KEKHUSUSAN
Diajukan untuk memenuhi tugas final mata kuliah Teori Konflik dan Perubahan
Sosial
Oleh kelompok 8:
Dosen Pembimbing:
Sembah sujud kami sebagai penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah
dan rahmat-Nya lah sehingga paper ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan paper ini,
penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan
pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara
langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Radhi
Darmansyah, M. Sc dan Bapak Aryos Nivada, M. A selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada penulis sejak awal pertemuan sampai dengan selesainya
Namun penulis menyadari tak ada gading yang tak retak, tak ada sesuatu hal sempurna
melainkan bahwa paper ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian
materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif
senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan tulisan kami ini.
PENULIS
i
DAFTAR ISI
Arun ................................................................................................................ 7
.......................................................................................................................... 15
3.1. Keuntungan Dari Pengelolaan KEK arun Oleh Pemerintah Aceh .......... 16
3.2. Kerugian Yang Ditimbulkan Apabila KEK Arun dikelola Pemerintah Pusat
.......................................................................................................................... 18
3.3. Konflik yang Akan Timbul Apabila KEK Arun dikelola Oleh Pusat ..... 19
ii
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Aceh, merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Aceh terletak di paling
ujung utara pulau Sumatera dan merupakan suatu provinsi yang paling barat di Indonesia. Ibu
kota dari provinsi Aceh adalah Banda Aceh. Penduduk dari provinsi ini berjumlah sekitar
4.500.000 jiwa. Dan sangat dekat dengan Kepulauan Andaman dan Nikobar di
wilayah India dan terpisahkan oleh Laut Andaman. Aceh berbatasan langsung dengan Teluk
Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia yang berada di sebelah barat, Selat Malaka yang
berada di sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan.
Aceh dianggap sebagai tempat mulanya penyebaran agama Islam di Indonesia dan
menjadi peran penting dalam penyebaran agama Islam tersebut di wilayah yang mencakup
kawasan Asia Tenggara. Pada mula abad ke-17, Kesultanan Aceh disebut sebagai negara
terkaya, terkuat, dan termakmur di kawasan Selat Malaka. Sejarahnya, Aceh diwarnai oleh
kebebasan untuk berpolitik serta penolakan keras terhadap kendali pihak asing, termasuk
bekas penjajahan Belanda dan pemerintah Indonesia. Jika apabila dibandingkan dengan
provinsi lainnya, Aceh merupakan wilayah yang sangat konservatif dengan sangat
menjunjung tinggi nilai nilai agama islam. Ini dikarenakan Persentase penduduk Muslimnya
adalah yang paling tertinggi di seluruh wilayah yang ada di Indonesia serta masyarakatnya
hidup sesuai dengan syariah Islam. Berbeda dengan provinsi provinsi lainnya yang ada di
Indonesia, Aceh memiliki otonomi yang telah diatur tersendiri karena alasan sejarahnya. (UU
1
Untuk urusan sumber daya alam, Aceh menjadi suatu daerah dengan memiliki sumber
daya alam yang sangat melimpah, termasuk minyak bumi serta gas alamnya. Beberapa analis
yang memperkirakan bahwa cadangan gas alam yang ada di Aceh adalah menjadi yang
terbesar di dunia. Selain karna gas dan minyak, Aceh juga terkenal dengan hutannya yang
Tenggara hingga sampai Ulu Masen di wilayah Aceh Jaya. Taman Nasional Gunung
Aceh merupakan salah satu daratan yang paling dekat dengan episentrum gempa bumi
di kawasan Samudra Hindia pada tahun 2004 silam. Setelah gempa serta gelombang tsunami
yang menerjang sebagian besar wilayah pesisir barat provinsi ini, sekitar 170.000 orang
dinyatakan tewas ataupun hilang akibat dari bencana tersebut. Bencana ini juga menjadi salah
satu dorongan terciptanya perjanjian damai terhadap konflik bersaudara antara pemerintah
Republik Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). (Content.time.com diakses tanggal
27 Mei 2017).
Pada mulanya konflik yang terjadi di Aceh adalah disebabkan karena kekuasaan
dimasa orde baru pada saat itu, yang menjadikan banyak kekecewaan dari rakyat Aceh
sendiri terhadap pemerintah pusat . Kekecewaan rakyat Aceh sendirit terlihat jelas ketika
masa pemerintahan orde baru pada saat itu mencabut undang-undang No 18 Tahun 1965 serta
menggantinya dengan Undang-undang yang baru yaitu UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Pemerintahan Daerah. UU No. 18 tahun 1965 yang dapat kita ketahui bahwasanya
memberikan Aceh menjadi daerah istimewa dengan otonomi yang luas. Untuk penyelesaian
konflik di Aceh yang dapat dikatakan terlalu bersifat mikiterisasi dengan menetapkan aceh
sebagai daerah Operasi Militer, dimana pada saat itu DOM di wilayah Aceh telah banyak
terjadi pelangggaran HAM yang dilakukan oleh pihak TNI/Polri serta membuat konflik di
wilayag Aceh menjadi lebih besar diakibatkan rakyat Aceh yang menjadi korban DOM
2
tersebut sakit hati dan lebih memilih bergabung dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di
bawah pimpinannya serta pencetusnya yaitu Hasan Tiro. (M. Hasan Tiro 1984: 108).
