DIAGNOSA KOMUNITAS
B. Analisa Situasi
1. Kondisi Sosiodemografi
- Puskesmas Musti belum terakreditasi
- Tenaga di Puskesmas Musti: 1 dokter fungsional dan 1 orang dokter gigi, 1
orang psikolog, 1 orang SKM, 12 orang bidan baik PNS, PTT maupun bidan
kontrak, 14 orang perawat, 1 orang sanitarian, 1 orang perawat gigi, 10 orang
tenaga non kesehatan dan petugas kesehatan lainnya .
- Pkm Musti berada di Desa Muara kecamatan “Mari-Mari” yang terletak di
lereng gunung dengan jarak keibukota Provinsi membutuhkan waktu 9 jam
perjalanan bila ditempuh dengan mobil. Jarak Pkm Musti ke RSUD Kecamatan
“Mari-Mari” kurang lebih 32 km.
- Kecamatan ini memiliki 6 Desa, 2 Puskesmas Pembantu, 7 poskesdes, 23
posyandu Anak dan 9 Posyandu Lansia.
- Luas wilayah kerja puskesmas ini 14.999 ha.
- Keenam Desa di kecamatan ini dipisahkan oleh sungai yg merupakan sumber air
utk semua keperluan penduduk di kecamatan tersebut.
- Jumlah penduduk di wilayah kerja puskesmas Bagus 47.666 orang dengan
komposisi laki dan perempuan kurang lebih sama banyaknya.
- Pendidikan terbanyak adalah SD (69%).
- Pekerjaan terbanyak adalah buruh Kebun Cengkeh (47%), lainnya Petani ikan
dan Peternak Sapi.
2. Data Sekunder
- Urutan penyakit di Puskesmas Musti dariyang terbanyak pada tahun 2015 : ISP,
DBD, Malaria, TB Pulmonal, hipertensi, scabies, gangguan jiwa terbanyak
adalah penyakit infeksi.
- Tahun 2015 terlapor penyakit terbanyak di puskesmas Musti dengan urutan
adalah ISPA, DBD, Malaria, TB Pulmonum, Hipertensi, Scabies dan gangguan
jiwa.
- Di salah satu desa Muara ini terdapat 3 penduduk yg sedang dipasung keluarga
karena dianggap mengganggu ketentraman sekelilingnya, petugas Pkm Musti
sulit mengunjungi karena keluarga selalu menghalangi.
- Kematian Ibu pada semester 1 tahun 2015 berjumlah 5 ibu hamil dan kematian
bayi berjumlah 8 bayi.
- Penyakit menular yang ditemukan pada semester 1 tahun 2015 antara lain
adalah TBC sebanyak 18 kasus, kematian akibat Demam Berdarah sebanyak 5
kasus, diare balita sebanyak 212 kasus serta hampir semua penduduk di 6 desa
tersebut mengeluh gatal2 yg mereka sebut dengan “tumoan”.
- 2 minggu ini dr. Manda beserta staff nya disibukkan kembali dengan KLB DBD
yang memang hampir setiap tahun terjadi di kecamatan ini.
A. Definisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, yang
ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati,
disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam
(echymosis) atau ruam (purpura), kadangkadang mimisan, berak darah, muntah darah,
kesadaran menurun atau renjatan (WHO, 1997)
Setiap diketahui adanya penderita DBD, segera ditindak lanjuti dengan kegiatan
Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan Penanggulangan Fokus (PF), sehingga
penyebarluasan DBD dapat dibatasi dan KLB dapat dicegah. Dalam melaksanakan
kegiatan pengendalian DBD sangat diperlukan peran serta masyarakat, baik untuk
membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan pengendalian maupun dalam
memberantas jentik nyamuk penularnya.
Keterangan:
1. Penderita DBD :Penderita positif DBD (hidup/meninggal) yang dinyatakan
oleh dokter rumah sakit melalui test laboratorium dengan hasil haemoglobin
dan hematokrit meningkat > 20% dan penurunan trombosit kurang dari
100.000/ mm3 atau cenderung turun.
2. Suspek Infeksi Dengue : Ditemukan gejala panas yang tidak diketahui
penyebabnya saat dilaksanakan PE.
C. PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA
1. Definisi KLB
Penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) adalah upaya penanggulangan
yang meliputi: pengobatan/perawatan penderita, pemberantasan vektor penular DBD,
penyuluhan kepada masyarakat dan evaluasi/penilaian penanggulangan yang
dilakukan di seluruh wilayah yang terjadi KLB.
