POSTPARTUM FISIOLOGIS
Oleh:
KAMELIA
NIM. 170070301111021
KELOMPOK 1B
Dalam masa nifas ini ibu memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan
selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar
peredaran darah
3. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
4. Mencegah infeksi dan komplikasi
5. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan
bayi sehat. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa
nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang normal
6. Untuk mendapatkan kesehatan emosi (Bahiyatun, 2009).
Dapat dimasuki
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm
1 jari
Sebesar hamil 2
6 minggu 50 gr 2,5 cm
minggu
8 minggu Normal 30 gr
(Hanifa, 2007).
2) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta
tidak meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan
pertumbuhan endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini
tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka (Hanifa,
2007).
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang
besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah
yang banyak maka arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas (Hanifa,
2007).
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus
tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan
penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk
bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan
progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf,
ovulasi dan menstruasi ((Hanifa, 2007; Mitayani, 2009).
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air
susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik
dan bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah
plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi (Hanifa,
2007).
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan
oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju
ke hypofise dan menghasilkan oxitocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya (Suherni, 2007).
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri.
Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat,
keluarlah cairan puting dari puting susu.Air susu ibu kurang lebih
mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %
(Hacker, 2009).
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu (Hanifa, 2007).
h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda- Tekanan darah < 140 / 90 mmHg, Tekanan darah > 140 / 90
tanda vital mungkin bisa naik dari tingkat disaat mmHg
persalinan 1 – 3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Suhu > 380 C
Denyut nadi: > 100 X / menit
(Ambarwati, 2008).
Vital Sign sebelum kelahiran bayi :
Suhu :
saat partus lebih 37,20C
sesudah partus naik 0,50C
12 jam pertama suhu kembali normal
Nadi :
60 – 80 x/mnt
·Segera setelah partus bradikardi
Tekanan darah :TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini
akan normal kembali dalam waktu 1 jam (Bahiyatun, 2009).
Vital sign setelah kelahiran anak :
1) Temperatur : Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C
(100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan.
2) Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24
jam wanita keluar dari febris.
3) Nadi : Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik
pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus
turun ke rata-rata sebelum hamil.
4) Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum
persalinan.
5) Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik
hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau pusingtiba-tiba setelah
terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama (Bahiyatun, 2009).
Tabel 1.1 Perbedaan Gejala Kinis dari Baby Blue Syndrome, Postpartum Deppression dan
Postpartum Psychotic
Baby Blue Syndrome Postpartum Deppression Postpartum Psychotic
Terjadi pada 30-75% ibu Terjadi pada 10-15% ibu Terjadi pada 0,1-0,2%
melahirkan melahirkan ibu melahirkan
Gangguan suasana hati Gangguan suasana hati Depresi dengan
& pikiran (Mood) & pikiran, dengan gangguan mood
Munculnya rasa sedih perasaan tertekan yang Khayalan yang kacau
Murung, gelisah, tidak merata (bayi cacat/ meninggal,
nyaman Mudah/sering menangis mengingkari kelahiran,
Kebingungan yang Hampir selalu sulit tidur menganggap dirinya
subjektif Terjadi antara 3-6 bulan belum menikah,
Menjadi mudah/ sering setelah melahirkan, perawan, terus
menangis biasanya 12 minggu menerus meragukan
Kadang sulit tidur Berlangsung selama keyakinan diri, mudah
(Nirwana, 2011).
Tabel 1.2 Perbedaan antara Baby Blues Syndrome dengan Post Partum Depression
Karakteristik Baby Blues Syndrome Post Patum Depression
Insiden 30-75% pada ibu yang 10-15% pada ibu yang melahirkan
melahirkan
Onset 3-5 hari setelah melahirkan 3-6 bulan setelah melahirkan
Durasi Hari sampai minggu Minggu sampai bulanan jika tidak
mendapat perawatan
Stressor yang Tidak ada hubungan Ada terutama kurang nya dukungan
berhubungan
Pengaruh Sosial dan Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat
Budaya
Riwayat Keluarga Tidak ada hubungan Ada hubungan yang kuat
Mood Disorder
Rasa Sedih ya ya
Mood Lability ya Sering pada awalnya kemudian
depresi secara bertahap
Anhedonia Tidak Sering
Gangguan tidur Kadang-kadang Sering
Keinginan untuk Tidak ada Kadang-kadang
bunuh diri
Keinginan untuk Jarang Sering
menyakiti bayi
Adanya Perasaan Tidak ada dan jika ada Sering dan biasanya berat
bersalah dan biasanya ringan
ketidakmampuan
(Murtiningsih, 2012).
b. Bagi bayi
1) Aspek psikologi
a) Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap
perkembangan pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan
tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan
oleh bayi.
b) Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini
merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak
(Suherni, 2007).
2) Aspek fisik
a) Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat
memberikan kekebalan/antibodi
b) Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya
c) Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil
d) Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang
e) Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi
f) Alergi terhadap susu buatan berkurang (Suherni, 2007).
Sasaran dan syarat
a. Bayi lahir dengan spontan, baik presentasi kepala atau bokong
b. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan
setelah bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi,
dsb.
c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, RG
dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak
ngantuk)misalnya 4-6 jam setelah operasi.
d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7)
e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih
f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih
g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum
h. Bayi dan ibu sehat (Suherni, 2007).
Kontra indikasi
Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan :
a. Ibu
Penyakit jantung derajat III
Pasca eklamsi
Penyakit infeksi akut, TBC
Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek
Karsinoma payudara
b. Bayi
Bayi kejang
Sakit berat pada jantung
Bayi yang memerlukan pengawasan intensif
Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu (Suherni, 2007).
Persyaratan rawat gabung yang ideal
a. Bayi
Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu
Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi
Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm
b. Ibu
Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm
Tinggi 90 cm
c. Ruang
Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m
Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan
perawatan)
d. Sarana
Lemari pakaian
Tempat mandi bayi dan perlengkapannya
Tempat cuci tangan ibu
Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri
Ada sarana penghubung
Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian
makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana
Perlengkapan perawatan bayi
e. Petugas
- Rasio petugas dengan pasien 1 : 6
- Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan RG
(Suherni, 2007).
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a. Fisik: tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri: tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara: puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia: Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia
alba
e. Luka jahitan episiotomi: Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi (Mitayani, 2009).
Dalam sumber lain juga disebutkan beberapa tanda bahaya nifas, diantaranya:
1. Perdarahan Pervagina
a. perdarahan ≥ 500 cc pasca salin dalam 24 jam
b. setelah anak dan plasenta lahir
perkiraan pendarahan kadang bercampur amnion, urine, darah.
akibat kehilangan darah bervariasi anemi
perdarahan dapat terjadi lambat waspada terhadap shock
2. Infeksi Nifas
Semua peradangan yang disebabkan masuknya kuman ke dalam alat–alat genital pada
waktu persalinan dan nifas. Faktor predisposisi infeksi nifas:
partus lama
tindakan operasi persalinan
tertinggalnya plasenta, selaput ketuban, bekuan darah
pendarahan antepartum dan post partum
anemia
ibu hamil dengan infeksi (endogen)
manipulasi penolong (eksogen)
infeksi nosokomial
bakteri colli
3. Demam nifas / febris purpuralis
Kenaikan suhu tubuh ≥ 38 c selama 2 hari dan pada 10 hari pertama pp dengan
mengecualikan hari 1 (pengukuran suhu 4x / 24 jam oral/rektal). Faktor predisposisi: