Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KELOMPOK KEWIRAUSAHAAN TEKNIK SIPIL

TENDER, JENIS KONTRAK DAN GRADE PENYEDIA JASA KONSTRUKSI & KONSULTAN

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan Teknik Sipil yang diampu
oleh Dewi Yustiarini, S.T., M.T.

KELOMPOK 2 :

SASI NOVIA KIRANA 1700973

INSAN MAULANA 1705633

ANANDITA SHAFIRA 1701261

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2018
I. TENDER
A. Pengertian Tender
Tender merupakan salah usaha yang dilakukan oleh Pemerintah atau
suatu instansi untuk memperlihatkan adanya transparansi dalam
persaingan usaha ketika diadakannya proyek pengadaan barang dan
jasa. Tujuan dilaksanakannya tender tersebut adalah untuk
memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha agar dapat
ikut menawarkan harga dan kualitas yang bersaing. Sehingga pada
akhirnya dalam pelaksanaan proses tender tersebut akan didapatkan
harga yang termurah dengan kualitas yang terbaik. Namun dalam
pelaksanaan penawaran tender, tujuan utama yang ingin dicapai adalah
memberikan kesempatan yang seimbang bagi semua penawar,
sehingga menghasilkan harga yang paling murah dengan
output/keluaran yang optimal dan berhasil guna. Diakui, bahwa harga
murah bukanlah semata-mata ukuran untuk menentukan kemenangan
dalam pengadaan barang dan/jasa. Melalui mekanisme
penawaran tender sedapat mungkin dihindarkan kesempatan untuk
melakukan konspirasi di antara para pesaing, atau antara penawar
dengan panitia penyelenggara lelang. Andi Fahmi Lubis,Op. cit., hlm.
149.
B. Perundang-Undang
a. Perundang-undangan.
UU. No.2 Tahun 2017. Paragraf 2 Pemilihan Penyedia Jasa, Pasal
41 s.d. Pasal 45
b. Proses pemilihan penyedia jasa. Pasal 42 Ayat 1
Pemilihan Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
yang menggunakan sumber pembiayaan dari keuangan Negara
dilakukan dengan cara tender atau seleksi, pengadaan secara
elektronik, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Proses Tender – Pasal 42 Ayat 2
Tender atau seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan melalui prakualifikasi, pascakualifikasi, dan tender
cepat.
i. Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan
kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu
lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum memasukkan
penawaran.
ii. Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan
kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu
lainnya dari penyedia barang/jasa setelah memasukkan
penawaran.
C. Proses Tender Kontraktor dan konsultan
1. Proses Tender Kontraktor

