Anda di halaman 1dari 6

PERAWATAN PROBIOTIK DALAM RONGGA MULUT: SUATU

UPDATE

(PROBIOTIC TREATMENT IN THE ORAL CAVITY: AN UPDATE)

Antonio Juan Fernández Flichy-1, Teresa Alegre-Domingo 1, David Peñarrocha


Oltra 2, Miguel Peñarrocha- Diago3
Abstrak
Probiotik telah ditemukan bermanfaat bagi kesehatan host. Penggunaan
utama probiotik dalam kedokteran telah dipakai dalam tata laksana masalah
saluran pencernaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, probiotik telah digunakan sebagai
pengobatan untuk memajukan kesehatan mulut. Tujuan penelitian ini adalah untuk
meninjau penelitian yang diterbitkan tentang probiotik dan efeknya terhadap
rongga mulut. Studi melaporkan efek antikariogenik dari probiotik,
penggunaannya dalam pengobatan penyakit periodontal, berkurangnya volume
cairan sulkus dan kandungan sitokin, serta penggunaannya dalam pengobatan
halitosis dan Candida albicans telah diidentifikasi. Studi yang menilai waktu
hunian probiotik dalam rongga mulut juga dipilih untuk didapatkan kembali
informasinya. Sebagian besar penulis menyimpulkan bahwa penggunaan probiotik
oral terkait dengan peningkatan kesehatan mulut, termasuk secara signifikan
mengurangi tingkat patogen periodontal dan kariogenik serta volume cairan
sulkus yang lebih rendah dan konsentrasi sitokin.
Kata kunci: Probiotik, kesehatan mulut, bakteri kariogenik, penyakit periodontal,
halitosis, Candida albicans.

Pendahuluan
Probiotik didefinisikan oleh FAO / WHO (Organisasi Makanan dan
Pertanian / Organisasi Kesehatan Dunia) sebagai mikroorganisme hidup yang bila
diberikan dalam jumlah adekuat (dalam makanan atau sebagai suplemen
makanan) memberikan manfaat kesehatan bagi host (meningkatkan keseimbangan
mikrobiologi dalam saluran pencernaan). Beberapa organisme non-patogenik (ragi
atau bakteri, terutama bakteri asam laktat) ditemukan dalam makanan, dan dapat
memiliki dampak yang menguntungkan bagi kesehatan host. Probiotik telah
digunakan selama puluhan tahun dalam produk fermentasi, tetapi potensi
penggunaan probiotik sebagai terapi medis nutrisi belum secara resmi diakui.
Metchnikoff adalah orang pertama yang menyatakan bahwa probiotik bisa
memberikan manfaat kesehatan, dan mengusulkan bahwa orang Bulgaria
memiliki umur yang lebih panjang karena susu fermentasi yang mengandung
bakteri hidup. Istilah “probiotik”, sebagai lawan istilah “antibiotik”, awalnya
diusulkan oleh Lilley dan Stillwell pada tahun 1965. Spesies probiotik pertama
yang diperkenalkan dalam penelitian adalah Lactobacillus acidophilus oleh Hull
dkk. pada tahun 1984, diikuti oleh Bifidobacterium bifidum oleh Holcombh dkk.
pada tahun 1991.
Probiotik dapat memperbaiki kondisi pasien dalam gangguan medis seperti
diare, gastroenteritis, sindrom usus pendek, dan penyakit usus inflamasi (penyakit
Crohn dan kolitis ulseratif), kanker, keadaan immunodepresif, pencernaan laktase
yang tidak adekuat, alergi anak, retardasi pertumbuhan, hiperlipidemia, penyakit
hati, infeksi dengan Helicobacter pylori, infeksi traktus genitourinari, dan lain-
lain, semua temuan tersebut telah didukung oleh beberapa studi yang
menunjukkan perbaikan hasil setelah menggunakan probiotik.
Saat ini informasi yang tersedia tentang kegunaan probiotik oral, seperti
terapi untuk gangguan rongga mulut termasuk gigi rusak atau penyakit
periodontal, masih langka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperbarui
informasi tersebut berdasarkan studi yang menilai efek probiotik dalam rongga
mulut. Sebuah pencarian literatur di Pub Med-database dilakukan untuk artikel
bahasa Inggris-atau bahasa Spanyol, dengan menggunakan pencarian istilah-
istilah sebagai berikut: “probiotik” dan “kesehatan mulut”, tidak ada pembatasan
yang digunakan untuk tanggal publikasi.

