Anda di halaman 1dari 94

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL

TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR SISWA


PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus

SKRIPSI

Disusun Oleh:
Edi Junaedi Abdilah
106011000083

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
ABSTRAK

Efektifitas Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar


Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
Di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus

Media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk


diperhatikan, karena media pembelajaran sangat mempengaruhi tingkat pemaham
siswa terhadap materi yang disampaikan di kelas. Media pembelajaran merupakan
sarana untuk menyampaikan informasi dari pengirim pesan kepada penerima
pesan, dengan harapan proses komunikasi pembelajaran dapat berjalan dengan
efektif dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima secara utuh oleh siswa
sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan mempermudah siswa


dalam menerima dan memahami pelajaran, sehingga hal ini diprediksikan dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan bagaimana efektifitas penggunaan media audio visual terhadap
keberhasilan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X AP2 SMK Al-Hidayah Lebak Bulus.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif


kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi atau
gambaran dari fenomena yang diselidiki dengan cara membuat kesimpulan
berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian. Sedangkan teknik
penelitian yang penulis gunakan yaitu: observasi, wawancara, uji materi pelajaran
berbentuk pilihan ganda serta dokumentasi.

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian yang penulis lakukan adalah
penggunaan media audio visual mempunyai tingkat efektifitas yang signifikan
terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal ini diketahui dari hasil jawaban siswa
kelas X AP2 sebagai kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 77,90. Dan hasil
wawancara menunjukkan bahwa siswa menyukai dan termotivasi ketika proses
pembelajaran menggunakan media audio visual berbentuk VCD, karena menurut
hasil wawancara siswa menyebutkan bahwa media VCD dapat mempermudah
mereka dalam memahami pelajaran.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia, rahmat, hidayah, inayah serta kasih sayang yang berlimpah

dan tiada batas kepada penulis sehingga skripsi ini dapat tersusun dan

terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi

besar Muhammad SAW, yang telah menjadi sinar terang dalam perjalanan hidup

umat manusia, semoga kita semua mendapatkan syafaatnya kelak di hari akhir.

Amin.

Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang “Efektifitas

Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini ada pihak-pihak yang

telah berkontribusi memberikan bantuan, pengarahan, inspirasi serta do’a dan

dukungannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Univevrsitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ii
3. Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan

Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

4. Bapak Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag, selaku dosen pembimbing

akademik, yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan nasehat

kepada penulis selama perkuliahan.

5. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah

mentransfer ilmu selama masa perkuliahan

7. Segenap staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan bantuan

berupa referensi buku-buku dan bahan penelitian bagi penulis

8. Kepala sekolah, para guru dan staf SMK Al-Hidayah Lebak Bulus yang

telah memberikan ijin penelitian dan kerjasama yang baik dalam

memberikan data-data yang diperlukan penulis dalam penelitian ini.

9. Kepada almarhum ayahanda tercinta, penulis mengucapkan terimakasih

yang sedalam-dalamnya, semoga diampuni segala dosanya. Dan kepada

ibunda tercinta yang senantiasa mengasuh, membimbing, membiayai,

memotivasi serta menjadi sumber semangat bagi penulis dalam menjalani

kehidupan ini.

iii
10. Ade Nurfajriyah, yang senantiasa memberikan motivasi, dan dukungan

kepada penulis baik berupa moril, tenaga, maupun pemikiran.

11. Sahabat dan teman-teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama

Islam, Ahmad Sidrotul Muntaha, Kak Abdilah, Mahfud Fauzi, dan teman-

teman PAI B Angkatan 2006 yang tidak bisa disebutkan satu-persatu,

terimakasih atas kebersamaan dan persaudaraan selama ini serta motivasi

dan semangat untuk segera meyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman kosan, Ridwan, Fauzi, Teguh, Akbar, Mansur dan yang

lainnya, yang selalu mengobarkan api semangat dalam keputusasaan

penulis, terimakasih telah mengizinkan penulis untuk menjadikan

kosannya sebagai tempat singgah yang nyaman bagi penulis.

13. Terimakasih juga kepada semua pihak yang turut serta membantu dalam

kelancaran penyusunan skipsi ini.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan semua pihak didalamnya,

penulis hanya mempu mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga

kebaikannya mendapatkan balasan yang lebih baik lagi dari Allah SWT. Mudah-

mudahan skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi semua pihak, khususnya

bagi penulis dan umumnya bagi pembaca skripsi ini.

Penulis

Edi Junaedi Abdilah


106011000083

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN PENULIS
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. viii
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.................................................. 4
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam ............................................................ 6
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam...................................... 6
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam ........................................... 8
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah ..........................11
4. Tugas Pendidikan Agama Islam .............................................13
5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ..............................14
B. Media Audio Visual ....................................................................19
1. Media Pendidikan dan Pembelajaran .....................................20
2. Media Audio Visual ...............................................................24
3. Macam-Macam Media Audio Visual .....................................25
4. Karakteristik Media Audio Visual .........................................25
C. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...........................26
1. Prosedur Umum Pelaksanaan Pembelajaran ..........................26

v
2. Pembelajaran Efektif ..............................................................30
D. Hasil Belajar............................................................................... 40
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ................ 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 42
B. Metode Penelitian ...................................................................... 42
C. Objek Penelitian ......................................................................... 44
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 44
E. Teknik Analisis Data ................................................................. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah ......................................... 49
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK Al-Hidayah...................... 49
B. Kondisi Informan ....................................................................... 54
C. Hubungan Sosial ........................................................................ 55
D. Proses Belajar Mengajar Berbentuk Media Audio Visual ......... 56
1. Tahap Persiapan.................................................................... 56
2. Tahap Pelaksanaan ............................................................... 56
E. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual .......................... 64
1. Hasil Uji Efektifitas Pembelajaran ....................................... 65
2. Komunikasi Pembelajaran Berbentuk Media Audio Visual ..73
3. Pengamatan Terhadap Siswa Melalui Rekaman Handycam ..73
F. Upaya SMK Al-Hidayah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 76
B. Saran-Saran ................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 80
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Sarana dan Prasarana ........................................................................... 51
Tabel 2. Daftar Pengajar SMK Al-Hidayah Lestari ........................................... 52
Tabel 3. Daftar Jumlah Siswa SMK A-Hidayah Lestari .................................... 53
Tabel 4. Data Informan ...................................................................................... 55
Tabel 5 Hasil Belajar Siswa ............................................................................... 66

DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Pembagian Haji ............................................................................... 61
Diagram 2. Rukun Haji........................................................................................... 61
Diagram 3. Wajib Haji ....................................................................................... 62
Diagram 4. Bentuk Komunikasi Dua Arah ........................................................ 73

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan
yang signifikan di berbagai aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang
ekonomi, social, budaya, maupun pendidikan. Oleh karena itu, agar pendidikan
tidak tertinggal dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
tersebut perlu adanyan penyesuaian-penyesuaian, terutama yang berkitan dengan
faktor-faktor pengajaran di kelas, salah satu faktor tersebut adalah media
pembelajaran yang perlu dikuasai oleh guru, sehingga mereka dapat
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara efektif dan efisien. Hasil
penelitian telah memperlihatkan bahwa media telah menunjukkan keunggulannya
membantu para guru dan staf pengajar dalam penyampaian pesan pembelajaran
dengan lebih cepat dan mudah ditangkap oleh siswa.
Dunia pendidikan saat ini tidak luput dari teknologi modern, walaupun
masih sangat minim, tapi paling tidak di setiap kelas, sudah mulai menggunakan
OHP. Penggunaan alat-alat modern memang seharusnya sudah suatu keniscayaan
diterapkan dalam dunia pendidikan, sudah tidak saatnya guru mengajar dikelas
hanya dengan bantuan papan tulis, dan spidol (kapur). Dengan perkembangan
teknologi pada saat ini, seorang guru harus bisa mempergunakan alat teknologi
sebagai media pembelajaran yang efektif, sehingga dengan berkembangnya
teknologi pendidikan tersebut menjadikan proses pendidikan dapat berjalan lebih
efektif dan efesien. Khususnya pada usia anak-anak, pendidikan dengan
menggunakan media moden, sebut saja media elektronik seperti televisi, vcd, lcd
viewer, tentunya akan lebih menarik perhatian daripada didapat dari guru saja.

1
2

Apabila diperhatikan mengapa anak-anak bisa sangat antusias apabila menonton


film kartun atau bermain playstation daripada memperhatikan guru mengajar atau
membaca buku pelajaran. Salah satu penyebabnya adalah dalam mengajar guru
terlalu klasik atau tidak up date, atau dengan kata lain guru tidak modern baik
dalam metode pengajaran, dan juga dalam penggunaan dan pemilihan media
belajar. Penggunaan media audio visual seperti VCD atau LCD viewer, tentu
dapat meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi yang disampaikan.
Selain itu juga, sifat audio visual dari televisi atau monitor mampu memberi daya
ingat yang lama pada pemirsanya. Menurut R. Benschofer, pelajaran (suatu
program acara) yang bisa diingat lewat media pandang dengar ini, setelah tiga
hari, bisa 65%. Sedangkan lewat media dengar saja 10%, dan lewat media
pandang saja 20%. Media audio visual memang bukan barang baru dalam
pandangan umum, akan tetapi dunia pendidikan khususnya di Indonesia, hal ini
masih dirasa asing. Memang benar, bahwa media atau instrumen audio visual dan
sejenisnya bukanlah hal yang esensial, karena hanya masalah hardware saja, dan
tanpa itupun prosese pembelajaran pun dapat berjalan. Seperti pendapat Prof. Dr.
Nasution, M.A bahwa:
“Ada yang menafsirkan Teknologi Pendidikan sebagai suatu cara mengajar
yang menggunakan alat-alat modern yang sebenarnya dihasilkan bukan
khusus untuk keperluan pendidikan tetapi dapat dimanfaatkan dalam
pendidikan seperti radio, film opaque projector, overhad projector, TV,
video tape recorder, computer, dan lain-lain. Alat-alat ini dalam metodologi
pengajaran lazim disebut alat peraga, alat pengajaran audio visual aids atau
Instructioanal aids. Dalam teknologi pendidikan hal ini disebut
“Hardware”. Alat-alat tersebut besar manfaatnya, namun bukan inti atau
hakikat teknologi pendidikan. Alat-alat itu sendiri tidak mengandung arti
pendidikan, alat-alat itu bermanfaatkan bila dikaitkan dengan suatu pelajaran
atau program. Program ini lazim disebut software. Yang merupakan inti
teknologi pendidikan adalah programnya yang harus disusun menurut
prinsip-prinsip tertentu. Teknologi pendidikan dapat dilaksanakan tanpa
alat-alat teknologi modern seperti dikatakan tersebut diatas.” 1

Namun dalam teknologi pendidikan media audio visual tentu masih


dianggap sebagai hal yang penting, dan bukan dianggap hal yang harus

1
Nasution, Teknologi Pendidikan. (Jakarta : Bumi Aksara, 1994). hal. 2
3

dikesampingkan kelebihan-kelebihan media audio visual juga dijelaskan oleh TB.


Wahyudi,
“yaitu televisi sebagai media masa mempunyai banyak kelebihan dalam
penyampaian pesan-pesannya di banding media masa lainnya, karena pesan-
pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara bersama-sama
(singkron) dan hidup sangat (actual)…”2

Kaitannya dengan hal di atas, sebagai upaya pengembangan dalam proses


belajar mengajar yang lebih variatif, maka dalam proses pembelajaran perlu
adanya model pembelajaran. Adapun yang diterapkan di SMK AL-Hidayah Lebak
bulus, sejauh ini proses pembelajaran PAI baru dilakukan sebatas menggunakan
metode ceramah. Maka penurut peneliti, perlu diadakan metode baru dalam proses
belajar mengajarnya, yaitu dengan menggunakan metode audio visual, agar
peserta didik lebih memahami pelajaran dalam suasana yang menyenangkan.
Dari uraian di atas kiranya sangat menarik apabila dilakukan penelitian lebih
lanjut di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus untuk mengetahui lebih jauh efektifitas
penggunaan media audio visual yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran
PAI.
Media audio visual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah media
elektronik yang terdapat diruang multimedia yang tersedia di SMK Al-Hidayah
berupa VCD sebagai software yang berisi materi pelajaran PAI, dan VCD player,
televisi, dan LCD viewer sebagai hardware-nya.
Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah efektifitas audio visual tersebut
sebagai media penunjang proses pembelajaran PAI, yang akan diteliti dengan
instrument penelitian yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi, dan diteliti
pula hasil belajar siswa yang juga termasuk salah satu indikator efektivitas
kegiatan pembelajaran, yaitu dengan instrument tes, yang diberikan oleh peneliti
kepada subyek peneltian yang utama dalam penelitian ini, yaitu para siswa SMK
Al-Hidayah.

2
TB. Wahyudi. Media Komunikasi Massa Television (Bandung: Alumni 1980). hal. 2.
4

B. Identifikasi Masalah

1. Ketidaksiapan sekolah menerima media elektronik


2. Masih banyak guru yang belum paham kegunaan media audio visual
dalam mendukung proses pembelajaran.
3. Hasil belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam belum
menunjukkan hasil yang memuaskan

C. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka penelitian ini
dibatasi dengan tiga aspek yaitu:
1. Kurang efektifnya penggunaan metode pembelajaran PAI
2. Kurang menariknya penggunaan metode ceramah.
3. Setelah menggunakan media audio visual, apakah prestasi siswa
meningkat atau menurun?

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah ” bagaimana efektifitas keberhasilan siswa
setelah menggunakan media audio visual?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui efektifitas pengunaan media audio visual pada
aspek proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Al-
Hidayah Lebak Bulus.
b. Untuk mengetahui efektifitas pengunaan media audio visual dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pada aspek hasil belajar di
SMK Al-Hidayah Lebak Bulus
2. Kegunaan penelitian
5

a. Bagi SMK Al-Hidayah Lebak Bulus penelitian ini kiranya dapat


dijadikan salah satu sarana monitoring dan evaluasi, untuk membantu
mengembangkan kualitas pembelajaran, khususnya pada PAI.
b. Sebagai sumbangan informasi dan evaluasi yang nantinya dapat
dijadikan sebagai bahan percontohan terhadap lembaga pendidikan
formal, maupun non formal lainya, baik skala mikro maupun makro
dalam hal penggunaan media audio visual sebagai media dalam
pembelajaran.
c. Dari hasil penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk bahan
penelitian selanjutnya.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam


1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan menurut Abuddin Nata adalah “upaya menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai bagi anak didik. Sehingga nilai-nilai yang terkandung
dalam pendidikan itu menjadi bagian dari kepribadian anak yang pada gilirannya
1
ia menjadi orang pandai, baik, mampu hidup dan berguna bagi masyarakat”.
Menurut Ki Hajar Dewantara, sebagaimana yang dikutip Abuddin Nata,
menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang


ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak
hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan.
Pendidikan berarti memelihara hidup ke arah kemajuan, tidak boleh
melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin. Pendidikan adalah
usaha kebudayaan, berasas peradaban, yaitu memajukan hidup agar
mempertinggi derajat kemanusiaan.2

Menurut Redja Mudyaharjo, pendidikan adalah “segala pengalaman belajar


3
yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup”. Berdasarkan
pengertian tentang pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan

1
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet.
I, h. 10.
2
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), Cet.
I, h. 11.
3
Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar
Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2006), h. 3.

