Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50an, 50% individu
mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang
terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya
hemoroid (Brunner & Suddarth 2006).
Angka kejadian hemoroid yang cukup tinggi di masyarakat di
dukung oleh beberapa hal diantaranya adalah kebutuhan makan atau
kebutuhan eliminasi (BAB) masyarakat. Pada umumnya klien hemoroid
tidak mengetahui pentingnya makanan tinggi serat dan kebiasaan buang
air besar yang tidak teratur serta sering mengejan saat buang air besar.id (
Smeltzer, 2001).
Pada tahun 1974 merupakan puncak dimana hemoroidektomi
dilakukan sebanyak 117 per 100.000 orang. Hemoroid dapat menyerang
pada laki 􀂱 laki maupun perempuan. Disisi lain, resiko hemoroid justru
meningkat seiring bertambahnya usia. Usia puncak adalah 45 􀂱 65 tahun
( Probosuseno, 2009 ).
Hemoroid merupakan penyakit daerah anus yang cukup banyak
ditemukan pada praktik dokter sehari 􀂱 hari. Di RSCM selama 2 tahun
dari 414 kali pemeriksaan kolonoskopi didapatkan 108 ( 26,09 % ) kasus
hemoroid. Hemoroid mempunyai sinonim piles, ambeien, wasir, atau
southernpole disease dalam istilah dimasyarakat umum.Keluhan penyakit
ini antara lain : rasa sakit dan sulit buang air besar, dubur terasa panas,
serta adanya benjolan di dubur, perdarahan melalui dubur dan lain-lain.
Sejak dulu hemoroid hanya diobati oleh dukun-dukun wasir dan dokter
bedah. Akan tetapi akhir-akhir ini karena kasusnya semakin banyak semua
dokter diperbolehkan menangani hemoroid. Hemoroid memiliki faktor

1
resiko cukup banyak, diantaranya adalah : kurang mobilisasi, lebih banyak
tidur,konstipasi, cara BAB yang tidak benar, kurang minum air, kurang
makanan berserat ( sayur dan buah ), faktor genetika atau keturunan,
kehamilan,penyakit yang meningkatkan intra abdomen (tumor abdomen,
tumor usus ),sirosis hati. Penatalaksanaan hemoroid dibagi atas
penatalaksanaan secara medik dan bedah tergantung dari derajatnya ( Aru,
2006 )
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan
higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama
defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin
satu satunya tindakan bila diperlukan. Bila tindakan ini gagal, laksatif
yang berfungsi mengabsorpsi dengan salep, dan supositoria yang
mengandung anestesi, astringen ( witch hazel ) dan tirah baring adalah
tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Masalah yang sering muncul pada klien setelah dilakukan tindakan
operasi hemoroidektomi pada umumnya adalah nyeri untuk beberapa hari
saja selama proses penyembuhan.
Masalah hemoroidektomi sehingga muncul gangguan eliminasi
(BAB)yang disebabkan karena, pertama klien takut buang air besar, klien
merasamasih ada luka di daerah kanal, kedua konsumsi makanan yang kurang
serat dan hanya makan bubur bukan nasi sehingga terjadi konstipasi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengerti dan memahami asuhan keperawatan yang disusun
secara sistematis dan komprehensif pada klien dengan Hemoroid.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menjelaskan definisi Hemoroid.
b. Mampu menjelaskan etiologi Hemoroid.
c. Mampu menjelaskan manifestasi klinis Hemoroid.
d. Mampu menjelaskan komplikasi Hemoroid.

