TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Setiap tahun ditemukan kurang lebih 500.000 kasus baru kanker serviks dan tiga
perempatanya terjadi di Negara berkembang. Rata-rata penderita kanker serviks berusia 40-
50 tahun. Di Indonesia terutama di RS Kanker Dharmais, kanker serviks menempati
peringkat kedua terbesar keganasan pada wanita dari segala usia setelah kanker payudara.
Berdasarkan penelitian yang pernah ada, ditemukan bahwa pada stadium IB1 dapat
dijumpai keterlibatan KGB positif sebanyak 33,3% kasus, pada stadium IB2 dijumpai
keterlibatan KGB sebanyak 58,3% kasus, sedangkan pada stadium IIA dijumpai keterlibatan
KGB positif sebanyak 66,6% kasus.
2.3 Anotomi
Vagina dibatasi oleh vulva di bagian eksternanya dan serviks uteri di bagian
internanya. Vagina terletak di anterior dari rectum dan posterior dari buli. Vagina
mendapatkan vaskularisasi dari arteri vaginalis, yang merupakan cabang anterior dari a. iliaka
interna. Drainase limfatik dari vagina menuju ke kelenjar getah bening iliaka eksternaa, iliaka
interna dan komunis, dan kelenjar getah bening inguinal superfisial.
Vagina dilapisi oleh epitel skuamosa berstratifikasi yang bertemu dengan epitel
kolumnar dari canalis endoservikal pada pertemuan skuamosa-kolumnar. Hampir seluruh
manifestasi kanker serviks terjadi di zona pertemuan skuamosa-kolumnar ini. Zona
pertemuan skuamosa-kolumnar terletak di endoservikal mulai usia 35 tahun ke atas. Kanalis
endoservikal ukurannya bervariasi tergantung usia dan status hormonal.
Uterus terletak antara buli dan rectum. Area pendek konstriksi di segmen bawah
uterus disebut isthmus, sedangkan puncaknya disebut fundus yang paling banyak
mengandung jaringan otot. Ukuran normal uterus tergantung pada kehamilan sebelumnya dan
status hormonal masing-masing individu. Uterus pada nullipara berukuran panjang 8 cm,
lebar 5 cm, tebal 2,5 cm. Sedangkan pada pasien multipara ukurannya lebih besar 1,2 cm
dibandingkan nullipara. Setelah menopause uterus akan atrofi. Korpus dan serviks uteri
dihubungkan oleh isthus uteri. Ukuran isthmus pada wanita yang tidak hamil yaitu 1 cm.
Serviks uteri dan uterus mendapatkan vaskularisasi dari cabang descendens a. uterina,
yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Cabang descendens a. uterina yang berjalan
di lateral dari serviks arah jam 3 dan 9. Vena dari serviks berjalan parallel dengan arteri dan
menuju ke pleksus vena hipogastrikus.
Terdapat tiga rute aliran limfe dari serviks uteri sebagai rute penyebarannya. Rute
pertama yaitu rute lateral di sepanjang pembuluh darah iliaka eksterna, rute kedua
(hipogastrika) di sepanjang pembuluh darah iliaka interna dan rute presakral sepanjang
ligamentum uterosakral. Ketiga rute ini berakhir di sepanjang pembuluh darah iliaka
komunis, yang kemudian dapat melibatkan kelenjar getah bening paraorta. Penyebaran
tersering yaitu melalui rute lateral. Kelenjar limfe obturator dapat menjadi sentinel lymph
node dari kanker serviks. Insidens metastasis kelenjar limfe pelvis pada stadium IB dan IIA
sebanyak 11.5% dan 26.7%.
Ovarium ukurannya kecil dan berbentuk oval. Ukurannya bergantung pada usia dan
status hormonal. Ligamentum ovarium menghubungkan uterus dan ovarium. Ligamentum
pelvis infundibular menghunungkan ovarium dengan dinding pelvis. Ovarium mendapatkan
vaskularisasi dari arteri ovarian yang merupakan cabang langsung dari aorta descending pada
level vertebrae L2.
2.4 Patofisiologi
Kanker serviks ditandai dengan ditemukannya sel atipikal dari serviks, yang
berkembang menjadi kanker in situ dan kemudian menjadi kanker invasif. Sel atipikal
berbeda dengan epitel skuamosa servikal normal dimana terjadi perubahan bagian sitoplasma
dan inti dari sel, ukuran serta bentuk selnya lebih bervariasi (dysplasia).
Kanker serviks dapat dibagi menjadi lesi preinvasif (sebelum menembus membrane
basal) dan lesi invasif. Invasif karsinoma tampak sebagai tumor yang menonjol, ulseratif,
atau infiltrative. Kanker serviks menyebar melalui perluasan langsung terhadap struktur di
dekatnya (korpus uteri, vagina, parametrium, rectum dan vesika urinaria) atau melalui system
limfatik ke kelenjar regional dan jarang melalui hematogen.
Gejala klinis kanker serviks biasanya berupa perdarahan pervaginal dengan frekuensi
yang lebih sering dan tidak berhubungan dengan siklus menstruasi normal, perdarahan
setelah koitus, secret vagina yang berair, purulent, atau berbau. Lebih dari 60% kanker
serviks pada stadium dini tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada stadium lanjut dapat
berupa pengeluaran secret vagina yang kuning dan berbau, nyeri hebat dan penurunan berat
badan.