tubuh rakyat Aceh, serta terwujudkan dengan melalui Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Dalam memahami konflik yang terjadi di Aceh, sangat perlu kita pahami bahwasanya konflik
di daerah Aceh adalah konflik yang multidimensional. Faktor penyebabnya seperti ekonomi,
sejarah, dan social secara keseluruhan dapat memberikan kontribusi yang cukup berpengaruh
terhadap kompleksitas konflik di wilayah Aceh. Maka oleh sebab itu, konflik di Aceh harus
dipahami serta jika ingin diteliti melalui pendekatan yang komprehensif berdasarkan dari
berbagai aspek yaitu: histories, ekonomi, dan sosiologi. Pemahaman yang telah kita peroleh
dari pendekatan tersebut, akan dapat memberikan kita sebuah gambaran awal terhadap akar
dari pokok permasalahan yang ada di dalam konflik tersebut, juga sebaiknya dipandang
A. Sejarah
Beure’uh masuk kedalam “Daftar Hitam” yang akan disingkirkan oleh Pemerintah
Pusat pada masa orde baru. Seperti kita ketahui, Teungku Daud merupakan salah satu
tokoh yang sangat penting dan menjadi pemimpin dalam mengusir penjajah di
wilayah Aceh, dengan keikut sertaanya, Teungku Daud Beur’eh bersama Republik
Indonesia dengan cara mengumpulkan dana demi melawan penjajah pada saat itu.
Janji dari Presiden Soekarno yang memberikan kebebasan untuk seluruh rakyat Aceh
3
tentang penerapkan syariat Islam tidak ditepati menjadi pemicu terhadap kekecewaan
yang dialami rakyat Aceh. Kekecewaan rakyat tersebut menjadi tidak terbendung
serta pada akhirnya melahirkam pemberontakan pertama yang dikenal dengan Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) pada tahun 1953. Pemberontakan ini dapat
digagalkan pada tahun 1959 tepatnya tanggal 26 mei ketika Aceh pada saat diberikan
otonomi luas, terutama dalam bidang agama, adat dan pendidikan. Bermula ketika
perjanjian antara pihak Inggris dan Kesultanan Aceh pada tahun 1819 serta Perjanjian
Anglo Dutch yang menyatakan bahwa Aceh merupakan Negara yang merdeka, juga
menjadi salah satu pemicu lahirnya gerakan separatisme tersebut. Dan hal ini juga
B. Ekonomi
Dalam segi faktor ekonomi yang menjadi penyebab lahirnya konflik terhadap
gerakan separatisme di Aceh (GAM) bermula ketika masa Orde Baru, dimana
kebijakan Pemerintah pada saat itu lebih menekankan kepada pembangunan serta
berdasarkan pada pertumbuhan ekonomi dan juga stabilitas politik. Aset terhadap
sumber daya alam yang ada di wilayah Aceh dieksploitasi guna pembangunan
tersebut. Kemudian pabrik LNG dan pupuk Iskandar Muda yang dibangun di Aceh
mengalami kemajuan yang cukup pesat, dapat dilihat dengan Indonesia sendiri
menjadi salah satu eksportir LNG terbesar, dan 90% dari produksi pupuk tersebut
ditujukan guna di ekspor keluar negeri. Namun, berdasarkan kebijakan yang telah
diambil pada masa rezim Orde Baru yang bisa dikatakan sentralisasi, sistem ekonomi
di Aceh terkonsentrasi oleh power dan otoritas yang berkomando di Jakarta, maka
karena hal tersebut juga lah pembangunan di Aceh tidak mengalami kemajuan serta
perkembangan yang secara pesat apabila dibandingkan dengan keuntungan pusat yang
4
diperoleh dari wilayah Aceh. Pada akhirnya rakyat Aceh mengalami kesengsaraan
dan kesusahan dimana pada tahun 1993 di wilayah Aceh Utara dan Aceh Timur desa
wilayah Jakarta. Hal ini membuat rakyat Aceh sadar akan seharusnya hasil dari
sumber daya alam dinikmati oleh masyarakat Aceh itu sendiri dan bukan untuk
oleh GAM, dimana GAM memperoleh kekuatan setelah industri gas dan minyak di
wilayah Aceh Utara berdiri pada tahun 1970. Selain itu, Distribusi terhadap
pendapatan yang tidak adil dari sumber daya alam yang substansial di wilayah Aceh
juga menjadi bahan perdebatan hingga pada masa saat sekarang ini. Adapun serangan
pertama yang dilancarkan oleh gerakan Separatisme (GAM) pada tahun 1977
dilakukan terhadap Mobil Oil Indonesia selaku pemegang saham PT Arun NGL yang
Pada tahapan berikut ini, jumlah dari pasukan yang dimobilisasi oleh GAM
yang sangat terbatas. Meskipun pada saat itu ada ketidakpuasan yang cukup besar di
Aceh serta simpati terhadap tujuan GAM. Hal tersebut lantas tidak mengundang
partisipasi aktif massa. Dalam pengakuan Hasan di Tiro sendiri, hanya ada 70 orang
kabupaten Pidie, yang bergabung karena loyalitas kepada keluarganya yang ada di
pemerintah pusat. Banyak pemimpin GAM pada saat itu merupakan pemuda dan
profesional yang berpendidikan tinggi, dan juga merupakan anggota dari kelas
5
menengah hingga kelas atas dalam bidang ekonomi masyarakat Aceh. (Tim Peneliti
C. Sosial
Pusat Dari sudut pandang sosiologi konflik Aceh lebih dikarenakan tidak
dengan pemerintah pusat sudah tidak harmonis sejak national building pada masa
Hubungan yang tidak harmonis antara pusat dan Aceh adalah karena pemerintah pusat
merasa adanya ancaman dari Aceh karena Aceh merupakan daerah yang memiliki
identitas regional, etnis dan nasionalisme yang kuat. Hubungan yang tidak harmonis
D. Politik
merasa tidak memiliki kebebasan dalam menentukan pilihan dalam Pemilu ketika
didirikannya partai lokal di aceh. Selain itu sistem pemerintahan sentralistis pada
masa Orde Baru memberikan posisi tawar yang lemah bagi Aceh sehingga
ditempatkan dalam posisi yang sejajar dan hanya melayani kepentingan pusat dengan
eksploitasi politik dan ekonomi. Melalui sistem politik yang sentralistis ini ,
pemerintah pusat mulai menciptakan jaringan elite local yang menjadi boneka dari
pemerintah pusat dan banyak memberikan keuntungan pada elite pamerintah pusat
yang semakin membuat rakyat Aceh menjadi semakin kecewa dengan pemerintah
pusat dan menjadi awal mulanya timbul akar permasalahan yang memberikan
6
sumbangan besar terhadap konflik di Aceh yang terealisasi. (Tim Peneliti LIPI 2011 :
64-55).
