Pengkajian Semkas
Pengkajian Semkas
Disusun Oleh:
Kelompok 2
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018
BAB I
LATAR BELAKANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi
Penyebab stroke hemoragik biasanya diakibatkan dari: Hemoragi serebral (
pecahnya pembuluh darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak atau
seluruh ruang sekitar otak ). Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak .
Hemoragi serebral dapat terjadi di berbagai tempat yaitu :
a) Hemoragi subakhranoid
b) Hemoragi intraserebral
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari stroke hemoragic ditinjau berdasarkan jenisnya sebagai
berikut, yaitu:
1. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri
dari 80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum.
Gejala klinisnya sebagai berikut.
a) Onset perdarahan bersifat mendadak, terutama sewaktu melakukan aktivitas
dan dapat didahului oleh gejala prodromal berupa peningkatan tekanan
darah yaitu nyeri kepala, mual, muntah, gangguan memori, bingung,
perdarahan retina, dan epistaksis.
b) Penurunan kesadaran yang berat sampai koma disertai hemiplegia atau
hemiparese dan dapat disertai kejang fokal / umum.
c) Tanda-tanda penekanan batang otak, gejala pupil unilateral, refleks
pergerakan bola mata menghilang dan deserebrasi
d) Dapat dijumpai tanda-tanda tekanan tinggi intrakranial (TTIK), misalnya
papiledema dan perdarahan subhialoid.
2. Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di
ruang subarakhnoid yang timbul secara primer.
Gejala klinisnya adalah sebagai berikut.
a) Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis,
berlangsung dalam 1 – 2 detik sampai 1 menit.
b) Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang,
gelisah dan kejang.
c) Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa
menit sampai beberapa jam. Dijumpai gejala-gejala rangsang
meningen, Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala
karakteristik perdarahan subarakhnoid, Gangguan fungsi otonom berupa
bradikardi atau takikardi, hipotensi atau hipertensi, banyak keringat, suhu
badan meningkat, atau gangguan pernafasan.
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan Penunjang
1) Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurism atau malformasi vaskular.
2) Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial.
3) CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma,
adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4) MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar
terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi
dan infark akibat dari hemoragik.
5) EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari
jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
F. Komplikasi
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1) Infark Serebri
2) Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3) Fistula caroticocavernosum
4) Epistaksis
5) Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebra
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak,
sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan
awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan
memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol /
memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang
berlebihan, pemberian dexamethason.
3. Pengobatan
a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada
fase akut.
b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
d. Terapi farmakologi:
1) Vitamin K
Mekanisme kerja:dengan meningkatkan biosintesis beberapa factor
pembekuan darah yaitu protombin, factor VII, IX, X di hepar. Aktivasi X
menjadi Xa oleh factor VIIa, TF dan Ca2+ dari jalur ekstrinsic dan factor
IXa, VIIIa dan Ca2+ dari jalur intrinsic. Kemudian factor Xa dibantu oleh
Ca2+ dan factor Va akan mengaktifkan protombin menjadi thrombin.
Trombin kemudian mengaktivasi factor XIII dan XIIIa yang akan
mengkatalisis perubahan fibrinogen menjadi fibrin.
Faktor-faktor pembekuan darah mekanisme kerja:
Aktivasi tromboplastin
Pembentukan thrombin dari protombin
Pembentukan fibrin dari fibrinogen
Vitamin K ada 2 jenis : Menadiol Sodium Fosfat yang bersifat larut
dalam air dan Fitomenadion (vitamin K1) yang larut dalam lemak.
2) Menadiol Sodium Fosfat
Indikasi: defisiensi vitamin K (misalnya pada sumbatan empedu atau
penyakit hati)
Kontraindikasi: neonatus, bayi, hamil tua
Dosis: 1-12 tahun 5-10 mg per hari, 12-18 tahun 10-10 mg per hari,
dewasa 10-40 mg per hari.
Sediaan: tablet 10 mg
Interaksi: vitamin K melawan efek antikoagulan coumarin dan
fenindion
3) Vitamin K1
Indikasi: defisiensi vitamin K (misalnya pada sumbatan empedu atau
penyakit hati)
Kontraindikasi: neonates, bayi, hamil tua
Dosis: 1-12 tahun 5-10 mg per hari, 12-18 tahun 10-20 mg per hari,
dewasa 10-40 mg per hari.
Sediaan: tablet 10 mg
Interaksi : vitamin K melawan efek antikoagulan coumarin dan
fenindion.
4) Protamin
Dosis: Injeksi intravena (kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit), 1 mg
menetralkan 80-100 unit heparin bila diberikan dalam waktu lebih
panjang, diperlukan protamin lebih sedikit karena heparin diekskresi
dengan cepat; maksimal 50 mg.