2
e. Mampu menjelaskan patofisiologi Hemoroid.
f. Mampu menjelaskan pathway Hemoroid.
g. Mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang Hemoroid.
h. Mampu menjelaskan penatalaksanaan Hemoroid.
i. Mampu menjelaskan pengelolaan pasien Hemoroid.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam
pleksusHemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran
pembuluh darahvena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa
yang melapisi daerahanus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid (wasir)
merupakan dilatasi karenavarises pada pleksus venosus di submukosa anal
dan parianal (Mitchell, 2006).
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-
venahemoroidalis. Secara kasar hemoroid biasanya dibagi dalam 2 jenis,
hemoroidinterna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan
varises venahemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid
eksterna merupakanvarises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang
digunakan, maka hemoroidinterna timbul di sebelah luar otot sfingter ani,
dan hemoroid eksterna timbul disebelah dalam sfingter. Hemoroid timbul
akibat kongesti vena yang disebabkangangguan aliran balik dari vena
hemoroidalis. Kedua jenis hemoroid ini sangatsering terjadi dan terdapat
pada sekitar 35% penduduk baik pria maupun wanitayang berusia lebih
dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa,tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyamanHemoroid adalah seikat
pembuluh darah di dalam dubur / pelepasan, hanyasebagian berada di
bawah selaput bagian paling rendah dari dubur / pelepasan.Hemoroid
umum diderita oleh umur 50, sekitar separuh orang dewasa
berhadapandengan yang menimbulkan rasa gatal, terbakar, pendarahan dan
terasamenyakitkan. Dalam banyak kesempatan kondisi boleh memerlukan
hanya selfcareperawatan sendiri dan lifestyle gaya hidup
(Sjamsuhidayat,2004).

4
B. ETIOLOGI
Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidakberhubungan
dengan kondisi medis atau penyalit, namun ada beberapapredisposisi
penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid seperti berikut:
a Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau
penyakitcrohn.
b Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
c Konsumsi makanan rendah serat.
d Obesitas.
e Hipertensi portal.

C. MANIFESTASI KLINIK
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien
hemoroiddapat mengeluh hal-hal seperti berikut :
a Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar
menetessetelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai
nyeri dan gatal dianus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu
BAB, misalnya padaorang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
b Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan
ataumanual merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.
c Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatankomponen
darahdi bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
d Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai
perdarahanmerupakan tanda hemoroid interna, yang sering
mengotori pakaian dalambahkan dapat menyebabkan
pembengkakan kulit.

5
D. KOMPLIKASI
Komplikasi hemoroid yang paling sering adalah perdarahan, thrombosis,
dan strangulasi.Hemoroid strangulasi adalah hemoroid yang prolaps
dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani. (Price, 2005) Komplikasi
hemoroid antara lain :
1. Luka dengan tanda rasa sakit yang hebat sehingga pasien takut
mengejan dan takut berak. Karena itu, tinja makin keras dan makin
memperberat luka di anus.
2. Infeksi pada daerah luka sampai terjadi nanah dan fistula (saluran
tak normal) dari selaput lendir usus/anus.
3. Perdarahan akibat luka, bahkan sampai terjadi anemia.
4. Jepitan, benjolan keluar dari anus dan terjepit oleh otot lingkar
dubur sehingga tidak bisa masuk lagi. Sehingga, tonjolan menjadi
merah, makin sakit, dan besar. Dan jika tidak cepat-cepat ditangani
dapat busuk. (Dermawan, 2010)

E. PATOFISIOLOGI
Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh
tekananabdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga
menyebabkandilatasi pada vena. dilatasitersebut dapat dibagi menjadi 2,
yaitu :
a Interna (dilatasi sebelum spinter)
1. Bila membesar baru nyeri
2. Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
b Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
1. Nyeri
2. Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi.
Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya
menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan,
atauprollaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil,
yangbias, mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB. Peningkatan

6
tekanan inimenyebabkan pembengkakan dari hemoroid., kemungkinan
gengguan olehvenous return (Muttaqin, 2011).

F. PATHWAY

Obstipasi, sering mengejan, kehamilan, banyak duduk,


kongesti renal

Tekanan Intra Abdomen

Hemaroid

Prolaps Hemoroidectomy

Kurang Informasi Luka post operasi Takut BAB

Kurang pengetahuan Feses mengeras


tentang penyakit,
pengobatan dan Konstipasi
perawatannya.
Gangguan Konstipasi

Kelemahan Fisik Inflamasi mikroorganisme Diskontiunitas jaringan

Kurang Perawatan Resiko Infeksi Nyeri


Diri

( Muttaqin,2011, Yasmin Asih,2006, Made Sumarwati,2010 )

