa
ditanggulangi dengan memaksakan lebih banyak orang dan kendaraan dalam kawasan
yang sempit. Dengan lebih terkonsentrasi, penyediaan angkutan umum bisa lebih baik dan
efisien, sehingga orang akan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan cenderung
menggunakan angkuatan umum, bersepeda atau berjalan kaki. Sebaliknya budaya sub
urban dengan gagasan urban sprawl menganggap bahwa kemacetan disebabkan karena
terlalu banyaknya kendaraan di wilayah yang sempit, dan pada gilirannya kemacetan
memperparah polusi. Oleh karena itu kota harus dibiarkan berkembang menyebar, untuk
menyebar lalu-lintas dan tidak terfokus pada satu satu kota saja.

Ada tiga pilar yang menyokong keseimbangan sistem lalu-lintas di wilayah kota,
yaitu: perencanaan guna lahan, pembatasan lalu-lintas mobil pribadi, dan pengembangan
transportasi umum. Ketiga pilar ini harus seimbang, karena hanya dengan kombinasi yang
seimbang sistem dapat berhasil. Dari ketiga pilar tersebut, yang pertama, perencanaan
guna lahan, khususnya yang menyangkut kebijakan kepadatan kota (urban density),
merupakan kajian yang menarik. Kebijakan tentang kepadatan kota bukan merupakan
kebijakan transportasi, tetapi kebijakan ini mempunyai dampak, langsung dan tak-
langsung, terhadap sistem transportasi kota. Masalahnya menjadi menarik bukan
sematamata karena hubungannya dengan sistem transportasi saja, tetapi lebih karena
dampaknya terhadap sistem pembangunan berkelanjutan secara umum. Walaupun konsep
kota yang padat dianggap sebagai kesadaran baru ke arah pembangunan yang
berkelanjutan, untuk mengakhiri kecenderungan pemekaran kota yang tak terkendali
(urban sprawl) yang dianggap tidak lestari (unsustainable), bukan berarti konsep tersebut
tidak mendapat tantangan.

1
Seluruh konsep perencanaan tentang sistem transportasi akan mengarah pada suatu
kebijakan yamg menjadi keputusan pemerintah terkait sebagai pemimpin suatu negara
atau wilayah dan memberikan perubahan yang apik bagi tatanan moda transportasi yang
telah ada sebelumnya. Sekalipun kebijakan tersebut mengarah pada suatu perubahan yang
positif tanpa adanya sanksi yang tegas dan real tidak akan memberikan perubahan yang
berarti untuk menjawab segala permasalahan yang ada dan menjadi momok yang terus
membayangi sistem tranportasi yang ada. Kebijakan transportasi haruslah didasari oleh
visi sistem lalu lintas dan angkutan umum berkelanjutan. Sistem transportasi haruslah
berjalan baik sepanjang waktu. Pengertian berjalan baik adalah proses perpindahan
berjalan lancar, aman, nyaman dan juga harus efisien. Dengan kata lain permintaan akan
kebutuhan transportasi harus diimbangi dengan penyediaan prasarana transportasi secara
proposional.

Sistem transportasi berkelanjutan merupakan sistem yang dapat memenuhi rasa


keadilan yaitu dengan mengakomodasi kebutuhan atau permintaan akan aksesibilitas
semua pengguna jalan dengan aman dan nyaman; memenuhi tingkat efisiensi sumber daya
alam, baik dalam hal pemanfaatan sumber daya energi maupun pemanfaatan ruang; dapat
dikelola secara transparan dan partisipatif; serta menjamin kesinambungan untuk generasi
mendatang (Suwardi, 2006, RPJMD-Jatim, 2006-2008).

MEMPERTIMBANGKAN MODA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN

Perbedaan moda transportasi akan memberikan efek yang berbeda pada


lingkungan. Maka perlu ada kebijakan untuk menciptakan transportasi berkelanjutan
dengan menjalankan sistem hirarki prioritas moda transportasi berdasarkan sifat
keberlanjutan dari tiap-tiap moda. Menetapkan pedestrian (pejalan kaki) dan pengendara
sepeda pada hirarki prioritas teratas, diikuti pada hirarki selanjutnya moda transportasi
publik dan pada hirarki akhir adalah kendaraan bermotor pribadi.

Moda berjalan kaki dan bersepeda memiliki sejumlah keuntungan sehingga


menempatkan keduanya sebagai moda yang paling menyokong keberlanjutan.
Keuntungan-keuntungan tersebut adalah:
2
1. Tidak seperti kendaraan bermotor, berjalan kaki dan bersepeda tidak menimbulkan
pencemaran
2. Bahkan berjalan kaki dan bersepeda adalah sebagai aktivitas menyehatkan. Hampir
semua orang bisa berjalan kaki, jadi moda ini tersedia bagi kalangan masyarakat
luas dan dalam berbagai lapisan masyarakat
3. Berjalan kaki memungkinkan adanya interaksi sosial dan meningkatkan daya
hidup sebuah area perkotaan
Hal ini berarti berjalaan kaki adalah moda transportasi yang tidak hanya
mendukung pandangan hemat energy dan menjaga lingkungan, teapi bahkan berpotensi
berkontribusi terhadap keberlanjutan ekonomi dan sosial.
Transportasi umum atau publik dapat ditempatkan menjadi pelengkap moda
transportasi ramah lingkungan. Untuk keefektifan transportasi umum megharuskan adanya
trade-off, disatu pihak pengeluaran biaya tinggi untuk skema kereta listrik tunggal harus
dilakukan dan hal itu lebih baik dibandingkan pendanaan berkali-kali untuk peningkatan
transpotasi bus skala kecil. Sebaliknya jika peningkatanbus skala kecil ini tidak cukup
untuk menarik pengguna mobil pribadi, maka akan sedikit bahkan tidak ada keuntungan
bagi lingkungan. Pada akhirnya, harga yang mahal sistem kereta listrik yang canggih
mungkin dibutuhkan umtuk menarik penduduk keluar dari mobilnya.
Memajukan konsep hirarki moda berjalan, bersepeda dan transporrtai umum
terlihat seperti hal yang lazim, biasa dan pantas dihargai, padahal hirarki tersebut relatif
baru diterima. Sebelumnya perhatian dan prioritas terbesar di berikan pada kendaraan
bermotor pribadi. Telah terjadi perubahan untuk merencanakan sistem transportasi,
perubahan inidapat direpresentasikan dari serangkaina perubahan dari pendekatan
konvensional ke pendekatan berorientasi keberlanjutan

Tabel 1. Perbedaan pendekatan untuk penetapan sistem transportasi

Pendekatan Konvensional Pendekatan berorientasi berkelanjutan

3
Fokus hanya pada perencanaan transport Lebih holistik, termasuk disiplin perkotaan
dan lalu lintas dari segi keteknik-an dan linkungan, juga ahli transportasi

Berorientasi pada lalu lintas dan terutama Berorientasi pada masyarakat (berkendara
pada mobil maupun berjalan kaki)

Konsen lebih kepada pergerakan dalam Konsen kepada pergerakan lokal


skala besar/jauh, tapi mengabaikan ,aksesibilitas dalam sekala kecil
perjalanan-perjalanan lokal

Fokus pada jalan sebagai urat nadi Konsen yang lebih luas terhadap jalan
pergerakan sebagai fungsi ruang umum yang
digunakan untuk berbagai aktivitas dan dan
berbagai tujuan lebih dari hanya fungsi
pergerakan.

Desain berdasar efisiensi lalu lintas dan Desain berdasar peredaan lalu lintas,
mefasilitasi arus lalu lintas melemahkan lalu lintas saat dibutuhkan

Pemisahan antara pedestrian dan kendaraan Integrasi antara pedestrian dan ruang
berkendara yang tepat

Evaluasi di pusatkan pada kriteria ekonomi Evaluasi di pusatkan pada kriteria sosial
dan lingkungan

Sumber: Marshall, 2001. The Challenge of Sustainable Transportation

Kebijakan-Kebijakan Pendukung Transportasi Berkelanjutan

Pembangunan sistem transportasi berada pada jalur dan arah yang benar jika telah
dilakukan pendekatan-pendekatan berorientasi pembangunan berkelanjutan. Maka
seelanjutnya kebijakan -kebijakan yang dapat mendukung keberlanjutan sistem

4
transportasi perlu dipikirkan. Kebijakan tersebut tidak selamanya berukuran teknik, tetapi
juga harus memasukkan kemungkinan-kemungkinan politik, pilihan konsumen, realita
keinginan melanjutkan mobilitas dan pertumbuhan ekonomi yang cenderung berlari
berlawanan dengan arah keberlanjutan.
Kebijakan-kebijakan pendukung tersebut terdiri dari 3 bagian, yaitu dengan
mengganti moda perjalanan, dapat mengganti pola spasial perjalanan, mengganti
kebutuhan untuk melakukan perjalanan.

