Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENILAIAN RESIKO

KEAMANAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Disusun oleh :

KATA PENGANTAR

ii
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan taufik-Nya sehingga Makalah Toksikologi dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai pelengkap tugas mata kuliah Toksikologi
Industri. Kami menyadari bahwa penyelesaian Makalah ini tidak luput dari
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, yang telah memberikan masukan
masukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada kami. Oleh karena
itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing mata
kuliah Toksikologi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari Makalah ini, baik
dari materi maupun tekhnik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan
dan pengalaman praktikan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan.

DAFTAR ISI

iii
HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penilaian Resiko dan Bahan Berbahaya Beracun

2.2 Hal yang Harus di Perhatikan Dalam Penilaian Resiko

2.3 Acuan Dalam Penilaian Resiko

2.4 Tahapan Dalam Penilaian Resiko

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia.

Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/ cedera pada

organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi

substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme

terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang

merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam

kehidupan sehari-hari tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah

toksikologi lingkungan dan ekotoksikologi. Dua kata toksikologi lingkungan

dengan ekotoksikologi yang hampir sama maknanya ini sering sekali menjadi

perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun

kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan

pencemaran lingkungan dan Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari

racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi dan komunitas

termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan

lingkungan.

Ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan.

Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari : Proses

Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus

meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan

meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis. Proses

industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang akan

1
menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat.

Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang

mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan

meningkat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian penilaian resiko dan bahan beracun?

2. Apa hal yang harus diperhatikan dalam penilaian resiko?

3. Bagaimana acuan dalam penilaian resiko?

4. Tahapan Penilaian resiko?

1.3 Tujuan

1. Memahami penilaian resiko dan bahan beracun.

2. Memahami hal yang harus diperhatikan dalam penilaian resiko.

3. Memahami acuan dalam penilaian resiko.

4. Bagaimana Tahapan Penilaian resiko.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penilaian Resiko Dan Bahan Berbahaya Beracun

A. Penilaian resiko

Resiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang

berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut (OHSAS

18001:2008). Pengaruh dari ketidak pastian sasaran atau tujuan (ISO

31000:2009). Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian

yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun

terhadap kegagalan suatu fungsi. Penilaian resiko adalah metode

sistematis dalam melihat aktivitas kerja, memikirkan apa yang dapat

menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok untuk mencegah

terjadinya kerugian, kerusakan, atau cedera di tempat kerja. Penilaian ini

harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk

menghilangkan, mengurangi,atau meminimalkan resiko.

3
B. Bahan Berbahaya Beracun

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) sebagai zat, energi, dan/atau

komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

Bahan-bahan tersebut selanjutnya dapat diklasifikasikan dalam

kelompok-kelompok bahan yang bersifat:

1. mudah meledak (explosive);

2. pengoksidasi (oxidizing);

3. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);

4. sangat mudah menyala (highly flammable);

5. mudah menyala (flammable);

6. amat sangat beracun (extremely toxic);

7. sangat beracun (highly toxic);

8. beracun (moderately toxic);

9. berbahaya (harmful);

10. korosif (corrosive);

11. bersifat iritasi (irritant);

12. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);

13. karsinogenik (carcinogenic);

14. teratogenik (teratogenic);

15. mutagenik (mutagenic)

4
2.2 Hal yang Harus Di perhatikan dalam Penilaian Resiko

A. Material, terdapat sejumlah karakteristik material yang umum

diketemukan mulai dari yang bersifat mudah terbakar, korosif, mudah

meledak, beracun dan yang lainya, untuk lebih detail dalam merujuk

kepada peraturan pemerintah No.74 Tahun 2001 tentang pengendalian

bahan berbahaya dan beracun.

B. Metode, perbedaan metode kerja akan mengakibatkan perbedaan potensi

bahaya yang dapat timbul dari suatu pekerjaan. Sebagai proses manual

handling kesalahan dalam metode pengangkatan dapat mengakibatkan

cidera serius.

C. Mesin, setiap peralatan dan mesin yang dipergunakan pasti dilengkapi

dengan manual book atau buku panduan didalamnya pasti akan dijelaskan

segala potensi bahaya yang dapat timbul. Umumnya ditandai dengan

pernyataan Caution !. Perlu dipastikan tenaga kerja akan dari bahaya titik

jepit, titik geser, perputaran mesin dan yang lainnya.

D. Lingkungan kerja, kondisi tempat juga sebagai salah satu sumber bahaya

yang perlu diperhatikan. Ada beberapa parameter yang biasanya

diperhatikan terkait dengan lingkungan kerja seperti, pencahayaan,

kebisingan, getaran, dan yang lainnya.

E. Energi, setiap sumber energi yang dipergunakan mengandung potensi

bahaya didalamnya. Pelepasan energi yang tidak terkendali sebagai

penyebab kecelakaan kerja potential.