Sesuai Permenkes Nomor 1501 tahun 2010 disebutkan 7 kriteria KLB, tetapi untuk
pengendalian DBD hanya ada 3 kriteria yang digunakan yaitu:
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu (DBD) yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah.
b. Jumlah penderita baru (kasus DBD) dalam periode waktu (satu) bulan
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka
ratarata per bulan dalam tahun sebelumnya.
c. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu)
kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau
lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode
sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
Sesuai rekomendasi Depkes RI, setiap kasus DBD harus segera ditindaklanjuti
dengan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan lainnya untuk mencegah
penyebarluasan atau mencegah terjadinya KLB. Penyelidikan epidemiologi demam
berdarah dengue merupakan kegiatan pencarian penderita atau tersangka lainnya,
serta pemeriksaan jentik nyamuk penular DBD dirumah penderita atau tersangka dan
rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang¬kurangnya 100 meter. Juga pada
tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan penyakit. Tujuannya
utama kegiatan ini untuk mengetahui ada tidaknya kasus DBD tambahan serta
terjadinya potensi meluasnya penyebaran penyakit padad wilayah tersebut
Contoh :
Menguras dan menyikat TPA
Menutup TPA
Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas yang
dapat menjadi TPA
PLUS:
Menaburkan bubuk larvasida
Memelihara ikan pemakan jentik
Menanam pohon pengusir nyamuk (sereh, zodia,
lavender, geranium)
Memakai obat anti nyamuk(semprot, bakar maupun
oles),
Menggunakan kelambu, pasang kawat kasa, dll.
Menggunakan cara lain disesuaikan dengan kearifan
lokal.
3) Larvasidasi
Pelaksana : Tenaga dari masyarakat dengan bimbingan petugas
puskesmas/dinas kesehatan kabupaten/kota
Lokasi : Meliputi seluruh wilayah terjangkit
Sasaran : Tempat Penampungan Air (TPA) di rumah dan Tempat-
Tempat Umum (TTU)
Larvasida : Sesuai dengan dosis
Cara : larvasidasi dilaksanakan diseluruh wilayah KLB
c. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama
Puskesmas.
Genetik Lingkungan
Lokasi di lereng gunung Sumber air dari satu
(-) sungai
Tingkat pendidikan dan
sosial ekonomi rendah KLB DBD
terjadi
Tidak menerapkan setiap tahun
PHBS
Jarak RSUD jauh
Fasilitas lab tidak ada
Tidak menerapkan
perilaku 3M Jumlah SDM kurang
Masalah U S G UxSxG
KLB DBD yang berulang setiap tahun 4 4 5 80
Kematian ibu dan bayi masih relatif tinggi 3 3 4 36
5 kasus terbanyak adalah infeksi 3 4 4 48
Kasus diare pada balita masih tinggi 2 3 4 24
Hampir semua penduduk di 6 desa mengalami
1 2 3 6
gatal-gatal
Pemasungan penderita gangguan jiwa oleh
1 2 2 4
keluarga
Tabel ini diisi dengan nilai 1-5 pada kolom U, S, dan G berdasarkan kriteria
berikut:
1 = bila tidak segera ditanggulangi tidak akan menimbulkan kematian
2 = bila tidak segera ditanggulangi tidak akan menjadi berat
3 = bila tidak segera ditanggulangi akan berakibat
4 = bila tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan komplikasi
5 = bila tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan kematian
Tempat Kegiatan Aula desa atau lapangan luas untuk pemberian materi edukasi
Waktu 2 minggu sekali dalam jangka waktu 3 bulan secara bertahap
Sasaran Warga Desa, Pejabat desa, Tokoh Masyarakat, Kader kesehatan
Target Angka kematian akibat DBD berkurang
Metode yang Peer group edukasi, penyuluhan dan demonstrasi cara melakukan
digunakan pencegahan
Penanggung jawab Pejabat desa/ Kader kesehatan (yang mengikuti peer group)
kegiatan
Anggaran yang ±Rp2.000.000
dibutuhkan
IX. PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebaran penyakit dbd disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti, sehingga pada
wilayah yang sudah diketahui terjangkit wabah demam berdarah diperlukan
penanganan secara cepat agar wabah tidak meluas.
Pencegahan utama adalah melakukan promosi kesehatan kepada masyarakat
mengenai daur hidup nyamuk, penyebaran penyakit, perjalanan penyakit dan gejala
penyakit, pencegahan penyakit. Salah satu pencegahan dapat dilakukan dengan
menghindari gigitan nyamuk pada pagi hari dan mengurangi media yang dapat
membantu perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Pencegahan untuk mengurangi
media perkembangan biakan nyamuk Aedes aegyptidapat dilakukan dengan
melakukan tindakan 3M (menguras, menutup dan mengubur).
B. Saran
Beberapa cara yang dapat mengurangi jumlah populasi nyamuk aedes aegypti
adalah sebagai berikut
1. Menjaga kebersihan lingkungan rumah terutama pada musim hujan
2. Melakukan gerakan 3M (Menguras, menutup dan mengubur)
3. Memelihara ikan tempalo didalam bak untuk mengurangi jentik
4. Melakukan pemantauan ABJ secara rutin
5. Pemberantasan sarang nyamuk
6. Menaburkan bubuk abate pada penampungan air
7. Memakai lotion anti nyamuk pada pagi hari
8. Melakukan pengasapan atau fogging
Referensi:
Genis G. 2008. Demam Berdarah. Yogyakarta. PT Benteng Pustaka.
Siusan, Djap Hadi Susanto. 2006. Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue di
Jakarta. Meditek. 14: (38) 19-29
Umaroh, Ayu Khoirotul, Badar Kirwono, Dwi Astuti. 2015. Kejadian Luar Biasa
DBD Berdasarkan Time, Place, Person di Puskesmas Boyolali 1 (2011-2013).
University Reasearch Colloquium. pg 108-116.