Pendahuluan
Kanker ovarium adalah penyakit yang membuat frustasi bagi pasien dan pemberi
perawatan kesehatan karena awitannya yang tersembunyi. Dan tidak ada gejala peringatan adalah
penyebab mengapa penyakit ini telah mencapai tahap lanjut ketika didiagnosa. Kondisi ini
merupakan penyebab kematian utama diantara malignansi ginekologis. Penyakit ini mempunyai
angka kejadian sekitar 13,8 wanita per 100.000. Sayang sekali, sekitar 75% dari kasus dideteksi
pada tahap lanjut. Amatlah sulit untuk mendiagnosa dan adalah unik sehingga kemungkinan
kondisi ini merupakan awal dari banyak kanker primer dan mungkin menjadi tempat metastasis
dari kanker lainnya. Kondisi ini membawa angka kematian 14.500 setiap tahunnya dan
merupakan penyebab prevalen keenam dari kematian akibat kanker pada wanita (Wingo et al.,
1995). Sebagian kasus mengenai wanita antara usia 50 sampai 59 tahun. Insiden tertingginya
adalah di negara-negara industri, kecuali Jepang, yang insidennya rendah.
Hereditas dapat berperan dalam menimbulkan penyakit ini, dan banyak dokter
menyarankan pemeriksaan pelvis bimanual bagi wanita yang mempunyai satu atau dua orang
saudara dengan kanker ovarium. Meskipun dengan pemeriksaan yang cermat, tumor ovarium
biasanya terdapat jauh di dalam dan sulit untuk dideteksi. Belum ada skrining dini yang tersedia
saat ini meskipun penanda tumor sedang dalam penelitian.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui gambaran tentang asuhan keperawatan klien dengan kanker ovarium.
1
4. Dapat melakukan implementasi kepada berupa pemenuhan kebutuhan dasar klien
dengan kanker ovarium.
1.3. Manfaat
2
BAB 2
Tinjauan Teoritis
2.1. Defenisi
Kanker ovarium adalah kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam,
dapat berasal dari ketiga dermoblast (endoderma, mesoderma, ektoderma) dengan sifat-sifat
histologis maupun biologis yang beraneka ragam. Kanker ovarium adalah penyakit yang
membuat frustasi bagi pasien dan pemberi perawatan kesehatan karena awitannya yang
tersembunyi dan tidak ada gejala. Kanker ovarium ini dapat berupa kistik, padat, kecil, besar dan
bisa pula jinak atau ganas. (Sinopsis obstetri, 2001).
3
Nodus = N1 = Kelenjar limfe regional
Nx = Kelenjar limfe tidak dapat ditaksir/diperiksa.
No = Tidak adanya bukti penyebaran ke kelenjar limfe regional
N1, N2, N3, N4 = Menunjukkan banyaknya kelenjar regional yang
dihinggapi dan ada tidaknya infiltrasi di alat dan struktur
berdampingan.
4
Kanker yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan
abortus, partus prematurus.
Kanker yang bertangkaian, karena pembesaran atau pengecilan uterus setelah partus,
terjadi torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis dan infeksi yang disebut abdomen
akut.
Dapat menyebabkan kelainan-kelainan letak janin.
Kanker kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.
Kanker besar berlokasi di bawah, dapat menghalangi persalinan.
Kanker ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar pada aorta, mediastinal dan supra
klavikular, dan seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh terutama paru, hati dan otak.
Obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai penderita kanker
ovarium.
2.5. Diagnosis
Setiap pembesaran ovarium harus diselidiki. Pemeriksaan pelvis tidak akan mendeteksi
diri karena ovarium dan teknik pencitraan pelvis tidak selalu definitif. Sekitar 75% dari kanker
ovarium telah bermetastasis ketika didiagnosis; sekitar 60% telah menyebar keluar pelvis.
Dari banyak tipe sel kanker ovarium yang berbeda, tumor epitel menempati 90% dari semua
jenis. Tumor sel germinal dan tumor stromal menempati 10% dari kondisi ini.
2.6. Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tindakan lanjut
yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk membuat by pass
bila kondisi penderita mengizinkan (Brunner dan Suddart, 2001).
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur yang berdekatan
pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran benih tumor melalui cairan peritoneal ke
rongga abdomen dan rongga panggul. Asites dapat terjadi dan cairan yang mengundang sel-sel
panas melalui saluran tipe limfe menuju pleura dan akhirnya menyebabkan efusi pleura.
5
2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berdasarkan hal-hal berikut:
- Kemungkinan adanya keganasan.
- Kemungkinan torsi dan abdomen akut.
- Kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetrik, maka:
Kanker ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa harus
dikeluarkan.
Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16-20 minggu.
Operasi yang dilakukan di bawah umur kehamilan 20 minggu harus diberikan
substitusi progresteron beberapa hari sebelum operasi dan beberapa hari setelah
operasi (sebab ditakutkan korpus luteum terangkat bersama kanker yang bisa
menyebabkan abortus).
Operasi darurat apabila terjadi torsi dan abdomen akut.
Bila kanker agak besar dan lokasinya di bagian bawah akan menghalangi
persalinan dapat ditempuh: reposisi, bila tidak bisa persalinan diselesaikan dengan
seksio cesaria dan jangan lupa sekaligus kanker diangkat.
6
sebagian besar jaringan tumor, meskipun tidak semua dapat diangkat, hal ini memungkinkan
tindakan Kemoterapi dan Radioterapi lebih efektif.
Tindakan konservatif (hanya mengangkat tumor ovarium saja: oophorektomi atau
oophorokistektomi) masih dapat dibenarkan jika tingkat klinik terbatas pada satu ovarium tanpa
asites, wanita masih muda, belum punya anak, derajat keganasan tumor rendah.
Radioterapi
Umumnya digunakan pada tingkat klinik kanker yang terbatas pada ovarium atau yang
sudah mengalami perluasan sampai panggul. Pemberiannya bisa ke panggul saja atau seluruh
rongga perut. Akhir-akhir ini radiotherapi diberikan bersamaan dengan kemotherapi. Namun,
radiasi hanya efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif).
Kemoterapi
Beberapa jenis obat sitostatuka yang digunakan adalah agen alkylating (seperti
cyclophosphamide, chlorambusil), antimetabolik {seperti mtx (metothexata) dan S.flourouracil},
antibiotik (seperti andriamicin). Berbagai kombinasi dari agen di atas menunjukkan efek yang
cukup berarti dalam penanganan kanker ovarium.
Asites terjadi pada kanker ini dapat dikendalikan dengan kemoterapi intraperitoneal
sekarang sedang dikembangkan teknik shunting cairan asites kedalam vena jugularis melalui
plastik tube yang berkatup searah. Sedangkan penanganan paliatif kanker ovarium digunakan
preparat hormon progestativa.
7
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal/ Jam Pengkajian : 07 Februari 2016/ 15.30WIB
Tanggal Masuk :05 Februari 2016 / 14.00 WIB
No.RM : 46-xx-xx
Diagnosa : Ca Ovarium stadium 3c
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Alamat :Surabaya
Tanggal lahir : 05 Desember 1970
Umur : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status : Menikah
8
3.2 RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh mengalami keputihan dan mengeluarkan flek- flek hitam selama 2
bulan, nyeri abdomen bagian bawah
P: Pasien mengatakan nyeri bertambah ketika Pasien melakukan aktivitas berlebih seperti
ketika mengubah posisi
Q : nyeri tajam, linu
R : nyeri menyebar sampai ke area pinggang seperti orang mau melahirkan
S : Pasien mengatakan skala nyeri 7 dari (0-10)
T: nyeri terjadi setiap saat
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ny. S mengatakan sebelum masuk rumah sakit Pasien mengalami keputihan dan
mengeluarkan flek- flek hitam selama 2 bulan disertai nyeri perut bagian bawah yang
menjalar sampai ke pinggang. Sebelum masuk rumah sakit Ny.S memeriksakan dirinya
ke bidan akan tetapi setelah menjalani rawat jalan tidak mengalami perubahan. Akhirnya
Ny.S memeriksakan dirinya ke Poli kandungan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya dan
disarankan untuk menjalani rawat inap.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny.S mengatakan tidak memiliki riwayat DM, sejak 1 bulan yang lalu Pasien mengatakan mengalami
Hipertensi, tidak memiliki riwayat HIV, Hepatitis dan tidak pernah mengalami abortus.