oleh masyarakat aceh sendiri, tindakan kelompok GAM yang agresif membuat
pada periode antara tahun 1989 sampai dengan tahun 1998 yang kemudian dikenal
sebagai era Daerah Operasi Militer (DOM) Aceh ketika militer Indonesia
menyerang GAM. Langkah Pemberlakuan DOM di Aceh ini meskipun secara taktik
sipil lokal di Aceh dan membuat persepsi rakyat Aceh menjadi semakin terasingkan
E. Sosial
Aceh lebih dikarenakan tidak harmonisnya hubungan antara Aceh dengan Pemerintah.
Hubungan antara Aceh dengan pemerintah pusat sudah tidak harmonis sejak national
building pada masa pemerintahan Soekarno dan Pembangunan Sentralistik pada masa
Soeharto. Hubungan yang tidak harmonis antara pusat dan Aceh adalah karena
munculnya persepsi dari pemerintah pusat yang merasa tidak nyaman dengan aceh
karena adanya ancaman dari Aceh merupakan daerah yang memiliki identitas
regional, etnis dan nasionalisme yang kuat. Karena pemerintah pusat merasakan
ketidaknyaman dengan provinsi aceh yang membuat rakyat aceh seperti merasa tidak
7
perlakukan secara tidak adil, karena itu hubungan yang tidak harmonis muncul yang
akhirnya menjadi pemicu dua pemberontakan yang cukup lama di Aceh yang
memakan cukup banyak warga sipil, pemberontakan itu awal mulanya terjadi dan
muncul pemberontakan yang menatas namakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). (Tim
1.3. Pelaku (Stakeholder) dalam permasalahan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun
Pada dasarnya, persoalan mengenai KEK arun ini digadang gadangkan akan menjadi
pengganti bagi otsus untuk wilayah Aceh yang akan habis pada tahun 2027 medatang, oleh
karena itu, pemerintah daerah provinsi Aceh sangat gencar untuk menjadikan kawasan arun
menjadi Kawasan Ekonomi Khusus, dikarenakan kawasan ekonomi khusus arun merupakan
suatu wilayah yang bisa disebut sebagai keunggulan geostrategi wilayah kota Lhokseumawe
dan wilayah kabupaten Aceh Utara, yang merupakan bagian dari kerjasama Regional antara
Indonesia, Malaysia, Thailand Growth Triangle (IMT-GT), ASEAN dan Indian Ocean Rim
Association (IORA).
wilayah beberapa negara dikawasan Asia Selatan seperti India Myanmar dan juga Cina,
melalui Revitalisasi ekonomi laut yang sebelumnya bisa dikatakan terberdaya, menjadi
ekonomi laut jalur sutra (Maritim Silk Road), hingga pada akhirnya Kawasan Ekonomi
Khusus Arun akan menjadi pasar perdagangan ASEAN dan Asia Selatan.