6
7

adalah usaha sadar yang dilakukan seorang pendidik untuk memberi bimbingan
kepada yang terdidik dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya menuju
arah kehidupan yang lebih baik, baik bersifat formal, informal maupun nonformal.
Pendidikan agama sendiri adalah “pendidikan yang memberikan
pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan keterampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran atau kuliah pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan”.4 Dengan kata lain, pendidikan agama merupakan “pendidikan yang
mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut
penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama
dan mengamalkan ajaran agamanya”.5
Sedangkan Pendidikan Agama Islam menurut Zakiah Darajat adalah “Suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada
akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup”.6
Hasan Langgulung mendefinisikan Pendidikan Agama Islam sebagai
“Proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan
pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
7
beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat”. Sedangkan Endang
Syaifuddin Anshari memberikan pengertian Pendidikan Agama Islam sebagai
“proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subyek didik terhadap
perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi) dan raga obyek didik
dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke
arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam”. 8
Pendidikan Agama Islam juga diartikan sebagai: Pendidikan dengan melalui
jaran-ajaran agama Islam, yakni berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak

4
http://www.depdiknas.co.id, 20 Mei 2010.
5
http://www.depag.co.id, 20 Mei 2010.
6
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130.
7
http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010.
8
http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010.
8

didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan, ia dapat memahami,


menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya
secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu
pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun
di akhirat kelak.9
Dengan demikian Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk
membina, menanamkan dan membiasakan peserta didik agar berperilaku sesuai
dengan ajaran-ajaran agama Islam agar kelak mendapat kebahagiaan di dunia dan
akhirat. Dimana Pendidikan Agama Islam bukanlah sekedar penambahan
pengetahuan, pembinaan mental jasmani dan intelek semata, akan tetapi
bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang telah didapatkan itu dapat
dipraktekkan dalam perilaku sehari-hari.

2. Tujuan Pendidikan Agama Islam


Sebelum membahas tentang tujuan Pendidikan Agama Islam terlebih dahulu
penulis akan menjelaskan apa sebenarnya makna dari “tujuan” tersebut. Secara
etimologi, tujuan adalah “arah, maksud atau haluan”. 10 Dalam bahasa Arab
“tujuan” diistilahkan dengan ghayat, ahdaf atau maqasid. Sementara dalam
bahasa Inggris diistilahkan dengan goal, purpose, objectives atau aim. Secara
terminologi, tujuan adalah “sesuatu yang diharapkan dapat tercapai setelah sebuah
usaha atau kegiatan selesai”.11
Para ahli pendidikan (muslim) mencoba merumuskan tujuan Pendidikan
Agama Islam, diantaranya, H. M. Arifin seperti yang dikutip oleh Armai Arief
menjelaskan bahwa tujuan dari proses pendidikan Agama Islam adalah “idealitas
(cita-cita) yang mengandung nilai-nilai Islam yang hendak dicapai dalam proses

9
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: A.H. Ba’adillah Press, 2002),
Cet. I, h. 37.
10
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat
Press, 2002, Cet. I, h. 15.
11
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat
Press, 2002, Cet. I, h. 16.
9

12
kependidikan yang berdasarkan kepada ajaran Islam secara bertahap”. Terkait
dengan hal ini, adapun tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah
sendiri adalah:
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan dan pengamalan serta pengalaman peserta
didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.13
Menurut al-Syaibani tujuan tertinngi Pendidikan Agama Islam adalah
“Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang
hendak dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik,
kemauan dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang utuh
dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya sebagai khalifah fi al-ardh”.14
Sedangkan Muhammad Athiyah al-Abrasyi menyimpulkan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam terdiri dari lima sasaran, yakni: “1.) membentuk akhlak
mulia, 2.) mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat, 3.) persiapan untuk
mencari rezeki dan memelihara segi kemanfaatannya, 4.) menumbuhkan semangat
ilmiah dikalangan siswa, dan 5.) mempersiapkan tenaga profesional yang
15
terampil”.
Secara terperinci, tujuan Pendidikan Agama Islam dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Memahami ajaran agama
Memahami ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits
serta menyimpulkan hukum dari ayat-ayatnya untuk keperluan Negara,
masyarakat dan pribadi. Ajaran ini dinyatakan dalam Qs. At-Taubah (9) ayat 122:

12
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Ciputat
Press, 2002, Cet. I, h. 19.
13
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 135.
14
Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 36.
15
Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 39.
10

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya”.16

b. Keluhuran budi pekerti


Nabi Muhammad Saw telah menunjukkan praktek-praktek budi pekerti dan
amal perbuatan serta ucapan-ucapan sehingga menjadi suri tauladan bagi seluruh
umat manusia di dunia.
c. Kebahagiaan hidup di Dunia dan Akhirat
Mengarahkan pendidikan anak untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat dengan melaksanakan ajaran agama Islam seutuhnya.
d. Persiapan untuk bekerja
Agama Islam memerintahkan kepada semua pemeluknya agar giat bekerja
dan jangan mengharapkan hujan dari langit. Kebahagiaan hidup ditentukan oleh
amal perbuatan seseorang, apabila mengerjakan perbuatan yang baik (amal
shaleh) maka ia akan memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya. Firman Allah
SWT dalam Qs. Al-An’am (6) ayat 132:

“Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan


apa yang dikerjakannya. dan Tuhanmu tidak pernah lengah dari apa yang mereka
kerjakan”.17

16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta Media),
h. 206.
17
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: PT. Syaamil Cipta
Media), h. 145.
11

Pada intinya Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan yang berintikan


tiga aspek, yakni aspek iman, ilmu dan amal. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari
Pendidikan Agama Islam adalah menanamkan rasa keagamaan pada diri
siswa serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT sehingga
di dalam perilaku kesehariannya selalu mengharap ridha Allah SWT dan
menjadikan ajaran agama Islam sebagai pedoman hidup dan amal perbuatannya,
baik dalam hubungannya dengan Allah SWT maupun dalam hubungannya dengan
sesama manusia.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam di Sekolah


Pada dasarnya pendidikan agama berfungsi “membentuk manusia Indonesia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia
dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan intern dan antarumat
beragama”.18 Sedangkan tujuan dari pendidikan agama itu sendiri yakni untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
Adapun pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yakni meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan
ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah
berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak
melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan
ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.
b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan
hidup di dunia maupun di akhirat.

18
http://www.depdiknas.co.id, 23 Mei 2010.
12

c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan


lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan
dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan, yakni untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan
menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam
nyata dan nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang mempunyai bakat
khusus di bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
bagi orang lain.19
Dari penjelasan di atas, fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau
madrasah yakni untuk mengembangkan pemahaman siswa mengenai ajaran
agama Islam yang telah mereka dapatkan dalam lingkungan keluarga serta
memperbaiki dan mencegah dari kesalahan-kesalahan pemahaman dan hal-hal
yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Feisal (1999) berpendapat bahwa terdapat beberapa pendekatan yang dapat
digunakan dalam memainkan fungsi agama Islam di sekolah atau madrasah.
Pendekatan tersebut diantaranya:
1. Pendekatan nilai universal (makro), yaitu suatu program yang
dijabarkan dalam kurikulum.
2. Pendekatan meso, artinya pendekatan program pendidikan yang
mempunyai kurikulum, sehingga dapat memberikan informasi dan
kompetisi pada anak.

19
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep
dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 134-
135.
13

3. Pendekatan ekso, artinya pendekatan program pendidikan yang


memberikan kemampuan kebijakan pada anak untuk membudidayakan
nilai-nilai agama Islam.
4. Pendekatan makro, artinya pendekatan program pendidikan yang
memberikan kemampuan kecukupan keterampilan seseorang sebagai
profesional yang mampu mengemukakan teori, informasi, yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.20

4. Tugas Pendidikan Agama Islam


Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara
kontinyu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas yang perlu
diemban oleh Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan
berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas pendidikan
mempunyai sasaran pada siswa yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara
dinamis, mulai dari kandungan sampai akhir hayatnya. Secara umum tugas
Pendidikan Agama Islam yaitu “membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan siswa dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik
kemampuan optimal”.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tugas PAI setidaknya dapat
dilihat dari tiga pendekatan. Ketiga pendekatan tersebut adalah; Pendidikan
Agama Islam sebagai:
a. Pengembangan potensi. Sebagai pengembangan potensi, tugas
Pendidikan Agama Islam adalah menemukan dan mengembangkan
kemampuan dasar yang dimiliki siswa, sehingga dapat diaktualisasikan
dalam kehidupannya sehari-hari.
b. Proses pewarisan budaya. Sebagai pewarisan budaya, tugas Pendidikan
Agama Islam adalah alat transmisi unsur-unsur pokok budaya dari satu

20
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h.
135.
14

generasi ke generasi berikutnya, sehingga identitas umat tetap terpelihara


dan terjamin dalam tantangan zaman.
c. Interaksi antara potensi dan budaya. Sebagai interaksi antara potensi dan
budaya, tugas Pendidikan Agama Islam adalah sebagai proses interaksi
(memberi dan mengadopsi) antara manusia dan lingkungannya. Dengan
proses ini, siswa (manusia) akan dapat menciptakan dan mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengubah atau
memperbaiki kondisi-kondisi kemanusiaan dan lingkungannya.21
Untuk menjamin terlakasananya tugas PAI secara baik, hendaknya terlebih
dahulu dipersiapkan situasi-kondisi pendidikan yang bernuansa elastis, dinamis
dan kondusif yang memungkinkan bagi pencapaian tugas tersebut. Hal ini berarti
bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) dituntut untuk dapat menjalankan
fungsinya, baik secara sturktural maupun institusional.
Secara struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi
yang mengatur jalannya proses pendidikan. Baik pada dimensi vertikal maupun
horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses
pendidikan yang berjalan hendaknya dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti
perkembangan zaman yang terus berkembang. Untuk itu diperlukan kerjasama
berbagai jalur dan jenis pendidikan mulai dari sistem pendidikan sekolah maupun
pendidikan luar sekolah22

5. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)


Islam itu adalah suatu agama yang berisi ajaran mengenai tata hidup yang
diturunkan Allah SWT kepada umat manusia melalui para RasulNya, sejak Nabi
Adam a.s. sampai Nabi Muhammad Saw. Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw dari Allah SWT ini berisi pedoman pokok yang mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya (Allah SWT), dengan dirinya sendiri,
dengan sesama manusia, dengan makhluk bernyawa yang lain, dengan benda mati
dan alam semesta ini. Ajaran ini diturunkan Allah SWT untuk kesejahteraan hidup
21
Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis,
Teoritis dan Praktis, (Jakarta: PT. Ciputat Press, 2005), Cet. II, h. 33.
22
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), hlm. 33-34
15

manusia di dunia ini dan di akhirat nanti, maka PAI sebenarnya harus berarti
pendidikan tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang akan
dipergunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini untuk
menyiapkan kehidupan yang sejahtera di akhirat. Dengan demikian, berarti ruang
lingkup PAI secara umum itu luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan, yakni:
a. Keimanan (Ilmu Tauhid)
Pengajaran dan pendidikan keimanan berarti proses belajar mengajar
tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam mata pelajaran keimanan, inti
pembahasan adalah tentang ke-Esaan Allah SWT. Oleh karena itu, ilmu
tentang keimanan ini disebut juga Tauhid. Ruang lingkup pengajaran
keimanan itu meliputi rukun Iman yang enam, yakni percaya kepada
Allah SWT, kepada para Rasul Allah SWT, kepada para Malaikat, kepada
Kitab-kitab Suci yang diturunkan kepada para Rasul Allah SWT, kepada
Hari Kiamat, kepada Qadha’ dan Qadar.23
b. Ibadah (Ilmu Fiqih)
Dalam pengertian yang luas, ibadah itu adalah segala bentuk pengabdian
yang ditujukan kepada Allah SWT semata yang diawali oleh niat. Materi
pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu Fiqih. Selain
membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan sosial, seperti
perdagangan (jual-beli), perkawinan, perceraian, kekeluargaan, warisan,
pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik (pemerintahan),
makanan, minuman, pakaian dan lain sebagainya.24
c. Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an tidak sama dengan membaca buku atau kitab suci
lain. Membaca Al-Qur’an adalah ibadah. Membaca Al-Qur’an juga
merupakan suatu ilmu yang mengandung seni, yakni seni baca Al-Qur’an.
Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya adalah pengenalan huruf hijaiyah,
cara membunyikannya, bentuk dan fungsi tanda baca dan tanda berhenti,

23
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1995), Cet. I, h. 84.
24
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1995), Cet. I, h. 86.
16

dan lain sebagainya. Ruang lingkup pengajaran Al-Qur’an ini lebih


banyak berisi pengajaran yang memerlukan banyak latihan dan
pembiasaan.25
d. Akhlak
Akhlak merupakan bentuk bathin dari seseorang. Pengajaran akhlak
berarti pengajaran tentang bentuk bathin seseorang yang kelihatan pada
tindak tanduknya (tingkah lakunya). Pembentukan ini dapat dilakukan
dengan memberikan pengertian tentang baik buruk kepentingannya dalam
kehidupan, memberikan ukuran baik buruk, melatih dan membiasakan
berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat.
Dasar pelaksanaannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar
mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak
26
mulia.
e. Muamalah
Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu Fiqih. Ilmu ini lebih
membahas tentang hubungan sosial antar manusia, yakni muamalat
madaniyat dan muamalat maliyat. Muamalat madaniyat membahas
masalah-masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan
harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan dan cara menggunakan serta
mendapatkannya. Sedangkan muamalat maliyat membahas masalah-
masalah yang dikelompokkan ke dalam kelompok persoalan harta
kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil atau besar seperti negara
(perbendaharaan negara = baitul mal).27
f. Syari’ah (Ilmu Hukum)
Syari’ah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syariat atau hukum
Islam. Ayat pertama yang berbunyi “Iqra” merupakan pensyariatan
pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syariat yang

25
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1995), Cet. I, h. 90.
26
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1995), Cet. I, h. 98.
27
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1995), Cet. I, h. 102.
17

pertama dalam ajaran agama Islam. Ilmu ini membicarakan mulai dari
hukum pertama dalam Islam sampai kepada berbagai hukum dalam
kehidupan manusia sehari-hari.28
g. Tarikh (Ilmu Sejarah)
Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran tarikh Islam
sebenarnya pengajaran sejarah, yakni sejarah yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan umat Islam, seperti kerajaan besar yang
berkuasa di luar tanah Arab sebelum datangnya Islam, peperangan yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw dan para sahabat melawan orang
kafir, pemerintahan pada zaman Nabi Saw dan para sahabat, riwayat
hidup Nabi Muhammad Saw dan masih banyak lagi yang lainnya. 29

Ketujuh ruang lingkup di atas dalam pelaksanaannya dapat diintegrasikan


sesuai dengan jenis lembaga pendidikan dan tujuan dari ruang lingkup tersebut.
Terkait dengan hal tersebut, adapun ruang lingkup PAI di lembaga pendidikan
SMK yaitu:
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti merupakan
sumber akidah (keimanan), syari’ah, ibadah, muamalah dan akhlak sehingga
kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Tujuan pengajaran Al-Qur’an di SMK
sendiri yaitu menumbuhkan rasa cinta dan keagungan Al-Qur’an dalam jiwa
siswa, memupuk kemampuan dalam memahami kitab Allah SWT secara
sempurna serta menumbuhkan kesan siswa terhadap makna dalam Al-Qur’an.30
2. Akidah
Akidah merupakan sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh serta sukar
sekali untuk dirubah. Sasaran pengajaran akidah dalam jenjang SMK adalah untuk
menanam dalam jiwa siswa beriman kepada Allah SWT, Malaikat, Kitab-kitab

28
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1995), Cet. I, h. 108.
29
Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 1995), Cet. I, h. 112.
30
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h. 80.
18

Allah SWT, Rasul-rasulNya dan tentang hari kiamat, menumbuhkan rasa syukur
dan taat beribadah dalam diri siswa. membantu siswa agar mereka berusaha
memahami berbagai hakikat seperti Allah SWT berkuasa serta mengetahui segala
sesuatu dan sebagainya. Adapun contoh subyek dalam pengajaran akidah ini
yakni:
a. Kaidah-kaidah (rukun) Islam
b. Beriman kepada Allah SWT
c. Beriman kepada Malaikat, Kitab-kitab Allah SWT dan Rasul-rasulNya
d. Beriman kepada hari akhir
e. Beriman kepada takdir Allah SWT
f. Beriman kepada sifat-sifat Allah SWT
g. Taat kepada Allah SWT dan RasulNya
h. Cinta kepada Allah SWT dan RasulNya.31

3. Ibadah
Ibadah adalah mengikuti segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala
laranganNya. Hubungan antara manusia dengan Allah SWT diatur dalam ibadah
secara khas yang mencakup thaharah, shalat, zakat, puasa dan haji. sedangkan
dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalat
secara luas. Tujuan pengajaran ibadah di SMK adalah agar siswa mengetahui
hukum-hukum agamanya dalam bidang ibadah, menumbuhkan hubungan erat
dengan Allah SWT, menambah kepatuhan padaNya melalui ibadah shalat, puasa,
zakat, haji dan ibadah lainnya.32
4. Akhlak
Pendidikan akhlak berkisar mengenai persoalan kebaikan dan kesopanan,
tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan
sehari-hari dan bagaimana seharusnya seorang siswa bertingkah laku. Akhlak juga
bisa dipahami sebagai sikap hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma

31
Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari
Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.
116.
32
Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari
Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.
150.
19

yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia
dengan sesamanya menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam
menjalankan sistem kehidupannya (ekonomi, sosial, pendidikan, iptek, seni dan
sebagainya).33

5. Tarikh (Sejarah)
Tarikh (sejarah kebudayaan) Islam merupakan perkembangan perjalanan
hidup manusia muslim dari masa ke masa. Tarikh juga dapat dipahami sebagai
studi tentang riwayat hidup Nabi Muhammad Saw, para sahabat dan Imam-imam
pemberi petunjuk yang diceritakan kepada siswa sebagai contoh tealadan yang
utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan sosial. Tujuan pengajaran tarikh di SMK yakni
mengembangkan iman, mensucikan moral, membangkitkan patriotisme dan
mendorong siswa untuk berpegang pada kebenaran serta setia kepadanya, melatih
siswa mengikuti tingkah laku para Nabi dan orang-orang shaleh dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam menghadapi kesulitan hidup.34

B. Media Audio Visual


Media audio visual dapat dibagi menjadi 2 jenis. Jenis pertama, dilengkapi
fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio visual
murni, sseperti film gerak (movie) bersuara, televisi dan video. Jenis kedua adalah
medis audio visual tidak murni yakni apa yang kita kenal dengan slide, opaque,
OHP, dan peralatan visual lainnya bila diberi unsur suara dari rekaman kaset yang
dimanfaatkan secara bersamaan dalam suatu waktu atau suatu proses
35
pembelajaran.

