Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Untuk mewujudkan

pelayanan keperawatan yang berkualitas tentunya ada proses manajemen yang

menyertai sebuah sistem pelayanan. Manajemen diartikan sebagai suatu

pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di

organisasi untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen

keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan

melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang holistik

kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Nursalam, 2013).

Manajemen keperawatan dapat juga berarti suatu proses kerja yang

dilakukan oleh anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan

keperawatan secara professional. Dalam hal ini seorang manajer keperawatan

dituntut untuk melakukan suatu proses yang meliputi lima fungsi utama yaitu

perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan, pengarahan, dan control agar

dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin

bagi pasien dan keluarganya (Nursalam, 2013).

Proses manajemen keperawatan dilaksanakan melalui tahap-tahap proses

keperawatan yang menggunakan konsep-konsep manajemen yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan evaluasi. Unsur-

1
unsur yang dikelola oleh seorang manager meliputi orang, metoda, mesin,

waktu, dan pemasaran dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Penerapan

manajemen keperawatan dapat dilakukan diberbagai bidang keperawatan, salah

satunya adalah keperawatan gerontik yang berfokus pada lansia.

Setiap individu berharap dapat menjalani masa tuanya dengan bahagia.

Ketika memasuki masa tua tersebut, sebagian para lanjut usia (lansia) dapat

menjalaninya dengan bahagia, namun tidak sedikit dari mereka yang

mengalami hal sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidakbahagiaan,

sehingga menyebabkan rasa ketidaknyamanan. Masa lanjut usia merupakan

tahap terakhir dalam rentang kehidupan manusia. Orang yang dapat dikatakan

telah memasuki masa lanjut usia adalah orang yang telah berusia 60 tahun

keatas (Sutoyo, 2009).

Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak

secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa

dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah

laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka

mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan

suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang

akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup

manusia yang terakhir. Diamana seseorang mengalami kemunduran fisik,

mental dan sosial secara bertahap (Ma’rifatul, 2011).

2
Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia

yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini

seorang individu mengalami berbagai macam kemunduran dalam hidupnya

seperti kemunduran fisik dan fungsi kognisi yang mengakibatkan lansia sering

dipandang sebagai makhluk yang merepotkan (Sutoyo, 2009).

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Administration of Aging

(dalam Papalia dkk, 2009) diperoleh bahwa populasi lansia usia enampuluh

tahun ke atas akan melambat di negara-negara maju namun akan tetap

meningkat di negara berkembang. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pada tahun

2000 jumlah orang berusia 60 tahun ke atas diperkirakan sekitar 605 juta jiwa.

Selanjutnya, akan terjadi peningkatan pada tahun 2050 yang untuk pertama

kalinya diperkirakan jumlah lansia di dunia akan melampaui jumlah populasi

anak- anak berusia 14 tahun ke bawah. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah

lansia diperkirakan akan terus meningkat. Sedangkan menurut WHO, di masa

yang akan datang terdapat peningkatan jumlah lansia terutama di negara- negara

berkembang termasuk Indonesia.

Makin bertambah usia, makin besar kemungkinan seseorang mengalami

permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi dan sosial. Sehingga penurunan

produktivitas diakibatkan penurunan fungsi tubuh sangat mungkin terjadi.

Dengan terjadinya kehilangan produktivitas dan kemandirian pada lansia,

sehingga memungkinkan perlunya sebuah upaya khusus untuk melakukan

pembinaan dan perawatan khusus untuk keberlangsungan hidup lansia.

3
Panti Wreda atau Panti Jompo merupakan unit pelaksanaan teknis

yang memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia, yaitu berupa pemberian

penampungan, jaminan hidup seperti makanan dan pakaian, pemeliharaan

kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental

serta agama, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi

ketentraman lahir batin (Kemensos RI, 2004).

Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wisma Asisi adalah Panti Sosial

yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi lanjut usia

agar dapat hidup secara baik dan terawatt dalam kehidupan masyarakat yang

berada di dalam panti. Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Wisma Asisi

didirikan pada tahun 1996 oleh MGR.Michael.OFM dan masih bertahan sampai

sekarang. Diresmikan oleh Bapak Uskup Bogor Walikota Kodya Sukabumi

pada tanggal 18 Januari 1996. Dalam hal kepemilikan, PSTW Wisma Asisi

merupakan kepemilikan dari Yayasan Mardi Waluya.

Setelah dilakukan pengkajian situasi dari tanggal 29 Maret – 6 April 2018

diantaranya berdasarkan hasil pengkajian langsung terhadap 49 lansia di PSTW

Wisma Asisi didapatkan bahwa 18 orang lansia mengalami masalah dalam

pemenuhan ROM bahkan diantaranya 5 orang lansia sudah mengalami

kontraktur pada alat geraknya. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara bahwa

aktivitas kegiatan seperti ROM di PSTW Wisma Asisi masih belum berjalan

dikarenakan terdapat beberapa masalah berkaitan tenaga kerja, konsep

pelaksanaan dan sarana prasarana, kondisi lingkungan yang belum menunjang

4
terhadap keamanan dan keselamatan terhadap lansia, dan proses penggunaan

APD yang tidak optimal saat melakukan kegiatan personal hygiene pada lansia.

Berdasarkan uraian dan hasil kajian tersebut maka kami bermaksud

untuk melakukan proses manajemen lansia berkaitan dengan kebutuhan lansia

berkaitandengan aktivitas ROM perlu diperbaiki, peran PSTW Wisma Asisi

dalam mengupayakan area keamanan dan keselamatan untuk lansia perlu

ditingkatkan dan prosedur penggunaan APD dalam tindakan pemenuhan

personal hygiene perlu diperbaiki.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah melakukan praktek keperawatan manajemen selama 3

minggu, calon praktisi keperawatan mampu mengatisipasi lansia terhadap

kebutuhan ROM pada lansia, keamanan dan keselamatan pada lansia dan

penggunaan APD dalam prosedur pemenuhan kebutuhan personal higien

pada lansia di Wisma Asisi Kota Sukabumi.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan praktek Manajemen selama 3 minggu calon

praktisi keperawatan mampu:

a. Mengidentifikasi gap atau problem managemen kebutuhan ROM pada

lansia, keamanan dan keselamatan pada lansia dan penggunaan APD

dalam prosedur pemenuhan kebutuhan personal higien pada lansia di

Wisma Asisi Kota Sukabumi

5
b. Menyusun planning of action (POA) dengan teknik analisa SWOT di

wisma asisi kota sukabumi sesuai dengan masalah yang diangkat

c. Melakukan implementasi sesuai dengan POA yang telah disepakati

bersama antara mahasiswa program profesi ners dengan pihak panti

sosial wisma asisi kota sukabumi

d. Melakukan evaluasi management di wisma asisi kota sukabumi sesuai

dengan rencana yang telah disepakati.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa di

bidang keperawatan gerontik.

2. Bagi PSTW Wisma Asisi

Dengan dilakukannya proses manajemen keperawatan oleh

Mahasiswa Program Studi Ners STIKE Sukabumi diharapkan bisa menjadi

masukan terhadap kualitas pelayanan terhadap lansia di PSTW Wisma

Asisi.

3. Bagi STIKES Sukabumi

Sebagai acuan dalam pembentukan dan penyusunan dokumentasi

manajemen keperawatan gerontik.

Anda mungkin juga menyukai