Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillahirobbil’alamin penulis

panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, taufik dan hidayahnya dapat

menyelesaikan Makalah ini dengan baik dan lancar.

Sholawat dan salam kami haturkan kepada junjungan kami kami Nabi

besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari jaman kegelapan menuju

kejaman terang benerang, yang penuh dengan petunjuk untuk mengapai

kebahagian hidup didunia dan diakirat, Amin.

Makalah ini disusun semata – mata untuk melengkapi nilai mata kuliah

“Ekonomi Pembangunan”. Makalah ini berjudul “Masalah Pokok Pembangunan”,

merupakan tugas terstruktur mata kuliah Ekonomi Pembangunan Dosen Prof. Dr.

Hj. Nurhajati., SE., MS

Makalah Masalah Pokok Pembangunan ini disajikan dalam konsep dan

bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami

makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik dan

masukan bagi pembaca sangat penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses

membangun mutu makalah ini . Terima kasih.

Makassar, 19 Mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ...........................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pertumbuhan ekonomi ....................................................
2.2 Distribusi pendapatan .....................................................
2.3 Kemiskinan .....................................................................
2.4 Strategi atau kebijakan dalam mengurangi kemiskinan ..
2.5 Peranan LSM ..................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .....................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembangunan nasional mempunyai beberapa tujuan, salah satu diantaranya
adalah meningkatkan taraf hidup masyarakat agar menjadi manusia seutuhnya
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagaimana cita-
cita bangsa indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi hal yang sangat
penting. Indonesia merupakan salah satu dari Negara-negara ASEAN dan juga
merupakan negara yang sedang berkembang untuk melihat investasi sebagai
sumber pembangunan ekonomi, modernisasi, pertumbuhan pendapatan,
ketenagakerjaan, pengurangan kemiskinan yang perlu rnendapatkan perhatiannya
yang serius.
Kemiskinan perlu mendapatkan perhatian yang serius sebagaimana yang kita
ketahui bahwa keminskinan masih menjadi perbincangan yang serius di
masyarakat, karena kita lihat bahwa semakin banyaknya masyarakat
miskin. Kemiskinan, dampaknya serta upaya pemerintah untuk mengentaskan
kemiskinan yang dari tahun ke tahun tak kunjung memberikan hasil yang
menggembirakan membuat semakin menariknya masalah ini.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana pertumbuhan ekonomi itu ?
b. Bagaiaman distribusi pendapatan itu ?
c. Apakah maksud kemiskinan ?
d. Bagaimana strategi kebijakan dalam mengurangi kemiskinan itu ?
e. Bagaimana peranan LSM ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERTUMBUHAN EKONOMI


·
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Ekonomi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat
adalah:
1. Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah
(lahan), peralatan fisikal, dan sumberdaya manusia (human resourse)
2. Pertumbuhan penduduk
3. Kemajuan teknologi