Hal ini tentu akan meningkatkan pundi pundi Rupiah bagi wilayah Aceh terlebih kawasan
Arun itu sendiri, Namun kenyataannya KEK tersebut pada akhirnya akan dikelola oleh
pemerintah pusat, dimana banyak diisukan demi kemajuan dan pemerataan pembangunan
untuk wilayah pusat sendiri, sedangkan untuk wilayah Aceh akan kehilangan 70% dari
8
Adapun permasalahan mengenai kawasan ekonomi khusus jika kita pelajari lebih
lanjut maka akan mengacu kepada terjadinya konflik yang telah terjadi di Aceh beberapa
waktu lalu, yang kita lihat dari berbagai masalah seperti yang telah dituliskan diatas jelas
mengacu bahwa ada kelompok-kelompok kepentingan yang bergerak dalam melakukan atau
mencoba masuk kedalam permasaslahan yang terjadi sekarang. Tak ubahnya pertandingan
sepak bola ada pemain mulai dari pemain belakang hingga pemain depan, begitu juga dalam
hal ini. KEK Arun yang digadang-gadang menjadi roda perekonomian yang menopang Aceh
kedepannya malah seperti terancam rasanya dengan keputusan yang dikeluarkan oleh
pemerintah pusat melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2017 dimana
menempatkan konsursium atau penggelolaan KEK Arun dilakukan oleh pemerintah pusat
mealalui BUMN di bawah pimpinan PT. Pertamina sebagai pengelola dan Perusahaan Daerah
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5 Tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Presiden
Jokowi seperti sesuatu yang tergesa-gesa dan terlihat seperti pusat ingin mengamankan posisi
dalam pengelolaan Arun, kita pasti bertanya tanya ada apa mengapa peraturan tersebut
dikeluarkan diasaat posisi nomer satu di Aceh dilaksanakan oleh pengganti sementara, apa
yang diinginkan Pemerintah Pusat hal ini akan terus menjadi pertanyaan besar kita semua
mengingat tanpa ada kejelasan alasan yang bisa menjadi pegangngan kita untuk menerima
peraturan tersebut, apakah putra putri daerah dari Aceh dianggap tidak bisa menjalankan hal
ini, apakah tidak ada orang-orang yang berkompeten dari Aceh dalam hal ini, untuk apa
sebenarnya peraturan ini jika memang pusat ingin menguasai segala aspek yang ada di Aceh
untuk apakah aceh diberikan kekhususan yang hanya menjadi simbolkah bagaimana dengan
qanun Aceh Nomor 15 tahun 2013 tentang Penggelolaan Pertambangan Mineral dan
Batubara dalam pasal 1 ayat 9 dan 10 telah jelas menerangkan bahwa pendapatan yang
9
dihasilkan merupakan sesuatu yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih provinsi
Negara kita adalah negara yang memaksa setiap warga negaranya taat akan perturan
namu apakah segala sesuatu hal yang memaksakan demi menguntungkan suatu pihak saja
kita harus ikuti karena terpaksa, dimana letak kebebasan dan keadilan ynag diberikan jika
begini, konstitusi memang harga mati namun jangan memaksa jika hanya demi kepuasaan
pribadi, pelaku-pelaku kepentingan juga harus peka terhadap persoalan rakyat, akankah selalu
rakyat yang menjerit menghadapi segala keserakahan ini. Presiden, BUMN, Gubernur, DPRA
dan pemerintah kabupaten/kota serta jajaran terkait lainnya harus bisa dan mampu
1. Keuntungan Dari Kawasan Khusus Arun Apabila Dikelola Pemerintah Aceh Sendiri?
Pusat?
3. Konflik Yang Akan Timbul Apabila KEK Arun Bukan Dikelola Pemerintah Aceh
1.5. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Keuntungan Apa Saja Yang Didapatkan Dari Pengelolaan Sendiri
Ke Pemerintah Pusat!
3. Konflik Yang Mungkin akan Ditimbulkan Apabila Pengelolaan KEK oleh Pusat!
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga
konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu,
dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik
Sedangkan konflik sosial yaitu pertentangan antar anggota atau masyarakat perumpamaan
lain yang bisa dikaitkan akan hal ini adalah individu dengan kelompok, aktor-aktor
kepentingan dengan lembaga atau orgaisasi yang memiliki tujuan sama dalam sesuatu hal
atau berbeda yang bersifat menyeluruh dikehidupan. Konflik yaitu proses pencapaian
tujuan dengan cara melemahkan pihak lawan, tanpa memperhatikan norma dan nilai yang
berlaku. Dalam dewasa ini individu antar individu atau kelompok antar kelompok tak lagi
segan atau takut masuk kedalam ranah konflik, ini seperti sesuatu yang lumrah atau hal biasa
terjadi dalam kehidupan jika keinginan yang harus dicapai tidak terlaksana.
Istilah konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik dapat diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dicapai secara simultan atau sesuai dengan
sesuatu yang diharapkan. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik
11
antaranggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya. Konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri persepsi ini menjadi sesuatu yang tidak
bisa ditolak karena konflik tersebut mungkin akan redam dengan usaha yang dilakukan
namun ingatan akan konflik tersebut pasti akan selalu ada dan bisa jadi menjadi sebuah bom
waktu yang dapat meledak dalam waktu yang tidak diketahui sehingga menyebabkan
permasalahan yang sama terjadi kembali namun dengan latar waktu yang berbeda. Karena hal
inilah konflik dikatakan akan hilang apabila masyarakat tersebut juga ikut hilang.
Melihat masalah serta hal yang melatarbelakangi terjadinya konflik hal ini sangat erat
kaitannya dengan masalah dan lebih banyak bermunculan teori-teori dari ahli sosiologi yang
melihat dalam kacamata permasalahan tentang tatanan kejadian sosial yang berlangsung.