Indikasi: Digunakan untuk mengatasi over dosis heparin, namun jika
digunakan berlebihan memiliki efek antikoagulan. Jika perdarahan
yang terjadi saat pemberian heparin hanya ringan, protamin sulfat tidak
perlu diberikan karena penghentian heparin biasanya akan
menghentikan perdarahan dalam beberapa jam.
Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap protamin
Efek samping: Mual, muntah, muka merah, hipontensi, bradikardi,
dispnea, reaksi hipersensitif (termasuk angiodema, anafilaksis) pernah
dilaporkan.
Mekanisme kerja: Protamin sulfat merupakan basa kuat, bekerja
sebagai antagonis heparin pada in vitro dan in vivo dengan cara
membentuk kompleks bersama heparin yang bersifat asam kuat
menjadi bentuk garam stabil. Kompleks heparin dan protamin tidak
mempunyai efek antikoagulan.
Bentuk sediaan: Injeksi intravena
5) Asam traneksamat
Indikasi: Asam traneksamat adalah obat antifibrinolitik yang
menghambat pemutusan benang fibrin. Asam traneksamat digunakan
untuk profilaksis dan pengobatan pendarahan yang disebabkan
fibrinolisis yang berlebihan dan angiodema hereditas.
Mekanisme kerja: asam traneksamat kompetitif menghambat aktivasi
plasminogen sehingga mengurangi konversi plasminogen menjadi
plasmin (fibrinolisin), enzim yang mendegradasi gumpalan fibrinogen
dan protein plasma lainnya termasuk faktor prokoagulan V dan VIII.
Oleh karena itu, dapat mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis
yang berlebihan.
Dosis: Oral 1-1.5 gr (15-25 mg/kg) 2-4 kali sehari. Dosis injeksi
inravena perlahan: 0.5-1 gr (10 mg/kg) 3 kali sehari. Dosis infuse
kontinyu 25-50 mg per kg setiap hari.
Efek samping: sakit dada, vasospasme, syok hemoragik, demam, sakit
kepala, kedinginan, urtikaria, alopesia, disestesis pedis, purpura,
eczema, nekrosis kutan, plak eritematosis, hiperkelemia,
hiperlipidemia, mual, muntah, konstipasi, hemorage, ditemukan darah
pada urin, epiktasis, hemoragik adrenalin, hemoragik retriperitonial,
trombositopenia, peningkatan enzim SGOT,SGPT, ulserasi, nekrosis
kutan yang disebabkan karena injeksi subkutan, neropati perifer,
osteoporosis, konjungtivitis, hemoptisis, hemoragik pulmonary, asma
arthritis, rhinitis, bronkospasme, reaksi alergi kemudian reaksi
anafilaktik.
Interaksi dengan obat lain: obat yang berfungsi untuk menjaga
hemostasis tidak diberikan bersamaan dengan obat anti fibrinolitik.
Pembentukan thrombus akan meningkat dengan adanya O estrogen
atau mekanisme antifibrinolitik diantagonis oleh senyawa trombolitik.
Mekanisme kerja: asam traneksamat bekerja dengan sama memblok
ikatan plasminogen dan plasmin terhadap fibrin; inhibisi terhadap
plasmin ini sangat terbatas pada tingkat tertentu.
Bentuk: sediaan kapsul 250 mg, tablet 500 mg, injeksi 50 ml.
6) Calsium Chanel Blocker: Nimodipin
Indikasi: merupakan Ca chanel bloker dengan aktivitas
serebrovaskuler preferensial. Hal ini ditandai dengan efek dilatasi dan
menurunkan tekanan darah pada serebrovaskuler.
Mekanisme kerja: nimodipin ternasuk dalam kelas agen farmakologis
dikenal sebagai kalsium chanel blocker. Nimodipin diindikasikan
untuk peningkatan hasil neurologis dengan mengurangi insiden dan
keparahan deficit iskemik pada pasien dengan perdarhan subarachnoid
dari pecahnya aneurisme. Proses kontraktil sel-sel otot polos
tergantung pada ion kalsium sel selama depolarisasi sebagai
penghambat arus transmembran. Nimodipin menghambat transfer ion
kalsiun ke dalam sel dan demikian menghambat kontraksi otot polos
vaskuler.
Dosis: PO / nasogastrik 60 mg/4 jam selam 21 hari berturut-turut.
Memulai terapi dalam waktu 96 jam perdarahan subarachnoid.
7) Terapi suportif: infuse manitol
Indikasi: menurunkan tekanan intrakranial yang tinggi karena edema
serebral.
Mekanisme kerja: kenaikan tekanan intrakranial dan adanya edema
serebral pada hemoragik dapat terjadi karena dari efek gumpalan
hematoma. Manitol bekerja untuk meningkatkan osmolaritas plasma
darah, mengakibatkan peningkatan air dari jaringan, termasuk otak dan
cairan serebrospinal, ke dalam cairan interstisial dan plasma.