Mekanisme kerja probiotik dalam rongga mulut


Dalam rongga mulut, probiotik dapat membuat biofilm, yang bertindak
sebagai lapisan pelindung untuk jaringan mulut terhadap penyakit mulut. Biofilm
seperti itu menjaga bakteri patogen dari jaringan mulut dengan mengisi suatu
ruang patogen yang akan diserang tanpa adanya biofilm); dan bersaing dengan
bakteri kariogenik dan pertumbuhan patogen periodontal.

Probiotik dan patogen kariogenik


Probiotik dapat menurunkan risiko tingkat kemunculan Streptococcus
mutans yang tinggi. Uji in vitro telah menyarankan Lactobacillus rhamnosus GG
dapat menghambat kolonisasi oleh patogen kariogenik streptokokus, dan karena
itu mengurangi kejadian gigi rusak pada anak-anak. Näse dkk. melaporkan
berkurangnya kejadian kerusakan gigi pada anak-anak yang mengkonsumsi susu
probiotik yang diperkaya L. rhamnosus GG dibandingkan sekelompok kontrol
anak-anak yang mengkonsumsi susu tanpa diperkaya probiotik. Temuan serupa
diamati oleh Ahola dkk. setelah pemberian probiotik yang sama. Nikawa dkk.
menunjukkan bahwa susu sapi yang difermentasikan dengan Lactobacillus reuteri
efektif terhadap S. mutans, yang menghasilkan penurunan risiko kerusakan gigi.
Tidak seperti Meurman dkk. dan Nikawa dkk., Montalto dkk. melaporkan
peningkatan jumlah Lactobacillus dalam saliva, tanpa penurunan tingkat S.
mutans, ketika memberikan pada pasien mereka Lactobacillus dalam bentuk
cairan atau kapsul untuk menilai efek sistemik. Juga, Çaglar dkk., dalam studi
perbandingan tentang efek pengurangan S. mutans melalui pemberian beberapa
bentuk probiotik, yang menunjukkan penurunan tingkat S. mutans pada pasien
yang menerima bentuk cairan atau tablet probiotik. Dalam studi lain oleh Çaglar
dkk., efek pengurangan S. mutans dibandingkan pada subyek yang menggunakan
permen karet probiotik, permen karet xylitol, atau permen karet probiotik
ditambah diperkaya xylitol, dan kelompok kontrol plasebo, penurunan tingkat S.
mutans diamati pada subyek yang menggunakan permen karet probiotik atau
permen karet yang diperkaya xylitol, tidak ada efek sinergis yang terlihat ketika
menggabungkan kedua agen. Dalam studi lain oleh Çaglar dkk. efek probiotik
dinilai setelah pemberian dalam bentuk dot yang mencakup tablet yang dilarutkan
dalam mulut setelah hisapan 10 sampai 12 menit, ditemukan adanya pengurangan
tingkat S. mutans dibandingkan kelompok kontrol. Efek es krim yang
mengandung Bifidobacterium lactis pada tingkat S. mutans dan Lactobacillus
dalam saliva dinilai oleh Çaglar dkk., pengurangan tingkat yang signifikan
diamati untuk S. mutans, tetapi tidak untuk Lactobacillus. Efek strain laktat yang
digunakan sebagai probiotik rongga mulut dievaluasi oleh Comelli dkk.; strain
Streptococcus thermophilus dan Lactococcus lactis terbukti mengurangi kadar
bakteri kariogenik (terutama Streptococcus sobrinus dan juga Streptococcus
oralis, Actinomyces naeslundii, dan Veillonella dispar).

Probiotik dan penyakit periodontal


Efek tablet probiotik pada gingivitis dan derajat periodontitis yang berbeda
dipelajari oleh Grudianov dkk.; pengobatan probiotik menghasilkan normalisasi
mikrobiota yang lebih baik daripada kelompok kontrol. Krasse dkk. menunjukkan
pengurangan indeks gingiva secara signifikan dan jumlah plak bakterial pada
pasien yang diobati dengan L. reuteri dibandingkan pada kelompok plasebo dan
menyimpulkan bahwa probiotik ini efektif untuk mengurangi gingivitis dan
deposit plak bakterial pada pasien dengan gingivitis sedang hingga berat. Menurut
Koll-Klais dkk., tingginya tingkat Lactobacillus dalam mikrobiota menyebabkan
82% dan 65% inhibisi pertumbuhan Porphyromonas gingivalis dan Prevotella
intermedia, masing-masing.
Twetman dkk. menggunakan permen karet yang mengandung L. reuteri
pada 42 pasien sehat dan menilai dampaknya pada volume cairan sulkus, kadar
sitokin (interleukin-1β, interleukin-6, interleukin-10, dan TNF-α), dan perdarahan
saat probing. Volume cairan sulkus, serta kadar TNF-α dan interleukin-8, dan
perdarahan berkurang secara signifikan.

