Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan elixir

Menurut (Ansel, 1989) Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis
dimaksudkan untuk penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah
kelezatan.

Dibandingkan dengan sirup eliksir biasaya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung gula lebih sedikit sehingga kurang efektif dibandingkan
dengan sirup di dalam menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan. Eliksir
mudah dibuat larutan, maka lebih disukai dibanding sirup. Karena eliksir
mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa minyak mudah menguap
yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik disimpan dalam wadah-wadah
yang tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur yang
berlebihan.

Pada percobaan ini zat aktif yang digunakan yaitu phenobarbital. Sedangkan &
zat tambahan yang digunakan yaitu oleum citri, propilenglikol, sorbitol, alkohol,
pewarna dan aquadest. Phenobarbital mempunyai indikasi untuk antikonsulvan,
sedative dan hipnotik. sedangkan efek samping dari obat ini adalah mengantuk,
letargi, depresi mental,ataksia, nistagnum, iratabel dan hiperaktif
pada anak: agitasi, resah, bingung,
pada usia lanjut : reaksi alergi pada kulit, anemia megaloblastik.

Fenobarbital memiliki kelarutan yang rendah dalam pelarut air, sehingga


untuk meningkatkan kelarutannya dibuat pelarut campur (co solvent). Pada
percobaan, fenobarbital dibuat dalam bentuk sediaan eliksir.

Dikenal ada dua cara dalam pembuatan eliksir, yaitu :

1. Zat aktif dilarutkan dalam salah satu pelarut dengan kelarutan zat aktif
paling besar, kemudian tambahkan pelarut lain sekaligus.
2. Zat aktif dilarutkan sedikit demi sedikit ke dalam pelarut campur.

Dalam percobaan, dilakukan cara pembuatan eliksir yang pertama, yaitu


melarutkan bahan berkhasiat dalam salah satu pelarut, kemudian menambahkan
pelarut yang lainnya sekaligus dikarenakan fenobarbital yang digunakan sudah
larut dalam pelarut etanol saja.
Pada percobaan akan dibuat sediaan eliksir Fenobarbital sebanyak 100 ml.
Fenobarbital memiliki sifat sukar larut dalam air (1:1000) dan larut dalam etanol
(1:10). Dengan melihat data kelarutan tersebut, maka didapat jumlah etanol yang
digunakan sebanyak 10 mL. Dengan jumlah 10 mL etanol sudah bisa melarutkan
Fenobarbital dengan baik. Masalah yang muncul adalah ketika penambahan pelarut
campur yang lain, karena penambahan co-solvent didasarkan kepada konsentrasi
maksimum yang dapat digunakan sebagai pelarut.

Penggunaan maksimum etanol sebagai co-solvent sebanyak 10%, ternyata dalam


10% tersebut sudah dapat melarutkan zat aktif sebanyak dosis yang diinginkan.
Namun, dalam formulasi digunakan juga pelarut yang lain, yaitu propilen glikol. Tujuan
ditambahkan propilen glikol adalah agar terbentuk kelarutan bahan aktif yang maksimal.
Dalam meningkatkan viskositas sediaan, digunakan sorbitol. Untuk meningkatkan
keberterimaan sediaan untuk pasien, maka ditambahkan corigen coloris (pewarna)
berwarna pink yang berfungsi untuk memperbaiki warna dari sediaan yang dibuat.
Ditambahkan juga corigens saporis atau pemanis seperti yang digunakan dalam formula
ini yaitu Sorbitol solution USP.

Berdasarkan analisis titik kritis, pada saat pencampuran merupakan saat yang
dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diharapkan pada saat percobaan, misalnya
pengendapan, atau fenobarbital tidak larut sempurna. Namun, teknik pembuatan
eliksir yang digunakan tidak menimbulkan permasalahan dan kendala yang berarti.

Pada praktikum ini dilakukan evaluasi, yaitu evaluasi uji organoleptik, uji Ph, uji
kejernihan, uji bobot jenis dan uji viskositas. uji organoleptis dilakukan dengan cara
diamati dengan pancar indera, apakah sediaan elixir tersebut sudah sesuai dengan
ketentuan sediaan elixir yang benar, yaitu bau dan rasa yang sedap, tidak ada pertikel
yang tidak larut, dan hasilnya yaitu berbau alkohol hal ini dikarenakan penggunaan
etanol yang berlebih, rasa pahit agak manis dan berwarna pink. Uji kejernihan
dilakukan dengan cara melihat langsung sediaan tersebut, apakah masih ada / tidak
partikel yang tertinggal / tidak larut, dan hasil yang didapatkan yaitu jernih dan tidak
ada endapan. Pada pengukuran Ph hasil yang didapatkan yaitu 4. Pengukuran bobot
jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer. Caranya adalah dengan menentukan
bobot piknometer kosong, piknometer+aquades dan piknometer+zat yang diuji terlebih
dahulu lalu dimasukkan ke dalam rumus perhitungan bobot jenis. Rata-rata Bobot
jenis sediaan fenobarbital yang diperoleh adalah 1,05 g/ml. Untuk uji viskositas
dilakukan dengan viscometer ostwald dan rata-rata hasil yang didapatkan yaitu 33:41
detik.

Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:

- Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk
penggunaan vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
- Dibandingkan dengan sirup eliksir biasaya kurang manis dan kurang kental
karena mengandung gula lebih sedikit sehingga kurang efektif
dibandingkan dengan sirup di dalam menutupi rasa obat yang kurang
menyenangkan
- Sediaan eliksir ini mempunyai khasiat sebagai anti kejang, hipnotikum,
sedativum dan juga sebagai obat penenang sehingga dapat memberikan efek
mengantuk karena terdapat bahan obat phenobarbital
- Rata-rata nilai bobot jenis sediaan yaitu 1,05 g/ml.
- Rata-rata nilai viskositas sediaan yaitu 33:41 detik.
Daftar Pustaka

- Anief, Moh. 1998. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press.
- Anonim. 1979. Farmakope Indonesia III . Jakarta: Departmen Kesehatan
Republik Indonesia.
- Anonim. 1995. Farmakope Indonesia IV . Jakarta: Departmen Kesehatan
Republik Indonesia.
- Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai