TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
4
kasus esofagitis sebanyak 22,8 % dari semua pasien yang menjalani endoskopi atas
dasar dispepsia (Makmun, 2009).
( Jung, 2011 )
Esofagus dan gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure
zone) yang dihasilkan oleh kontraksi lower esophageal sphincter (LES). Pada
individu normal, pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat sendawa atau
muntah. Aliran balik dari gaster ke esofagus melalui LES hanya terjadi apabila
tonus
LES tidak ada atau sangat rendah (<3 mmHg) (Makmun,2009).
H. pylori. Hamada dkk menunjukkan insiden esofagitis refluks yang tinggi setelah
eradikasi H.pylori, khususnya pada pasien gastritis korpus dan mempunyai
predisposisi terhadap refluks hiatus hernia (Goh dan Wong, 2006).
Dalam keadaan di mana bahan refluksat bukan bersifat asam atau gas (non
acid reflux), timbulnya gejala GERD diduga karena hipersensitivitas viseral
(Makmun,2009).
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri/rasa tidak enak di
epigastrium atau retrosternal bagian bawah. Rasa nyeri dideskripsikan sebagai rasa
terbakar (heartburn), kadang-kadang bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan
menelan makanan), mual atau regurgitasi dan rasa pahit di lidah. Walau demikian
derajat berat ringannya keluhan heartburn ternyata tidak selalu berkorelasi dengan
temuan endoskopik. Kadang-kadang timbul rasa tidak enak retrosternal yang mirip
dengan angina pektoris. Disfagia yang timbul saat makan makanan yang padat
mungkin terjadi karena striktur atau keganasan yang berkembang dari Barret�s
esophagus. Odinofagia bisa muncul jika sudah terjadi ulserasi esofagus yang berat
(Makmun,2009).
Di lain pihak, beberapa penyakit paru dapat menjadi faktor predisposisi untuk
timbulnya GERD karena terjadi perubahan anatomis di daerah gastroesophageal
high pressure zone akibat penggunaan obat-obatan yang menurunkan tonus LES
(Makmun,2009). Asma dan GERD adalah dua keadaan yang sering dijumpai secara
bersaman. Selain itu, terdapat beberapa studi yang menunjukkan hubungan antara
gangguan tidur dan GERD (Jung, 2009).
banyak pasien GERD yang salah didiagnosis sebagai penderita non cardiac chest
pain atau dispepsia (Goh dan Wong, 2006). Walaupun belum ada survei yang
dilakukan, berdasarkan pengalaman klinis sehari-hari, kejadian yang sama juga
sering ditemui di Indonesia.
2.5 Diagnosis
a. Jika gejala pasien khas untuk GERD tanpa komplikasi, maka terapi empiris
(termasuk modifikasi gaya hidup) adalah hal yang tepat. Endoskopi saat
pasien masuk dilakukan jika pasien menunjukkan gejala-gejala komplikasi,
atau berisiko untuk Barret�s esophagus, atau pasien dan dokter merasa
endoskopi dini diperlukan. (Level of Evidence : IV)
10
Sistem skala FSSG dikembangkan di Jepang (Kusano dkk., 2004) dan banyak
digunakan di berbagai negara di luar Jepang. FSSG terdiri dari 12 pertanyaan yang
berhubungan dengan gejala-gejala yang tersering dialami oleh pasien, tidak hanya
heartburn dan acid taste, tetapi juga gejala-gejala dispepsia seperti �perut penuh�
dan
�merasa cepat kenyang�. Diagnosis GERD dinyatakan dengan kuesioner ini pada
nilai cut-off 8 poin (Kusano dkk, 2004).
Tabel 2.1. Frequency Scale for the Symptoms of GERD ( Danjo dkk, 2009)
11
12
Klasifikasi Los Angeles untuk diagnosis dan grading dari esofagitis refluks
pertama sekali didiskusikan pada World Congress of Gastroenterology tahun 1994,
kemudian dipublikasikan pada tahun1999. Sampai sekarang, klasifikasi Los Angeles
ini adalah klasifikasi yang paling banyak digunakan oleh para endoskopis
dibandingkan dengan klasifikasi lainnya yang terlebih dulu ada (Savary-Miller,
Hetzel/Dent system, MUSE) (Dent, 2008).
Tabel 2.3 Klasifikasi Los Angeles (Makmun, 2009)
13
Derajat Kerusakan
Gambaran Endoskopi
Hasil studi yang dilakukan oleh berbagai institusi kedokteran dan rumah sakit
di Jepang menemukan bahwa tidak ada perbedaan antara FSSG dibandingkan
dengan kuesioner QUEST (suatu kuesioner yang dikembangkan oleh Carlson dkk
tahun 1998 dan banyak digunakan di Jepang) dalam hal sensitivitas, spesifisitas dan
akurasi pada dalam menegakkan diagnosis GERD, di mana ternyata skor FSSG
merefleksikan keparahan gambaran endoskopi pasien-pasien tersebut (Danjo dkk,
2009).
Pada penelitian ini , peneliti bermaksud untuk mengetahui kuesioner mana
yang lebih baik digunakan antara FSSG dengan kuesioner terbaru yang ada yaitu
GerdQ, serta hubungannya dengan gambaran endoskopi, di mana sepanjang
pengetahuan peneliti belum ada studi yang membandingkan FSSG dengan GerdQ
baik di Indonesia maupun di dunia.
14
Skala � F
Tgl:
Nama
MR
Umur
Jenis
Kelamin
Pertanyaan
TAK
PERNAH
JARANG
KADANG-
KADANG
SERING
SELALU
Apakah anda
merasakan perasaan
seperti
terbakar/panas/perih
/menghisap yang
berasal dari perut
atau dada bagian
bawah naik ke
kerongkongan?
4
2
Apakah anda
kadang-kadang
secara tidak sadar
menggosok dada
anda dengan
tangan?
0
1
Apakah anda
merasakan perasaan
seperti
terbakar/panas/perih
/menghisap yang
berasal dari perut
atau dada bagian
bawah naik ke
kerongkongan
setelah makan?
Apakah anda
merasakan sensasi
yang tidak
biasa/tidak lazim
misalnya seperti
terbakar di
kerongkongan anda?
15
8
Apakah kadang-
kadang anda merasa
seperti ada sesuatu
yang mengganjal di
kerongkongan anda
saat menelan?
10
Apakah anda
merasakan cairan
yang pahit (asam)
yang naik dari perut
ke kerongkongan
anda?
11
12
Apakah anda
merasakan perasaan
seperti
terbakar/panas/perih
/menghisap yang
berasal dari perut
atau dada bagian
bawah naik ke
kerongkongan pada
saat anda
membungkuk?
16
Mohon
deskripsikan/jelaskan
gejala lain yang anda
alami
(jika ada).
17
--
Pertanyaan
0
hari
1
hari
2-3
hari
4-7
hari
2
3