masyarakat dan per juangan. Pendapat ini didasarkan pada kondisi masyarakat abad ke-19 di
Eropa pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin Masyarakat masa itu, terdiri dari
Kelas borjuis melakukan eksploitasi terhadap proletar dalam sistem sebagai kelas
produksi kapitalis. Ketegangan antara borjuis dan proletar mendorong terbentuknya gerakan
sosial besar, yaitu revolusi Ciri menonjol dari Marx adalah pemikirannya sangat radikal dan
dia melihat bahwa perubahan sosial harus menyeluruh dan total, cepat dan kohesif, atau
kekerasan secara tiba-tiba. Menurut pandangan Marx, kaum borjuis pada masa itu tidak
punya unsur positif yang bisa dipertahankan. Kaum borjuis hanya melakukan penindasan
terhadap kaum buruh dalam rangka memperbesar modalnya. Dalam dewasa ini jika
mengaitkan pemikiran Marx hal ini dapat dilihat dan kita rasakan penguasa memiliki power
yang bisa melakukan apa saja demi memuluskan segala sesuatu yang menguntungkan
12
kelompoknya dengan mengkesampingkan aspek sosial yang timbul dan tidak melihat sesuatu
konflik pada sebuah sistem sosial secara keseluruhan. Menurut pandangannya, konflik dan
konsensus serta integrasi dan perpecahan adalah proses fundamental yang walau dalam porsi
dan campuran yang berbeda merupakan bagian dari setiap sistem sosial yang dapat
dimengerti. Oleh sebab itu, konflik merupakan bagian kehidupan sosial yang tidak dapat
ditawar Teorinya memandang konflik dapat memberikan keuntungan pada masyarakat luas
tempat konflik tersebut terjadi hal ini dapat menguntungkan karena pandangan serta perhatian
akan tertuju ketempat yang menjadi lahan konflik dan oleh sebab itu konflik justru dapat
berupa pengaruhnya terbatas maupun luas, perubahan yang lambat dan ada perubahan yang
berjalan dengan cepat. Perubahan dapat mengenai nilai dan norma sosial, pola-pola perilaku
dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Perubahan- perubahan yang terjadi pada
masyarakat merupakan gejala yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke
bagian-bagian dunia lain berkat adanya komunikasi yang memberikan kemudahan dalam
penyampaian informasi atau hal yang memberikan sesuatu yang memiliki dampak dalam
kehidupan.
Kehidupan sosial itu sendiri tidak pernah bisa terlepas dari adanya suatu proses untuk
menuju dalam perkembangan. Sebagaimana perubahan sosial itu sendiri akan dipandang
sebagai sebuah konsep yang mana mencakup dan menunjuk pada perubahan sosial yang
13
telah terjadi pada masyarakat sebagaimana pada perubahan fenomena sosial di berbagai tingkat
kehidupan manusia dan masyarakat. Perubahan yang terjadi pada suatu tempat tentunya tidak
telepas dari ide atau pemikiran serta keinginan untuk berubah. Setiap perubahan yang akan
berlangsung diharapkan akan memberikan sesuatu yang cukup baik dalam kemajuan dimasa
mendatang bukan malah mengalami kemunduran karena selain ini merugikan dan bukan
merupakan seuatu hal diharapkan terjadi karena perubahan erat kaitannya akan terjadinya hal-
hal positif membangun untuk bisa mensejahterakan individu, masyarakat serta kelompok
26 Mei 2017)
Selo Soemardjan juga berpendapat dalam buku yang ditulis Soerjono Soekanto
termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara kelompok kelompok
Dapat kita tarik kesimpulan perubahan sosial adalah suatu yang memberikan dampak
yang berbeda dalam kehidupan, perubahan yang terjadi tidak dapat terlepas dari
pekembangan serta tuntuttan akan sesuatu, baik sesuatu yang positif maupun sesuatu
negatif tergantung waktu serta tempat dimana akan terjadinya perubahan tersebut dan
14
fenomena sosial yang menjadi bagian penting serta fleksibel dalam memberikan
Konflik terjadi karena daya militansi orang-orang khususnya orang Aceh yang juga
ikut didukung oleh idealisme keacehan yang kuat. Namun dalam konteks politik saya
menduga konflik Aceh bertahan lama karena lamanya era otoritarian bertahan dalam sistem
kuasa Republik ini. Sistem yang menghalalkan tindakan keras inilah yang kemudian
27 Mei 2017)
Dapat kami tarik kesimpulan dari yang disampaikan oleh pandangan pak Aryos diatas
era otoritarian memiliki bagian yang cukup berpengaruh dalam jalannya konflik di Aceh. Hal
ini menjadi akar perlawanan yang cukup mendasar sebagai alasan jika apapun permasalahan
yang terjadi, selain ego yang kuat serta pernah dirasa terdzzalimi oleh keputusan yang dibuat
oleh pusat, ini merupakan alasan munculnya perlawanan yang bisa berakhir seperti apa yang
15
BAB III
PEMBAHASAN
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Kawasan Ekonomi Khusus Arun
Lhokseumawe telah dituangkan kedalam Peraturan Pemerintah (PP) No 5 tahun 2017 namun
masih menjadi polemik yang bakal terus dibahas tentang kawasan strategis yang bakal menjadi
pengganti dari Otonomi Khusu untuk wilayah Aceh yang bakal habis pada tahun 2027
mendatang, serta ditandai dengan munculnya era perekonomian yang baru apabila kawasan
ekonomi khusus ini dikelola oleh pemerintah daerah Aceh sendiri, Berawal dari usulan yang
dilakukan oleh Gubernur Aceh dr. Zaini Abdullah untuk mengajukan revisi mengenai hal
wewenag gubernur sebagai pembentuk dan pengelolaan KEK Arun dan bukan hanya sebagai
penetap badan usaha pembangunan dan pengelolanya saja, sehingga demikian pemerintah
untuk wilayah Aceh akan memperoleh keuntungan yang cukup besar dari perannya yang
sebagai penentuan dalam perencanaan dan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Arun.
Apabila jika kita hitung secara cermat serta mempertimbangkan dalam proses sumber daya
daerah dengan berbagai kendala yang ada, melalui PP NO. 5 Tahun 2017 saat ini, PDPA maka
akan memperoleh saham hingga mencapai 25% dengan serta merta dapat ditingkatkan pada
Dengan pengelolaan sendiri oleh daerah Aceh, Kawasan Ekonomi Khusus Arun ini
akan dapat memacu perekonomian dengan peluangnya yang sangat besar, dimana kek tersebut
dapat menjadi pengungkit dorongan perekonomian untuk daerah Aceh ketika masa masa
berakhirnya otsus. Faktanya sekarang, tingkat perekonomian untuk wilayah Aceh sendiri masih
belum maksimal, dan bahkan terkesan sangat lambat. Data diperoleh dari BPS untuk provinsi
Aceh dan Pusat pada tahun 2016 menunjukan bahwa tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2015,
16
pertumbuhan ekonomi provinsi Aceh sebesar 4,27% dimana ini merupakan angka dibawah
pertumbuhan ekonomi Nasional yang mencapai 4,88% . Selain itu, tingkat kemiskinan dan juga
tingkat bertambahnya pengangguran juga menjadi salah satu faktor, dimana masing masing
mencapai hingga 17,08% dan 9,93%, angka ini juga dikatakan jauh diatas dari tingkat
kemiskinan dan pengangguran terbuka nasional yaitu11,3% dan 6,18%, Jelas ini menjadi
Kawasan Ekonomi Khusus Arun merupakan kawasan yang dapat dikatakan sebagai
kawasan perdagangan bebas, dimana terdiri dari area yang secara geografis dibatasi oleh badan
pengatur dan menjadi manfaat bagi wilayah yang terlibat langsung didalamnya, dengan adanya
Kawasan Ekonomi Khusus Arun maka akan memompa roda perekonomian daerah dengan
Keberadaan Insentif perpajakan maka akan mendorong berbagai sektor dalam hal
pendapatan masyarakat.Namun, manfaat dari Kawasan Ekonomi Khusus Arun ini juga
tergantung kepada industri industri yang terkait dengan wilayah dimana dia berada, dengan
demikian pengelolaan yang berkelanjutan mengenai KEK Arun tersebut sangatlah diperlukan
Rencana yang bakal digagas oleh KEK Arun mengenai bisnis akan mencakup
perkembangan Industri Migas dan Energi, Industri petrokimia, Infrastruktur pelabuhan dan
juga logistik dan agroindustri. Apabila diperhitungkan selama 10 tahun maka akan mencapai
investasi mencapai sebesar RP 50,5 Triliun, dengan penyerapan tenaga kerjanya mencapai
40.000 orang. Dan untuk penyiapan tenaga kerja lokal meliputi perkembangan keterampilan
teknis serta keterampilan personal dan Interpersonal, dan juga membutuhkan kerjasama
terhadap dinas yang terkait ketenaga kerjaan dan balai balai pelatihannya.
17
Agar lebih merasakan dampak positif terhadap pengelolaannya, daerah sekitar seperti
Lhokseumawe dan kawasan Aceh Utara perlu dikembangkannya sektor sektor yang
meningkatkan ekonomi seperti pariwisata, perdagangan, dan bisnis bisnis properti dengan
demikian terciptanya lapangan pekerjaan semakin lebar bagi kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat disekitarnya.
3.2. Kerugian Yang Ditimbulkan Apabila KEK Arun dikelola Pemerintah Pusat
Gubernur Aceh Zaini Abdullah meminta Pemerintah Pusat merevisi ketentuan tentang
sebagai program nasional, ketentuan pengusul kawasan ini dinilai tidak sesuai dengan
semangat otonomi khusus di Aceh. “Pemerintah Pusat perlu bersikap lebih peka terhadap
Ekonomi Khusus dengan PP Nomor 5 Tahun 2017. Menurut Zaini, saat mengeluarkan PP
tersebut, pemerintah tidak mempertimbangkan hak Aceh sebagai pengusul. Dalam aturan itu,
Jakarta menunjuk sejumlah perusahaan plat merah sebagai konsorsium pengusul. Menurut
Zaini, tindakan ini mengabaikan hak-hak Aceh yang harusnya mendapatkan kedaulatan
mengelola kawasan ini Apalagi, skema Aceh sebagai pengusul KEK Arun Lhokseumawe ini
disampaikan Pemerintah Aceh jauh hari sebelum Pemerintah Pusat mengeluarkan PP tersebut
“Kami akan segera menjumpai presiden dan meminta agar aturan ini dapat disesuaikan dengan
Dari pernyataan yang dilontarkan oleh Abu Doto ini kita dapat melihat bahwa hak Aceh
yang semestinya menjadi pengusul dan pengelola solah dikebir oleh pemerintah pusat dengan
PP Nomor 5 Tahun 2017 yang dikeluarkan oleh Presiden, lebih jauh lagi hal ini dapat kita
simpulkan bahwa Zaini merasa letak kekhususan Aceh tak lagi seperti yang diharapkan padahal
18
butir-butir kekhususan tersebut telah jelas tersusun dalam MoU Helsinki hal ini secara
wewenang dan letak kebijakan administrasi telah merugikan Aceh yang semestinya mandiri
mengelola SDA nya sebagai salah satu wujud kekhususan yang telah tertuang dalam MoU yang
Selain kerugian tidak memiliki wewenang dan kebijakan dalam pengelolaannya kelak,
konsursium yang dikendalikan oleh pusat ini juga memberikan dampak terhadap keuntungan
dari segi ekonomi ini seperti yang kita ketahui jika memang ini tetap dijalankan maka
keuntungan yang didapat dari penggelolaan KEK Arun akan terbang ke pusat terlebih dahulu
sebelum tersalurkan kembali ke Aceh hal ini membuat kita semakin akan terus bergantung
terhadap apa yang diberikan oleh pusat dan bukan bergantung dengan kemandirian, padahal
KEK Arun memilik potensi yang begitu menjanjikan dalam memberikan pemasukan terhadap
kas daerah yang mampu sebagai penopang APBD dimana kelak setelah berakhirnya masa
Zaini dalam penyampaiannya juga mengatakan bahwa segala badan usaha terutama
milik negara, yang berpotensi menghasilkan keuntungan memiliki kewajiban untuk membantu
Aceh dalam pelaksanaan kawasan ekonomi khusus ini kelak. Dengan demikian keuntungan
yang didapat bisa langsung masuk ke kas Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah ini bisa
3.3. Konflik yang Akan Timbul Apabila KEK Arun dikelola Oleh Pusat
Berkaca akan sejarah kelam yang memakan ribuan korban serta keadaan yang terus
mencemkam selama 30 tahun pergerakan yang timbul tempo dulu karena persoalan akan
DI/TII juga karena LNG Lhokseumawe yang di kelola oleh pusat, janji pemerataan
pembangunan namun bertolak belakang dalam pelaksanaannya, padahal saat itu dengan LNG
yang masih memiliki cukup banyak sumberdaya dan memberikan pemasukan yang signifikan
19
terhadap pemasukan negara solah tidak mendapat perhatian dari pusat hal ini memancing
kemarahan dari masyarakat Aceh saat itu, selain pekerja yang mendapat posisi strategis hampir
rata berasal dari luar Aceh orang Aceh seolah tak dipandang ditanah kelahirannya dengan
hanya menjadi pekerja kasar dalam perusahaan sangat kuat dijadikan alasan untuk menjadi
alasan memberontak.
Berkaca terhadap kerugian ekonomi dan ketidakadilan yang terjadi dimasa lalu
memberikan bekas yang sangat mendalam dalam benak masyarakat Aceh cerita yang telah
menjadi sejarah telah turun temurun disampaikan dan anak-anak yang dahulunya hanya
menganggap ini permasalahan orang tuanya dan berfikir akan berakhir tapi seolah menjadi
dejavu yang akan kembali dihadapi oleh generasi mereka, aroma perlawanan pun telah muncul
dengan sendirinya agar kejadian yang dianggap kelam dimasa lalu jangan sampai terulang
Dalam perjalanan pengusulan awal KEK Arun semua berjalan sesuai tatanan dan aturan
namun ini berubah disaat masa Pilkada dimana kekosongan jabatan yang diisi Pelaksana Tugas
(Plt) seperti bergerak cepat dalam merubah kebijakan yang telah diperjuangkan untuk rakyat,
dengan permaslahan seperti ini harusnya Pemerintah Aceh dan DPRA harus mampu bersinergi
dalam mendesak pemerintah pusat untuk merevisi PP Nomor 5 Tahun 2017 yang telah
dikeluarkan oleh Presiden karena mengingat sejarah mungkin akan terulang apabila hal ini
tetap dibiarkan tanpa ada keputusan yang mampu memberikan perbaikan akan aturan yang
telah dikeluarkan saat ini. Pemerintah pusat bisa saja berasumsi bahwa SDM di Aceh masih
rendah tapi bukankah dulu juga orang-orang yang dikirim ke Aceh juga diberikan kesempatan
belajar keluar sebelum benar-benar terjun dan bekerja untuk LNG Presiden juga sebagai
pemangku kekuasaan yang diamanahkan oleh rakyat juga harus paham terhadap keluhan yang
disampaikan oleh rakyat bukan hanya memaksa kehendak pribadi serta orang-orang sekitarnya
20
3.4. Penyeleasaian Konflik
Pemerintah Aceh dan DPRA sudah saatnya bersatu menekan kebijakan yang telah
dikeluarkan oleh pusat dan Presiden juga harus bisa memberikan suatu keputusan yang mampu
meredam amarah dari semua pihak dengan mau merevisi aturan yang telah dikeluarkan dengan
kebijakan yang lebih baik nantinya, memberikan kebijakan yang semestinya memang
dijalankan oleh Aceh sebagai pengusul KEK Arun dan menghormati butir-butir kekhususan
Aceh yang juga telah tertuang dalam MoU Helsinki. Memang konflik yang kita bicarakan
disini belum terjadi namun dari penggalaman, kerugian yang didapat baik secara materil dan
moril cukup banyak hal ini setidaknya mampu menjadi pertimbangan yang benar-benar
didengar agar hal telah terjadi tidak menjadi penggulangan sekarang atau dimasa mendatang
Berikan kebebasan bagi Aceh biarkan kekhususan yang telah diberikan benar–benar
dijalankan sesuai tatanan yang memang semestinya bukan dengan mengkebiri dengan menekan
hal tersebut karena power yang dimiliki penguasa seperti yang diungkapkan Max dalam teori
konflik menurut pandangannya kaum borjuis tidak pernah mau menghargai kaum buruh.