7
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hemoroid
adalah:
1. Anoskopi
Untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat
pembesaran hemaroid
2. Sigmoidoskopi
Anus dan rectum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai
diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan rasa tidak nyaman
seperti pada fisura anal dan fistula, colitis, polip rektal, dan kanker.
3. Pemeriksaan Barium Enema X-Ray
Pemeriksaan ini dilakukan apda pasien dengan umur diatas 50
tahun danpasa pasien dengan perdarahan menetap setelah
dilakukan pengobatanterhadap hemoroid.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pasien yang dirawat dengan diagnosa post operasi hemoroidektomi harus
diperlakukan langsung sebagai pasien, dan berikan pengobatan sebagai
berikut:
1. Konservatif
a Farmakoterapi, obat-obat farmakoterapi dibagi atas 4 yaitu :
 Obat memperbaiki defekasi : Suplemen serat (fiber
supplement), pelincir atau pelican tinja (stool softener)
 Obat Sistomatik : Bertujuan menghilangkan atau
mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri, pengurangan
keluhan sering dicampur pelumas (lubricant)
vasokontriktor, dan antiseptic lemah. Anastesi lokal
digunakan untuk menghilangkan nyeri serta diberikan
kortikosteroid.

8
 Obat menghentikan perdarahan : Dapat diberikan
psyliumyang digunakan untuk menghentikan perdarahan
pre dan postop hemoroidektomi.
 Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid :
Diberikan diosminthesperidin untuk memperbaiki gejala
inflamasi, kongesti, edema dan prolapse..
b Non Farmakologi
Penatalaksanaa ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan
pola makan dan minum, perbaikan pola / cara defekasi dengan
mengusahakan buang air besar tiap hari (bowel managemen
program) terdiri dari diet atau pemberian diet tinggi serat jika
di indikasikan (makanan berserat), cairan (minimal 30-40
ml/kgBB/hari), serat tambahan (supplement serat), pelican
feses serta perubahan perilaku buang air besar seperti
mengejan yang berlebihan, rendam duduk dengan PK dapat
dilakukan serta mobilisasi gunaa mempercepat penyembuhan.
2. Operatif
a Sclero terapi dilakukan dengan agen sclerosing diantara sekitar
vena yang akan memproduksi reaksi inflamasi dan
menimbulkan fibrosis. Prosedur ini dapat dilakukan dengan
pasien rawat jalan dengan anjuran 1-4 x injeksi pada pasien
selama 5-7 hari, dan kemudian agen tersebut dapat
menimbulkan jaringan perut pada kanal anus.
b Hemoroidektomi dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa vena hemoroidalis yang melebar yang terlihat
dalam proses ini. Selama pembedahan, spingter rectal biasanya
didilatasi secara digital dan hemaroid diangkat dengan klem
dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi.
c Laser Nd : YAG digunakan dalam mengeksisi hemaroid,
terutama hemaroid eksterna. Tindakan ini cepat dan kurang

9
menimbulkan nyeri, hemoragii dan abses jaringan serta
jaringan menjadi komplikasi pada periode pacsa operasi.

I. PENATALAKSANAAN NON MEDIS


Menurut Haryoga (2009), ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk
mencegah berulangnya kekambuhan keluhan hemoroid, di antaranya :
1. Hindari mengedan terlalu kuat saat buang air besar.
2. Cegah konstipasi dengan banyak mengonsumsi makanan kaya
serat (sayur dan buah serta kacang-kacangan) serta banyak minum
air putih minimal delapan gelas sehari untuk melancarkan defekasi.
3. Jangan menunda-nunda jika ingin buang air besar sebelum feses
menjadi keras.
4. Tidur cukup.
5. Jangan duduk terlalu lama.
6. Senam/olahraga rutin.

J. ASUHAN KEPERAWATAN SESUAI TEORI


1. Pengkajian
a. Riwayat
 Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus
saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri saat defekasi.
 Riwayat penyakit sekarang
Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu,
hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah
BAB ada darah yang keluar menetes.
 Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah menderita hemoroid sebelumnya, sembuh
atau terulang kembali, dan pada pasien waktu pengobatan
terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan
kembali RPD.