a. Persiapan
Tahap ini khusus untuk PPK dan Panitia. Yang perlu diperhatikan
pada tahapan ini adalah dokumen pemilihan. Dokumen untuk e-
proc dengan konvensional amat berbeda, utamanya pada
tahapan pengadaan, penyampaian dokumen dan bentuk surat
penawaran serta lampirannya.
b. LPSE – Layanan Pengadaan Secara Elektronik
Pelaksanaan pengadaan secara elektronik membutuhkan
sebuah unit khusus di pemerintahan, unit tersebut bernama
Layanan Pengadaan Secara Elektronik disingkat LPSE. LPSE inilah
yang berfungsi sebagai penghubung antara PPK/Panitia dengan
Penyedia Barang/Jasa melalui aplikasi e-procurement.
c. Pengumuman
Pengumuman lelang e-procurement berbeda dengan lelang
konvensional. Kalau lelang konvensional, pengumumannya
dapat dilihat di halaman depan Portal LPSE pada fitur “Cari
Lelang Non Eproc”. Sedangkan pada lelang e-proc,
pengumumannya akan tampil di halaman depan Portal LPSE di
bawah tulisan “e-Procurement”. Pengumuman yang lebih rinci
dan detail sudah dimasukkan pada sistem LPSE. Termasuk
jadwal pemilihan mulai pengumuman sampai penandatanganan
kontrak, nilai pagu, bahkan sampai ke persyaratan kualifikasi.
d. Pendaftaran
Proses pendaftaran lelang mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Dalam sistem manual, panitia harus menyiapkan
meja dan kursi khusus untuk menerima pendaftar, juga harus
ada orang yang menjaga untuk menerima pendaftar, serta
menyiapkan formulir pendaftaran untuk diisi oleh calon
penyedia barang/jasa. Dari sisi penyedia barang/jasa juga harus
menyiapkan Surat Kuasa yang bermaterai kalau yang mendaftar
bukan direktur atau yang berada di dalam akte, dan persyaratan
lainnya.
e. Aanwijzing – Rapat Penjelasan Pekerjaan
Pertemuan ini diadakan untuk tatap muka anta-ra para peminat
pekerjaan/calon kontraktor dengan pihak pemilik. Dalam hal ini
pemilik diwakili oleh konsultan perencana. Biasanya untuk
proyek2 pemerintah rapat ini diseleng-garakan oleh panitia
pelelangan. Pembicaraan berkisar kepada dua bidang yaitu
bidang ad-ministratif dan bidang teknis proyek.
f. Pemasukan Dokumen
Di dalam sistem lelang konvensional, kita mengenal sistem satu
sampul, dua sampul, dan dua tahap. Untuk e-procurement
dikenal yang namanya satu file dan dua file. Yang dulunya
berupa sampul, sekarang berganti menjadi file. Dengan sistem
ini, maka penyedia tidak perlu repot-repot menyiapkan dana
untuk fotokopi semua dokumen pendukung kualifikasi (Akta,
SIUP, kontrak-kontrak, dan lain-lain) serta dokumen administrasi
maupun teknis. Di beberapa lelang yang saya ikuti, dokumen ini
kadang tingginya bisa mencapai setengah meter dan beratnya
berkilo-kilogram.
g. Pembukaan Dokumen / Tender
Dalam sistem konvensional, tahap ini menjadi terpenting yang
kedua setelah Aanwijzing. Hal ini karena kembali seluruh
penyedia barang/jasa berkumpul disatu tempat untuk
menyaksikan pembukaan dokumen pengadaan masing-masing.
Setelah dibuka, kemudian kelengkapan seluruh dokumen dicek
satu persatu didepan seluruh panitia dan peserta. Disini sering
terlihat sesama peserta akan saling menjatuhkan dan sikut-
sikutan. Perbedaan yang tidak signifikan dan tidak substansial
sering dipaksakan untuk menjadi alasan ketidaklengkapan
dokumen peserta lainnya.
h. Evaluasi
Tahapan evaluasi antara sistem konvensional dengan sistem e-
proc sama saja. Yaitu sama-sama memeriksa dokumen dari
peserta. Yaitu dokumen administrasi, teknis, harga, dan
kualifikasi. Bedanya, pada sistem konvensional, panitia melihat
dokumen fisik, sedangkan pada sistem e-proc, panitia melihat
layar komputer atau layar LCD Projector.
i. Penetapan Pemenang
Pada tahapan ini di dalam sistem pengadaan konvensional,
Ketua Panitia akan membuat surat penetapan pemenang dan 2
cadangan.
j. Pengumuman
Untuk proyek-proyek pemerintah, berdasarkan hasil evaluasi
diatas, maka Panitia pelelangan me-netapkan calon-calon
pemenang yang diusul-kan kepada instansi yang berwenang,
yang ke-mudian menetapkan pemenangnya. Dari hasil
keputusan pemenang tadi, panitia Pe-lelangan mengumumkan
hasilnya. Bila tidak a-da sanggahan atau penolakan atau apabila
se-mua sanggahan telah dijawab maka tugas panitia Pelelangan
telah selesai.
2. Proses Tender Konsultan
Pemilik proyek adalah badan usaha atau perorangan, baik pemerintah
maupun swasta yang mempunyai kepentingan untuk mendirikan
bangunan dan memiliki kesanggupan untuk menyediakan dana untuk
merealisasikan proyek tersebut.
Pada ‘tempat penulis kerja praktek’ owner sebagai pemilik proyek
sekaligus menjabat sebagai konsultan managemen konstruksi. Tugas
dan kewajibannya adalah menyediakan dana untuk perencanaan dan
pelaksanaan proyek, menyediakan lahan atau tanah yang akan
digunakan sebagai tempat pembangunan proyek, dan memberikan
wewenang kepada pihak-pihak tertentu untuk mengelola bangunan
sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati serta ikut mengawasi
dalam pelaksanaan pembangunan proyek.
Sebagai pemilik sekaligus konsultan manajemen proyek,
owner/konsultan mempunyai wewenang yang meliputi:
1. Meminta laporan dan penjelasan tentang pelaksanaan
pekerjaan kepada pelaksana proyek baik secara lisan maupun tulisan.
2. Menghentikan atau menolak hasil pekerjaan apabila dalam
pelaksanaan menyimpang dari spek yang telah ditentukan.
3. Mengesahkan adanya perubahan baik didalam desain maupun
pekerjaan.
4. Memberikan keputusan terhadap perubahan waktu
pelaksanaan dengan mempertimbangan segala resiko yang akan
dihadapi.
5. Mengarahkan, mengelola, serta mengkoordinasikan
pelaksanaan kontraktor dalam aspek mutu, biaya, waktu, dan
keselamatan dalam pekerjaan.
6. Mengadakan rapat koordinasi yang dihadiri oleh konsultan
perencana dan kontraktor. Rapat diadakan seminggu sekali.
7. Memeriksa gambar detail pelaksanaan (shop drawing).
8. Membuat laporan kemajuan pekerjaan di lapangan.
II. JENIS-JENIS KONTRAK
Dalam dunia konstruksi, perjanjian antara pihak owner dengan pihak
kontraktor diikat dalam sebuah kontrak kerja. Pengaturan hukum kontrak
kerja proyek konstruksi diatur oleh pihak-pihak yang terlibat dan sesuai
dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
(KUHP pasal 1601b). Kontrak proyek konstruksi ini berupa dokumen
tertulis dan wajib menjelaskan tentang kesepakatan keselamatan umum
dan tertib bangunan karena sebuah proyek konstruksi merupakan
pekerjaan yang mengandung resiko tinggi.
1. Perundang-undangan
1. UU. No.2 Tahun 2017. Paragraf 3 Kontrak Kerja Jasa Konstruksi,
Pasal 46 s.d. Pasal 51.
2. Pasal 46 Ayat 2
Bentuk Kontrak Kerja Konstruksi dapat mengikuti perkembangan
kebutuhan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Jenis Kontrak
1. Kontrak berdasarkan bentuk imbalan
a. Kontrak Lump Sum
Kontrak lump sum adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan
jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin
terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya
ditanggung oleh penyedia barang/jasa.
b. Kontrak Harga Satuan
Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu,
berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap
satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang
volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara,
sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran
bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah
dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa.
c. Kontrak Gabungan Lump sum dan Harga Satuan
Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah kontrak yang
merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu
pekerjaan yang diperjanjikan.
d. Kontrak Terima Jadi (Turn Key)
Kontrak terima jadi adalah kontrak pengadaan barang/jasa
pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas
waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh
bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun
penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria
kinerja yang telah ditetapkan.
e. Kontrak Persentase.
Kontrak persentase adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi di
bidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana
konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan
persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/
pemborongan tersebut.
2. Kontrak berdasarkan Jangka waktu pelaksanaan
1. Kontrak tahun tunggal
Kontrak tahun tunggal adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang
mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran.
2. Kontrak Tahun Jamak.
Kontrak tahun jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang
mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun
anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh Menteri Keuangan
untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan
yang dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikota untuk pengadaan
yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota.
3. Kontrak berdasarkan Jumlah penggunaan barang dan jasa
1. Kontrak Pengadaan Tunggal;
Kontrak pengadaan tunggal adalah kontrak antara satu unit kerja
atau satu proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Kontrak Pengadaan Bersama.
Kontrak pengadaan bersama adalah kontrak antara beberapa unit
kerja atau beberapa proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu
untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu
sesuai dengan kegiatan bersama yang jelas dari masing-masing unit
kerja dan pendanaan bersama yang dituangkan dalam kesepakatan
bersama.