Dalam dewasa ini hal yang seperti ini setidaknya tidak perlu lagi kembali terjadi karena apapun
kepentingan kita, tetap kita hanya pemangku amanah dari rakyat yang mempercayai kita
menjalankan amanah yang dititipkan jangan sampai sejarah terulang, cukup besar kerugian
yang kita rasakan, sudah saatnya Presiden dan Gubernur kembali berdiskusi kembali
mengambil jalan tengah yang tidak memberikan kerugian sebelum masalah ini menjadi
21
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Aceh, merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Aceh terletak di paling
ujung utara pulau Sumatera dan merupakan suatu provinsi yang paling barat di Indonesia. Ibu
kota dari provinsi Aceh adalah Banda Aceh. Penduduk dari provinsi ini berjumlah sekitar
4.500.000 jiwa. Dan sangat dekat dengan Kepulauan Andaman dan Nikobar di
wilayah India dan terpisahkan oleh Laut Andaman. Untuk urusan SDA, Aceh menjadi suatu
daerah dengan memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah, termasuk minyak
bumi serta gas alamnya. Beberapa analis yang memperkirakan bahwa cadangan gas alam yang
ada di Aceh adalah menjadi yang terbesar di dunia, Salah satu yang terbesar adalah Arun yang
ada di Lhokseumawe.
Pada dasarnya, KEK arun ini digadang gadangkan akan menjadi pengganti bagi otsus
untuk wilayah Aceh yang akan habis pada tahun 2027 medatang, oleh karena itu, pemerintah
daerah provinsi Aceh sangat gencar untuk menjadikan kawasan arun menjadi Kawasan
Ekonomi Khusus, dikarenakan kawasan ekonomi khusus arun merupakan suatu wilayah yang
bisa disebut sebagai keunggulan geostrategi wilayah kota Lhokseumawe dan wilayah
kabupaten Aceh Utara. Disini harusnya bersikap dewasa sehingga Pemerintah Aceh dan
DPRA bersatu menekan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pusat dan Presiden juga harus
bisa memberikan suatu keputusan yang mampu meredam amanah dari semua pihak dengan
merujuk pada revisi aturan yang telah dikeluarkan dengan kebijakan yang lebih baik
nantinya, memberikan kebijakan yang semestinya memang dijalankan oleh pemerintah dan
percaya terhadap pemerintah dalam menjadikan arun sebagai kawasan ekonomi khusus dan
22
4.2. Saran
sebaiknya dari pemerintah pusat segara merevisi kembali mengenai pengelolaan KEK Arun
tersebut oleh pusat. Sebaiknya pengelolaan KEK Arun dikembalikan ke pemerintah daerah
Aceh sendiri mengingat KEK Arun tersebut dapat menjadi alternatif terbaik terkait
permasalahan ekonomi yang ada di Provinsi Aceh, terlebih otsus yang selama ini di
peruntukan untuk Aceh akan di cabut atau berakhir pada tahun 2027, tentu bisa menjadi
angin segar terhadap kelancaran pembangunan di provinsi Aceh tersebut. Namun, jika
pengelolaan KEK diserahkan ke pusat maka bukan tidak mungkin akan melahirkan konflik
kembali antara rakyat Aceh dengan Pemerintah pusat, terkait pembangunan di pusat jika
Jika kita berkaca pada konflik yang terdahulu, itu terjadi disebabkan karena kekuasaan
dimasa orde baru pada saat itu, yang menjadikan banyak kekecewaan dari rakyat Aceh sendiri
terhadap pemerintah pusat . Kekecewaan rakyat Aceh sendirit terlihat jelas ketika masa
pemerintahan orde baru pada saat itu mencabut undang-undang No 18 Tahun 1965 serta
menggantinya dengan Undang-undang yang baru yaitu UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-
pokok Pemerintahan Daerah. UU No. 18 tahun 1965 yang dapat kita ketahui bahwasanya
Jika kita melihat dari segi teori konflik, Lewis A. Coser mengungkapkan konsekuensi-
konsekuensi terjadinya konflik pada sebuah sistem sosial secara keseluruhan. Menurut
pandangannya, konflik dan konsensus serta integrasi dan perpecahan adalah proses
fundamental yang walau dalam porsi dan campuran yang berbeda merupakan bagian dari setiap
23
REFERENSI
Dahrendorf, Ralf. 1959. Jurnal Class and Class Conflict in Industrial Society,
di Tiro, Hasan M. (1984). The Price of Freedom The Unfinished Diary. Norsborg, Sweden:
Soekanto, Soerjono. 2009. Teori-Teori Sosisologi. Jakarta: Rajawali Press. Hal: 235-236.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18273/Chapter%20II.p
df;jsessionid=017C6F536AA8A08A572735FA346CC2E6?sequence=4. Diakses
26 Mei 2017.
http://www.pengetahuanjitu.com/2016/08/teori-konflik-menurut-para-ahli-
http://aceh.tribunnews.com/2017/03/07/kek-arun-vs-kesejahteraan-rakyat. Diakses
27 Mei 2017.
http://content.time.com/time/magazine/article/0,9171,1590162,00.html. Diakses 27
Mei 2017
iii
Usandi Kamal. 2017. Penjelasan PP Tentang KEK Arun Lhoseumawe.
https://www.goaceh.co/berita/baca/2017/02/24/berikut-penjelasan-pp-tentang-kek-
iv