5
2.3 Acuan dalam penilaian resiko

Agar penilaian yang kita lakukan seobjective mungkin maka perlu

mengumpulkan informasi sebelum menilai resiko dari suatu akitivitas :

A. Informasi tentang suatu aktivitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa yang

melakukan)

B. Tindakan pengendalian risiko yang telah ada

C. Peralatan/mesin yang digunakan untuk melakukan aktivitas

D. Bahan yang dipakai serta sifat-sifatnya (MSDS)

E. Data statistik kecelakaan/penyakit akibat kerja (internal & eksterbal)

F. Hasil studi, survey/pemantauan

G. Literature

H. Benchmark pada industri sejenis

I. Penilaian pihak spesiality/tenaga ahli, dll

6
2.4 Tahapan Penilaian Resiko

A. Identifikasi Resiko

Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi risiko-risiko yang

harus dikelola. Langkah ini sangat kritikal, karena risiko yang potensial

jika tidak teridentifikasi pada tahapan ini tidak akan dianalisis lebih lanjut.

Identifikasi komprehensif dengan menggunakan proses sistematis yang

terstruktur baik, harus mencakup semua risiko, baik risiko yang berada

dalam kendali organisasi maupun risiko yang di luar kendali organisasi.

Tahap identifikasi risko bertujuan untuk menghasilkan informasi-

informasi mengenai sumber risiko, bahaya (hazard), faktor risiko,

bencana/musibah (perils), dan eksposur terhadapkerugian.

Pada intinya, langkah identifikasi risiko dilakukan untuk menggali

dan menemukan jawaban terhadap 2 (dua) pertanyaan berikut: “apa yang

dapat terjadi?” dan “mengapa dan bagaimana hal itu terjadi?”.

1. Apa yang Dapat Terjadi

Penggalian yang dilakukan akan menghasilkan suatu daftar

komprehensif mengenai peristiwa yang dapat mempengaruhi setiap

elemen. Daftar ini kemudian dipertimbangkan secara lebih rinci dalam

identifikasi apa yang dapat terjadi.

2. Bagaimana dan Mengapa Terjadi

Setelah mengidentifikasi daftar peristiwa, selanjutnya perlu untuk

mempertimbangkan sebab-sebab dan skenario yang mungkin. Ada

banyak cara suatu peristiwa dapat terjadi. Yang penting adalah tidak

ada sebab signifikan yang terlewatkan.

7
Identifikasi risiko dapat dilakukan melalui:

 Pengalaman dan catatan catatan

 Brainstorming

 Analisis system

 Laporan-laporan

 Audit dan rekomendasi yang lain

 Apa yang dapat terjadi – daftar peristiwa yang mungkin terjadi

 Bagaimana dan mengapa peristiwa dapat terjadi – daftar

kemungkinan sebab-sebab dan scenario.

B. Analisis Resiko

Tujuan suatu analisis adalah untuk memisahkan risiko kecil yang

dapat diterima dari risiko-risiko besar, dan menyediakan data untuk

membantu dalam evaluasi dan perlakuan risiko. Analisis risiko mencakup

pertimbangan mengenai sumber risiko, konsekuensi

danlikelihood timbulnya konsekuensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi

konsekuensi, danlikelihood dapat diidentifikasi. Risiko dianalisis dengan

mengkombinasi estimasi terhadap konsekuensi dan likelihood di dalam

konteks tindakan pengendalian yang ada.

Suatu analisis pendahuluan dilaksanakan sehingga risiko-risiko

yang sama atau risiko-risiko berdampak rendah dapat dikecualikan dari

kajian mendalam. Risiko-risiko yang dikecualikan, jika mungkin, harus

didaftar untuk memperlihatkan kelengkapan analisis risiko.

a. Menentukan Pengendalian yang Ada

8
Menentukan pengendalian yang ada meliputi aktivitas-aktivitas

identifikasi pengelolaan, sistem teknik, dan prosedur yang ada untuk

mengendalikan risiko dan penaksiran kekuatan dan kelemahannya.

Perangkat yang digunakan dalam menentukan ada tidaknya

pengendalian dengan melakukan reviu internal control layak

digunakan, di samping pendekatan seperti inspeksi dan

teknik control self-assessment (CSA).

b. Konsekuensi dan likelihood

Besaran konsekuensi suatu peristiwa, jika harus terjadi,

dan likelihood peristiwa beserta konsekuensi terkait, ditaksir di dalam

konteks pengendalian yang ada. Konsekuensi

dan likelihood dikombinasikan untuk menghasilkan level risiko.

Konsekuensi dan likelihood dapat ditentukan dengan menggunakan

analisis statistik dan kalkulasi. Sebagai alternatif, jika tidak tersedia

catatan masa lalu, estimasi subyektif dapat dilakukan untuk

mencerminkan tingkat keyakinan dari individu atau kelompok, bahwa

peristiwa atauoutcome tertentu akan terjadi.

Untuk menghindari bias subyektif, sumber informasi yang tersedia

dan teknik-teknik terbaik harus digunakan ketika menganalisis

konsekuensi dan likelihood.

Sumber-sumber informasi dapat diketahui dari:

 Catatan masa lalu;

 Pengalaman yang relevan;

 Praktek dan pengalaman industri;

9
 Literatur umum yang relevan;

 Uji pemasaran dan riset pasar;

 Eksperimen dan prototype;

 Model ekonomi, rekayasa atau model lainnya;

 Pertimbangan spesialis dan pakar.

c. Jenis – Jenis Analisis

Analisis risiko dapat berupa analisis kualitatif, semi kuantitatif,

kuantitatif atau kombinasi di antaranya, tergantung pada informasi

risiko dan data yang tersedia. Tingkat kerumitan dan biaya dari analisis-

analisis tersebut dalam urutan menaik, adalah kualitatif, semi-

kuantitatif, dan kuantitatif. Praktiknya, analisis kualitatif sering

digunakan pertama kali untuk mendapatkan indikasi umum mengenai

level risiko. Selanjutnya mungkin perlu dilakukan analisis kuantitatif

yang lebih spesifik. Detailnya, jenis-jenis analisis tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif menggunakan istilah atau skala deskriptif

untuk menggambarkan besaran konsekuensi yang potensial dan

likelihood bahwa konsekuensi akan terjadi. Skala tersebut dapat

diadaptasikan atau disesuaikan dengan keadaan, dan uraian yang

berbeda dapat digunakan untuk risiko yang berbeda.

Analisis kualitatif digunakan:

10
 Sebagai suatu aktivitas penyaringan awal untuk mengidentifikasi

risiko-risiko yang memerlukan analisis yang lebih rinci;

 Ketika level risiko tidak memungkinkan dilakukannya analisis

yang lebih penuh karena faktor waktu dan sumberdaya; atau

 Ketika data numerik tidak memadai bagi suatu analisis

kuantitatif.

b. Analisis Semi-kuantitatif

Dalam analisis semi kuantitatif, skala kualitatif seperti

diuraikan di atas diberi nilai tertentu. Angka yang dialokasikan

kepada masing-masing uraian tidak harus mengandung hubungan

yang akurat dengan besaran yang sebenarnya dari konsekuensi

dan likelihood. Angka-angka dapat dikombinasikan dengan salah

satu dari sekian formula yang disajikan oleh sistem yang digunakan

untuk keperluan prioritisasi, dicocokkan dengan sistem yang dipilih

untuk menunjuk angka-angka dan mengkombinasikannya.

Tujuannya untuk memperoleh prioritisasi yang lebih detail dari pada

yang biasanya diperoleh dalam analisis kualitatif, tidak untuk

memberikan nilai realistis suatu risiko seperti dihasilkan dalam

analisis kuantitatif.

Analisis semi kuantitatif harus digunakan secara cermat,

karena angka-angka yang dipilih dapat merefleksikan hubungan

yang tidak wajar, yang dapat menghasilkanoutcome yang tidak

konsisten. Analisis semi kuantitatif mungkin tidak mampu

11
membedakan secara layak risiko-risiko, terutama yang memiliki

konsekuensi ataulikelihood yang ekstrim.

Terkadang layak untuk mempertimbangkan

bahwa likelihood terdiri dari dua elemen, biasanya merujuk

kepada likelihood sebagai frekuensi eksposure dan probabilitas.

Frekuensi eksposure adalah luasnya area di mana sumber

risiko terdapat, sementara probabilitas berarti kesempatan bahwa

jika terdapat sumber risiko, konsekuensi akan mengikuti. Perhatian

harus dipusatkan ketika terjadi situasi di mana hubungan antara

kedua elemen tidak sepenuhnya independen, misalnya terdapat

hubungan yang kuat antara frekuensi eksposure dengan probabilitas.

Pendekatan ini dapat diaplikasikan dalam analisis semi

kuantitatif dan kuantitatif.

c. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif menggunakan nilai angka (dari pada

menggunakan skala deskriptif seperti digunakan dalam analisis

kualitatif dan semi kuantitatif) baik untuk konsekuensi maupun

untuk likelihood, dengan menggunakan data dari berbagai sumber

(lihat butir konsekuensi dan likelihood). Kualitas analisis tergantung

pada akurasi dan kelengkapan nilai numerik yang digunakan.

Konsekuensi dapat diestimasi dengan pembuatan

model outcome dari suatu atau beberapa peristiwa, atau dengan

ekstrapolasi hasil kajian eksperimen atau data masa lalu.