III. GRADE KONTRAKTOR DAN KONSULTAN


a. Perundang-undangan
UU. No.2 Tahun 2017. Paragraf 3 Bentuk dan Kualifikasi Usaha,
Pasal 19 s.d. 20
a).Pasal 19
Usaha Jasa Konstruksi berbentuk usaha orang perseorangan atau
badan usaha, baik yang berbadan hokum maupun tidak berbadan
hukum.
b).Pasal 20 Ayat 1
Kualifikasi usaha bagi badan usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 terdiri atas:
a. kecil;
b. menengah; dan
c. besar.
c). Pasal 20 Ayat 2
Penetapan kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui penilaian terhadap:
a. penjualan tahunan;
b. kemampuan keuangan;
c. ketersediaan tenaga kerja konstruksi; dan
d. kemampuan dalam penyediaan peralatan konstruksi.
b. Grade Kontraktor dan Konsultan
1. Grade Kontraktor

Jumlah Bidang dan Bentuk Badan


Kualifikasi Keterangan
Sub Bidang Usaha
Hanya untuk usaha
Maksimum 2 sub
Gred 1 Perorangan orang
bidang
perseorangan
Perusahaan baru
Berbentuk PT, berdiri dapat
Maksimum 4 sub
Gred 2 CV, Firma atau mengajukan Gred
bidang dari 4 bidang
Koperasi 2 tanpa
pengalaman kerja
Berbentuk PT,
Maksimum 6 sub Perusahaan telah
Gred 3 CV, Firma atau
bidang dari 5 bidang memiliki Gred 2
Koperasi
Berbentuk PT,
Maksimum 8 sub Perusahaan telah
Gred 4 CV, Firma atau
bidang dari 5 bidang memiliki Gred 3
Koperasi
Perusahaan baru
berdiri dan belum
Maksimum 10 sub (tidak termasuk berusia 1 tahun,
Gred 5
bidang dari 5 bidang PT-PMA) dapat mengajukan
Gred 5 tanpa
pengalaman kerja
Harus berbentuk Perusahaan telah
Maksimum 12 sub
Gred 6 PT (tidak termasuk memiliki Gred 5
bidang dari 5 bidang
PT-PMA) sebelumnya
Perusahaan telah
Harus berbentuk memiliki Gred 6
PT, termasuk seebelumnya,
Gred 7 Sesuai kompetensinya
badan usaha PT- kecuali untuk
PMA badan usaha PT-
PMA

Sumber : http://www.sertifikasi.biz/batassubbidangkontraktor.htm

2.Grade Konsultan

Anda mungkin juga menyukai