Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA


“GASTROENTERITIS ”

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
NANO WINDAYANI LELMALAYA I GEDE SUDARMAYAN
I WAYAN S CAESARANDIKA YUNI KARAENG
AZWAR TAM LUPOYO AMELIA TIRZA DAUHAN
NI WAYAN M. SRI ASTITI DEVI F. KOWOMBON
SHERIN BODA HARBI TIMPAL
PUTRI AMALIA UMAR CLARISTA RATUWALANGON
CINDRA SALINDEHO IVONE LUMIWU
FAHIRA TINONDIGHANG HELMITA DAALIWA

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK.III MANADO


T.A 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya sehinggamakalah yang
membahas tentang
”MAKALAH ASKEP GASTROENTERITIS” dapat selesai tepat pada
waktunya kami kelompok 6 menyadari makalah ini masih jauh dari
harapan pembaca yang mana di dalamnya masih terdapat berbagai
kesalahan baik dari sistem penulisan maupun isi. Oleh karena itu
kelompok mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga dalam makalahberikutnya dapat diperbaiki serta di tingkatkan
kualitasnya.
Kelompok menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

KELOMPOK VI

Manado, januari 2016


DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR …………………………………………….......................
............ i
DAFTAR
ISI ………………………………………………………...........................
.................. ii
BAB
I PENDAHULUAN ...............………………………….……………
……………..…….. 1
Latar Belakang ………………………………………………..................
......................... 1
Rumusan Masalah
…………………………………………………………………….............
3
Tujuan
………………..……………………………............................................
... 3
Manfaat
………………………………………………………………………………
…........ 3

BAB
II PEMBAHASAN ….......................................................................
… 4
Pengertian ...................................………………................................
..... 4
Etiologi
...............................................................................................
5
Patofisiologi .......................................................................................
5
Pathway……………...........................................................................
7
Gejala
diare............................................................................... 8
Pemeriksaan
Penunjang .................................................................... 8
Komplikasi .........................................................................................
. 9
Pengkajian ……………………............................................................
....... 10
Diagnosa
Keperawatan ….................................................................. 11
Intervensi ………………………..........................................................
........ 11

BAB
III PENUTUP ..................................................................................
.....14
Kesimpulan ......................................................................................
14
Saran ................................................................................................
14

DAFTAR
PUSTAKA ......................................................................................
15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare akut merupakan keluhan yang sering dijumpai pada orang dewasa. Bila
terjadi tanpa komplikasi, secara umum dapat diobati sendiri oleh
penderita. Namun, bila terjadi komplikasi akibat dehidrasi atau toksik
menyebabkan morbiditas dan mortalitas, meskipun penyebab dan
penanganannya telah diketahui dengan baik serta prosedur diagnostiknya juga
semakin baik.
Meskipun diketahui bahwa diare merupakan suatu respon tubuh terhadap
keadaan tidak normal, namun anggapan bahwa diare sebagai mekanisme
pertahanan tubuh untuk mengekskresikan mikroorganisme keluar tubuh, tidak
sepenuhnya benar. Terapi kausal tentunya diperlukan pada diare akibat infeksi,
dan rehidrasi oral maupun parenteral secara simultan dengan kausal
memberikan hasil yang baik terutama pada diare akut yang menimbulkan
dehidrasi sedang sampai berat. Acapkali juga diperlukan terapi simtomatik
untuk menghentikan diare atau mengurangi volume feses, karena berulang kali
buang air besar merupakan suatu keadaan/kondisi yang menggganggu
akitifitas sehari-hari.

Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan.


Perubahan iklim, kondisi lingkungan kotor, dan kurang
memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor utamanya.
Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly ,
Feces, danFinger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis
adalah dengan memutus rantai penularan tersebut. Sesuai data
UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu diare baru,
yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi
mematikan di saluran pencernaan. Bakteri ini hidup di udara dan
dapat dibawa oleh lalat yang hinggap di makanan.
Kasubdit Diare dan Kecacingan Depkes, I Wayan Widaya
mengatakan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk.
Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi
melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya. Jumlah
kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya
menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan
rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku
hidup tidak sehat. (piogama.ugm.ac.id).
Sedangkan di Provinsi Riau Pada 27 maret 2008 tercatat
Diare 182 kasus yang diakibatkan adanya banjir di Provinsi Riau.
Adapun kecamatan yang terkena banjir sebanyak 36 kecamatan,
164 desa, 29.950 Kepala Keluarga atau 60.950 Jiwa
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi.
Namun, ini bukan alasan untuk mengabaikannya, dehidrasi pada
penderita diare bisa membahayakan dan ternyata ada beberapa
jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau
bakteri yang masuk ke makanan atau minuman, makanan
berbumbu tajam, alergi makanan, reaksi obat, alkohol dan bahkan
perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu pula
sejumlah penyakit tertentu.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi Diare?
1.2.2 Jenis-jenis Diare?
1.2.3 Apa Etiologi/Penyebab Diare?
1.2.4 Asuhan Keperawatan Diare?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian Diare.
1.3.2 Mengetahui jenis-jenis Diare.
1.3.3 Mengetahui penyebab Diare.
1.3.4 Mengetahui asuhan keperawatan Diare.