4. Riwayat Reproduksi
Ny.S mengatakan sudah tidak haid sejak 3 tahun yang lalu. Ny.S mengatakan sebelum sakit siklus haid
lancar 1 bulan sekali dengan lama waktu 10 hari, tidak terdapat nyeri/ disminorhea, ganti pembalut 2-3 kali/
hari.
5. Riwayat Obstetri
Ny.S mengatakan menikah ketika usia 16 tahun dan jarak 2 tahun Ny.S memiliki anak. Ny.S mengatakan
memiliki 2 anak dengan proses persalinan vaginal (spontan). Selama hamil Ny.S memiliki pola makan yang
baik. Ny.S mengatakan tidak pernah mengalami abortus dan perdarahan ketika hamil. Ny. S mengatakan
setelah melahirkan anak ke 2 Ny.S menggunakan KB IUD akan tetapi mengalami pendarahan. Akhirnya
KB dilepas.
6. Pernah Operasi
- Ny. S mengatakan tidak pernah menjalani operasi
7. Alergi Obat
- Ny. S mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ny. S mengatakan Ayahnya sudah meninggal disebabkan penyakit komplikasi ginjal, katarak, kencing
manis dan DM. Ibu Ny.S masih hidup dan sehat.
9
Genogram
4
2
Keterangan:
:Laki-laki
:Laki-laki
:Perempuan
:Tinggal Serumah
: Meninggal
10
Status nutrisi :
Sebelum masuk rumah sakit, BB : 45kg, TB : 150 cm
Saat di rumahsakit BB: 40 kg dan TB: 147cm
Ny.S mengalami penurunan berat badan 5 kg dalam kurun waktu 3 bulan
Perhitungan :
BB ideal = (TB - 100) ± 10% (TB - 100)
= (150 - 100) ± 10% (150 - 100)
= 50±5.0 Nilai standar:
= ±55.0 Nilai Kategori
IMT (Indeks Massa Tubuh) < 20 Underweight
20 - 25 BB normal
25 - 30 Overweight
> 30 Obesitas
= 40/ (1.50)2
= 17.77(underweight)
3. Eliminasi
Pasien terpasang selang DC, rata- rata urin per hari 200cc, BAB 1 kali sehari setiap pagi.
Tidak ada keluhan nyeri apapun selama eliminasi urin maupun fekal.
4. Termoregulasi
Suhu : 36.4oC
Pasien sering mengaku kepanasan dan memakai pakaian yang tipis dan menyerap
keringat.
11
Pasien mengatakan sibinsehari 1 kali/hari setiap pagi.
11. Istirahat dan tidur
Pasien mangatakan dapat tidur dengan nyenyak akan tetapi sering terbangun karena
tindakan medikasi dan lingkungan yang panas dan ramai. Pasien mengatakan dalam
sehari Pasien tidur kurang lebih 6-7jam.
12. Aktualisasi diri
Pasien mengatakan malu dengan kondisi karena Pasien hanya bisa terbaring ditempat
tidur
13. Rekreasi
Pasien mengatakan hanya berada di dalam ruang rawat selama sakit, jarang keluar
ruangan. Ketika bosan Pasien lebih memilih untuk tidur.
14. Kebutuhan belajar
Pasien tampak kooperatif untuk mengikuti instruksi selama perawatan dan bersedia
mendengarkan dan melaksanakan apa yang diinstruksikan dalam prosedur pengobatan.
=40/ (1.50)2
= 17.77 (underweightt)
Nilai Kategori
< 20 Underweight
20 - 25 BB normal
25 - 30 Overweight
> 30 Obesitas
12
b. Rambut : hitam kecoklatan, ikal, sedikit kotor, distribusi tidak rata dan beruban, tidak
mudah di cabut dan tidak rontok.