Akumulasi Modal

Akumulasi modal akan terjadi jika dari pendapatan sekarang yang ditabung
dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar output dimasa yang akan
datang. Pabrik-pabrik, mesin-mesin, peralatan-peralatan, dan barang-barang baru
akan meningkatkan stok modal (capital stock) fisikal suatu negara (yaitu jumlah
nilai riil bersih dari semua barang-barang modal produktif secara fisikal) sehingga
gilirannya akan memungkinkan negara tersebut untuk mencapai tingkat output
yang lebih besar. Investasi jenis ini sering diklasifikasikan sebagai investasi
disektor produktif (direclty productive activities). Investasi-investasi lainnya yang
dikenal dengan sebutan infrastruktur sosial dan ekonomi (social overhead capital)
yaitu jalan raya, listrik, air, sanitasi, dan komunikasi akan mempermudah dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan ekonomi.
Selain itu, ada juga investasi tidak langsung. Pembangunan fasilitas-fasilitas
irigasi akan dapat memperbaiki kualitas lahan pertanian melalui peningkatan
produktivitas per hektar. Jika 100 hektar lahan beririgasi bisa menghasilkan
output yang sama dengan 200 hektar lahan tak beririgasi (dengan catatan
penggunaan input-input lainnya yang sama), maka fasilitas irigasi itu nilainya
sama dengan dua kali luas lahan tanpa irigasi. Penggunaan pupuk-pupuk kimia
dan pembasmian hama penyakit dengan pestisida juga akan bermanfaat untuk
meningkatkan produktivitas lahan. Semua bentuk investasi ini merupakan cara-
cara untuk memperbaiki kualitas sumberdaya tanah yang ada.
Investasi sumber daya manusia (human investment) juga dapat memperbaiki
kualitas sumberdaya manusia dan juga akan mempunyain pengaruh yang sama
atau bahkan lebih besar terhadap produksi. Sekolah-sekolah formal, sekolah-
sekolah kejuruan, dan program-program latihan kerja serta berbagai pendidikan
informal lainnya semuanya diciptakan secara lebih efektif untuk memperbesar
kemampuan manusia dan sumber daya – sumber daya lainnya sebagai hasil dari
investasi langsung dalam pembangunan gedung-gedung peralatan dan bahan-
bahan (buku-buku, proyektor, peralatan penelitian, alat-alat latihan kerja, mesin-
mesin, dan lainnya). Latihan-latihan tingkat lanjutan yang relevan bagi tenaga
pendidik, demikian pula dengan buku-buku pelajaran yang baik, bisa membuat
perubahan yang sangat besar dalam mutu, kepemimpinan, dan produktivitas
tenaga kerja yang ada. Oleh karena itu investasi dalam sumber daya manusia ini
sama dengan memperbaiki mutu sekaligus meningkatkan produktivitas
sumberdaya-sumberdaya tanah melalui investasi yang strategis tersebut.
Semua jenis investasi di atas menyebabkan terjadinya akumulasi modal.
Akumulasi modal akan menambah sumberdaya-sumberdaya baru (memperbaiki
kualitas tanah yang rusak) atau meningkatkan kualitas sumber daya – sumber
daya yang ada (irigasi, pupuk, pestisida, dan lain-lain), tetapi ciri-cirinya yang
utama bahwa investasi itu menyangkut suatu trade off antara konsumsi sekarang
dan konsumsi masa yang akan datang memberikan hasil yang sedikit sekarang,
tetapi hasilnya akan lebih banyak nanti.

Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan


jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional dianggap sebagai faktor
yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak
angkatan kerja berarti semakin banyak faktor produksi tenaga kerja, sedangkan
banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar dosmetik.
Kemajuan Teknologi

Menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang peling


penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana,
kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang
diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional, seperti cara
menanam padi, membuat pakaian, atau membangun rumah. Ada 3 macam
klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu :
a. Netral
b. Hemat tenaga kerja (labor saving)
c. Hemat modal (capital saving)
Kemajuan teknologi yang bersifat netral terjadi jika output yang dicapai lebih
tinggi pada kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang sama. Inovasi-inovasi
yang timbul dari adanya pembagian kerja (division of labor) yang tepat akan
menghasilkan tingkat output total yang lebih tinggi dan konsumsi yang lebih
banyak untuk semua orang. Dalam hubungannya dengan analisis kemungkinan
produksi, kemajuan teknologi yang bersifat netral adalah penduakalian output
total adalah sama dengan menduakalikan semua input produktif.
Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja atau hemat modal, yaitu
tingkat ouput yang lebih tinggi bisa dicapai dengan jumlah tenaga kerja atau input
modal yang sama. Penggunaan komputer, traktor, dan alat-alat mekanisasi lainnya
yang merupakan mesin dan peralatan moderen bisa diklasifikasikan sebagai hemat
tenaga kerja. Kemajuan teknologi yang bersifat hemat modal adalah sangat jarang
terjadi, karena hampir semua penelitian ilmiah dan perkembangan teknologi yang
dilakukan di negara maju adalah bertujuan untuk menghemat tenaga kerja, bukan
modal. Tetapi untuk negara-negara yang mempunyai tenaga kerja yang melimpah
seperti NSB (negara sedang berkembang) pada umumnya, maka kemajuan
teknologi yang bersifat hemat modal sangat dibutuhkan. Metode produksi yang
lebih efisien (biaya produksi rendah) adalah metode produksi yang padat tenaga
kerja (labor intensive).
Kemajuan teknologi bisa juga bersifat memperluas tenaga kerja (labor
aumenting) atau perluasaan modal (capital augmeting). Kemajuan teknologi yang
bersifat perluasan tenaga kerja terjadi jika kualitas atau keahlian angkatan kerja
ditingkatkan, misalnya penggunaan video, televisi, dan media komunikasi
elektronik lainnya dalam memberikan pelajaran di kelas. Sementara itu kemajuan
teknologi yang bersifat perluasan modal terjadi jika penggunaan modal secara
lebih produktif, misalnya penggantian bahan untuk membuat bajak dari kayu
menjadi baja dalam produksi pertanian.

· Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Modern

Simon kuznets, penerima hadiah Nobel dalam bidang ekonomi pada tahun
1971 atas kepeloporannya dalam mengukur dan menganalisis sejarah
pertumbuhan pendapatan nasional negara-negara maju, mendefinisikan
pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai “peningkatan kemampuan suatu
negara untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya;
pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan
kelembagaan serta penyesuainan ideologi yang dibutuhkannya. ketiga komponen
pokok dari definisi ini sangat penting artinya:
1. Kenaikan output nasional secara terus menerus merupakan perwujudan
dari pertumbuhan ekonomi dan kemampuan untuk menyediakan
berbagai macam barang ekonomi merupakan tanda kematangan
ekonomi.
2. Kemajuan teknologi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan, namun belum merupakan syarat yang cukup.
Untuk merealisir potensi pertumbuhan yang terkandung dalam teknologi
baru, maka
3. Penyesuaian kelembagaan, sikap, dan ideologi harus dilakukan. Inovasi
teknologi tanpa disertai inovasi sosial ibarat boal lampu tanpa aliran
listrik. Potensi ada tetapi tanpa input yang melengkapi tidak akan berarti
apa-apa.
Dalam analisisnya yang mendalam, Kuznets memisahkan 6 karakteristik yang
terjadi dalam proses pertumbuhan pada hampir semua negara maju yaitu:

ü Dua variabel ekonomi agregatif


1) Tingginya tingkat pertumbuhan output per kapita dan penduduk.
2) Tingginya tingkat kenaikan produktivitas faktor produksi secara keseluruhan,
terutama produktivitas tenaga kerja.

ü Dua variabel transformasi struktural


1) Tingginya tingkat transfomasi struktur ekonomi.
2) Tingginya tingkat transformasi sosial dan ideologi.

ü Dua faktor yang mempengaruhi meluasnya pertumbuhan ekonomi internasional


1) Kecenderungan negara-negara maju secara ekonomis untuk menjangkau
seluruh dunia untuk mendapatkan pasar dan bahan baku.
2) Pertumbuhan ekonomi ini terbatas hanya pada sepertiga populasi dunia.
Tingginya tingkat pertumbuhan produktivitas merupakan karakteristik
pertumbuhan ekonomi modern. Tingkat produktivitas faktor produksi (tenaga
kerja) naik berapa kali lipat dibanding pada masa pra modern. Sebagai contoh,
diperkirakan bahwa tingkat kenaikan produktivitas sekitar 50 sampai 70 persen.
Dengan kata lain, kemajuan teknologi yang memasukkan peningkatan sumber
daya fisikal dan manusia telah meningkatkan GNP per kapita. Transformasi sosial
dan ideologi sangat diperlukan bagi perubahan struktur ekonomi dalam setiap
masyarakat. Contoh dari transformasi sosial ini termasuk proses urbanisasi.
Penyerapan ide-ide, sikap-sikap dan lembaga-lembaga yang akhirnya dikenal
sebagai “modernisasi.” Gunnar Myrdal dalam bukunya yang berjudul Asian
Drama (1971) memberikan beberapa ciri moderenisasi yaitu adanya rasionalitas,
adanya perencanaan, adanya proses keterjaminan keadaan sosial dan ekonomi
bagi setiap orang (status, kesempatan, pendapatan, kemakmuran, dan sebagainya),
dan perbaikan sistem kelembagaan dan perilaku (sikap).
Dua karakteristik terakhir dari pertumbuhan ekonomi modern berkaitan
dengan peranan negara-negara maju dalam dunia internasional. Karakteristik yang
pertama adalah berkaitan dengan kecenderungan negara-negara kaya untuk
menjangkau seluruh pelososk dunia untuk mendapatkan produk-produk primer
dan bahan baku, tenaga kerja yang murah, dan pasar yang menguntungkan bagi
barang mereka. Kegiatan –kegiatan itu bisa dicapai karena adanya kemajuan
teknologi modern terutama dalam bidang komunikasi dan transfortasi.