1.4 Manfaat
1.4.1 Makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk
mengembangkan dan paham akan perawatan Gastroenteritis.
1.4.2 Dengan melakukan pembutan makalah ini, kelompok dapat
mengetahui dan memahami secara spesifik tentang Gastroenteritis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998),
diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau
tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare
merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung
atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu
keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara
berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali
atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar
yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau
usus.
2.1.2 Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari
diare akut, diare persisten dan diare kronis. (Asnil et al, 2003).
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung
kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang
dapat atau tanpa disertai lendir dan darah
b. Diare Persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare
akut dan kronik.
c. Diare kronis
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap
gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare
kronik lebih dari 30 hari.

Etiologi
a. Faktor infeksi
 Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E.
coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus,
Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica,
G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
 Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem
pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis
media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya.
b. Faktor Makanan:
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi,
beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
c. Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan
cemas).

Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
a. Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen
usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus
untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam
lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi
lumen usus.
c. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Gejala Diare

Beberapa gejala penyakit diare dapat langsung dikenali atau


dirasakan oleh penderita. Di antara gejala tersebut adalah:
Buang air besar terus menerus disertai dengan rasa mulas yang
berkepanjangan
Tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari
Pegal pada punggung, dan perut sering berbunyi
Mengalami dehidrasi (kekurangan cairan tubuh)
Diare yang disebabkan oleh virus dapat menimbulkan mual dan
muntah-muntah
Badan lesu atau lemah
Panas
Tidak nafsu makan
Darah dan lendir dalam kotoran

Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium pada
diare adalah:
a. Feses
Makroskopis dan Mikroskopis
pH dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet
clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
Biakan dan uji resisten.
b. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan
menentukan pH dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas
darah.
c. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.
e. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad
renik atau parasit.

Komplikasi

a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau


hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim
laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan.

PATOFISIOLOGI/PATOMEKANISME
Gastroenteritis dapat disebabkan oleh satu atau lebih
patofisiologi/patomekanisme sebagai berikut:
1) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotic;
2) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik;
3) Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak;
4) Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di
enterosit;
5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal;
6) Gangguan permeabilitas usus;
7) Inflamasi dinding usus, disebut diare imflamatorik;
8) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi.
Diare osmotic: diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotic
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia
yang hiperosmotik (a.l. MgSO4, Mg(OH)2, malabsorbsi umum dan efek
dalam absorbsi mukosa usus missal pada defisiensi disakaridase,
malabsorbsi glukosa/galaktosa.
Diare sekretorik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi
air dan elektrolit dari usus, menurunnya basorbsi. Yang khas pada diare
ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak
sekali. Diare tipe ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa
makan/minum. Penyebab dari diare tipe ini antara lain karena efek
enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Escherichia coli, penyakit
yang menghasilkan hormone (VIPoma), reseksi ileum (gangguan
absorbs garam empedu), dan efek obat laksatif (dioctyl sodium
sulfosuksinat dll).

Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan


pada gangguan pembentukan/produksi micelle empedu dan penyakit-
penyakit saluran bilier dan hati.
Defek system pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit: diare
tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
Na+K+ATP ase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal.
Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini disebabkan
hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan
absorbsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas
antara lain: diabetes mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid.
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas
usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membrane
epitel spesifik pada usus halus.
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan
adanya kerusakan usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi
produksi mucus yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam
lumen, gangguan absorpsi air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus
dapat disebabkan infeksi (disentri Shigella) atau non infeksi (colitis
ulseratif dan penyakit crohn).
Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari
diare. Dari sudut kelaianan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-
invasif (tidak merusak mukosa) dan invasive (merusak mukosa). Bakteri
noninvasive menyebabkan diare karena toksin yang disekresi oleh
bakteri tersebut, yang disebut diare toksigenik. Contoh diare toksigenik
a.l. kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio
cholare/eltor merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus,
lalu membentuk adenosisn monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus
dan menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion
bikarbonat dan kation natrium dan kalium. Mekanisme absorpsi ion
natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak terganggu karena itu
keluarnya ino klorida (diikuti ion bikarbonat, air, natrium, ion kalium)
dapat dikompensasi eleh mneingginya absorsi ion natrium (diiringi oleh
air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompensasi ini dapat dicapai
dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh
dinding sel usus.

PATOGENESIS

Yang berperan pada pathogenesis diare akut terutama karena infeksi


yaitu factor kausal (agent) dan factor pejamu (host). Factor pejamu
adalah kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap
organisme yang dapat menimbulkan diri terhadap organism yang dapat
menimbulkan diare akut, terdiri dari factor-fkator daya tangkis atau
lingkungan internal saluran cerna a.l keasaman lambung, motilitas usus,
imunitas dan juga lingkungan mikroflora usus. Faktro kausal yaitu daya
penetrasi yang dapat masuk sel mukosa, kemampuan memproduksi
toksin yang memperngaruhi sekresi cairan usus halus serta daya lekat
kuman. Pathogenesis diare karena infeksi bakteri/parasit terdiri atas:
a. Diare karena bakteri Non-Invasif (Enterotoksigenik).
Bakteri yang tidak merusak mukosa missal V.cholerae Eltor,
Enterotoksigenic E.coli (ETEC) dan C.perfringens. V.Cholerae
Eltor mengeluarkan toksin yang terikat pada mukosa usus halus 15-30
menit sesudah diproduksi vibrio. Enterotoksin ini menyebabkan kegiatan
berlebihan nikotinamid adenine dinukleotid pada dinding sel usus yang
diikuti oleh air, ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.
b. Diare karen Bakteri/parasit invasif (Enterovasif).
Bakteri yang merusak (invasive) antara lain: Enteroinvasif E.coli (EIEC),
Salmonella, Shigelle, Yersinia, C.Perfringens tipe C. Diare disebabkan
oleh kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Sifat
diarenya sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat tercampur lendir dan
darah. Walau demikian, infeksi kuman-kuman ini dapat juga
bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman Salmonella yang
sering menyebabkan diare yaitu: S.paratyphi B, Styphimurium,
S.entereiditis, S.choleraesuis. Penyebab parasit yang sering
yaitu E.histolitica dan G.lamblia.

Konsep Dasar Keperawatan

Pengkajian
a. Identitas klien.
b. Riwayat keperawatan.
Awalan serangan : Suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian
timbul diare.
Keluhan utama : Faeces semakin cair, muntah, bila kehilangan
banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan
menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor
kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB
lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu.
Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.
d. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri
maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak
mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari
penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan
merasa bersalah.
e. Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi
Akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK
sedikit atau jarang.
Pola nutrisi
Diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
Pola tidur dan istirahat
Terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene
Kebiasaan mandi setiap harinya.
Aktivitas
Akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.

2.2.2 Pemerikasaan fisik.


a. Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis
sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
b. Pemeriksaan sistematik :
Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut
dan bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
Auskultasi : terdengarnya bising usus.

2.2.3 Diagnosa Keperawatan


a. Intoleransi Aktivitas
b. Kekurangan volume cairan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
d. Resiko Kerusakan Integritas Kulit

2.2.4 Intervensi
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau
tanpa darah atau lendir dalam tinja. Diare juga dapat diartikan
sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan
elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air
besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar
yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi
tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau
usus.

3.2 Saran
Dengan dibuatnya asuhan keperawatan pada klien yang
mengalami Diare ini diharapkan mahasiswa untuk lebih bisa
memahami, mengetahui dan mengerti tentang cara pembuatan
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Diare.
DAFTAR PUSTAKA

Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis &


Nanda Nic Noc edisi revisi Jilid 1 tahun 2013.

Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis


& Nanda Nic Noc edisi revisi Jilid 2 tahun 2013.

Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi tahun 2012-


1014.
Buku saku diagnosis keperawatan edisi 9 oleh Judith M. Wilkinson
dan Nancy R. Ahern.

Anda mungkin juga menyukai