33
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. II, h. 80.
34
Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Terj. dari
Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni Djamal, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.
164.
35
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada
Press, 2008), hal. 113-114
20

1. Media Pendidikan dan Pembelajaran


Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti memiliki perantara atau pengantar. Medòë
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
Selain pengertian diatas, Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya
untuk belajar. Sementara itu, Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah
segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk
belajar
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA)
memiliki pengertian berbeda tentang media. Media adalah bentuk-bentuk
komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media
hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. Adapun
batasan yang diberikan, ada persamaan diantara batasan tersebut yaitu bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Sedangkan menurut John D Latuheru media pembelajaran adalah semua
alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan
maksud untuk menyampaikan pesan (informasi) dari sumber penerima pesan
dalam hal ini adalah anak didik.36
Adapun Yudhi Munadi dalam bukunya menjelaskan bahwa media
pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapay menyampaikan
dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan
belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara
37
efisien dan efektif.

36
John D. Latuheru, Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta:
Depdikbud, 1982. Hal. 5
37
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada
Press, 2008), hal. 7-8
21

Suharsini Arikunto memberikan pengertian yang lebih spesifik mengenai


media pembelajaran. Media pembelajaran menurutnya ialah suatu sarana yang
digunakan untuk menampilkan pelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas
disebut media pendidikan dengan pengertian bahwa pendidikan bukan hanya
mencakup proses pembelajaran yang ada tetapi juga dalam arti yang lebih luas38
a. Fungsi Media Pembelajaran
Secara umum, tujuan atau fungsi utama media pembelajaran yakni
mengefektifkan proses komunikasi pembelajaran sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan (adanya perubahan tingkah laku).39
Pada dasarnya, fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai sumber
belajar. Fungsi-fungsi yang lain merupakan hasil pertimbangan pada kajian ciri-
ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang dipakai dan dampak atau efek yang
ditimbulkannya. Ciri-ciri (karakteristik) umum media yang dimaksud adalah
kemampuannya merekam, menyimpan dan melestarikan, mengkonstruksi dan
mentransportasikan suatu peristiwa atau objek. Kemudian yang dimaksud dengan
bahasa yang dipakai menyampaikan pesan adalah bahasa verbal dan bahasa
nonverbal. Se3dangkan yang dimaksud dengan efek yang ditimbulkan adalah
bentuk konkrit dari efek ini yaitu terjadinya perubahan tingkah laku dan sikap
siswa sebagai akibat interaksi antara dia dengan pesan, baik secara individu
40
maupun kelompok.
Fungsi media pembelajaran dalam hubungannya dengan proses belajar
mengajar antara lain:
1) Media memungkinkan siswa menyaksikan benda atau peristiwa yang ada
pada masa lampau dengan perantara gambar, potret, film dan sebagainya.
2) Media memungkinkan siswa mengamati benda maupun peristiwa yang
sukar dikunjungi baik karena tempatnya jauh, karena tempatnya
berbahaya atau karena tempatnya terlarang.

38
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materil. Jakarta: Prima Karya, 1987. Hal. 14
39
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada
Press, 2008), hal. 37
40
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada
Press, 2008), hal. 36
22

3) Media memungkinkan siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas


tentang bebnda atau masalah yang sukar diamati secara langsung.
4) Media memungkinkan siswa dapat menjangkau audience yang besar
jumlahnya.
5) Media dapat memperlihatkan secara cepat, proses yang terjadi secara
lambat.
6) Media dapat memperlihatkan secara lambat gerakan-gerakan yang
berlangsung secara cepat, jika diperlukan untuk diamati secara teliti.41
Pengetahuan tentang fungsi dan kemampuan media ini amat penting artinya
bila merupakan bagian integral dari sistem pendidikan. Karena dasar kebijakan
dalam pemilihan, pengembangan maupun pemanfaatan media tidak dapat terlepas
dari pengetahuan tentang fungsi dan kemampuan media tersebut.
b. Macam-Macam Media Pendidikan
Rudy Bretz mengintifikasikan ciri utama media menjadi tiga kelompok,
yaitu kelompok media yang menonjolkan suara, bentuk dan gerakan. Kelompok
media yang menggunakan bentuk dibedakan menjaid tiga, yaitu gambar, garis dan
simbol-simbol. Secara lengkap Rudy Bretz mengklasifikasikan media pendidikan
menjadi 8 kelas, yaitu:
1) Media Audio Visual Gerak
Media ini adalah media yang paling lengkap karena segala kemampuan
yang dapat diperankan oleh audio dan visual dapat dimanfaatkan melalui
media ini. Contohnya televisi, video tape, film dan media audio pada
umumnya seperti kaset program dan piringan hitam.
2) Media Audio Visual Diam
Media ini dilihat dari segi kelengkapannya merupakan media kedua
setelah media audio visual gerak. Perbedaannya hanya pada kemampuan
geraknya saja, kemampuan lain ada di media ini. Contohnya film strip
bersuara, slide bersuara, komik dengan suara.

41
Mahfudz Sholahudidin, Media Pendidikan Agama. Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986. Hal.
18-19
23

3) Media audio visual semi gerak


Media ini adalah media audio yang disertai dengan gerakan secara linear
dan terputus-putus. Contohnya adalah: morse dan media board.
4) Media Visual Gerak
Media ini menunjukkan kemampuan visual dan gerakannya tetapi tanpa
suara. Contohnya: film bisu (Mr. Bean)
5) Media Semi Gerak
Media ini adalah media yang mampu menampilkan gerakan titik secara
linear (garis dan tulisan) tetapi tanpa suara. Contohnya: Teleautograp.
6) Media audio
Media ini adalah yang hanya menonjolkan audio saja tanpa ada gambar
atau gerakan apapun. Contohnya: radio, telepon, audio tape (kaset
program) dan audio disc.
7) Media Cetak
Media cetak yaitu media yang menampilkan informasi melalui kata-kata
dan simbol-simbol atau diagram saja. Contohnya: Teletipe, papertape. 42
Basyiruddin Utsman menggolongkan media kepada 8 kategori, yaitu:
1) Real Things, dapat berupa manusia (teacher) itu sendiri, benda
sesungguhnya, dan peristiwa yang terjadi. Pengajar adalah media yang
utama dalam proses belajar mengajar dan merupakan motivator atau
fasilitas bagi siswa untuk mengoptimalkan kegiatan belajar.
2) Verbal Representations: berupa media tulis/cetak, buku tulis dan
sebagainya.
3) Graft Representation: berupa chart, diagram, gambar, atau lukisan.
4) Still Picture: seperti foto, slide, film strip, OHP dan media visual lainnya.
5) Motion Picture: seperti film, televisi, video tape, dan lain-lain.
6) Audio (Recording): Seperti pita kaset, real tape, piringan hitam dan
sound track.

42
Arief S. Sudirman, dkk. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta:
Medyatama Saran Perkasa, 1989. Hal. 174-176
24

7) Simulation: berupa permainan yang menirukan kejadian yang sebenarnya.


Contoh: perang-perangan dan mengemudikan mobil.

2. Media Audio Visual


Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur
gambar. Jenis media ini mempunya kemampuan yang lebih baik. Teknologi audio
visual digunakan untuk menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin
mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio visual. Pengajaran
melalui audio visual jelas dan bercirikan pemakaian perangkat keras selama
proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder dan proyektor visual
yang lebar. Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah produksi dan penggunaan
materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak
seluruhnya tergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol yang serupa.43
Tujuan pemakaian media audio visual, dalam hal ini yang dimaksud secara
umum dalam proses pembelajaran adalah:
a. Untuk Tujuan Kognitif
Dengan menggunakan video, mitra kognitif dapat dikembangkan, yakni
yang menyangkut kemampuan mengenal kembali kemampuan memberikan
rangsangan berupa gerak yang serasi. Umpamanya: pengamatan benda terhadap
kecepatan relatif suatu obyek atau benda yang bergerak, penyimpangan dalam
gerak interaksi antara obyek dan benda.
Dengan video dapat pula dipertunjukkan serangkaian gambar diam dapat
pula digunakan untuk menunjukkan contoh-contoh bersikap atau berbuat dalam
suatu penampilan, khususnya yang menyangkut interaksi menusiawi, sehingga
dapat dimungkinkan mengoreksi langsung terhadap penampilan yang tidak
memenuhi syarat.

43
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010) cet.ke-
XIII, hal. 30
25

b. Untuk Tujuan Psikomotor


Video merupakan media yang paling tepat untuk memperlihatkan contoh
ketrampilan yang menyangkut gerak, karena dapat diperjelas dengan cara
diperlambat atau dipercepat.
c. Untuk Tujuan Afektif
Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, video dapat menjadi media
44
yang sangat ampuh untuk mempengaruhi sikap dan emosi.

3. Macam-Macam Media Audio Visual


Media audio visual dibagi kedalam dua jenis, yaitu:
a. Audio visual murni yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal
dari satu sumber seperti video kaset.
b. Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal
dari sumber yang berbeda. Misalnya film bingkai suara yang unsur
gambarnya berasal dari slides proyektor dan unsur suaranya berasal dari
tape recorder.

4. Karakteristik Media Audio Visual


Ciri-ciri dan karakteristik utama teknologi media audio visual adalah sebagai
berikut:
a. Bersifat linear
b. Menyajikan visual yang dinamis
c. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh
perancang/pembuatnya
d. Merupakan representasi fisik dari gagasan ril atau gagasan abstrak
e. Dikembangkan menurut prinsip psikologis, behaviorisme dan kognitif
f. Berorientasi kepada guru dengan tingkat pelibatan interaktif murid yang
rendah.45

44
Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. Jakarta:
Rajawali Press, 1987. Hal. 104-105
45
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010) cet.ke-
XIII, hal. 31
26

C. Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)


Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang
diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar
juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.46

1. Prosedur Umum Pelaksanaan Pembelajaran


Dick dan Carey (1996:184) mengemukakan 5 komponen pokok dalam
pelaksanaan pembelajaran, yaitu sebagai berikut:
a. Kegiatan pra-pembelajaran
b. Penyajian informasi
c. Partisipasi siswa
d. Testing (evaluasi)
e. Tindak lanjut
Dari ke-5 komponen tersebut dapat diringkas menjadi 3 tahap atau prosedur
yang secara umum dilakukan dalam setiap pembelajaran. Tahap pra-pembelajaran
menurut Dick dan Carey dapat disebut tahap persiapan, sedangkan tahap
penyajian dan informasi siswa dapat disingkat menjadi tahap penyajian karena
dalam penyajian akan melibatkan partisipasi siswa47. Tahap ke-4 dan ke-5,
evaluasi dan tindak lanjut menjadi satu.
a. Kegiatan Persiapan atau Pra-Pembelajaran
Kegiatan pra-pembelajaran sebenarnya terdiri dari dua jenis, yaitu
persiapan sebelum pembelajaran (pra-pembelajaran) dan kegiatan awal
pembelajaran, disebut pembukaan pembelajaran
1) Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru perlu
mempersiapkan diri dengan baik agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran dengan efektif dan efisien. Persiapan ini meliputi:

46
Nana Sudjana , Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Mandar Madju 1989), hal. 28
47
Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.3
27

persiapan tertulis, persiapan yang berkaitan dengan media


pembelajaran maupun alat-alat pelajaran dan persiapan diri
2) Pembukaan Pelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru pada awal pembelajaran. Dick dan Carey (1996)
mengemukakan bahwa pada awal kegiatan formal pembelajaran, ada
3 hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu memotivasi siswa, memberi
siswa, memberikan informasi apa yang akan dipelajari siswa,
meyakinkan bahwa siswa telah memiliki pengetahuan awal
(prasyarat) yang diperlukan untuk mempelajari materi yang akan
disajikan.48
b. Penyajian Informasi dan Contoh
Pada tahap ini guru menetapkan secara pasti informasi siswa, konsep,
aturan dan prinsip-prinsip apa yang perlu disajikan kepada siswa.
Disinilah penjelasan pokok tentang semua materi pembelajaran.
Kesalahan utama yang sering trejadi dalam tahap ini adalah menyajikan
informasi terlalu banyak, terutama jika sebagian dari informasi tersebut
tidak relevan dengan tujuan pembelajaran, hal ini sangat penting
diperhatikan. Pada saat guru memberikan informasi, hendaknya tidak
hanya mendefinisikan konsep-konsep baru, namun menjelaskan kaitan-
kaitannya dengan konsep lain. Guru juga perlu menentukan jenis-jenis
dan sejumlah contoh yang akan diberikan untuk setiap konsep.
c. Partisipasi Siswa
Dalam tahap ini, guru berusaha agar siswa berpartisipasi penuh dalam
kegiatan pembelajaran. Disinilah siswa mempelajari, mengerjakan segala
sesuatu yang menjadi tugasnya. Namun, salah satu komponen yang
sangat kuat yang tidak boleh terlupakan dalam proses belajar ini adalah
pemberian umpan balik. Guru dapat meningkatkan proses belajar dengan
menyediakan kegiatan-kegiatan yang secara langsung relevan dengan

48
Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.3 – 2.4
28

tujuan pembelajaran. Siswa seharusnya mendapat kesempatan untuk


mempraktikkan apa yang guru kehendaki dari siswa untuk dikerjakan

d. Penilaian
Ada dua jenis penilaian yang biasa dilakukan oleh kebanyakan guru, yaitu
pretest dan posttest. Guru harus dapat menentukan secara pasti strategi
apa yang akan ditempuh untuk melakukan penilaian. Strategi seorang
guru mungkin berbeda secara signifikan dengan strategi yang biasa
digunakan oleh para guru dan pelatih yang melaksanakan pembelajaran
secara lengkap.
Dalam rangka melaksanakan tes formal, perancang pembelajaran dapat
mempertimbangkan penggunaan pertanyaan-pertanyaan sikap secara
tersembunyi. Pertanyaan-pertanyaan ini menunjukkan apakah siswa
memikirkan pembelajaran pada saat menghadapi kegiatan belajar.
e. Kegiatan-Kegiatan Tindak Lanjut
Sebagai bagian dari pembelajaran, anda perlu mempunyai bahan-bahan
atau setidak-tidaknya rekomendasi tentang apa yang dapat dikerjakan
siswa sebagai hasil dari unjuk kerja pada posttest. Apakah guru akan
memisahkan bahan-bahan remediasi yang disediakan untuk para siswa
yang kurang tingkat pencapaiannya? Jika demikian, jenis strategi apa
yang akan melibatkan para siswa tersebut? Apakah guru akan
memberikan bahan-bahan pengayaan tertentu atau dapat juga
menyarankan kegiatan-kegiatan pembelajaran kepada para siswa yang
sukses berpartisipasi dalam pembelajaran, sedangkakn ada juga siswa
yang hanya sampai pada batas pencapaian yang ditetapkan? Keputusan
ini mempunyai implikasi tidak hanya sebagai bantuan dalm proses
belajar, namun juga diperlukan secara langsung untuk implementasi
pembelajaran guru seperti diuraikan dibawah ini:
1) Mereview strategi untuk ingatan dan transfer
Setelah guru mempertimbangkan remediasi dan pengayaan, langkah
terakhir adalah mereview strategi untuk menentukan apakah ingatan
29

(memmori) siswa dan transfer belajar memerlukan perhatian?