Akibatnya edema otak, peningkatan tekanan intrakranial serta volume
dan cairan serebrospinal dapat dikurangi.
Dosis, lama dan cara pemberian: tekanan intracranial;edema
serebral;1.5-2 gr/kg dosis IV dalam 15,20, atau 25% larutan selam 30-
60 menit pertahankan osmolarotas serum 310 sampai >320 mOsm/kg.
4. Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak.
Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa
penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas.
Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan
kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer
a. A : adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret dimulut. Pada jalan nafas terpasang ET.
B : RR 38x/i, tidak terdapat nafas cuping hidung, menggunakan otot
bantu pernafasan.
C : tekanan darah meningkat, nadi kuat, akral dingin, SaO2 100%.
D : kesadaran somnolen.
E : tidak ada jejas atau luka.
b. Data Demografi
e. Pengkajian Gordon
1) Pola persepsi dan Managemen kesehatan
Sensorik motorik menurun, perubahan persepsi dan orientasi.
3) Pola Eliminasi
Data Objektif : inkotinensia urin, distensi abdomen, tidak adanya
suara usus (ileus paralitik)
8) Pola Peran-Hubungan
Gangguan dalam bicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
2. Pemeriksaan Sekunder
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sedang
kesadaran : Somnolen GCS: 11
TV : TD : 160/100 mmHg
RR : 20x/i
HR : 90x/i
T : 38,5'c
Head to Toe
kepala : kulit kepala bersih, tidak ada edema, dan rambut sudah
ditumbuhi uban.
Mata : simetris kiri dan kanan, pupil isokor, Rc +/+
Telinga : simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, kebersihan telinga kurang.
Hidung : Simetris, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
sekret.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening.
Dada & torak : I = Bentuk simetris
P = tidak ada benjolan dan nyeri tekan
P = suara jantung pekak, suara paru sonor
A = bunyi jantung normal (1,2), bunyi paru vesikuler,
terdapat suara tambahanronkhi basah.
Abdomen : I = simetris dan permukaan perut datar
A= bising usus tidak terdengar
P= tidak ada nyeri tekan
P= timpani
Ekstremitas : anggota gerak sebelah kiri lemah
b. Pemeriksaan laboratorium
Ureum : 27,9 mg/dl
Kreatinin : 0,87 mg/dl
Na : 138,8 mmol/l
K : 4,1 mmol/l
Cl : 0,8 mmol/l
GDS : 284 md/dl
Troponin : 138,8 mmol/l
Hb : 13,4 gr/dl
Leukosit : 15.230
Trombosit : 263.000
Hematokrit : 40,9
c. Pemeriksaan Diagnostik
-
d. Terapi
Obat injeksi :
3. Analisa data
Data Diagnosa
Ds: klien mengatakan kepalanya sakit Perfusi jaringan serebral tidak efektif
Do:
-gangguan status mental
-perubahan perilaku
-perubahan respon motorik
-abnormalitas bicara
-kelemahan atau paralysis ekstremitas
Ds : Dispnea Pola nafas tidak efektif
Do :
- penurunan tekanan inspirasi
ekspirasi
-menggunakan otot pernafasan
tambahan
-orthopnea
-penurunan kapasitas vital
-pernapasan pursed lip
8. pertahankan parameter
hemodinamik
5. Catatan Perkembangan
No Hari/ No Dx.Kep Implementasi Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Senin, 5 1. Pola nafas 1. memposisikan S=pasien
Februari 2018 tidak efektif pasien untuk mengatakan
membuka jalan nafas masih
nafas sesak
2. O=klien
mengauskultasi tampak
suara nafas sesak
3. memonitor A=masalah
respirasi dan teratasi
status O2 sebagian
4. memonitor P=intervensi
vital sign lanjut
2. Judul : Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian stroke pada pasien di
RSU H.Sahudin Kutacene kabupaten Aceh Tenggara.
Hasil Penelitian : ada hubungan diabetes melitus dengan kejadian stroke. Hal ini
berarti bahwa pasien yang menderita stroke memiliki risko 4,12 kali dengan DM
dibandingkan dengan yang tidak menderita stroke.
Analisi : Hasil penelitian ini sesuai dengan kasus yang dialami oleh Ny.R dimana
Ny.R ada riwayat Diabetes melitus yang terkontrol.
3. Judul : Hubungan umur, jenis kelamin dan hipertensi pada kejadian stroke
Hasil penelitian : Kelompok umur yang beresiko tinggi mengalami stroke yaitu
besar dari 55 tahun dan beresiko rendah dengan kelompok umur 40-55 tahun.
Analisi : Hasil penelitian ini sesuai dengan kasus yang dialami oleh Ny.R dimana
Ny.R berusia 57 tahun.