Probiotik dan halitosis


Penggunaan probiotik secara teratur dapat membantu mengontrol halitosis.
Setelah mengkonsumsi Weissella cibaria, pengurangan tingkat komponen volatil
sulfida yang diproduksi oleh Fusobacterium nucleatum diamati oleh Kang dkk.;
efeknya bisa terjadi karena produksi hidrogen peroksida oleh W. cibaria, yang
menyebabkan inhibisi F. nucleatum. Streptococcus salivarius juga menekan efek
volatil sulfida, melalui persaingan daerah kolonisasi dengan spesies penghasil
volatil sulfida.
Probiotik dan Candida albicans
C. albicans merupakan penyebab utama infeksi di rongga mulut; penyakit
tersebut sangat umum terjadi pada orang tua dan pada pasien
immunocompromised. Hatakka dkk. menunjukkan pengurangan prevalensi C.
albicans setelah mengkonsumsi probiotik dalam keju yang mengandung L.
rhamnosus GG dan Propionibacterium freudenreichii ssp. shermanii JS. Hasil
yang diperoleh Koll dkk. saat menilai efek berbagai strain Lactobacillus rongga
mulut berbeda secara nyata, sebagian besar strain menekan pertumbuhan
periodontal patogen, termasuk Aggregatibacter actinomycetemcomitans (60 dari
67 strain yang diuji); Porphyromona gingivalis (35 dari 42 strain), P. intermedia
(26 dari 42 strain), dan S. mutans kariogenik (37 dari 67 strain). Namun tidak ada
inhibisi yang ditemukan untuk pertumbuhan C. albicans.

Waktu hunian probiotik dalam rongga mulut


Waktu hunian probiotik dalam rongga mulut setelah penghentian
pengobatan dipelajari oleh Çaglar dkk.. Pengurangan tingkat S. mutans ini terlihat
setelah penggunaan selama dua minggu yoghurt yang diperkaya L. reuteri, efek
diamati selama penggunaan dan selama beberapa hari setelah penghentian.
Hilangnya kolonisasi L. reuteri diamati oleh Wolf dkk., dua bulan setelah
penghentian pemakaian probiotik. Pemberian L. rhamnosus GG dan kolonisasi
rongga mulut dipelajari oleh Yli-Knuuttila dkk.; para penulis menyimpulkan
bahwa kolonisasi permanen dalam rongga mulut tidak mungkin terjadi (meskipun
mungkin terjadi pada beberapa kasus) dan mengusulkan probiotik agar digunakan
dengan suatu dasar yang teratur. Kekuatan pengikatan 17 strain Lactobacillus dan
7 strain bifidobakteri terhadap saliva dan membran mukosa oral adalah bervariasi
pada strain yang berbeda, berdasarkan sebuah studi oleh Haukioja dkk.; seperti
suatu variasi kekuatan yang menyebabkan peningkatan waktu hunian probiotik
dalam rongga mulut. Waktu laten probiotik S. salivarius K12, 4 tablet / hari
selama 3 hari, dinilai pada beberapa area rongga mulut selama 35-hari follow up,
oleh Horz dkk.; probiotik dapat ditemukan pada membran mukosa mulut, lidah
dan dalam saliva yang distimulasi selama lebih dari 3 minggu, dengan suatu
pengurangan bertahap tingkat S. salivarius K12 menjadi terdeteksi sejak 8 hari
setelah penghentian pengobatan.

Komentar
Sebuah tinjauan pustaka menunjukkan bahwa pemakaian probiotik oral
terkait dengan peningkatan kesehatan mulut, yang terutama terjadi karena
pengurangan tingkat kariogenik secara signifikan serta patogen periodontal;
volume dan kadar sitokin juga berkurang. Namun demikian, studi lebih lanjut
akan diperlukan untuk menunjukkan efikasi probiotik dalam meningkatkan
kesehatan mulut.

Anda mungkin juga menyukai