· Perdebatan masalah pertumbuhan

Dinegara-negara maju, tekanan yang utama tampaknya usaha untuk mengeser


orientasi pada pertumbuhan ekonomi menuju ke usaha yang lebih memperhatikan
kualitas hidup (quality of life). Perhatian tersebut tampak pada adanya gerakan
lingkungan hidup. Terjadi protes keras terhadap ganasnya pertumbuhan ekonomi
dan akibat polusi oleh air dan udara.
Sebuah buku yang cukup berpengaruh yang berjudul the limits to growth
(1972) menjelaskan kenyataan bahwa sumber daya alam yang terbatas di bumi ini
tidak akan dapat menopang tingkat pertumbuhan yang tinggi secara terus menerus
tanpa terjadinya bencana sosial dan ekonomi yang besar.
Di NSB yang menjadi perhatian utama adalah masalah pertumbuhan versus
distribusi pendapatan.banyak NSB yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi
yang tinggi pada tahun 1960an mulai menyadari bahwa pertumbuhan semacam itu
hanya sedikit manfaatnya dalam memecahkan masalah kemiskinan.Tingkat
pengangguran dan penganggiuran semu meningkat di daerah perdesaan dan
perkotaan.Distribusi pendapatan antara kaya dan miskin semakin tidak
merata.banyak orang yang merasakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi
telah gagal untuk menghilangkan atau bahkan mengurangi luasnya kemiskinan
absolut di NSB.
Pertumbuhan GNP perkapita tidak secara otomatis meningkatkan tingkat
hidup rakyat banyak. Malah pertumbuhan GNP perkapita di NSB telah
menimbulkan penurunan absolut dalam tingkat hidup orang miskin di perkotaan
dan di pedesaan.
2.2 DISTRIBUSI PENDAPATAN
Ketidakmerataan distribusi pendapatan
Penghapusan kemiskinan dan berkembangnya ketidakmerataan distribusi
pendapatan merupakan inti permasalahan pembangunan. Walau titik perhatian
utama kita pada ketidakmerataan distribusi pendapatan dan harta kekayaan
(assets), namun hal tersebut hanyalah merupakan sebagian kecil dari masalah
ketidakmerataan yang lebih luas di NSB. Misalnya, ketidakmerataan kekuasaan,
prestise, status, kepuasan kerja, kondisi kerja, tingkat partisipasi, kebebasan untuk
memilih, dan lain-lain.
Lewat pemahaman yang mendalam akan masalah ketidakmerataan dan
kemiskinan ini memberikan dasar yang baik untuk menganalisis masalah
pembangunan yang lebih khusus seperti: pertumbuhan penduduk, pengangguran,
pembangunan perdesaan, pendidikan, perdagangan internasional, dan sebagainya.
Sebuah cara yang sederhana untuk mendekteksi masalah distribusi pendapatan
dan kemiskinan adalah dengan menggunakan kerangka kemungkinan produksi.
Untuk menggambar analisis tersebut, produksi barang dalam sebuah
perekonomian dibagi menjadi dua macam barang. Pertama adalah barang-barang
kebutuhan pokok (necessity goods) seperti: makanan pokok, pakaian, perumahan
sederhana, dan sebagainya, kedua, adalah barang barang mewah seperti: mobil
mewah, video, televisi, pakaian mewah, dan sebagainya.
Dinegara yang tingkat GNP dan pendapatan per kapitanya rendah, semakin
timpang distribusi pendapatan maka permintaan agregat akan semakin
dipengaruhi oleh perilaku konsumsi orang-orang kaya. Pada akhirnya keadaan ini
tentu akan menyebabkan kelompok miskin semakin menderita. Irma Adelman &
Cynthia Taft Morris (1973) mengemukakan 8 sebab, yaitu:
1. Pertambahan penduduk yang tinggi yang mengakibatkan menurunnya
pendapatan per kapita.
2. Inflasi dimana pendapatan uang bertamabah tetapi tidak diikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.
3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.
4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek yang padat modal (capital
intensive), sehingga presentase pendapatan modal dari harta tambahan besar
dibandingkan dengan presentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga
pengangguran bertambah.
5. Rendahnya mobilitas sosial.
6. Pelaksanaan kebijakan industri subsitusi impor yang mengakibatkan
kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha
golongan kapitalis.
7. Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi NSB dalam perdagangan
dengan negara-negara maju, sebagi akibat ketidak elastisan permintaan
negara-negara terhadap barang-barang ekspor NSB.
8. Hancurnya industri-industri kerajian rakyat seperti pertukangan, industri
rumah tangga, dan lain-lain.