Konsekuensi dapat dinyatakan dalam satuan moneter (mata uang),

12
kriteria teknik (satuan pengukuran) atau manusia (kematian/cedera)

atau kriteria lainnya. Dalam beberapa kasus, diperlukan lebih dari

satu nilai numerik untuk menentukan konsekuensi pada waktu,

tempat, kelompok atau situasi yang berbeda.

Likelihood biasanya dinyatakan sebagai probabilitas,

frekuensi atau kombinasi antara eksposure dan probabilitas. Cara

menyatakan likelihood dan konsekuensi serta cara

mengkombinasikan keduanya untuk menyajikan suatu level risiko,

akan berbeda sesuai jenis risiko dan konteks di mana level risiko

tersebut digunakan.

Apabila beberapa estimasi yang dibuat dalam analisis

kuantitatif tidak tepat, maka analisis sensitivitas harus dilakukan

untuk menguji pengaruh perubahan dalam asumsi dan data.

C. Evaluasi Resiko

Evaluasi risiko merupakan pembandingan antara level risiko yang

ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan

sebelumnya. Di dalam evaluasi risiko, level risiko, dan kriteria risiko

harus diperbandingkan dengan menggunakan basis yang sama. Evaluasi

kualitatif mencakup pembandingan level risiko kualitatif terhadap

kriteria kuantitatif, dan evaluasi kuantitatif mencakup pembandingan

level risiko numerik terhadap kriteia yang dapat dinyatakan dalam angka

tertentu, seperti kematian, frekuensi atau nilai uang.

Hasil dari evaluasi risiko adalah daftar prioritas risiko (risk

register) untuk tindakan lebih lanjut. Keputusan harus memperhatikan

13
luasnya konteks risiko dan mencakup pertimbangan toleransi risiko yang

ditanggung oleh pihak-pihak selain organisasi yang mendapatkan

manfaat dari padanya.

Jika hasilnya risiko-risiko masuk dalam kategori rendah atau risiko

yang dapat diterima, maka risiko-risiko tersebut diterima dengan sedikit

perlakuan lanjutan. Risiko-risiko yang rendah atau dapat diterima harus

dipantau dan ditelaah secara periodik untuk menjamin bahwa risiko-

risiko tersebut tetap dapat diterima.

Jika risiko-risiko tidak masuk dalam kategori rendah atau risiko

yang dapat diterima, risiko-risiko tersebut harus diperlakukan dengan

menggunakan satu opsi atau lebih dalam perlakuan risiko.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

A. Penilaian resiko adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas kerja,

memikirkan apa yang dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang

cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan, atau cedera di

tempat kerja. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah zat, energi,

dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya,

baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau

merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,

kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.

B. Hal yang harus diperhatikan dalam penilaian resiko adalah material,

metode, mesin, lingkungan, dan energy.

C. Acuan dalam penilaian resiko diantaranya adalah mengumpulkan informasi

tentang suatu aktivitas (durasi, frekuensi, lokasi dan siapa yang melakukan)

tindakan pengendalian risiko yang telah ada, peralatan/mesin yang

digunakan untuk melakukan aktivitas, bahan yang dipakai serta sifat-

sifatnya (MSDS), dan data statistik kecelakaan/penyakit akibat kerja

(internal & eksterbal).

D. Metode penilaian resiko terbagi tiga yaitu kulitatif, semi kualitatif, dan

kuantitatif.

E. Mengidentifikasi resiko adalah usaha untuk menemukan atau mengetahui

risiko – risiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh

perusahaan atau perorangan.

15
F. Analisis risiko dilakukan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan

mempertimbangkan tingkat keparahan dan kemungkinan yang mungkin

terjadi.

G. Evaluasi resiko dilakukan untuk menentukan apakah risiko dari setiap

tahapan kerja dapat diterima atau tidak.

16
DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2016. Dokumen Sistem Menajemen.


www.sistemmanajemen.com/2016/05/paket-dokumen-improvement-
hiradc-ibpr.html.
HSE.com. 2015. Menajemen Resiko. www.hsecenter-id.com/manajemen-
resiko/.
BSP.com. 2015. Identifikasi bahaya dan Pengendalian resiko K3.
www.bikasolusi.co.id/identifikasi-bahaya-penilaian-resiko-dan-
pengendalian-resiko-k3/.
Gozan. M. 2016. K3 dalam Industri Kimia.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/mgozan/material/k3teknikkimia.
pdf.
Yuda. R. 2014. Seminar Menajemen Resiko.
www.slideshare.net/rezayudhalaksana/manajemen-risiko-cosoerm-
asnzs.
Migas. 2013. Rangkuman DiskusiAustralian/NZ Standards AS/NZS 4360-
2004 Risk Management. www.migas-
indonesia.com/2012/02/13/rangkuman-diskusiaustraliannz-standards-
asnzs-4360-2004-risk-management/.

Anda mungkin juga menyukai