Anda di halaman 1dari 1

PENDAHULUAN

Probiotik berasal dari bahasa Latin yang berarti "untuk kehidupan";


disebut juga "bakteri bersahabat", "bakteri menguntungkan" , "bakteri baik", atau
" bakteri sehat". Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO)
tahun 2001 mendefinisikan probiotik sebagai mikroorganisme hidup yang jika
diberikan dalam jumlah yang memadai akan memberikan efek menyehatkan bagi
si penerima (Lahteenmaki & Ledeboer 2006). Ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi, diantaranya punya aktivitas antimikroba dan antikarsinogenik,
serta mampu berkoloni dalam saluran cerna (Salminen et al. 2004) .1,2
Probiotik yang sering digunakan adalah Lactobacillus, Streptococcus, dan
Bifidiobacteria (Andra 2007). Sumber probiotik bisa diperoleh dari susu
fermentasi (yogurt), keju dan susu sapi, jus, dan susu bubuk bayi. Selain itu,
menurut Winarno (2003), mengkonsumsi bakteri probiotik dalam suatu produk
makanan setiap hari akan menstimulir macrophage menjadi lebih ganas dalam
memangsa bakteri jahat atau patogen di usus kecil sehingga menjaga kebugaran
serta meningkatkan seluruh sistem imunitas tubuh. Saat ini peneliti-peneliti
probiotik telah menghasilkan temuan menarik, di mana bakteri probiotik tidak
hanya menstimulasi sistem kekebalan secara umum, tetapi juga mengatur reaksi
sistem kekebalan pasien yang menderita alergi ataupun menderita penyakit
kulit.1,3 Dalam dunia kedokteran gigi beberapa tahun terakhir, probiotik telah
digunakan sebagai pengobatan untuk memajukan kesehatan mulut. Studi
melaporkan efek antikariogenik dari probiotik, penggunaannya dalam pengobatan
penyakit periodontal, berkurangnya volume cairan sulkus dan kandungan sitokin,
serta penggunaannya dalam pengobatan halitosis dan Candida albicans telah
diidentifikasi.4
Pada jurnal ini akan membahas tentang perawatan probiotik dalam rongga
mulut: suatu update, hal ini melatarbelakangi para peneliti untuk meneliti secara
lebih spesifik manfaat bakteri probiotik dalam rongga mulut khususnya dalam
meneliti aktivitas antimikroba strain Streptococcus salivarius K12 yang
memproduksi bakteriosin terhadap bakteri penyebab halitosis.

Anda mungkin juga menyukai