Distribusi Pendapatan Perorangan


Ukuran distribusi pendapatan perorangan (personal distribution) merupakan
ukuran yang paling umum digunakan oleh para ekonom. Ukuran sederhana ini
menunjukkan hubungan antara individu-indivisu dengan pendapatan total yang
mereka terima. Oleh karena itu, para ekonom dan ahli statistik lebih suka
menyusun semua individu menurut tingkat pendapatnnya yang semakin meninggi
dan kemudian membagi semua individu tersebut ke dalam kelompok-kelompok
yang berbeda-beda. Metode yang umum adalah membagi penduduk ke dalam
kuintil (5 kelompok) atau desil (10 kelompok) sesuai dengan tingkat pendapatan
yang semakin meninggi tersebut dan kemudian menetukan proporsi dari
pendapatan nasional total yang diterima oleh masing-masing kelompok tersebut.

Kurva Lorenz
Cara lain untuk menganalisi distribusi pendapatan perorangan adalah
membuat kurva yang disebut kurva Lorenz. Dinamakan kurva Lorenz adalah
karena yang memperkenalkan kurva tersebut adalah Conrad Lorenz seorang ahli
statistik dari Amerika Serikat. Kurva Lorenz menunjukkan hubungana kuantitatif
antara presentase penduduk dan presentase pendapatan yang mereka terima. Jadi,
semakin jauh kurva Lorenz tersebut dari garis diagonal (kemerataan sempurna),
semakin tinggi derajat ketidakmerataan yang ditunjukkan. Keadaan yang paling
ekstrim dari ketidakmerataan sempurna, misalnya keadaan dimana seluruh
pendapatan hanya diterima oleh satu orang, akan ditunjukkan oleh berimpitnya
kurva lorenz tersebut dengan sumbu horisontal bagian bawah dan sumbu vertikal
sebelah kanan.

Keofisien Gini
Suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan distribusi
pendapatan dalam suatu negara bisa diperoleh dengan menghitung luas daerah
antara garis diagonal (kemerataan sempurna) dengan kurva lorenz dibandingkan
dengan luas total dari separuh bujur sangkar dimana terdapat kurva lorenz
tersebut.
Koefisien gini ini merupakan ukuran ketidakmerataan agregat dan nilainya
terletak antara 0 (kemerataan sempurana) sampai 1 (ketidakmerataan sempurna).
Koefisien gini dari negara-negara yang mengalami ketidakmerataan
tinggi berkisar 0,50 – 0,70 ;ketidakmerataan sedang berkisar antara 0,36 – 0,49
; dan yang mengalamiketidakmerataan rendah berkisar antara 0,20 – 0,35.
Distribusi Fungsional
Ukuran distribusi pendapatan lain yang sering digunakan oleh para ekonom
adalah distribusi fungsional atau distribusi pangsa faktor produksi ( factor share
distribution). Ukuran distribusi ini berusaha untuk menjelaskan pangsa (share)
pendapatan nasional yang diterima oleh masing-masing faktor produksi.
Disampiung memandang individu-individu sebagai kesatuan yang terpisah, teori
ukuran distribusi pendapatan fungsional tersebut menyelidiki persentase yang
diterima tenaga kerja secara keseluruhan dibandingkan dengan persentase dari
pendapatan nasional yang terdiri dari: sewa, bunga, dan laba.
Suatu kerangka ekonomi teoritis telah dibangun berkaitan dengan konsep
distribusi pendapatan fungsional ini. Konsep ini mencoba untuk menjelaskan
“pendapatan” suatu faktor produksi melalui kontribusi faktor tersebut terhadap
produksi. Kurva penawaran dan permintaan digunakan untuk menentukan harga-
harga dari masing-masing faktor produksi. Jika harga-harga tersebut dikalikan
dengan kuantitas yang digunakan, dengan anggapan penggunaan faktor produksi
secara efisien (biaya minimum), akan didapatkan jumlah pembayaran dari
masing-masing faktor produksi. Misalnya, penawaran dan permintaan akan tenaga
kerja digunakan untuk menentukan tingkat upah. Jika tingkat upah ini kemudian
dikalikan dengan tingkat penggunaan faktor produksi tersebut (tenaga kerja), akan
diperoleh nilai upah total.
Oleh karena itu dalam suatu pasar persaingan dengan fungsi produksi yang
bersifat constant return to scale, harga-harga faktor produksi ditentukan oleh
kurva penawaran dan permintaan akan faktor produksi tersebut. Pendapatan
didistribusikan menurut “fungsi” yaitu tenaga kerja menerima “upah”, pemilik
tanah menerima “sewa”, dan kaum kapitalis menerima “laba”. Ini merupakan teori
yang murni dan logis karena masing-masing faktor produksi memperoleh
pembayaran hanya sesuai dengan kontribusinya terhadap pendapatan nasional,
tidak kurang tidak lebih.

2.3 KEMISKINAN
Menurut para ahli (antara lain Andre Bayo Ala, 1981) kemiskinan itu bersifat
multi dimensional. Artinya, karena kebutuhan manusia itu bermacam-macam,
maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Di lihat dari kebijakan umum,
maka kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan aset, organisasi
sosial politik, dan pengetahuan serta keterampilan, dan aspek sekunder yang
berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi.
United Nation Development Program (UNDP), tahun 2004, mendefinisikan
kemiskinan dengan ciri sebagai berikut: tingkat kepemilikan lahan kecil,
kurangnya akses terhadap sumber permodalan, hidup di bawah garis kemiskinan
dengan konsumsi per hari kurang dari 2.100 kilo kalori, akses lemah terhadap air
bersih, pendidikan dan kesehatan, rentan perubahan harga kebutuhan pokok, dan
sangat tergantung terhadap sumber makanan yang langsung diperoleh dari alam.
Investasi (modal), kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi satu sama lain saling
terkait. Sulit bagi pemerintah menciptakan lapangan kerja baru tanpa
pertumbuhan ekonomi tinggi. Sama sulitnya menciptakan lapangan kerja bagi
penduduk miskin (masyarakat lokal) jika pertumbuhan ekonomi hanya ditopang
kegiatan produksi dan membutuhkan tenaga kerja luaran pendidikan tinggi.
Dimana mayoritas masyarakat miskin adalah luaran pendidikan dasar (SD) atau
bahkan tidak tammat SD.
Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk
kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang
baik, dan tingkat pendidikan yang rendah. Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan
saling berkaitan, baik secara langsung maupun tak langsung. Hal ini berarti bahwa
kemajuan dan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi
kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya, dan aspek kainnya dari
kemiskinan itu adalah bahwa yang misikin itu adalah manusianya, baik secara
individual maupun kolektif.

Aspek – Aspek Kemiskinan


1. Penyebab Kemiskinan
Para pembuat kebijakan pembangunan selalu berupaya agar alokasi
sumberdaya dapat di nikmati oleh sebagian besar anggota masyarakat. Namun
demikian, karena ciri dan keadaan masyarakat amat beragam dan di tambah pula
dengan tingkat kemajuan ekonomi negara yang bersangkutan yang masih lemah,
maka kebijakan nasional umumnya di arahkan untuk memecahkan permasalahan
jangka pendek. Sehingga kebijakan pemerintah belum berhasil memecahkan
persoalan kelompok ekonomi di tingkat bawah(Swapna Mukhopadhay,1985).
Dengan demikian, kemiskinan dapat di amati sebagain kondisi anggota
masyarakat yang tidak/belum ikut serta dalam proses perubahan karena tidak
mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam pemilikan faktor produksi yang
memadai sehingga tidak mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan.
Oleh karena itu kemiskinan di samping merupakan masalah yang mucul
dalam masyarakat bertalian dengan pemilikan faktor produksi, produktifitas dan
tingkat perkembangan masyarakat sendiri, juga bertalian dengan kebijakan
pembangunan nasional yang di laksanakan. Masalah kemiskinan ini bisa selaib di
timbulakn oleh hal yang sifatnya alamiah/kultural juga di sebabkan oleh
miskinnya strategi dan kebijakan pembangunan yang ada, sehingga para pakar
pemikir tentang kemiskinan kebanyakan melihat kemiskinan sebagai masalah
struktural. Dan pada akhirnya timbul istilah kemiskinan struktural yakni
kemiskinan yang di derita oleh sesuatu golongan masyarakat karena struktur yang
sebenarya tersedia bagi mereka(Selo Sumardjan,1980)