10
b. Pola Gordon
1. Pola Eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan ilusi dan defekasi sebelum dan sesudah masuk rumah
sakit. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan
lebih banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi,
selain akibat pencernaan pada struktur abdomen menyebabkan
penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.
2. Pola Nutrisi
Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu
melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien, selain itu juga perlu
ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
masuk rumah sakit.
3. Pola Iatrahat dan Tidur
Adanyanyeri otot
dan peningkatansuhutubuhakanberpengaruhterhadappemenuha
nkebutuhantidurdanistirahat,
selainituakibatperubahankondisilingkungandarilingkunganruma
h yang tenangkelingkunganrumahsakit yang banyak orang.

4. Pola Aktivitas
Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada
aktivitas minimal. Disamping itu pasien juga akan mengurangi
aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya
sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan
keluarganya.

c. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
 Pada inspeksi lihat ada benjolan sekitar anus
 Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi

11
 Warna benjolan terlihat kemerahan
 Benjolan terletak di dalam (internal)

2. Palpasi
Dilakukan dengan menggunakan sarung tangan dengan
ditambah vaselin dengan melakukan rektal tucher/colok dubur
dengan memasukkan satu jari kedalam anus dan di temukan
benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada ada
perdarahan.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hemoroid adalah
pemeriksaaan laboratorium (Hb, leukosit, elektrolit) dan diagnostik
(Kolonoscopy, anoscopy).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
b. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anal.
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme otot karena
takut gerak.

3. Perencanaan Keperawatan (tujuan, kriteria hasil, dan tindakan


keperawatan menggunakan pendekatan NOC dan NIC)
1. Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
a. Tujuan : Konstipasi teratasi
b. Kriteria hasil :
 Pola BAB normal
 Konsistensi feses lunak
 Warna feses kuning
 Klien tidak takut BAB
 Tidak ada nyeri pada saat BAB
c. Intervensi

12
 Berikan dan anjurkan minum kurang lebih 2 liter/hari
Rasional : Mencegah dehidrasi secara total.
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi serat
Rasional : Makanan tinggi serat dapat melancarkan proses
defekasi.
 Hindari makanan yang membentuk gas
Rasional : Menurunkan distres gastrik dan distensi abdomen.
 Kurangi/batasi makanan seperti produk susu
Rasional : Makanan ini diketahui sebagai penyebab konstipasi.
 Berikan laktasif sesuai program dokter
Rasional : Membantu melancarkan proses defekasi.

2. Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anal.


a. Tujuan : Nyeri teratasi
b. Kriteria hasil :
 Skala nyeri berkurang 0-3 atau hilang
 Klien dapat istirahat tidur
 TTV normal
c. Intervensi
 Berikan posisi yang nyaman
Rasional : Minimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.
 Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Untuk menentukan intervensi selanjutnya.
 Ajarkan teknik untuk mengurangi rasa nyeri seperti
membaca, menarik nafas panjang, menonton TV, dll.
Rasional : Pengalihan perhatian melalui kegiatan-kegiatan.
 Berikan kompres dingin pada daerah anus 3-4 jam di
lanjutkan dengan redam duduk hangat 3-4x/hari.
Rasional : Meningkatkan relaksasi.

13
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik,
pelunak feses dan dilakukan hemoroidectomy
Rasional : Mengurangi nyeri dan menurunkan rangsang
saraf simpatis dan untuk mengangkat hemoroid.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme otot karena


takut gerak.
a. Tujuan : Tidak terjadi gangguan mobilitas
b. Kriteria hasil :
 Klien mampu melakukan aktifitas sesuai keadaan untuk
memenuhi kebutuhan sendiri.
 Klien dapat mempertahankan posisi yang fungsional
c. Intervensi
 Kaji kemampuan klien terhadap aktifitas
Rasional : Untuk mengetahui seberapa kemampuan klien
dalam beraktifitas.
 Anjurkan pada klien untuk meningkatkan aktifitas secara
bertahap
Rasional : Untuk menghindari kekakuan pada otot.
 Ubah posisi secara periodik sesuai dengan keadaan klien.
Rasional : Mencegah terjadinya luka dekubitus atau
komplikasi kulit.

14
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E. M., Moorhouse, F. M., & Geisser, C. A. 1999. Rencana Asuhan


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W. I., & Setiowulan, W. 2001.
Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculaplus.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2012 - 2014. Jakarta: EGC.

Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC

Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses


penyakit. Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC

Suddarth, B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

15

Anda mungkin juga menyukai