2.7 Diagnosis
2.8 Histopatoologis
Ada dua tipe utama histopatologis kanker serviks yaitu karsinoma sel skuamosa (+-
90%) dan adenokarsinoma (5%). Tipe karsinoma sel skuamosa berasal dari sel skuamosa
yang berada di permukaan ektoserviks. Sedangkan tipe adenokarsinoma berasal dari sel yang
memproduksi mucus, yang berad di permukaan endoserviks.
Adenokarsinoma jarang ditemukan dan tidak jarang dua atau lebih tipe histopatologis
adenokarsinoma terdapat dalam satu tumor. Jenis adenokarsinoma yang paling sering
ditemukan di serviks adalah adenokarsinoma musinosa tipe endoserviks. Tiga derajat
karsinoma endoserviks yaitu yang berdiferensiasi baik, berdiferensiasi sedang dan
berdiferensiasi buruk tergantung pada kesamaan dari sel tumor pada lapisan epital kelenjar
endoserviks.
Fasilitas lain yang dapat membantu untuk diagnosis dan perencanaan terapi
termasuk CT-scan, CT-guided aspirasi kelenjar getah bening, MRI, Positron Emission
Tomography (PET) scan, hitung jumlah darah, profil kimia serum, dan urinalisis.
Pemeriksaan Barium Enema dilakukan untuk mengetahui apakah sudah ada perluasan
ke rectum.
Fungsi MRI hampr sama seperti CT-scan yaitu untuk mengetahui perluasan
tumor serviks dan melihat adakah metastasis KGB.
Ada 2 sistem yang dapat digunakan untuk menentukan stadium dari kanker
serviks, yaitu berdasarkan system FIGO (International Federation of Gynaecology
and Obstetrics) dan AJCC (American Joint Committee on Cancer) TNM staging
system. Sistem AJCC mengklasifikasikan kanker serviks berdasarkan 3 faktor:
perluasan dari tumor (T), penyebaran ke kelenjar getah bening (N) dan adakah
metastasis jauh (M).
TNM FIGO
TX - Tumor primer tidak dapat dievaluasi
T0 - Tidak adanya tumor primer
Tis 0 Ca in situ (membrane basalis masih utuh)
T1 I Ca serviks terbatas di uterus (perluasan ke korpus diabaikan).
T1a IA Invasif karsinoma didiagnosis hanya berdasarkan mikroskopis. Invasi
stromal dengan kedalaman maksimum 5 mm yang diukur dari basis
epithelium dan perluasan horizontal <7 mm. Keterlibatan ruang
vascular, vena atau limfatik, tidak berpengaruh terhadap klasifikasi.
T1a1 IA1 Invasi stromal <3 mm dan diperluaskan horizontal <7 mm
T1a2 IA2 Invasi stromal >3 mm dan tidak >5 mm dengan perluasan horizontal
<7 mm.
T1b IB Secara klinis terlihat lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis
>T1A/IA2.
T1b1 IB1 Secara klinis lesi terlihat diameter terbesarnya <4cm
T1b2 IB2 Secara klinis lesi terlihat diameter terbesarnya >4cm
T2 II Ca serviks menginvasi di luar uterus tetapi tidak ke dinding pelvis
atau ke 1/3 bawah vagina
T2a IIA Tumor tanpa invasi parametrial
T2a1 IIA1 Secara klinis lesi terlihat diameter terbesarnya <4cm
T2a2 IIA2 Secara klinis lesi terlihat diameter terbesarnya >4cm
T2b IIB Tumor dengan invasi parametrial
T3 III Tumor meluas ke dinding pelvis dan/atau melibatkan 1/3 bawah
vagina dan atau menyebabkan hidronefrosis atau non fungsi ginjal.
T3b IIIA Tumor melibatkan 1/3 bawah vagina, tidak ada perluasan ke dinding
pelvis
T3b IIIB Tumor meluas ke dinding pelvis dan atau menyebabkan hidronefrosis
atau non fungsi ginjal
T4a IVA Tumor menginvasi mukosa buli atau rectum , dan/atau meluas ke luar
true pelvis (edema bullous tidak memadai untuk mengklasifikasikan
tumor sebagai T4)
T4b IVB Metastasis jauh
Kelenjar Limfe Regional (N)
Metastasis (M)
2.11 Terapi
Simple histerektomi merupakan terapi kanker serviks untuk stadium 0 dan IA.
Biasanya hanya uterus yang akan dibuang dan vagina tetap intak, tetapi terkadang
tuba fallopi dan ovarium juga ikut dibuang, serta dilakukan limfadenektomi.
Histerektomi radikal merupakan terapi untuk kanker serviks stadium IA2, IB dan IIA.
Tindakan histerektomi radikal sering dikombinasikan dengan radioterapi dan
kemoterapi. Kanker serviks dtadium IIB, III, IV dan kanker serviks rekuren diterapi
dengan kombinasi radiasi eksternal-internall serta kemoterapi.
2.12 Prognosis
Prognosis bergantung pada stadium, ukuran tumor, perluasan tumor dan status
dari kelenjar getah bening. 5 years survival rate dari kanker serviks menuruh sesuai
dengan bertambahnya usia. Berdasarkan hasil histopatologis, prognosis dari Ca
serviks tipe large-cell nonkeratinizing squamous cell, lebih baik dibandingkan
adenokarsinoma berdiferensiasi buruk.