2. Ukuran Kemiskinan
Ukuran kemiskinan yang umum di gunakan yaitu ada 2 macam seperti
berikut ini:
(1) Kemiskinan absolut
Pada dasarnya konsep kemiskinan di kaitkan dengan perkiraan tingkat
pendapatan dan kebutuhan. Perkiraan kebutuhan hanya di batasi pada kebutuhan
pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk
dapat hidup secara baik. Bila pendapatan tidak dapat mencapai kebutuhan
minimum, maka orang dapat di katakan miskin. Dengan demikian, kemiskinan di
ukur dengan memperbandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat
pendapatan yang di butuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya. Tingkat
pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak
miskin atau sering di sebut sebagai garis batas kemiskinan. Konsep ini sering di
sebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk menentukan
tingkat pendapatan minimum yang cukup untuk memenuhi kebutuhan fisik
terhadap makanan, pekaian, dan perumahan untuk menjamin kelangsungan hidup
(Todaro,1997).
Kesulitan utama dalam konsep kemiskinan absolut adalah menentukan
komposisi dan tingkat kebutuhan minimum karena kedua hal tersebut tidak hanya
di pengaruhi oleh adat kebiasaan saja, tetapi juga oleh iklim, tingkat kemajuan
suatu negara, dan berbagai faktor ekonomi lainnya.
Kebutuhan dasar dapat di bagi dalam 2 golongan yaitu kebutuhan dasar yang
di perlukan sekali untuk mempertahankan hidupnya dan kebutuhan lain yang lebih
tinggi. United Nation Research Institute for Social Development (UNRISD)
menggolongkan kebutuhan dasar manusia atas 3 kelompok yaitu : pertama,
kebutuhan fisik primer yang terdiri dari kebutuhan gizi, perumahan dan
kesehatan; kedua, kebutuhan kultural yang terdiri dari pendidikan, waktu luang
(leisure), dan reaksi serta ketenangan hidup; ketiga, kelebihan pendapatan untuk
mencapai kebutuhan lain yang lebih tinggi.
(2) Kemiskinan Relatif
Orang yang sudah mempunyai tingkat pendapatan yang sudah memenuhi
dasar minimum tidak selalu berarti “tidak miskin”. Ada ahli yang berpendapat
bahwa walaupun pendpatan sudah mencapai tingkat kebutuhan dasar minimum,
tetapi masih jauh lebih rendah di bandingkan dengan keadaan masyarakat di
sekitarnya, maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi
karena kemiskinan lebih banyak di tentukan oleh keadaan sekitarnya, daripada
lingkungan orang yang bersangkutan (Miller,1997).

3. Indikator Kemiskinan
Indikator kemiskinan ada bermacam-macam yakni : konsumsi beras per
kapita per tahun, tingkat pendapatan, tngkat kecukupan gizi, kebutuhan fisik
minimum(KFM), dan tingkat kesejahteraan.
(i) Tingkat konsumsi beras
Sajogyo (1997) menggunakan tingkat konsumsi beras per kapita sebagai
indikator kemiskinan.
(ii) Tingkat pendapatan
Penduduk di daerah perkotaan mempunyai kebutuhan yang relatif sangat
beragam di bandingkan dengan perdesaan sehingga mempengaruhi pula
pola pengeluaran. Batas garis kemiskinan antara daerah perkotaan dan
perdesaan, persentase penduduk miskin, dan jumlah penduduk miskin.
(iii) Indikator kesejahteraan rakyat
Selain data pendapatan dan pengeluaran, ada berbagai komponen tingkat
kesejahteraan yang lain yang sering di gunakan. Pada publikasi UN(1961)
yang berjudul International Definition and Measurement of Levels of
Living : An Interim Guide di sarankan 9 komponen kesejahteraan yaitu
kesehatan, konsumsi makanan dan gizi, pendidikan, kesempatan kerja,
perumahan, jaminan sosial, sendang, rekreasi dan kebebasan.

2.4 STRATEGI/ KEBIJAKAN DALAM MENGURANGI KEMISKINAN


· Pembangunan Pertanian
Sektor pertanian berperan penting dalam membangun ekonomi dan
pengurangan kemiskinan di indonesia. Ada 3 aspek dari pembangunan
pertanian yang telah memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
pengurangan kemiskinan tersebut, terutama di daerah pedesaan. Kontribusi
terbesar bagi peningkatan pendapatan perdesaan dan pengurangan kemiskinan
perdesaan di hasilkan dari adanya revolusi teknologi dalam pertanian padi,
termasuk pembangunan irigasi.
Kontribusi utama lainnya datang dari program pemerintah untuk
meningkatkan produksi tenaman keras. Misalnya, lebih dari 200.000 petani di
luar jawa telah di bangtu untuk menanam karet, dan kelapa sawit.