Fungsi Motorik
reflek babinski : 5 5
5 5
Reflek fisiologis : +2 +2
13
+2 +2
- -
Reflek patologis :
- -
10. Ekstrimitas :
3.5 Atas: tangan sebelah kanan terpasang infus, akral hangat, tidak ada lesi, tidak ada
edema,tangan sebelah kiri akral hangat, tidak ada lesi, tidak ada edema, turgor kulit <3
detik, kapilari refil time < 2 detik
3.6 Bawah: kanan dan kiri tidak ada edema, akral hangat, tidak terdapat lesi, tidak ada
parastesis, tidak ada varises, turgor kulit elastis, kapilari refil time < 2 detik
Kekuatan otot : 5555 5555
4444 4444
14
f) Jaringan K : Sediaan appendicitis kronis
Kesan: Adeno carcinoma ovarii serosum berdiferensiasi jelek bilateral yang menyebar ke
endometrium, seluruh miometrium dan kelenjar getah bening pelvis kiri.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 7 Februari 2016
Pemeriksaan Hasil satuan rujukan Keterangan
Hb 10.0 g/dl 12.0-15.6 Menurun
Ht 32 % 33-45 Menurun
Leukosit 9.6 Ribu/ul 4.5-11.0 Normal
Trombosit 305 Ribu/ul 150-450 Normal
Eritrosit 4.04 Juta/ul 4.10-5.10 Menurun
Creatinin 6.3 Mg/dl 0.6-1.1 Meningkat
Ureum 62 Mg/dl <50 Meningkat
Natrium 136 Mmol/L 136-145 Normal
Kalium 4.4 Mmol/l 3.3-5.1 Normal
Klorida 105 Mmol/ L 98-106 Normal
3. Terapi obat
Terapi
Tanggal Medikasi Cairan IV
Oral Injeksi
lainnya
Clodin
Clodin
EAS
15
Asam folat
CaCO3
Captopril
DO:
Pasien tampak menyeringai ketika area
perut bawah di palpasi, terdapat
distensi abdomen, terdapat massa pada
perut bagian bawah saat di palpasi,
hasil laboratorium PA: Adeno
carcinoma ovarii serosum
berdiferensiasi jelek bilateral yang
menyebar ke endometrium, seluruh
16
miometrium dan kelenjar getah bening
pelvis kiri.
17
kronis (metastase kanker, injuri
Putra
neurologis, artritis)
2
Disfungsi seksualberhubungan
07-02-2016
dengan perubahan struktur atau
fungsi tubuh, perubahan kadar
hormone
Putra
Ansietas berhubungan dengan 07-02-2016
Faktor keturunan, Krisis
3
situasional, Stress, perubahan status
kesehatan, ancaman kematian,
perubahan konsep diri, kurang
pengetahuan dan hospitalisasi
18
3.8 INTERVENSI KEPERAWATAN
2 Disfungsi seksual Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam 1. Bantu pasien untuk mengekspresikan
berhubungan dengan Pasien dapat menerima perubahan struktur tubuh perubahan fungsi tubuh termasuk organ
perubahan struktur atau fungsi terutama pada fungsi seksual yang dialaminya seksual seiring dengan bertambahnya usia.
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang
tubuh, perubahan kadar dengan Kriteria hasil:
penurunan fungsi seksual.
hormone 1. Mengekspresikan kenyamanan
19
2. Mengekspresikan kepercayaan diri 3. Motivasi Pasien untuk mengkonsumsi
makanan yang rendah lemak, rendah
kolestrol, dan berupa diet vegetarian
4. Anjurkan Pasien untuk menggunakan krim
vagina dan gel
3 Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan selama 3X24 jam Pasien 1. Gunakan pendekatan yang
Faktor keturunan, Krisis kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: menenangkan
situasional, Stress, perubahan 1. Pasien mampu mengidentifikasi 2. Nyatakan dengan jelas harapan
status kesehatan, ancaman dan mengungkapkan gejala cemas terhadap pelaku pasien
kematian, perubahan konsep 2. Mengidentifikasi, mengungkapkan 3. Jelaskan semua prosedur dan apa yang
diri, kurang pengetahuan dan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol dirasakan selama prosedur
hospitalisasi cemas 4. Temani pasien untuk memberikan
3. Vital sign dalam batas normal keamanan dan mengurangi takut
4. Postur tubuh, ekspresi wajah, 5. Berikan informasi faktual mengenai
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan diagnosis, tindakan prognosis
berkurangnya kecemasan 6. Libatkan keluarga untuk mendampingi
Pasien
7. Instruksikan pada pasien untuk
menggunakan tehnik relaksasi
8. Dengarkan dengan penuh perhatian
9. Identifikasi tingkat kecemasan
20
10. Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
11. Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
12. Kelola pemberian obat anti
cemas:........