Pertanyaan ini dijawab dengan mereview analisis konteks, yang akan
menguraikan kondisi-kondisi yang menyebabkan siswa ingin
mencapai tujuan pembelajaran.
2) Ketrampilan mengingat
Ketika guru mempertimbangkan apa yang akan dilakukan siswa
apabila mereka telah mencapai tujuan pembelajaran, apa yang akan
diingat oleh siswa? Apakah ada sesuatu yang secara mutlak harus
diungkap kembali dari ingatan? Haruskah hal itu dilakukan secara
jelas? Jika demikian banyak teknik yang disarankan untuk
mengajarkan informasi verbal sebagia salah satu strategi dalam
pembelajaran.
Jawaban yang sering diperlukan dalam pertanyaan tersebut, yaitu
apapkah hal-hal yang dilakukan siswa perlu diingat? Apakah
memorisasi itu tidak penting, hanya sebatas siswa berhasil melakukan
suatu ketrampilan saja? Jika dengan kasus ini tujuan guru tercapai
maka guru dapat mempertimbangkan penggunaan panduan tugas.
Panduan tugas adalah suatu alat yang digunankan bagi siswa untuk
mengerjakan suatu tugas. Misalnya, dapatkah siswa hanya mengisi
daftar cek (checklist), untuk mengerjakan tugas? Jika demikian, akan
sangat mengurangi kebutuhan untuk mengingat suatu informasi dan
mungkin dapat mengurangi panjangnya waktu pembelajaran.
3) Transfer Belajar
Pertanyaan berikutnya dalam tujuan pembelajaran guru adalah apakah
hakikat transfer belajar yang akan terjadi? Apakah bedanya konteks
unjuk kerja dengan konteks belajar?
Misalkan, tujuan pembelajaran adalah menggunakan program aplikasi
komputer baru dan ini diajarkan dalam pusat latihan komputer yang
identik dengan komputer yang digunakan dalam tempat kerja. Selama
pelatihan, siswa menggunakan bentuk-bentuk nyata yang dipakai
dalam suatu lembaga (tempat kerja) untuk mengaplikasikan kegiatan
30

belajar. Diharapkan bahwa siswa akan menggunakan aplikasi baru


setelah menyelesaikan seluruh pelatihan.
Dari contoh tersebut diasumsikan bahwa jika pelatihan dirancang
dengan baik, maka akan ditransfer 100% kedalam tempat kerja.
Transfer akan terjadi karena system dan aplikasi yang sama serta
bentuk-bentuk itu sama dengan bentuk yang digunakan dalam
pelatihan.

2. Pembelajaran efektif
a. Pengertian Efektifitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari kata, efektif
yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesamaannya, manfaatnya,
dapat membawa hasil, berhasil guna, mulai berlaku. 49 Dapat juga didefinisikan
sebagai sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur,
membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan,
dalam hal ini efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan intruksional
khusus yang telah di canangkan. Metode pembelajaran dikatakan efektif jika
tujuan intruksional khusus yang di canangkan lebih banyak tercapai.50
Menurut Steers yang dikutip oleh Ahmad Habibullah, efektifitas adalah
konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Adapaun Stoner yang dikutip pula oleh Ahmad Habibullah dkk, memberikan
definisi efektifitas sebagai kemampuan menentukan tercapainya tujuan. 51
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh
tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai
dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa:
“efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

49
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka: 1996), h: 250
50
http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran
51
Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: PT pena Citasatria: 2008), cet: 1, h: 6
31

kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang
dicapai, makin tinggi efektifitasnya”. 52
Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar, yaitu segala daya upanya guru untuk
membentuk para siswa agar bisa belajar dengan baik. 53
Dapat juga dikatakan efektif belajar menurut Makmun yang dikutip oleh
Saipul Sagala adalah membawa pengaruh atau makna tertentu bagi pelajar itu
(setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relaitif tetap dan setiap saat diperlukan
dapat diproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (Problem
Solving) baik ujian ulangan dan sebagainya maupun penyesuaian diri bagi
kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Efektif belajar dapat ditunjukan:
1) Tepat waktu atau efisien waktu,
2) Pertanyaan sederhana dapat informasi lengkap,
3) Cepat menguasai konsep,
4) Metode tepat sesuai dengan kompetensi dasar, standar kompetensi dan
indikator dan
54
5) Irit biaya.
Dalam proses pembelajaran yang dapat dikatakan efektif apabila seorang
guru memiliki kemampuan dalam mengelola materi ajar sehingga siswa dengan
mudah menerima materi yang diajarkan dan dapat merangsang siswa untuk
mengungkapkan gagasannya, adapun perbedaan siswa menjadi lebih kreatif dan
saling menghargai pendapatnya masing-masing.
Secara fundamental Dollar and Miller (1970) menegaskan bahwa belajar
efektif dipengaruhi oleh: adanya motivasi (drivers) yaitu peserta didik harus
menghendaki sesuatu, adanya perhatian dan mengetahui sasaran (Cue) yaitu
peserta didik harus memperhatikan sesuatu, adanya usaha (response) yaitu peserta

52
http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengertian efektifitas.
53
Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan
Implementasinya pada KTSP, (Jakartaa: Kencana: 2009), cet: 1, h: 20
54
Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Alpabeta: 2009), 174
32

didik harus melakukan sesuatu dan adanya evaluasi dan pemanfaatan hasil
(reinforcement) peserta didik harus memperoleh sesuatu yang penuh arti dalam
belajar. Agar belajar efektif, pelajaran dimulai dari apa yang diketahui peserta
didik sedangkan kegiatan belajar berbuat dengan menggunakan bahasa dan istilah
yang dapat dipahami peseta didik.55
Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi persyaratan utama
keefektifan pembelajaran, yaitu:
1) Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM)
2) Rata-rata prilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.
3) Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.
4) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif,
mengembangkan struktur kelas yang mendukung.
Guru yang efektif adalah guru menemukan cara dan selalu berusaha agar
anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentase
waktu belajar akademik yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan
teknik yang memaksa, negatif atau hukuman. Selain itu guru yang efektif adalah
orang-orang yang dapat menjalin hubungan yang simpatik dengan para siswa,
menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu
rasa cinta belajar, mengusasi sepenuhnya bidang studi mereka dan dapat
memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekedar mencapai suatu prestasi namun
juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih. 56
Dengan begitu, upaya untuk melakukan pengajaran, membiasakan,
bimbingan, pengasuhan dan pengembangan potensi anak didik akan biasa
dilakukan dengan sebaik-baiknya pula dan anak didik tidak hanya memperoleh
pengetahuan kognitif, tetapi juga meresapi nilai-nilai materi yang didapat dengan
hati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Ciri-Ciri Efektifitas
55
Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Alpabeta: 2009), 175
56
http://www.uin.suka.ac.id/detail_kabar
33

Menurut Harry Firman (1987), keefektifan program pembelajaran ditandai


dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan intruksional yang
telah ditetapkan.

2) Memberikan pengalaman belajar yang efektif, melibatkan siswa secara


aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan intruksional.
3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar-mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran aktif seperti yang digambarkan di


atas. Keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat
prestasi belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana
penunjang.
Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti
program pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan terhadap keterampilan siswa,
motivasi, respon, kerjasama, partisipasi, aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan
media, waktu serta teknik pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam
menghadapi kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek
sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan
serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang
57
kelas, labolatorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.
1) Kriteria efektifitas pengajaran itu melliputi:
a) Prosentase waktu belajar siswa yang tinggi
b) Rata-rata perilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.
c) Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan yang diutamakan)
d) Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif
e) Mengembangkan struktur kelas yang mendukung butir 2 tanpa
mengabaikan butir 4.

57
http://agungprodent.wodpress.com/2009/06/18/efektifitas -pembelajaran
34

Sedjana mengungkapkan kriteria yang dapat digunakan untuk menilai


keefektifan proses belajar mengajar sebagai berikut.
1) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum
2) Keterlaksanaannya oleh guru, dalam hal ini sejauh mana kegiatan dan
program yang telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa
mengalami hambatan atau kesulitan
3) Keterlaksanaannya oleh siswa, dalam hal ini dimulai sejauhmana siswa
melakukan kegiatan belajar sesuai dengan program yang telah ditentukan
tanpa mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti
4) Motivasi belajar siswa, motivasi belajar siswa sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa saat melaksanakan kegiatan belajar
5) Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar, penilaian proses belajar
mengajar terutama adalah sejauhmana keaktifan siswa mengikuti
pelajaran
6) Interaksi guru siswa berkenaan dengan komunikasi atau hubungan timbal
balik antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar.
7) Kemampuan atau ketrampilan guru mengajar, merupakan puncak
keahlian guru yang profesional dalam hal penguasaan bahan pengajaran
bahan pengajaran, komunikasi dengan siswa, penetapan metode mengajar
dan lainnya.
8) Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh para siswa58
Sedangkan menurut Mortimore proses belajar mengajar yang efektif itu
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Aktif, bukannya pasif
2) Konvert, bukannya overt
3) Kompleks, bukannya sederhana
4) Dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan individual siswa
5) Dipengaruhi oleh berbagai konteks belajar
58
Yayat, Efektifitas Penyetaraan Program S1 Bagi Guru-Guru SMK (Penelitian Pada Guru-
Guru SMK di Kotamadya Bantul), (Tesis Program Pasca Sarjana UNY, 2001), hal.40
35

c. Aspek-Aspek Efektivitas
Berdasarkan pendapat Aswarni Sujud tentang pengantar efektifitas, dapat
dijelaskan bahwa efektifitas suatu program dapat dilihat adrai aspek-aspek
dibawah ini:
1) Aspek tugas dan fungsi
Seseorang atau lembaga dikatakan efektif jika melaksanakan tugas atau
fungsinya. Begitu juga suatu program pengajaran akan efektif jika tugas d
an fungsinya dapat dilaksanakan dengan baik, dan tugas peserta didik
belajar dengan baik
2) Aspek rencana atau program
Jika seluruh rencana dapat dilaksanakan maka rencana atau program
dikatakan efektif. Yang dimaksud dengan rencana atau program disini
adalah rencana pengajaran yang terprogram, yaitu berupa materi yang
terwujud dalam sebuah kurikulum, yaitu berupa materi yang terwujud
dalam sebuah kurikulum yang telah diterapkan.
3) Aspek ketentuan dan aturan
Efektifitas suatu program juga dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan
yang telah dibuat dalam rangka menjaga berlangsungnya proses
pengajaran. Aspek ini mencakup aturan-aturan baik yang berhubungan
dengan peserta didik. Jika aturan ini dilaksanakan berarti ketentuan atau
aturan telah berlaku secara efektif.
4) Aspek tujuan atau kondisi ideal
Suatu program kegiatan dikatakan efektif dari sudut hasil jika tujuan atua
kondisi ideal program tersebut dapat dicapai. Penilaian aspek ini dapat
dilihat dari prestasi yang dicapai oleh siswa.

Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa segi, yang dimulai dari


perencanaan guru. Perencanaan pembelajaran berkenaan dengan keputusan yang
36

diambil guru dalam mengorganisasikan, mengimplementasikan dan mengevaluasi


hasil pembelajaran. (Burden & Bird, 1999). Perencanaan merupakan tugas yang
sangat penting dilakukan oleh guru. Ketika guru membuat keputusan tentang
perencanaan, perlu mempertimbangkan “seseorang melakukan apa, apabila dan
urutan peristiwa-peristiwa belajar apa yang akan terjadi, dimana peristiwa belajar
itu berlangsung, jumlah waktu yang digunakan, dan sumber-sumber serta bahan-
59
bahan yang dimanfafatkan”.
Keputusan tentang perencanaan juga berhubungan dengan isu-isu seperti
materi yang dipilih, strategi pembelajaran, penyampaian pelajaran, media
pembelajaran, pengelolaan kelas, iklim kelas dan evaluasi pembelajaran. Tujuan
perencanaan adalah member jaminan pebelajar akan belajar dengan baik. Oleh
karena itu, perencanaan membantu menciptakan, mengelola dan
mnegorganisasikan peristiwa-peristiwa pembelajaran yang memungkinkan
kegiatan belajar terjadi. Perencanaan membantu guru untuk menata alur dna
urutan peristiwa-peristiwa pembelajaran yang tepat dan juga mengatur waktu.
Jumlah waktu yang dibutuhkan dalam merencanakan pembelajaran sangat
tergantung pada individu guru. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor, seperti
kebutuhan pebelajar, kekomplekan tugas pembelajaran, fasilitas-fasilitas dan
peralatan serta pengalaman guru.
a) Faktor-faktor yang berkaitan dengan pembelajaran:
(1) Konten (isi) Pembelajaran: isi pelajaran berkaitan dengan
pengetahuan, ketrampilan, aturan, konsep atau proses kreatif yang
akan dipelajari pebelajar
(2) Bahan: berwujud tulisan, bentuk fisik atau stimuli visual, yang
dugunakan dalam pembelajaran. Buku teks, film, film strip, komputer,
video tape.
(3) Strategi Pembelajaran: pemilihan berbagai strategi pembelajaran
yang digunakan untuk mengajarkan isi pembelajaran merupakan
perencanaan sentral guru.