· Pembangunan Sumberdaya Manusia


Perbaikan akses terhadap konsumsi pelayanan sosial(pendidikan,
kesehatan, dan gizi) merupakam alat kebijakan penting dalam strategi
pemerintah secara keseluruhan untuk mengurangi kemiskinan dan
memperbaiki kesejahteraan penduduk indonesia. Perluasa ruang lingkup dan
kualitas dari pelayanan-pelayanan pokok tersebut membutuhkan investasi
insani yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas golongan miskin
tersebut.
Di indonesia atau di mana saja, pendidikan formal dan non formal bisa
berperan penting dalam mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang, baik
secara tidak langsung melalui perbaikan produktifitas dan efisiensi secara
umum, maupun secara langsung melalui pelatihan golongan miskin dengan
keterampilan yang di butuhkan untuk meningkatkan produktifitas mereka dan
pada gilirannya akan miningkatkan pedapatan mereka.
Ada 3 faktor utama mendasari kebijikan ini. Pertama, berkurangnya beban
enderitaan secara langsung memuaskan kebutuhan konsumsi pokok yang juga
merupakan tujuan kebijaksanaan sosial yang sangat penting. Kedua,
perbaikan kesehatan akan meningkatkan produktifitas golongan miskin:
kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan daya kerja, mengurangi hari
tidak bekerja dan meningkatkan output energi. Dan ketiga, penurunan tingkat
kematian bayi dan anak-anak secara tidak langsung juga berperan dalam
mengurangi kemiskinan yakni menurunkan tingkat kesuburan : tingkat
kematian yang semakin rendah tidak saja membantu para orang tua untuk
mencapai jumlah keluarga yang mereka inginkan, tetapi juga membuat
mereka menginginkan keluarga yang lebih kecil.

2.5 PERANAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM)


LSM bisa memainkan peran yang lebih besar di dalam perancangan dan
implementasi program pengurangan kemiskian. Karena fleksibilitas dan
pengetahuan mereka tentang komunitas yang mereka bina, LSM-LSM ini untuk
beberapa hal bisa menjangkau golongan miskin tersebut secara lebih efektif
ketimbang program-program pemerintah. Keterlibatan aktif dari LSM tersebut di
dalam program pemerintah cenderung untuk meningktakan “penerimaan”
masyarakat perdesaan terhadap program-program pemerintah dan oleh karena itu
pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi masyarakat. Keterlibatan LSM-LSM
juga dapat meringankan biaya finansial dan staff dalam pengimplementasian
program padat karya untuk mengurangi kemiskinan.
Bentuk dan macam-macam organisai kemasyarakatan seperti bisa di
kelompokkan ke dalam 4 kategori :
1.lembaga swadaya masyarakat (LSM)
2.lembaga pembina swadaya masyarakat (LPSM)
3.organisasi-organisasi sosial lainnya, dan
4.organisai-organisasi semi pemerintah
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep kerangka analisis
kemungkinan produksi sederhana (simple production possibility) untuk melihat
tingkat, komposisi, dan pertumbuhan output nasional. faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat adalah: Akumulasi
modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan
fisikal, dan sumberdaya manusia (human resourse); Pertumbuhan
penduduk; Kemajuan teknologi. Tingginya tingkat pertumbuhan produktivitas
merupakan karakteristik pertumbuhan ekonomi modern. Tingkat produktivitas
faktor produksi (tenaga kerja) naik berapa kali lipat dibanding pada masa pra
modern. Dua karakteristik terakhir dari pertumbuhan ekonomi modern berkaitan
dengan peranan negara-negara maju dalam dunia internasional. Karakteristik yang
pertama adalah berkaitan dengan kecenderungan negara-negara kaya untuk
menjangkau seluruh pelososk dunia untuk mendapatkan produk-produk primer
dan bahan baku, tenaga kerja yang murah, dan pasar yang menguntungkan bagi
barang mereka.
Lewat pemahaman yang mendalam akan masalah ketidakmerataan dan
kemiskinan ini memberikan dasar yang baik untuk menganalisis masalah
pembangunan yang lebih khusus. Sebuah cara yang sederhana untuk mendekteksi
masalah distribusi pendapatan dan kemiskinan adalah dengan menggunakan
kerangka kemungkinan produksi.
DAFTAR PUSTAKA

http://risnaangrum.wordpress.com/2011/04/05/tugas-makalah-perekonomian-
indonesia/
Arsyad, Lincolin.1988.Ekonomi pembangunan. Yogyakarta: STIE-YKPN
SOLUSI DAN KONSEP MASALAH
POKOK PEMBANGUNAN

ADRIANA LENES
STB. 16110254
KELAS (F) NON REGULER

STIM – LPI MAKASSAR


2018
MASALAH DEBAT PERTUMBUHAN
PEREKONOMIAN

ADRIANA LENES
STB. 16110254
KELAS (F) NON REGULER

STIM – LPI MAKASSAR


2018

Anda mungkin juga menyukai