KKP NTT
KKP NTT
0000
Potensi, Komitmen, Konektivitas, Lesser Sunda Ecoregion
Pengembangan kawasan konservasi perairan di Provinsi Nusa Tenggara Timur perlu adanya
dukungan dan komitmen dari semua pihak yang terkait, untuk mewujudkan pengelolaan yang
kolaboratif, partisipatif, efektif dan berkelanjutan. Kawasan konservasi perairan hendaknya
memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan kwalitas sumber daya pesisir dan laut,
serta berperan dalam mendukung pembangunan daerah serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Provinsi Nusa Tenggara Timur menyumbang 4.365.378,49 ha atau 27,69 % dari luas kawasan
konservasi perairan di Indonesia. Terdapat 9 kawasan konservasi perairan yang dikelola oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan
Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten. Dengan luas kawasan konservasi perairan yang sangat
besar dan tersebar di wilayah ini, perlu adanya komitmen bersama semua pengelola untuk
melakukan jejaring pengelolaan berupa aspek kelembagaan, aspek ekologi, aspek sosial budaya
dan aspek ekonomi. Konektivitas dan jejaring antar kawasan akan sangat berdampak besar
terhadap pembangunan kelautan dan perikanan, serta pembangunan daerah. Tantangan besar
setelah pasca pemberlakuan Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,
dimana adanya kewenangan provinsi untuk mengelola pesisir dan laut sampai 12 mil, harus
menyiapkan sumber daya manusia dan kelembagaan yang dapat mendukung pengeloaan
kawasan konservasi yang lebih baik.
Dalam rangka mendukung pengembangan jejaring kawasan konservasi di Provinsi NTT, maka
Dewan Konservasi Perairan Provinsi NTT bekerjasama dengan The Nature Conservancy (TNC)
Savu Sea Project dan WWF-Indonesia lesser Sunda Ecoregion menyelenggarakan Workshop
Efektivitas Jejaring Kawasan Konservasi Perairan di Provinsi NTT, dilaksanakan di Hotel T-
More Kupang pada tanggal 9 – 10 Maret 2017. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperkuat
jejaring konservasi di NTT yang meliputi penguatan kelembagaan, dukungan aksi program,
pengembangan regulasi dan kebijakan, serta dukungan pengembangan jejaring kawasan
konservasi ecoregion sunda kecil.
Pada kesempatan ini, narasumber dari Dirjen Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan
dan Perikanan yang disampaikan oleh Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional
(BKKPN) Kupang, menyampaikan komitmen dan kebijakan Kementerian Kelautan dan
Perikanan dalam pengembangan kawasan konservasi perairan dengan targen 20 juta hektar pada
tahun 2020, serta pengelolaan kawasan yang memberikan dampak baik bagi peningkatan
kwalitas SDA pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, juga adanya peningkatan kesejahteraan bagi
masyarakat perikanan dan kelautan. Pengembangan kawasan konservasi ini bagian dari visi
KKP yaitu Mewujudkan sektor kelautan dan perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat dan
berbasis kepentingan nasional, serta 3 pilar Kedaulatan, Keberlanjutan dan Kesejahteraan. Lebih
lanjut beliau menambahkan, bahwa Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu bagian dari
jejaring kawasan konservasi perairan di NTT mendukung dan berkomitmen untuk berjejaring
dalam rangka mewujudkan pengelolaan yang berkelanjutan.
Narasumber lain Workshop ini adalah Ditjen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTT,
Biro Pemerintahan Setda Provinsi NTT, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Alor, dan
Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut. Sementara peserta kegiatan ini berasal
dari Pengelola Kawasan Konservasi Perairan (BKKPN Kupang, BBKSDA NTT, TN Komodo,
Pemda), Instansi terkait Provinsi NTT, Perguruan Tinggi, Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten (Lembata, Alor, Sikka, Manggarai Barat), Lembaga Swadaya Masyarakat, Lantaman
VII Kupang, Polair Polda NTT, PSDK dan HNSI NTT.