59
Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.15
37

(4) Perilaku Guru: guru melakukan sejumlah kegiatan selama proses


pembelajaran berlangsung dan membantu pebelajar dalam kegiatan-
kegiatan belajar, seperti membimbing kelompok, menyajikan
pelajaran secara, membuka pelajaran dan membuat kesimpulan.
(5) Menstrukturkan Pelajaran: menyusun pelajaran berkaitan dengan
kegiatan yang terjadi pada suatu saat tertentu selama penyajian
pelajaran dan guru perlu merencanakan struktur pelajaran.
(6) Lingkungan Belajar: ketika kegiatan-kegiatan belajar direncanakan,
pertimbangan jenis lingkungan belajar yang ingin diciptakan. Banyak
factor yang perlu diperhatikan. System pengelolaan kelas yang efektif
perlu direncanakan dan ditetapkan, seperti aturan-aturan kelas,
menciptakan iklim kelas yang positif, tanggung jawab pebelajar
secara akademik dan penguatan-penguatan perilaku yang
dikehendaki.
(7) Pebelajar: guru harus mempertimbangkan karakteristik pebelajar,
perlu dipertimbangkan pula motivasi belajar, kebutuhan akademik,
kebutuhan fisik dan psikologis. Lebih dari itu, pertimbangkan
pengelompokan, seperti kelompok kecil, kelompok keseluruhan dan
kerja mandiri.
(8) Durasi Pembelajaran: guru perlu menjadi manajer waktu untuk
menjamin bahwa pebelajar mempunyai kesempatan untuk mencapai
tujuan pembelajaran selama kurun waktu tertentu.
(9) Lokasi Pembelajaran:guru juga perlu merencanakan tempat dimana
pembelajaran akan terjadi.60

b) Karakteristik Guru
Keputusan perencanaan tentang kegiatan-kegiatan pembelajaran dipengaruhi
oleh karakteristik guru itu sendiri (Neely & Hansford, 1985). Pertama, banyaknya
pengalaman mengajar guru akan mempengaruhi keputusan perencanaan. Kedua,

60
Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.16 – 2.17
38

filosofi belajar-mengajar akan mempengaruhi keputusan tentang perencanaan


guru. Ketiga, pengetahuan guru tentang isi pelajaran. Keempat, gaya guru dalam
mengorganisasikan pelajaran. Kelima, harapan-harap menata kelas, baik untuk
pebelajar belajar maupun pelaksanaan pembelajaran oleh guru itu sendiri.
Keenam, perasaan aman dan control pembelajaran memainkan peranan dalam
proses perencanaan.
c) Guru yang efektif
Rosanshine (1989) mengidentifikasi 6 hal tentang guru yang efektif sebagai
berikut:
(1) Melakukan review harian
(2) Menyiapkan materi baru
(3) Melakukan praktik terbimbing
(4) Menyediakan balikan dam koreksi
(5) Melaksanakan praktik mandiri
(6) Review mingguan dan bulanan
d) Pendekatan pembelajaran yang efektif
Pendekatan pembelajaran yang efektif adalah pendekatan pembelajaran yang
berpusat pada pebelajar. Pada saat ini telah ada perubahan paradigm dalam
pembelajaran, yaitu bahwa pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan
pebelajar.61 Dalam hal ini terdapat 3 jenis pendekatan yang saat ini banyak
diterapkan, yaitu:
(1) Belajar Mandiri (independent learning), dkonsep belajar mandiri
diartikan sebagai sesuatu yang berbeda. Ada 7 prinsip yang perlu
diketahui dalam konsep belajar ini, yaitu:
(a) Pebelajar belajar untuk dirinya sendiri
(b) Pebelajar mempunyai ukuran untuk mengontrol atas kegiatan
belajarnya sendiri.
(c) Pebelajar memilki tanggung jawab untuk menentukan konteks
belajar, mendiagnosis kebutuhan belajar secara pribadi,

61
Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, (Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka, 2007), Cet. I, hal. 2.20
39

mengidentifikasi sumber-sumber belajar, serta menentukan waktu


untuk belajar dan lag\ngkah belajar.
(d) Pebelajar mungkin mengembangkan rencana kegiatan belajarnya
sendiri
(e) Kebutuhan individu yang berbeda dikenal dengan respon yang
tepat, dibuat untuk kebutuhan khusus pebelajar secara individual.
(f) Kegiatan belajar pebelajar didukung, diperluas atau dikurangi
dengan sumber-sumber belajar dan panduan belajar.
(g) Peranan mengajar berubah dari guru atau penyampai informasi ke
pengelola proses belajar.
(2) Pembelajarn Terpadu (integrated learning), merupakan suatu
pendekatan pembelajaran untuk mencapai ketrampilan-ketrampilan
belajar sepanjang hayat. keterpaduan merupakan strategi pembelajaran
yang berorientasi kepada pebelajar. (Den & Harden, 2005), contohnya:
pengajaran Pendidikan Agama dikaitkan dengan mata pelajaran
lainynya seperti PPKN maupun Bahasa Indonesia. Pendekatan
pembelajarn terpadu membantu pebelajar melalui:
(a) Belajar aktif
(b) Menilai diri sendiri
(c) Individualisasi, dan
(d) Belajar mandiri.
Adapun kelebihan pembelajaran terpadu diantaranya adalah:
memberikan gambaran hubungan antar pengetahuan, memungkinkan
kesatuan penyajian suatu problem dan mempermudah kerjasama antar
disiplin keilmuan.
(3) Belajar Berbasis Masalah (Problem-based Learning), yaitu kegiatan
belajar yang berpusat pada pebelajar dan juga menggambarkan metode
belajar inti atau suplemen pembelajaran. Prinsipnya sama dengan
pembelajaran terpadu, namun pembelajaran terpadu mendasarkan pada
tema, sedangkan pada konsep ini berdasarkan masalah (Pembelajaran
dimulai dengan menampilkan suatu masalah). Masalah tersebut
40

mendorong pebelajar untuk mencari alasan, berpikir kritis dan


memprtimbangkan bukti-bukti, serta mencari-cari dan barbagi
informasi yang relevan.

D. Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar
merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar.
Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang
guru sebagai pengajar.

Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu
dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru.
Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa
mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya
intervensi orang lain sebagai pengajar.

Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari
pengajar (guru), seperti yang dikemukakan oleh Sudjana. Hasil Belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana
membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan,
(2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita.62

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa (Sudjana, 1989 : 39). Dari
pendapat ini faktor yang dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan
kemampuan yang dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark menyatakan
bahwa hasil belajar siswa disekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa

62
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Banndung: Rosda: 2004),
Hal.22
41

dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa
yakni lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran 63
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang dimiliki
oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual),
bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa dipengaruhi oleh
dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal (internal) dan
faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil belajar adalah
sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang
mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak
pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak
pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.

63
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Banndung: Rosda: 2004),
Hal.39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat penelitian yang di lakukan oleh peneliti di SMK Al-Hidayah Lestari
Lebak bulus Jakarta Selatan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari
sampai dengan Feruari 2011.

B. Metode Penelitian
Menurut Mardalis metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang
dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan
sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan sistematis
1
untuk mewujudkan kebenaran. Jadi metode penelitian adalah suatu cara atau
upaya untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha membuat deskripsi
dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan mengklasifikasikan
atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan cermat, kemudian
menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Oleh karenanya tujuan utama
penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat
tentang material (fenomena) yang sedang diselidiki. Dengan kata lain, digunakan
untuk menjawab pertanyaan tentang apa, bagimana keadaan sesuatu (fenomena)
dan melaporkannya.

1
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 3003), cet: VI, h: 24

42
43

Suharsimin Arikunto mengemukakan bahwa metode deskriptif merupakan


penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis.2
Menurut (Bagdon dan Tayor, 1990), yang dikutip oleh S. Margono bahwa
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang
deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati.3 Ahli pisikologi pendidikan dari Universitas of Nebraska, Lincoln
(Creswell, 1994: 150) metode pendekatan kualitatif merupakan sebuah proses
investigasi.
Penelitain kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak diterapkan
pada bergai maslah (Husaein Umar, 1990: 81). Sedangkan penelitian ini lebih
memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian yang rinci mengenai
suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan cukup mendalam dan
menyeluruh. Studi kasus adalah merupakan setrategi yang lebih cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, yang bila peneliti
haya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan
diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena di dalam
kontek kehidupan nyata.4
Menurut Vrendenburg (1987:38) studi kasus adalah suatu pendekatan yang
bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari obyek, artinya data yang
dikumpulakn dalam rangka studi kasus dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang
terintegrasi, di mana tujuannya adalah memperkembangkan pengetahuan yang
mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi kasus
disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif dan deskriptif.

2
Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta: 1992), cet: VIII, h: 206
3
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Jakarta:PT. Rineka Cipta: 2007), h:
36
4
Prof. Dr. Robert K. Yin, Studi kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada: 2004), cet ke-4, h:1
44

5
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi kepustakaan (library reseach, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, dan
sumber lain yang berkaitan dengan tema skripsi.
2. Studi lapangan (field reseach), yaitu penelitian ini dilakukan dengan
mengkaji data-data yang diperoleh dari SMK Al-Hidayah Lestari
Lebakbulus Jakarta Selatan.
Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku Panduan Penulisan
Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh Tim Penyususn UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008.

C. Objek Penelitian
Menurut (Bagdon dan Tayor, 1990), yang dikutip oleh S. Margono bahwa
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data yang
deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang
dapat diamati. Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi objek
penelitian adalah siswa SMK Al-Hidayah Lestari kelas X AP2 yang berjumlah 33
siswa.

D. Teknik Pengumpulan Data


Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini di dapat dari
observasi dan wawancara. Informasi yang didapat dari observasi langsung, catatan
wawancara, rekaman wawancara, dan fhoto kegiatan. Informasi tersebut dalam
bentuk dokumen dan catatan peristiwa yang diolah menjadi data.
1. Jenis dan sumber data
Prosedur pengambilan data penelitian menggunakan dua jenis data, yang
dapat digolongkan sebagai berikut:

5
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h:
167
45

a. Data Primer, data primer yang dimaksud meliputi data-data yang


diperoleh dari pihak SMK Al-Hidayah Lestari Lebakbulus Jakarta
Selatan.
b. Data Sekunder, data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
data yang diperoleh melalui studi kepustakaan.

2. Cara pengumpulan data


Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Observasi, yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sitematik
terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti. Pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap objek di temapat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama objek yang
diselidiki.6 Metode ini tanpa diperlukan memberikan pertanyaan kepada
responden. Peneliti melakukan pengamatan baik dilingkungan kerja alami
maupun laboratorium dan mencatat perilaku penelitian. Pengatan
terhadap objek yang akan diteliti, berusaha mengumpulkan data dari
fenomena yang telah muncul untuk memberikan penafsiran yang
diperoleh melalui data primer dalam pengumpulan data.
Observasi dilakukan di SMK Al-Hidayah Lebak Bulus dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap proses pelaksanaan kerja dan
hasil kerja ysng diperoleh untuk menilai tingkat akurasi data dan
informasi yang disampaikan oleh setiap unit kerja yang dianggap perlu
dengan pertimbangan:
1) Adanya data atau informasi yang dinilai kurang layak atau meragukan
sehingga perlu diobservasi ke lapangan (unit kerja yang bersangkutan),
dalam hal ini adalah SMK Al-Hidayah Lebak Bulus.

6
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h:
158
46

2) Adanya unit organisasi yang spesifik dan cenderung megarah kepada


bentuk organisasi fungsional sehingga perlu pendalaman lebih khusus
untuk perumusan dan pengkajian.
b. Tes. Untuk mendapatkan hasil penelitian maka dilakukan tes. Tes ialah
seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
penetapan skor angka.7 Peneliti menggunakan tes objektif adalah suatu
tes yang disusun dimana sertiap pertanyaan tes disediakan alternatif
jawaban yang dapat dipilih, dengan bentuk tes pilihan ganda (multipel
choice items). Tes pilihan ganda diberikan pada kelas yang akan ditelitih
dalam bentuk soal yang sama. Tes yang dimaksud adalah guna
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam menjawab pertanyaan-
pertanyaan seputar materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu
tentang Ibadah Haji.
c. Wawancara, alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari
wawancar adalah kontak langsung dengan tatap muka antar pencari
8
informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewee). Pada
metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face)
untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan tujuan
mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.
Sesuai dengan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara yaitu:
1) Wawancara berstruktur, yaitu pertanyaan dan alternatif jawaban yang
diberikan kepda interviewee telah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam
penelitian ini wawancara dilakukan pada siswa kelas X AP2 SMK Al-
Hidayah Lebak Bulus.
2) Wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan dengan
mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa

7
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007),
h.170
8
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007), h:
165
47

terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersipkan sebelumnya.


Biasanya pertanyaan muncul secara spontan sesuai dengan
perkembangan situasi dan kondisi ketika melkukan wawancara.
Dengan teknik ini di harapkan terjadi komunikasi langsung lewes dan
fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapat lebih bayak
dan luas. Demikian halnya, wawancara ini juga dilakukan pada siswa
kelas X AP2 SMK AL-Hidayah Lebak Bulus.
Wawancara yang diajukan kepada informasi semata-mata sebagai
bahan kajian mendasar untuk membuat kesimpulan. Bagaimanapun
pendapat banyak orang merupakan hal penting meskipun tidak dijamin
validitasnya. Semakin banyak informasi, maka diharapkan
menghasilkan data yang sudah tersaring dengan akurat.
3) Dokumentasi, merupakan kegiatan penelitian dengan mengamati
berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik dan tujuan penelitian,
teknik ini sering disebut juga observasi historis. Dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,
maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisi
(diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk hasil
kajian yang sistematis, padu, dan utuh. Metode dokumentasi ini
dimaksudkan untuk mencari data-data tentang profil lengkap SMK Al-
Hidayah Lebak Bulus, baik itu tentang sejarah berdirinya SMK AL-
Hidayah Lebak Bulus maupun infrastruktur serta sumber daya manusia
yang ada di dalamnya.

E. Teknik Analisis Data


Beberapa langkah diambil untuk menggambarkan teknik menganalisis data
adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan menurut S. Nasution
(1996:126) menjelaskan bahwa penyusunan data berarti menggolongkan kedalam
pola, tema atau kategori sehingga demikian tidak terjadi chaos. Tafsiran atau
interpretasi data artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola
48

atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep yang mencerminkan


pandangan atau persepektif peneliti, dan bukan kebenaran. Kebenaran penelitian
masih harus dinilai oleh orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain.
Untuk menganalisi data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengumpulan informasi, melalui observasi langsung, wawancara dan
hasil uji tes.
2. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai
dan tidak dengan masalah penelitian.
3. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk tabel
ataupun uraian penjelas.
4. Tahap akhir, adalah menarik kesimpulan.9

9
Mattew.B, Milles. 1992. Analisa Data Kualitatif: (Tjetjeh Rohendi Rohindi Terjemahan).
Jakarta: UI Press.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMK AL-Hidayah Lestari


Berdirinya SMK Al-Hidayah merupakan perwujudan dari keingingan
Yayasan Pendidikan Islam Al-Hidayah dalam upaya mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan bangsa.
SMK Al-Hidayah berdiri pada tanggal 19 Juli 1993 dengan nama SMEA
pada awalnya, dimana Drs. Salman Tumanggor sebagai Kepala Sekolah pertama
di sekolah ini. Ini didasarkan pada musyawarah Yayasan yang dihadiri oleh
pengurus Yayasan antara lain:
a. H. Machmud, sebagai pendiri YPI Al-Hidayah
b. Hj. Siti Sa'diyah, sebagai Ketua YPI Al-Hidayah
c. Drs. H. Marzuki, sebagai seksi Pendidikan YPI Al-Hidayah
d. Drs. Salman Tumanggor, sebagai Kepala Sekolah
e. Parhana, SE yang sekarang menjadi kepala sekolah SMK

Adapun status SMK saat ini telah Diakui dengan status gedung milik
sendiri.
a. Visi dan Misi
Untuk mengadapi persaingan dibidang pendidikan, yayasan Al-Hidayah
dengan kepengurusan yang baru memiliki visi yaitu : "menciptakan Sumber Daya

49
50

1
Manusia yang islami. Trampil dan handal serta Berwawasan Global. Langkah-
langkah yang di tempuh untuk mewujudkan visi yang di maksud antara lain,
sebagai berikut:
1) Sumber daya manusia yang Islami
a). Semua metode pengajaran bernuansa islam yang dapat memperhalus
budi pekerti semua pelajar
b).Mengaktifkan kegiatan rohis
c). Melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan
2) Trampil dan handal
a). Memperbesar jam praktek computer dan mengetik, termasuk bidang
studi produktif
b). Melaksanakan ujian nasional seperti ;
(1) Ujian nasional akuntansi (dasar satu, dasar dua dan terampil)
(2) Ujian nasional bahasa inggris (dasarsatu dan dasar dua)
(3) Ujian nasional mengetik (dasar, trampil dan mahir)
3) Berwawasan
a). Mengikut sertakan siswa dalam pelaksanaan uji kendali
b). Ujian kompetensi
c). Studi komperhensif
d). Ujian nasional produktif
Sedangkan Misi SMK Al-Hidayah adalah menciptakan kepribadian Muslim
yang berakhlak mulia, yang berguna bagi Bangsa dan Negara, yang dijabarkan
dengan:
1) Memotivasi SDM yang religius dan berwawasan
2) Mendidik SDM yang memiliki kualifikasi Unggul
3) Membentuk SDM yang memiliki Keterampilan Standard an
4) Menciptakan SDM yang Akuntabilitas

1
Database SMK AL-Hidayah Lebak Bulus
51

b. Sarana dan Prasarana


Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
sekolah tidak terlepas dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Sarana dan
prasarana yang dimiliki SMK Al- Hidayah Lestari dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel. 1
Sarana dan Prasarana
No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Ruang Kepala Sekolah 1
2 Ruang Tata Usaha 1
3 Ruang Kelas 12
4 Perpustakaan 1
5 UKS 1
6 Laboratorium Komputer 1
7 Laboratorium Bahasa 1
8 Sarana Ibadah 1
9 WC Guru 1
10 WC Siswa 2
11 Sarana Olahraga 1

c. Kurikulum yang Digunakan


Perkembangan yang terjadi sekarang ini turut mempengaruhi kurikulum
yang digunakan oleh sekolah-sekolah. Hal ini dapat dilihat pada kurikulum di
SMK Al- Hidayah Lestari, dimana untuk kelas I menggunakan kurikulum yang
baru yaitu KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), sedangkan kelas II dan
III masih menggunakan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). 2
d. Kondisi Guru dan Latar Belakang Pendidikan Siswa
1) Guru
Guru atau tenaga pengajar pada SMK Al- Hidayah Lestari berjumlah 27
orang, dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari D3

2
Database SMK AL-Hidayah Lebak Bulus
52

sampai dengan S1. untuk guru dengan tingkat pendidikan D3, bejumlah 2 orang,
sedangkan untuk guru dengan tingkat pendidikan Strata Satu (S1) berjumlah 25
orang.adapun nama, pendidikan, bidang studi, kelas dari guru-guru SMK Al-
Hidayah Lestari adalah sebagai berikut:
Tabel. 2
Daftar Pengajar SMK AL- HIDAYAH LESTARI
No Nama Jabatan Bidang Studi
1 Parhanah M. Pd Kepala Sekolah PB Jasa
2 Drs. Fachruddin Wakasek B. Inggris
3 Muhammad Amin S. Ag Kepala TU B. Arab
4 Drs. Basrin Malau Guru Etika Komunikasi
5 Drs. Umum Lingga Guru Siklus Akuntansi
6 Muhyi Chaerudin Guru Agama Islam
7 Dra. Hj. Hazami Guru B. Indonesia
8 Drs. A. Saefudin Guru B. Arab
9 Wardah Hayati S. Pd Guru B. Indonesia
10 Nurlina S. Pd Guru Perbankan/Kewirausahaan
11 Abdul Gafur Guru Administrasi Perkantoran
12 H. Ahmad Syakir, S. Ag Guru Agama Islam
13 Ety P, S. Pd Guru SMI (Indonesia)
14 Tarmudi S. Pd Guru IPS
15 Rini S, S.Pd Guru IPS
16 Anton H, S.Pd Guru Ekonomi & Koperasi
17 Zakiyah Guru Matematika
18 Fadilah S.H Guru BP/BK BK
19 Dadan S.Pd Guru Matematika/Kewirausahaan
20 Dadang S. Kom. Guru TIK
21 Hendiyana S.Kom Guru TIK
20 Faisal SE Bendahara Staf
21 Siti Komariah SE Guru Seni & Budaya
53

21 Lukman Hakim Staf TU Staf


22 Syarifuddin Staf TU Staf
Seksi Staf
23 Dedi
Kebersihan

2) Siswa
Keadaan siswa SMK Al-Hidayah sekarang adalah berjumlah 462 siswa.
SMK Al-Hidayah mempunyai tiga jurusan yaitu Akuntansi, Penjualan dan
Administrasi Perkantoran.
Tabel. 3
Daftar Jumlah Siswa SMK AL-HIDAYAH LESTARI
Keadaan Kelas Jumlah Kelas Jumlah Siswa
X 5 190 siswa
XI 4 169 siswa
XII 3 103 siswa
Total Jumlah Siswa 462 siswa

e. Visi dan Misi SMK Al-Hidayah


1) Visi
Mewujudkan SMK Al-hidayah Lestari sebagai sekolah yang mandiri dan
profesional dalam menciptakan sumber daya manusia yang islami, religius dan
berwawasan sesuai tuntunan dunia usaha
2) Misi
a) Menghasilkan siswa-siswi yang sholeh dan sholehah
b) Menyiapkan tenaga kerja yang terampil
c) Menyiapkan tenaga kerja yang berkualitas dan profesional
d) Memberi bekal keterampilan produktif, mengubah status manusia
konsumen menjadi manusia yang produktif
54

e) Memberikan kemampuan dasar sebagai bekal pengembangan kualitas


dirinya.3

B. Kondisi Informan
Terlebih dahulu menjelaskan kriteria informan yaitu siswa kelas X AP SMK
AL-Hidayah Lestari Lebak Bulus. Kriteria penentuan informan adalah memilih
beberapa siswa yang memiliki nilai tertinggi, sedang dan terendah pada hasil tes
pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi ibadah haji. Adapun informasi
mengenai informan dengan menggunakan nama asli adalah sebagi berikut:
a. Amriyati, adalah informan siswi kelas X AP berasal dari Cinere. Ia
bersekolah di SMK Al-Hidayah Lestari angkatan 2010. Ia termasuk
siswi yang cukup berprestasi di kelasnya, kepribadiannya yang pendiam,
tepat waktu, sebagai ketua kelas dan bertanggung jawab pada tugas-
tugas yang diberikan guru membawa ia menjadi siswi yang disenangi
guru.
b. Neiza F.M, adalah informan siwa kelas X AP berasal dari Cinere. Ia
bersekolah di SMK Al-Hidayah angkatan 2010, ia termasuk siswa yang
cukup berprestasi di sekolah, sifatnya yang suka bercanda banyak
dikenal oleh para siswa dan guru di sekolah.
c. Adam Renaldi, adalah informan siswi kelas X AP berasal dari Lebak
Bulus. Ia bersekolah di Al-Hidayah Lestari angkatan 2010. Ia termasuk
siswa berprestasi di sekolah, jiwa sosial yang tinggi pada teman-teman
menjadikan ia sebagai ketua kelas dan pribadi yang menyenangkan.
d. M. Afrizal, ia adalah siswa kelas X AP, berasal dari Lebak Bulus. Ia
bersekolah di SMK Al-Hidayah Lestari angkatan 2010. Ia adalah siswa
yang pendiam, prestasi di sekolahnya sedang-sedang saja.

Berikut ini adalah rangkuman daftar informan pada penelitian efektifitas


penggunaan media audio visual terhadap keberhasilan belajar siswa di SMK Al-
Hidayah Lestari Lebak Bulus.

3
Database SMK AL-Hidayah Lebak Bulus
55

Tabel. 4
Data Informan
No. Nama Status Pendidikan Daerah Asal

1. Amriyati Pelajar SMK Kelas X Cinere


AP

2. Neiza F.M Pelajar SMK Kelas X Cinere


AP

3. Adam Renaldi Pelajar SMK Kelas X Lebak Bulus


AP

4. M. Afrizal Pelajar SMK Kelas X Lebak Bulus


AP

Demikianlah daftar yang menjadi informan penelitian di atas, dalam rangka


sebagai melengkap informasi dan data-data dalam penulisan skripsi.

C. Hubungan Sosial

Yang dimaksud dengan hubungan sosial ini adalah interaksi sosial yang
terjalin antara guru dan siswa di SMK Al-Hidayah. Hubungan sosial ini dibagi
menjadi tiga bagian: hubungan sosial guru dengan sesama guru, hubungan sosial
siswa dengan guru, hubungan sosial siswa dengan siswa atau teman sebaya.
Pertama, hubungan sosial guru dengan guru. Hubungan sosial antara sesama
guru terjalin dengan baik, ini ditunjukkan dengan adanya saling tegur sapa dan
komunikasi antar sesama guru di sisa-sisa waktu mengajar, para guru juga
membesuk apabila ada seorang guru yang sakit atau melahirkan.
Kedua, hubungan sosial siswa dengan guru. Hubungan sosial antara guru
dan siswa terlihat cukup baik, ini terlihat dari sikap hormat siswa terhadap guru
seperti bersalaman bila bertemu dengan salah eorang guru atau menyapa.
56

Hubungan sosial antara guru dan siswa terbagi menjadi dua bagian yakni
hubungan sosial formal yang diwujudkan dalam bentuk pembelajaran didalam
kelas dan hubungan sosial nonformal yakni tegur sapa yang dilakukan guru
terhadap siswa diluar jam pembelajaran.
Ketiga, hubungan sosial siswa dengan siswa atau teman sebaya. Hubungan
sosial terhadap sesama siswa ini trejalin dengan baik, ini ditunjukan dari adanya
tegur sapa dan kegembiraan saat bersama dengan teman-temannya. Hubungan
sosial ini terlihat lebih erat pada waktu kegiatan seperti olahraga, perlombaan dan
study tour.

D. Proses Belajar Mengajar Berbentuk Media Audio Visual


1. Tahap Persiapan
Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan acuan guru sebelum
proses kegiatan belajar mengajar dimulai. Dalam penelitian ini peneliti membuat
RPP yang disesuiakan dengan materi pembelajaran. RPP yang dipersiapkan
sebanyak satu kali pertemuan dikarenakan materi yang akan dibahas cukup sulit
dan pembahasannya cukup luas, adapun isi rencana pelaksanaan pembelajaran
yang penulis lakukan teridiri dari: alokasi waktu, standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, Metode, sumber
belajar, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan pembelajaran materi yang disampaikan oleh guru adalah
Ibadah Haji sub dari bidang studi fiqh dengan memanafaatkan media audio visual
berbentuk VCD (Ibadah Haji). Sebelum menyampikan materi terlebih dahulu guru
mempersiapkan VCD yang akan diperlihatkan kepada siswa, serta
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman pada
saat pembelajaran. Dengan mempersiapkan kebutuhan pengajaran, pelaksanaan
pembelajaran yang disampaikan guru dapat berjalan efektif, inovatif,
menyenangkan dan tercapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Mempelajari media VCD (ibadah haji), kemudian guru melakukan observasi


terhadap media VCD, sebelumnya guru melakukan pencatatan : Pertama,
57

mempelajari media pembelajaran VCD (ibadah haji) kemudian disesuaikan


dengan bidang studi fiqih pada materi ibadah haji. Kedua, mengintegrasiakan
media VCD dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan masing-
masing alokasi waktu belajar. Ketiga, proses pembelajaran dengan menggunakan
media pembelajaran VCD (ibadah haji). Adapun hasil dari observasi VCD ini
adalah:

a. Isi materi dalam VCD Ibadah Haji sebagai berikut:


1) Pengertian dan sejarah ibadah haji
2) Hukum ibadah haji
3) Rukun ibadah haji:
a) Ihram
b) Wukuf
c) Thawaf
d) Sa’i
4) Wajib haji:
a) Ihram
b) Berhenti di muzdalifah
c) Melontar jumrotul ‘aqobah
d) Melontar tiga jumroh
b. Durasi waktu. Media pembelajaran VCD dengan materi ibadah haji
memiliki durasi waktu 1:20 menit. Kemudian durasi waktu tersebut di
sesuaikan dengan mata pelajaran fiqih yang akan dibahas. Masing-
masing pembahasan memerlukan waktu sebagai berikut:
1) Untuk pengertian dan sejarah ibadah haji durasi waktu 3 menit : 12
detik
2) Untuk hukum ibadah haji durasi waktu 1 menit : 48 detik
3) Untuk rukun ibadah haji memerlukan durasi waktu 5 menit : 14 detik.
4) Untuk wajib haji memerlukan durasi waktu 5 menit :10 detik.
c. Pesan-pesan yang disampaikan dalam VCD ibadah haji dapat sempurna
dan dipahami para siswa, maka guru diharapkan dapat mempraktekkan
tata cara ibadah haji kepada siswa. Sisa pembahasan lainnya tetap di
58

pelajari dalam kegiatan ekstra kurikuler untuk melengkapi dari materi


ibadah haji yang terdapat dalam media pembelajaran VCD (ibadah haji)
sehingga lebih tercapainya suatu tujuan pembelajaran.

Setelah dilakukan observasi pada VCD ibadah haji dan pembuatan RPP
maka guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam pelaksanan
pembelajaran terlebih dahulu mempersiapkan perlengkapan media yang akan
diajarkan kepada siswa, mengkordinir keadaan siswa agar pembelajaran kreatif,
inopatif dan menyenangkan setelah itu di sela-sela lagkah-langka pembelajaran
guru memanfaatkan media VCD sebagai bahan ajar. Kegiatan proses
pembelajaran bidang studi fiqih dengan materi ibadah haji dimulai dari jam 08.00
sampai jam 08.45. kegiatan belajar ini diawali dengan menerangkan materi ibadah
haji secara garis besar kemudian menayangkan VCD tentang ibadah haji. Selama
dalam proses pembelajaran, siswa sangat antusias dan merespon dengan baik
terhadap tayangan VCD yang diperlihatkan, hal ini dikarenakan dengan
menayangkan VCD ibadah haji merupakan hal yang baru bagi siswa dan siswa
dapat secara langsung melihat proses kegiatan ibadah haji yang benar. Selama ini
guru bidang studi fiqih hanya menjelaskan pembahasan tata cara ibadah haji
sebatas teori dan ceramah sehingga pemahaman siswa sedikit sekali yang di ingat
dan di mengerti, bahkan tidak mampu untuk memperaktekan dengan benar tata
cara pelaksanaan ibadah haji.
Setelah diperlihatkannya VCD (ibadah haji) kemudian guru melakukan
tanya jawab dan diskusi mengenai materi yang suda dipelajari kepada siswa untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam materi ibadah haji dan seberapa
efektif pelakasanaan pembelajaran menggunakan media VCD (ibadah haji). Dari
hasil tanya jawab dan diskusi yang dilakukan terhadap siswa, peneliti
mengetahui atau memperoleh pakta bahwasannya terdapat keefektifan
penggunaan media VCD (ibadah haji) terhadap pemahan siswa tentang materi
ibadah haji.
Durasi VCD ini selama 15 menit. VCD ini menjelaskan tentang tata cara
pelaksanaan ibadah haji yang dimulai dari pengertian dan sejarah tentang ka’bah,
59

hukum ibadah haji, serta rukun dan wajib haji. Secara garis besar materi ibadah
haji dalam VCD ini adalah:

a. Pengertian dan Sejarah ( 3 menit : 12 detik)


Firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat 96 yang berbunyi:

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat)


manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi
petunjuk bagi semua manusia”

Baitullah tidak pernah sepi dikunjungi jutaan manusia dari seantero bumi
sejak permulaan sejarah itu sendiri. Ka’bah berasal dari ka’bun yang artinya segi
empat, ka’bah telah beberapa kali mengalami perubahan dan perbaikan untuk
diperbesarkan, namun falsafah dan peranannya tidak pernah berubah sejak
semula.
Kawasan sa’i anatara safa dan marwah menyimpan sejarah tersendiri. Sa’i
adalah rukun haji ke-empat setelah thawaf di baitullah. Sa’i adalah manifestasi
cinta dari perasaan seorang ibu kepada anaknya. Anak adalah amanah Allah SWT,
perasaan Siti Hajar istri nabi Ibrahim A.S resah gelisah melihat anaknya Ismail
A.S yang kehausan. Bumi Mekkah yang kering kerontang ditelusuri berulang kali
antara safa dan marwah mencari-cari air untuk anakny. Maha suci Allah, tidak
disangka-sangka ketukan anak kecil yang menangis kehausan, terbit mata air yang
berlimpah-limpah, air itu adalah air zam-zam.
Arafah memang bersejarah dan banyak menyaksikan peristiwa penting
dalam sejarah islam. Arafah juga tempat wukuf bagi umat islam yang
mengerjakan ibadah haji.
b. Hukum Ibadah Haji ( 1 menit : 48 detik )
Hukum ibadah haji adalah wajib bagi umat islam yang mampu. Hal ini
sesuai dengan perintah Allah SWT dalam firman-Nya yang berbunyi:
60

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;


Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan
haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, Yaitu (bagi) orang yang sanggup
Mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta
alam.