3.9 IMPLEMENTASI
1 07-02-2016 Dx:1
15.30.00 WIB 1 S: Pasien mengatakan nyeri di area Putra
Mengkaji nyeri (PQRST)
perut bagian bawah
P: Pasien mengatakan nyeri
O: Pasien tampak menyeringai
bertambah ketika Pasien
ketika area perut bawah di tekan,
melakukan aktivitas berlebih
focus pada diri sendiri
seperti ke kamar mandi A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Q : nyeri tajam, linu
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
19.00 WIB
R: nyeri menyebar sampai ke area
21
pinggang seperti orang mau Putra
Dx.2
melahirkan
1,3 S : Pasien mengatakan skala nyeri S: Pasien mengatakan sudah tidak
19.45 WIB
7 (0-10) melakukan hubungan suami istri
20.00 WIB T: nyeri terjadi setiap saat sejak mengalami keluhan Putra
22
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12
Memonitor status hidrasi Pasien
(urin output, kelembaban, turgor
kulit), memposisikan semi fowler
1 07-02-2016 Dx:1
15.30.00 WIB 1 S: Pasien mengatakan nyeri di area Putra
Mengkaji nyeri (PQRST)
perut bagian bawah
P: Pasien mengatakan nyeri
O: Pasien tampak menyeringai
bertambah ketika Pasien
ketika area perut bawah di tekan,
melakukan aktivitas berlebih
focus pada diri sendiri
seperti ke kamar mandi A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Q : nyeri tajam, linu
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
19.00 WIB Putra
R: nyeri menyebar sampai ke area
Dx.2
pinggang seperti orang mau
melahirkan S: Pasien mengatakan sudah tidak
1,3
19.45 WIB S : Pasien mengatakan skala nyeri melakukan hubungan suami istri
7 (0-10) Putra
20.00 WIB sejak mengalami keluhan
T: nyeri terjadi setiap saat O: terdapat massa tumor yang
20.15 WIB
tampak di vagina, porsio
1,4 Mengukur tanda vital dan nyeri berbenjol rapuh
21.00 WIB
secara teratur A: masalah belum teratasi
1,4 TD: 170/90 mmHg P: Lanjutkan intervensi:
Nadi: 86 x/menit 1,2,3,4
4 RR: 18 x/ menit
23
T: 36.4° C
Dx.3
24
BAB 4
Penutup
5.1. Kesimpulan
Kanker ovarium adalah kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam,
dapat berasal dari ketiga dermoblast (endoderma, mesoderma, ektoderma) dengan sifat-sifat
histologis maupun biologis yang beraneka ragam. Kanker ovarium adalah penyakit yang
membuat frustasi bagi pasien dan pemberi perawatan kesehatan karena awitannya yang
tersembunyi dan tidak ada gejala
5.2. Saran
Usaha penatalaksanaan yang tepat pada klien dengan kanker ovarium sangat diperlukan
untuk mengurangi angka kesakitan dan komplikasi yang ditimbulkannya
DAFTAR PUSTAKA
25
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Hanifa Winkjosastro. (1999). Ilmu Kebidanan. Edisi 3 Cetakan ke 5. Jakarta, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Doenges Et.al. (2000). Rencana Asuhan Perawatan. Edisi 2 Cetakan ke 1. Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Llewellyn D, Jone. (2000). Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi 6. Jakarta, Hippolerates.
26
27
WOC Ca Ovarium
28