1. Mempromosikan moda yang lebih ramah lingkungan


Untuk mempromosikan moda-moda ramah lingkungan dapat dilakukan dengan :
a). meningkatkan penggunaan moda paling ramah lingkungan yang implikasinya adalah
penggunaan moda perjalanan kaki dan bersepeda
b). mengurangi penggunaan moda yang kurang ramah lingkungan dengan implikasi
mengurangi penggunaan mobil dan perjalanan udara
c). membuat moda yang ‘greener’, implikasinya membuat moda individual lebih bersih
dan lebih hijau misalnya dengan bantuan teknologi yang bersih.
Beberapa usaha yang dipat dilakukan untuk mengurangi emisi gas buang
(Sjafruddin, Al-Rasyid, 2000) antara lain dengan :
a. Modifikasi mesin seperti penyetelan mesin dan pemeliharaan yang baik, penyiapan
rasio udara/bahan bakar dan campuran, waktu pengapian, desain ruang bakar dan
rasio kompresi, injeksi bahan bakar, desain ruang bakar, turbocharging, pada mesin
diesel untuk mengurangi partikel dan resirkulasi gas buang untuk mengurangi emisi
NOx.
b. Penanganan gas buang seperti catalytic converter: reduction catalyst untuk
mengurangi emisi NOx serta oxidation catalyst untuk HC dan CO, reaktor termal :
untuk mengoksidasi emisi HC dan CO dari Mesin.

c. Modifikasi bahan bakar seperti unleaded fuel (BBM tanpa timbal), fuel extenders
sebagai penggantian timbal pada BBM dengan komponen beroktan tinggi, seperti
MTBE (methyl tertiary butyl alcohol), TBA (tertiary butyl alcohol), jenis
alkohol/ether lainnya, alternatif bahan bakar seperti alkohol, LPG, CNG (Compressed
Natural Gas).
d. Jenis kendaraan baru atau alternatif sumber tenaga yang penggunaannya dapat berupa
turbin gas (brayton) yang bersifat hemat bahan bakar, emisi rendah, adaptasi terhadap

5
beberapa jenis bahan bakar; stirling yang bersifat efisiensi bahan bakar tinggi,
adaptasi terhadap beberapa jenis bahan bakar; mesin uap (rankine) yang mempunyai
sifat emisi rendah, adaptasi terhadap beberapa jenis bahan bakar, tapi tidak hemat
BBM. Selain itu, penggunaan tenaga listrik dan tenaga matahari juga dapat dilakukan.
Di bawah ini di sajikan beberapa pilihan kebijakan yang dapat mendukung
penggunaan moda yang lebih ramah lingkungan
Tabel 2. Kebijakan-kebijakan transportasi dalam kontribusi terhadap moda ramah lingkungan
Kebijakan Transportasi Potensi Kontribusi Terhadap
Pembangunan berkelanjutan
Menggencarkan Moda Berjalan kaki Dapat mengurangi perjalanan kendaraan
(pedestrianisasi) bermotor dan penggunaan energi
Menggencarkan Bersepeda ( membuat jalur Dapat mengurangi perjalanan kendaraan
khusus bersepeda, subsidi perusahaan bermotor dan penggunaan energi
sepeda)
Menggencarkan Transportasi publik Dapat mengakomodasi lebih banyak
(prioritas terhadap transportasi publik, jalan perjalanan penumpang dengan lebih sedikit
khusus untuk bus, taman dan area bersepeda kendaraan pribadi, lebih sedikit energy dan
yang terintegrasi) lebih sedikit ruang
Mengenakan Biaya parkir yang tinggi dan Dapat mengurangi permintaan dan keinginan
pembatasan kapasitas parkir akan perjalanan
Pajak bahan bakar Dapat mengurangi kendaraan pribadi dan
menggencarkan kendaraan yang lebih bersih
dan efisien
Teknologi kendaraan ramah lingkungan Dapat mereduksi emisi dan konsumsi energi
Teknologi bahan bakar ramah lingkungan Dapat mereduksi emisi dan konsumsi energi
Sumber: Marshall, 2001. The Challenge of Sustainable Transportation

Permasalahan lainnya yang harus ditemukan solusinya adalah pemisahan keruangan


antara aktivitas manusia dengan distribusi penggunaan lahan, yang diantaranya dapat
diselesaikan dengan kebijakan perencanaan kota.

2. Kebijakan perencanaan kota berkontribusi terhadap transportasi


Sejumlah perencanaan kota dapat berpengaruh terhadap permintaan atau keinginan
akan perjalanan. Maka diperlukan pendekatan terpadu dalam membangun sistem
transportasi, yaitu dengan membangun pola sistem transportasi terpadu ke dalam struktur
dan pola kota.

6
Dibawah ini beberapa kebijakan Tata guna lahan potensial berkontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan
Tabel 3. Kebijakan-kebijakan transportasi dalam kontribusi terhadap moda ramah lingkungan

Kebijakan Tata guna Lahan Potensi Kontribusi Terhadap


Pembangunan berkelanjutan

Compact City atau pemadatan dan Dapat mengurangi jarak perjalanan, jika telah
pengkonsentrasian segala aktivitas dan ada pengurangan jarak ini,maka bersepeda
fasilitas pada area yang terbatas dan berjalan kaki menjadi pilihan alternatif
yang memungkinkan penggantian mobil.
Penggunaan lahan bercampur Dapat memungkinkan jarak perjalanan
dikurangi misalnya perjalanan untuk bekerja.

Lokasi permukiman dekat dengan fasilitas Dapat terlokalisir dan meminimumkan


umum keseluruhan perjalanan
Pengembangan berjalan dan bersepeda Dapat meningkatkan moda bersepeda dan
yang friendly termasuk di dalamnya berjalan kaki
desain bangunan, ruang terbuka dan rute
yang dapat mendukung pengembangan
kebijakan ini
Berorientasi pada pengembangan Mendekatkan rumah dan area bisnis dengan
transportasi publik noda-noda transport atau koridor transportasi
umum dan dapat mengubah penggunaan
mobil pribadi
Sumber: Marshall, 2001. The Challenge of Sustainable Transportation

3. Mengurangi kebutuhan untuk melakukan perjalanan


Kebijakan ketiga ini tidak seperti dua kebijakan terdahulu, yang mungkin juga
dapat mengurangi perjalanan secara luas. Kebijakan ke tiga ini secara langsung bertujuan
langsung untuk mensubstitusi perjalanan, atau dengan kata lain mengurangi perjalanan
dengan mengganti tipe perjalanan dan waktu perjalanan. Pemegang peranan pada
kebijakan berikut lebih besar dimainkan oleh pihak individu-inividu masyarakat atau
organisasi-organisasi masyarakat daripada peran perencana transportasi. Beberapa
kebijakan berikut sebenarnya cukup inovatif, dan kontribusi kebijakan-kebijakan ini
terhadap keberlanjutan belum sepenuhnya terevaluasi dengan baik. Berikut ini beberapa
kebijakan-kebijakan tersebut.

7
Tabel 4. Kebijakan-kebijakan transportasi lain untuk mengurangi tingkat perjalanan

Kebijakan Tata guna Lahan Potensi Kontribusi Terhadap


Pembangunan berkelanjutan

Home shopping Dapat mengganti perjalanan beberapa


pebelanja dengan pemesanan antar
Teleworking Dapat memutus perjalanan keluar kantor
dan mengefisiensi jam kerja kantor.
Off-peak travel ( mengubah jam Dapat memutus kemacetan.
perjalanan tidak waktu puncak
kemacetan)
Klub mobi/ berbagi kepemilikan Dapat membatasi kepemilikan mobil dan
mengurangi keinginan perjalanan dengan
mobil
Sumber: Marshall, 2001. The Challenge of Sustainable Transportation

Terkait dengan alternatif pilihan lain di atas, memasuki era telekomunikasi yang
semakin canggih, ada harapan yang memungkinkan berkurangnya tingkat perjalanan yang
menjadi sumber permasalahan transportasi. Sektor ini berpeluang lewat komunikasi
elektronik yang dapat mensubtitusi perjalanan fisik. Pada sektor ini pula harapan
pertumbuhan ekonomi masih ada, karena kegiatan bisnis, transaksi perdagangan, pendikan
masih dapat dilakukan, segaligus mereduksi jumlah arus perjalanan fisik.

Anda mungkin juga menyukai