Dalam firman Allah SWT yang lain yaitu dalam Surat Al-Hajj ayat 27-29
yang berbunyi:

27. Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya


mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang
kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh.

28. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya
mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang
Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah
sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-
orang yang sengsara dan fakir.

29. Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran yang ada pada


badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka dan
hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua itu
(Baitullah).
Dalam ibadah haji terdapat rukun dan wajib haji yang harus dialksanakan
oleh seluruh jamaah haji.
61

Diagram 1.
Pembagian Haji

HAJI

Rukun Wajib

c. Rukun Ibadah Haji ( 5 menit 14 detik )


Rukun haji adalah ibadah dasar yang harus dilakukan oleh jamaah haji.
Rukun haji tersebut adalah:
Diagram 2.
Rukun Haji

Rukun

Niat Wukuf Thawaf Sa’i Bercukur/Tahalul Tertib

1) Niat
Pada tanggal 8 Dzulhijjah sebelum berangkat ke Arafah
yaitu sewaktu berada di pusat pemukiman boleh berniat ihram haji.
Afdhal niat dilakuka di pintu pusat pemukiman setelah
sembahyang sunah ihram.
62

2) Wukuf di Arafah
Wukuf adalah berada di bumi Arafah walau seketika mulai
tanggal 9 Dzulhijjah sehingga subuh tanggal 10 Dzulhijjah. Semasa
wukuf jamaah disunahkan berdzikir dan berwirid
3) Thawaf di Baitullah
Setelah berwukuf di Arafah, jamaah wajiblah melakukan
thawaf rukun atau thawaf ifadah setelah kembali dari arafah.
4) Sa’i
Sa’I adalah berjalan diantara safa dan marwah sebanyak 7x
pulang pergi antara keduanya. Bagi yang tidak mampu, sa’I boleh
dilakukan dengan menggunakan kereta dorong. Ketika
melaksanakan sa’I jamaah haji tidak wajib bermudhu, hanya sunah
dilakujkan
5) Bercukur/tahalul
Yaitu menggunting sedikit rambut sekurang-kurangnya 3 helai
6) Tertib.
Tertib pada kebanyakan rukun, maksudnya adalah rukun haji
harus dilakukan mengikut urutan.
d. Wajib Haji ( 5 menit : 10 detik )
Perkara wajib haji ialah:
Diagram 3.
Wajib Haji

Wajib Haji

Niat Meninggalkan Bermalam di Melontar Bermalam di Melontar


ihram larangan Muzdalifah jumroh Mina Jumroh
sewaktu aqobah
ihram
63

1) Niat Ihram di Miqat.


Yaitu membawa maksud ketentuan tempat dan waktu untuk berniat ihram
haji atau umroh
2) Meninggalkan larangan sewaktu ihram, yaitu setelah jamaah memakai
ihram
3) Bermalam di Muzdalifah.
Muzdalifah adalah kota satu malam dalam setahun, disini jamaah haji
diwajibkan menginap walaupun seketika. Ketika ini jamaah masih dalam
keadaan ihram. Jamaah haji hendaklah berada di kawasan muzdalifah
walaupun seketika, setelah tengah malam tanggal 10 Dzulhijjah, yaitu
ketika kembali dari Arafah. Tidak mermalam di Muzdalifah tanpa unsur
syar’I berdosa hukumnya dan wajib membayar dam (denda) sewaktu
berada disini jamaah disunahkan memungut anak batu untuk melempar
jumroh.
4) Melontar jumrotul aqobah.
Yaitu merupakan salah satu dari tiga jumroh yang terletak di Mina.
Melontar boleh dilakukan mulai setelah separuh malam tanggal 10
Dzulhijjah hingga jatuh matahari tanggal 13 Dzulhijjah. Waktu afdhal
melempar jumrotul aqobah adalah pada hari nahar tanggal 10 Dzulhijjah,
dimana kawasan umroh akan menjadi tumpuan berjuta-juta jamaah haji
pada ketika ini.
5) Bermalam di Mina.
Mina dikenal juga sebagai kota 3 hari dalam setahun. Disini jamaah haji
diwajibkan menginap pada tiga malam pada hari-hari tasyrik, yaitu
malam tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Di Mina jamaah boleh
melakukan aktifitas masing-masing di kemah-kemah mereka, seperti
berdzikir dan melaksanakan ibadah sunah lain.
64

6) Melontar jumroh.
Pada hari tasyrik diwajibkan pula melempar ketiga jumroh, dimulai
dengan jumroh ula, wustha dan diakhiri dengan jumroh aqobah.
Dari hasil observasi VCD tentang ibadah haji ini penulis dapat
menyimpulkan bahwa mengerjakan ibadah haji memerlukan kekuatan fisik dan
mental. Persiapan kedua aspek ini perlu ada sejak mendaftar untuk menunaikan
ibadah haji. Setiap tahun berjuta-juta umat islam melaksanakannya tetapi belum
tentu semuanya dapat melakukan dengan sempurna dan penuh ketakwaan.
Haji adalah ibadah praktikal, semua perkara, semua perkara yang
diwajibkan sewaktu sewaktu menyempurnakannya berbentuk perbuatan, umat
islam perlu menyelami hakikat dibalik perbuatan tersebut. Jika ada kesempatan
sementara menunggu tiba hari wukuf jamaah boleh membuat lawatan (kunjungan)
ke Arafah, Mina dan kawasan haji lain untuk melihat suasana dan kawasan
tersebut untuk menambah semangat melaksanakan haji dengan sempurna.

E. Efektifitas Pembelajaran Media Audio Visual


Keefektifan media audio visual dalam pembelajaran berhubungan dengan
banyak faktor diantaranya :
Metode , bila media pembelajaran sudah dianalisis dan dinyatakan baik oleh
para prktisi pendidikan namun dalam pemanfaatannyatidak didukung oleh metode
pembelajaran yang tepat, maka media tersebut tidak akan banyak memberikan
manfaat bahkan akan menjadi tontonan belaka. Media pembelajaran biasanya
dapat dijadikan sebuah bahan pembelajaran sebelum siswa melaksanakan diskusi
atau praktek.
Kondisi siswa, kondisi siswa yang sehat tentu berdeda dengan siswa yang
tidak sehat, contoh siswa yang mengalami pusing akan bebeda hasil belajarnya
dengan siswa yang tidak mengalami pusing.
Sarana dan Prasarana. Yaitu berbagai alat yang mendukung dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Sarana dan prasarana di SMK Al-Hidayah
Lestari sudah dikatakan cukup memadai karena sudah ada LCD, pengeras suara (
65

sound ), tempat duduk, ruangan, pencahayaan, dan suhu udara yang baik dan
mendukung untuk pemanfaatan media pembelajaran.
Waktu. Waktu penayangan media audio visual juga harus diperhatikan,
waktu yang terlalu lama atau sebentar akan mempengaruhi tehadap hasil
penggunaan media audio visual. Waktu penayangan yang terlalu lama akan
menghabiskan banyak waktu, sehingga waktu pembelajaran sudah habis hanya
untuk melihat video, selain itu penayangan yang terlalu lama juga akan
mempengaruhi konsentrasi belajar siswa.
Tipe mengajar guru. Gaya mengajar guru juga mempengaruhi dalam
keberhasilan belajar media pembelajaran, seperti guru yang otoriter, demokratis,
apatis. Bila gaya mengajar guru yang otoriter, komunikasi hanya akan terjadi satu
arah yaitu hanya dari guru saja. Bila gaya mengajar guru demokrasi maka
komunikasi akan menjadi dua arah, baik siswa ataupun guru sama-sama dapat
menyampaikan pendapatnya sehingga suasana belajar menjadi menarik.
Sedangkan gaya apatis akan menyebabkan siswa menjadi tidak terkontrol
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis, maka efektifitas
penggunaan media audio visual terhadap keberhasilan siswa pada mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dapat dilihat dari indikator yang akan disebutkan pada
pembahasan dibawah ini.

1. Hasil Uji Efektifitas Pembelajaran


Setelah pembelajaran selesai, kemudian penulis melakukan uji efektifitas
bertujuan untuk mengetahui hasil pembelajaran dari efektifitas penggunaan media
audio visual. Uji efektifitas tersebut dilakukan dalam bentuk tes tertulis, soal
tersebut berjumlah 30 butir soal dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice).
Soal ini diberikan setelah pembelajaran selesai, selama mengerjakan soal
siswa tampak tenang dan tidak ada yang menyontek. Setelah kurang lebih 25
menit, siswa telah selesai mengerjakan soal yang penulis berikan, kemudian
jawaban siswa dimasukkan kedalam komputer untuk dianalisis. Hasil belajar
siswa dapat dilihat pada table dibawah ini:
66

Table 5

Hasil Belajar Siswa

Skor Nilai Pembelajaran


No. Nama Siswa L/P
Pilihan Ganda Ibadah Haji

1. Dwi Sabtomo L 20 67
Hadi

2 Kanah P 23 77

3 Anisa Sri P 21 70
Madani

4 M. Afrizal L 18 60

5 Riansyah L 22 73

6 Neiza F.M P 25 83

7 Saeful Bahri L 20 67

8 Tajudin L 23 77

9 Setiatin P 26 87
Amalia

10 Pudji Yulianti P 24 80

11 Adam Renaldi L 25 83

12 Rizki L 21 70
Irwansyah
67

13 Ferdyanto L 26 87

14 Rega Hadi L 23 77

15 Apriliani P 22 73

16 M. Iqbal L 27 90

17 Kartika P 24 80

18 Emma Aprilia P 24 80

19 Putri P 24 80
Rahmawati

20 Iksan Safe’i L 29 97

21 Yani Ariska P 23 73

22 Hemaditha I.F P 19 63

23 M. Teguh L 24 80
Imam

24 Lulu Lutfiyanti P 24 80

25 Sintia P 24 80
Rahmawati

26 Siti Hafshah P 17 57

27 Lisdiah P 27 90
Anggraini

28 Siti P 21 70
Nurkhasanah

29 Ella Wati P 26 87
68

30 Lisa Aprilia P 22 73
Nurhayati

31 Amriyati P 29 97

32 Selvira P 27 90
Anggraini

33 Angger Evita P 22 73

Nilai Rata-Rata 25, 7 77, 90

Setelah dilakukan tes, penulis mengambil beberapa orang siswa untuk


diwawancarai, mereka adalah yang mendapatkan nilai tertinggi, sedang dan
terendah, untuk mengetahui bagaimana efektifitas keberhasilan siswa setelah
menggunakan media audio visual. Hal tersebut dapat diketahui dari indikator-
indakator yang ada, yaitu:
a. Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap
kegiatan belajar mengajar
Penulis berhasil mewawancarai beberapa siswa kelas X AP2. Berikut adalah
hasil wawancara dengan informan pertama yang bernama Amriyati, siswi kelas X
AP2 yang mendapatkan nilai tertinggi pada materi pelajaran ibadah haji yang
disampaikan menggunakan media audio visual.
“...Sebelum memulai pelajaran saya menyiapkan buku materi dan tidak lupa
berdo’a agar dimudahkan dalam menuntut ilmu. Selaian itu sehari sebelumnya
saya belajar tentang materi yang akan dibahas, seperti mengulas dan
mempelajari materi ibadah haji agar materinya dapat saya kuasai...”
Demikian pula halnya dengan hasil wawancara pada informan II yang
bernama Neiza F.M yang juga mendapatkan nilai tinggi pada mata materi ibadah
haji.
“...Seperti biasanya, sebelum pelajaran dimulai saya mempersiapkan diri
dengan membaca-baca materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru...”
69

b. Mengembangkan suasana belajar yang akrab, positif dan


menyenangkan.
Suasana belajar di dalam kelas ditentukan melalui media yang digunakan
guru untuk menciptakan suasana yang akrab, positif dan menyenangkan. Guru
menggunakan media audio visual sebagai media pengajaran dalam materi Ibadah
haji membuat siswa merasa senang dengan kegiatn belajar yang berlangsung.
Berikut hasil wawancara dengan informan I kelas X AP2 yang bernama Amriyati:
“ Saya sangat menyukai media pembelajaran VCD (Ibadah Haji) dan saya
merasa senang ketika guru menggunakan media VCD sebagai sarana belajar...”
Suasana belajar mengajar yang akrab sangat membantu siswa untuk meraih
keberhasilan dalam belajar. Karena kegiatan belajar yang menyenangkan pasti
disukai oleh siapapun. Dan peran guru yaitu mengupayakan agar kegiatan belajar
mengajar dapat berlangsung dengan menyenangkan. Media audio visual inilah
yang gunakan oleh guru untuk menimbulkan rasa senang siswa terhadap kegiatan
belajar tersebut. Berikut yang disampaikan oleh informan II, yaitu Neiza F.M:
“...Saya menyukai proses belajar dengan menggunakan media, bagi saya
guru yang menggunakan media memberikan kebebasan untuk berimajinasi...”
Berdasarkan wawancara terhadap para informan, menunjukkan bahwa siswa
merasa senang dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan media VCD.
c. Ketepatan antara kandungan materi ajar dengan kemampuan siswa
(orientasi keberhasilan belajar) diutamakan
Pemilihan materi ibadah haji dan media VCD yang digunakan disesuaikan
dengan kemampuan siswa dalam menangkap pelajaran sehingga materi mudah
dipahami.
“...Pelajaran ibadah haji membutuhkan praktek, kalau hanya dengan
ceramah saja mungkin saya kurang memahami, dan saya juga berharap materi
pelajaran bisa disampaikan menggunakan media yang tepat, seperti VCD.
Karena jika tidak tepat maka pelajarannya tidak dapat dimengerti...”.
(Wawancara dengan informan III, Adam Renaldi)
Media VCD memudahkan transfer pengetahuan kepada para siswa, sehingga
hal ini juga berpengaruh terhadap prestasi siswa dalam pelajarannya. Karena
70

materi yang disampaikan melalui media VCD dirasakan sangat mudah ditangkap
oleh siswa. Berikut penuturan informan dalam wawancara yang dilakukan oleh
penulis.
“...Dengan menggunakan media VCD penjelasannya dapat diingat dan
mudah dipahami...”(Wawancara dengan informan IV, M. Afrijal)
Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan oleh para informan, dapat
diketahui bahwa pemanfaatan media VCD harus disesuaikan dengan kemampuan
para siswa agar lebih memudahkan siswa dalam memahami pelajaran.
d. Memberikan pengalaman belajar yang efektif dan melibatkan siswa
secara aktif
Media VCD sangat tepat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar,
apalagi materi yang disampaikan adalah ibadah haji, dimana terdapat tuntunan
yang sifatnya praktis, membutuhkan contoh riil untuk dipraktekkan oleh siswa.
Siswa juga terlibat aktif dalam pembelajaran materi ibadah haji dengan
mempraktekkan beberapa hal dalam tuntunan ibadah haji, seperti thawaf, sa’i
maupun melempar jumroh. Setelah dilakukan wawancara, ternyata hal ini serupa
dengan jawaban yang dilontarkan informan III.
“...Saya pribadi senang sekali ketika belajar guru menggunakan media
VCD pada materi ibadah haji karena saya dapat melihat langsung bagaimana
tata cara ihram, thawaf, sai, tahalul, melempar jumroh dan lain-lain...”
(Wawancara dengan informan IV, M. Afrijal)
Adapun jawaban dari pertanyaan penulis terhadap informan III Adam
Renaldi adalah sebagai berikut.
“...Saya memperhatikan dan mencatat materi yang saya anggap penting dan
menanyakan hal-hal yang belum saya mengerti...” (Wawancara dengan informan
III, Adam Renaldi)
Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa media VCD
mampu memberikan pengalaman langsung terhadap siswa sehingga memudahkan
siswa dalam mempraktekkan pelaksanaan kegiatan ibadah haji serta mampu
membuat siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar.
71

e. Metode tepat sesuai dengan standar kompetensi (SK), kompetensi


dasar (KD) dan indikator
Ketepatan metode yang digunakan dalam menyampaikan materi disesuaikan
dengan standar komptensi (SK) standar kompetensi dalam materi ini adalah
memahami rukun islam yanng kelima (Ibadah Haji), oleh karena itu penulis yang
dalam penelitian ini menggunakan media VCD sebagai alat penyampaian materi
sangat sesuai dengan kompetensi dasar yaitu adanya pemahaman siswa terhadap
materi yang diajarkan.
”...Materi yang guru PAI sampaikan melalui media VCD telah sesuai
dengan indikator pembelajaran yang terdapat dalam buku paket pelajaran
PAI...” (Wawancara dengan informan III, Adam Renaldi)
Sedangkan kompetensi dasar dalam materi ibadah haji ini adalah
menjelaskan hukum, rukun dan wajib haji. Dengan demikian penggunaan media
VCD dapat memudahkan siswa dalam memahami materi ibadah haji.
“...Isi materi ibadah haji yang disampaikanmelalui VCD sama dengan
materi yang ada di buku paket, tetapi VCD lebih memudahkan saya dalam belajar
ketimbang buku paket...” (Wawancara dengan informan I, Amriyati)
Pemanfaatan media VCD harus disesuaikan dengan indikator dan standar
kompetensi agar tujuan dari indikator pembelajaran tersebut dapat tercapai.
f. Kompetensi Guru dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran
Efektifitas kegiatan belajar mengajar ditentukan juga oleh kemampuan guru
dalam menguasai pelajaran dan pemilihan metode yang tepat untuk
menyampaikan materi kepada siswa, sehingga proses belajar berlangsung lancar
dan efektif. Pemilihan media VCD adalah langkah tepat yang digunakan oleh guru
dalam menyampaikan materi ibadah haji, karena ibadah haji membutuhkan contoh
praktek yang bisa diikuti oleh para siswa.
“...Saya merasakan ada perbedaan ketika saya belajar menggunakan media
VCD, Materi yang disampaikan lebih mudah diterima, saya dapat melihat
bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah haji dengan sangat jelas dan tidak
membosankan...” (wawancara dengan informan I, Amriyati).
72

“…Guru sudah mempersiapkan segala perlengkapan media di kelas


sebelum siswa masuk kelas, semua sudah tertata rapi mulai dari VCd, laptop,
pengeras suara (sound), dan infocus…”.(Wawancara dengan informan I,
Amriyati)
Berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa pemanfaatan media
VCD harus didukung oleh kemampuan guru dalam menggunakan media VCD
tersebut dan kesesuaian antara materi pelajaran dan isi dari VCD tersebut.
g. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional
yang telah ditetapkan
Salah satu indikator efektivitas pembelajaran melalui media audio visual
(VCD) adalah tercapainya tujuan instruksional yang telah ditetapkan, yaitu hasil
belajar yang bagus yang tertuang dalam nilai pada hasil tes materi ibadah haji
(bisa dilihat di table 5. Hasil Belajar Siswa). Hal ini tidak lepas dari perhatian
siswa terhadap materi ibadah haji yang disampaikan melaui media VCD, seperti
yang dibincangkan informan dalam wawancara:
“...Saya menyimak dan memperhatikan dari awal sampai akhir pelajaran
selesai...”(Wawancara dengan informan I, Amriyati).
Setelah dilakukan wawancara dengan informan, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa media VCD adalah media yang efektif dalam penyampaian
materi ibadah haji, sehingga materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh
siswa. Berikut adalah hasil wawancara dengan informan
“...Kalau belajar dengan media VCD, belajarnya menjadi semangat dan
mudah dipahami...” (Wawancara dengan informan II, Neiza F.M)
Media audio visual VCD ternyata memiliki peranan penting terhadap hasil
belajar siswa, dikarenakan media VCD adalah media yang menarik, sehingga
siswa tertarik untuk mengikuti proses belajar sampai selesai, selain itu materi
ibadah haji yang disampaikan dengn metode VCD menjadi lebih mudah diterima
dan dipahami oleh siswa, sehingga hal ini juga berpengaruh terhadap peningkatan
hasil belajar siswa.
73

2. Komunikasi Pembelajaran Berbentuk Media Audio Visual


Komunikasi pembelajaran berbentuk media audio visual ini menggunakan
jenis komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah ini adalah apabila para pelajar
bersikap responsif, mengetengahkan pendapat dan tanggapan atau mengajukan
pertanyaan, diminta atau tidak diminta.
Diagram 4.
Bentuk Komunikasi Dua Arah

Guru

Siswa 1 Siswa 2 Siswa 3

Proses pembelajaran tatap muka antara guru dan siswa biasanya dilakukan
di dalam kelas (ruangan), guru dalam prose situ lebih berfungsi sebagai sumber
pesan dan siswa penerimanya. Meskipun komunikasi antar guru dan siswa dalam
pross pembelajaran termasuk komunikasi publik atau kelompok, guru sewaktu-
waktu bisa mengubahnya menjadi komunikasi antar personal; hal ini bisa
dilakukan karena proses komunikasi tatap muka di kelas mempunyai kelompok
yang relatif kecil. Terjadinya komunikasi dua arah atau dialog dimana siswa
4
menjadi komunikan sekaligus sebagai komunikator, demikian pula guru.

3. Pengamatan Terhadap Siswa Melalui Rekaman Handycam


Setelah penulis mengamati tingkah laku belajar siswa yang direkam melalui
handycam, penulis membaginya menjadi empat tahapan yakni fase motivasi,
konsentrasi, pengolahan informasi, dan umpan balik. Adapun deskripsi hasil
pengamatannya adalah sebagai berikut :
Pertama fase motivasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan
terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa tampak termotivasi dalam
4
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, suatu pendekatan baru, (Ciputat: Gaung Persada
Press, 2008), hal. 10
74

mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media audio visual. Hal ini ditunjukan
dengan besarnya rasa antusias, rasa ingin tahu, dan ketertarikan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kedua fase konsentrasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan
terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa tampak berkonsentrasi
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran melalui media audio visual. Hal ini
ditunjukan melalui tingkah laku siswa dalam memfokuskan penglihatannya pada
tayangan VCD ibadah haji.
Ketiga fase pengolahan informasi, berdasarkan pengamatan yang penulis
lakukan terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa tampak
melakukan pengolahan informasi. Hal ini ditunjukan oleh tingkahlaku siswa yang
memperhatikan penayangan VCD ibadah haji, kemudian mencatatnya, berfikir
sebelum menjawab pertanyaan, dan kemampuan siswa dalam menyimpulkan
pembelajaran ibadah haji.
Keempat fase umpan balik, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan
terhadap rekaman handycam menunjukan bahwa siswa mampu memberikan
umpan balik. Hal ini ditunjukkan ketenangan siswa saat mengerjakan soal yang
diberikan, kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan.

F. Upaya SMK Al-Hidayah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan


Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa. Agar peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu pengetahuan, cukup kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan fungsi pendidikan nasional tersebut diharapkan semua sekolah dapat
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa dengan cara meningkatkan
mutu pendidikan yang ada di sekolah sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Upaya yang dilakukan oleh SMK Al-Hidayah dalam meningkatkan mutu
pendidikan yang ada di sekolah dilakukan dengan cara meningkatkan pelayanan
75

dan fasilitas dari tahun ke tahun demi kemajuan sekolah tersebut. Hal ini dapat
terlihat dari segi peningkatan pembangunan sarana dan prasarana sekolah seperti
penambahan kelas, pelebaran ruang lab, penambahan peralatan media.
Dari segi kualitas guru, hampir semua guru memiliki jenjang pendidikan SI.
Dalam upaya meningkatkan para guru, sekolah sering mengikutsertakan para guru
pada seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan, dengan diikut sertakannya para
guru diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan
pengetahuan siswa.
Untuk mengisi waktu luang siswa, sekolah mengadakan kegiatan
ekstrakulikuler, kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
bakat yang dimiliki siswa. Kegiatan ekstrakulikuler yang dimiliki sekolah antara
lain paskibra, futsal, follyball, dan band. Kegiatan ini untuk menyalurkan
kemampuan yang dimiliki siswa.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah “Bagaimana Efektifitas Penggunaan Media
Audio Visual Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam (Ibadah Haji)” dan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan bantuan media audio visual sangat efektif, hal ini
terbukti dengan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah penulis tetapkan
dalam rencana program pengajaran dan mencukupinya waktu yang
disediakan untuk proses pembelajarn. Tercapainya tujuan pembelajaran
dapat dibuktikan melalui hasil uji berupa soal materi ibadah haji dan
wawancara terhadap siswa tersebut.

2. Pemanfaatan media VCD (ibadah haji) dalam proses belajar mengajar


merupakan kreatifitas guru dalam rangka meningkatkan pemahaman dan
penguasaan materi ibadah haji secara optimal.

3. Tes materi ibadah haji yang diujikan pada siswa menunjukkan hasil belajar
yang memuaskan. Nilai yang diperoleh siswa dalam materi ini menunjukkan
bahwa rata-rata hasil belajar yang dievaluasikan oleh guru mata pelajaran
fiqh dengan memanfaatkan media VCD (ibadah haji) menunjukan

76
77

peningkatan yang signifikan. Berikut adalah nilai rata-rata yang diperoleh


siswa pada materi ibadah haji:

Rata-Rata Ketepatan
Jumlah siswa Nilai Rata-rata
Menjawab (30 soal)
33 siswa 25,7 77,90

Adapun untuk nilai pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam


sebelumnya yaitu 6, 20. Jadi, dalam penggunaan media VCD ibadah haji ini,
nilai rata-rata siswa kelas X AP2 SMK AL-Hidayah Lebak Bulus meningkat
sebanyak 1, 59.

4. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan pelaksanaan pemanfaatan media


VCD (ibadah haji) pada saat pembelajaran sangat efektif. Materi ibadah haji
merupkan materi yang cukup sulit menjelaskannya karena materi tersebut
membutuhkan keterampilan serta dapat memperaktikan, penggunakan
media VCD (ibadah haji) yang menampilkan gambar, suara dan gerak
secara bersamaan secara langsung dapat berinteraksi bagaimana tata cara
pelaksanaan ibadah haji dengan tertib dan benar.

Sifatnya yang praktis atau ringan dan persiapan yang maksimal memudahkan
guru menggunakan media VCD (ibadah haji) tanpa mendapatkan kendala,
membebankan bahkan menyulitkan guru dalam proses belajar mengajar, hal itu dapat
dirasakan siswa dengan pembelajarannya memanfaatkan media tidak membosankan
dan menjenuhan, serta persiapan perencanaan pembelajaran yang maksimal
membawa pengaruh keberhasilan belajar.
78

B. Saran-Saran
Secara garis besar disimpulkan bahwa media audio visual sangat baik
digunakan dalam pembelajaran, namun dalam penggunaan media pembelajaran ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu: kesesuaian antara media
pembelajaran dengan materi pembelajaran, efisiensi waktu yang dibutuhkan dalam
pemutaran media pembelajaran dan persiapan siswa dalam menerima pelajaran.
Selanjutnya, untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam penggunaan media
pembelajaran di sekolah, penulis juga menyarankan kepada pihak sekolah, guru
maupun siswa, diantaranya yaitu:
1. Sekolah
Kepada pihak sekolah hendaknya meningkatkan kompetensi para guru
khususnya dalam memanfaatkan fungsi media pembelajaran, mengingat
dalam penelitian ini telah membuktikan bahwa penggunaan media audio
visual sangat efektif terhadap keberhasilan belajar siswa.

Selain itu, pihak sekolah juga diharapkan dapat menyediakan fasilitas


penunjang untuk mengoptimalkan pemanfaatan media pembelajaran di
sekolah, seperti menyediakan proyektor, LCD (infocus) serta ruangan kelas
yang nyaman agar siswa bisa berkonsentrasi dalam proses pembelajaran
tersebut.

2. Guru
a. Kepada para guru, khususnya guru Pendidikan Agama Islam hendaknya
menggunakan berbagai macam metode dan media pembelajaran agar
siswa lebih mudah menerima dan memahami pelajaran yang
disampaikan.
b. Guru harus meningkatkan pemahamannya tentang pemanfaatan media
pembelajaran agar dalam proses pembelajaran pemanfaatan media bisa
optimal.
79

c. Guru hendaknya meningkatkan kemampuannya dalam mengkondisikan


siswa agar tercita suasana belajar yang efektif.
d. Guru harus lebih tanggap terhadap perkembangan teknologi dalam
dunia pendidikan, sehingga kedepannya proses belajar mengajar dapat
memanfaatkan media teknologi yang tentunya akan semakin
mempermudah proses pembelajaran.

3. Siswa
a. Siswa hendaknya lebih kreatif dalam mencari ilmu pengetahuan dengan
memanfaatkan berbagai sumber yang ada seperti buku bacaan, internet
dan VCD pengetahuan, tidak hanya mengandalkan materi yang
disampaikan oleh guru saja.
b. Siswa harus memiliki motivasi dan keinginan belajar yang tinggi, agar
proses menerima materi pelajaran di kelas pun akan terasa mudah.
80

Daftar Pustaka

1. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis


Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006

2. Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Bandung:


Angkasa, Cet. I, 2003

3. Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas


Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT pena Citasatria, Cet: 1, 2008

4. Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan


Historis, Teoritis dan Praktis, Jakarta: PT. Ciputat Press, Cet. II, 2005

5. Arief S. Sudirman, dkk. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar.


Jakarta: Medyatama Saran Perkasa, 1989

6. Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta:


PT. Ciputat Press, Cet. I, 2002,

7. Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,


cet.ke-XIII, 2010

8. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Syaamil


Cipta Media

9. Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


Jakarta: Balai Pustaka, 1996

10. Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga


Kependidikan, Bandung: Alpabeta, 2009

11. Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka


Cipta: 2007

12. Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka


Cipta: 2007), h.170

13. http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran

14. http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengertian efektifitas.

15. 1http://www.depag.co.id, 20 Mei 2010.


81

16. http://www.depdiknas.co.id, 20 Mei 2010.

17. http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010.

18. 1http://www.wonk-educationnetwork.blogspot,com, 22 Mei 2010.

19. John D. Latuheru, Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar Masa
Kini. Jakarta: Depdikbud, 1982

20. Ma’mur Saadie, dkk, Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia, Jakarta:


Penerbit Universitas Terbuka, Cet. I, 2007

21. Mahfudz Sholahudidin, Media Pendidikan Agama. Surabaya: PT. Bina


Ilmu, 1986

22. Mardalis, Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, Cet: VI, 3003

23. Muh. Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama


Islam, Terj. dari Thuruqu Ta’limi Al-Tarbiyah Al-Islamiyah oleh Murni
Djamal, Jakarta: Rineka Cipta, 1998

24. Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan


Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Cet. II, 2002.

25. Nana Sudjana , Proses Belajar Mengajar, Bandung: Mandar Madju 1989

26. Nasution, Teknologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, 1994

27. Prof. Dr. Robert K. Yin, Studi kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, Cet ke-4, 2004

28. Redja Mudyaharjo, Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang


Dasar-dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006

29. Ronald H. Anderson, Pemilihan dan Pengembangan Media untuk


Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press, 1987

30. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat Pers, 2002.

31. Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Materil. Jakarta: Prima Karya, 1987.

32. TB. Wahyudi. Media Komunikasi Massa Television, Bandung: Alumni


1980
82

33. Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep


Landasan dan Implementasinya pada KTSP, Jakartaa: Kencana, cet: 1,
2009.

34. Yayat, Efektifitas Penyetaraan Program S1 Bagi Guru-Guru SMK


(Penelitian Pada Guru-Guru SMK di Kotamadya Bantul), (Tesis Program
Pasca Sarjana UNY, 2001)

35. Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, Suatu Pendekatan Baru, Ciputat:


Gaung Persada Press, 2008

36. Zakiah Darajat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta:
PT. Bumi Aksara, Cet. I, 1995

37. Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam Sejak Dini, Jakarta: A.H.
Ba’adillah Press, Cet. I, 2002.

Anda mungkin juga menyukai