Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)

DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM


RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID

DIABETES MELITUS (Kode ICD X : E11)


1. Pengertian Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada:
1. Kerja insulin (resistensi insulin) di hati (peningkatan produksi glukosa
hepatik) dan di jaringan perifer (otot dan lemak)
2. Sekresi insulin oleh sel beta pankreas
3. atau keduanya
2. Anamnesis Keluhan khas DM: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. • Keluhan tidak khas DM: lemah,
kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, pruritus vulvae
pada wanita.

Faktor Resiko DM:


1. Usia > 45 tahun
2. Berat badan lebih: >110% berat badan idaman atau indeks massa tubuh
(IMT) > 23 kg/m
3. Hipertensi (TD> 140/90 mmHg)
4. Riwayat DM dalam garis keturunan
5. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat, atau BB lahir bayi >
4.000 gram
6. Riwayat DM gestasional
7. Riwayat toleransi gula terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT)
8. Penderita penyakit jantung koroner, tuberkulosis, hipertiroidisme
9. Kolesterol HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL
3. Pemeriksaan 1. Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar pinggang
Fisik 2. Tanda neuropati
3. Mata (visus, lensa mata dan retina)\
4. Gigi mulut
5. Keadaan kaki(termasuk rabaan nadi kaki), kulit dan kuku
4. Kriteria Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) > 200 mg/dL, atau 2. Kadar
Diagnosis glukosa darah puasa (plasma vena) > 126 mg/dl, atau 3. Kadar glukosa
plasma >200mg/dL pada2jamsesudahbeban glukosa 75 gram pada TTGO
5. Diagnosis 1. DM tipe 1 (destruksi sel P, umumnya diikuti defisiensi insulin absolut):
 Immune-mediated
 Idiopatik
2. DM tipe 2 (bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin dengan
defisiensi insulin relatif sampai predominan defek sekretorik dengan
resistensi insulin)
3. Tipe spesifik lain:
 Defek genetik pada fungsi sel
 Defek genetik pada kerj a insulin
 Penyakit eksokrin pankreas
 Endokrinopati
 Diinduksi obat atau zat kimia
 Infeksi
 Bentuk tidak lazimdari immune mediated DM
 Sindrom genetik lain, yang kadang berkaitan dengan DM
4. DM gestasional
6. Diagnosis Hiperglikemia reaktif, toleransi glukosa terganggu (TGT), glukosa darah
Banding puasa terganggu (GDPT)
7. Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium:
Penunjang  Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah
 Glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah makan
 Urinalisis rutin, proteinuria 24 jam, CCT ukur, kreatinin
 SGPT, Albumin/Globulin
 Kolesterol Total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida
 A,C
 Albuminuri mikro

Pemeriksaan penunjang lain:


EKG, foto toraks, funduskopi
8. Terapi Perencanaan Makan
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi: Karbohidrat
60-70 %, protein 10-15 %, dan lemak 20-25 %. Jumlah kandungan
kolesterol disarankan <300 mg/hari. Diusahakan lemak berasal dari
sumber asam lemak tidak jenuh (MLJFA = Unsaturated Fatty Acid), dan
membatasi PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak jenuh.
Jumlah kandungan serat + 25 g/hr, diutamakan serat larut.

Jumlah kalori basal per hari:


 Laki-laki 30 kal/kgBB idaman
 Wanita 25 kal/kgBB idaman

Penyesuaian (terhadap kalori basal / hari);


 Status gizi:
• BB gemuk: - 20 %
• BB lebih: - 10 %
• BB kurang: + 20 %
 Umur
• 40-49 tahun -5 %
• 60-69 tahun -10 %
• >70tahun -20 %
 Stres metabolik (infeksi,
operasi,dll):
 Aktivitas:
• Istirahat +10 %
• Ringan +20 %
• Sedang + 30 %
• Berat + 50 %
 Hamil
• trimester I, II + 300kal
• trimester III/laktasi +500kal

Rumus Broca:
Berat badan idaman = (tinggi badan-100 ) – 10 % *
Pria < 160 cm dan wanita < 150 cm, tidak dikurangi 10 % lagi.
 BB kurang: < 90 % BB idaman
 BB normal: 90 -110 % BB idaman
 BBlebih: 110-120% BB idaman
 Gemuk: > 120 % BB idaman

Latihan Jasmani Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit). Prinsip: Continuous-Rythmical-
Interval-Progressive-Endurance

Intervensi Farmakologis
Obat Hipoglikemia Oral (OHO):
 Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea, glinid
 Penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
 Penghambat absorpsi glukosa: Penghambat glukosidase alfa

Insulin
Indikasi:
 Penurunan berat badan yang cepat
 Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
 Ketoasidosis diabetik
 Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
 Hiperglikemia dengan asidosis laktat
 Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
 Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
 Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
 Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
 Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Terapi Kombinasi
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah,
untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar
glukosa darah. Kalau dengan OHO tunggal sasaran kadar glukosa darah
belum tercapai, perlu kombinasi dua kelompok obat hipoglikemik oral
yang berbeda mekanisme kerjanya.

Pengelolaan DM tipe 2 Gemuk


Non-farmakologis: evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis):
1. Sasaran tidak tercapai: Penekanan kembali tata laksana non-
farmakologis. kemudian evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis)
2. Sasaran tidak tercapai: +1 macam OHO Biguanid / Penghambat
glukosidase α / Glitazon kemudian evaluasi 2-4 minggu (sesuai
keadaan klinis)
3. Sasaran tidak tercapai: kombinasi 2 macam OHO, antara: Biguanid /
Penghambat glukosidase a / Glitazon —> evaluasi 2-4 minggu (sesuai
keadaan klinis)
4. Sasaran tidak tercapai:kombinasi 3 macam OHO: Biguanid +
Penghambat glukosidase α + Glitazon atau Terapi Kombinasi OHO
siang hari + Insulin malam kemudian evaluasi 2-4 minggu (sesuai
keadaan klinis)
5. Sasaran terapi kombinasi 3 OHO tidak tercapai: kombinasi 4
macam OHO: Biguanid + Penghambat glukosidase α + Glitazon +
Secretagogue atau Terapi Kombinasi OHO siang hari +Insulin malam
evaluasi 2-4 minggu (sesuai keadaan klinis)
6. Sasaran terapi kombinasi 4 OHO tidak tercapai: Insulin atau terapi
kombinasi OHO siang hari + Insulin malam

Penilaian hasil terapi:


1. Pemeriksaan glukosa darah
2. Pemeriksaan AIC
3. Pemeriksaan glukosa darah mandiri
4. Pemeriksaan glukosa urin
5. Penentuan Benda Keton Kriteria Pengendalian DM (lihat tabel)

9. Edukasi Edukasi meliputi pemahaman tentang:


Penyakit DM dan perlunya pengendalian serta pemantauan DM, penyulit
DM, intervensi farmakologis dan non-farmakologis, hipoglikemia,
masalah khusus yang dihadapi, cara mengembangkan sistem pendukung
dan mengajarkan keterampilan, cara mempergunakan fasilitas perawatan
kesehatan
10. Prognosis Dubia ad bonam

11. Tingkat -
Evidens
12. Tingkat -
Rekomendasi
13. Penelaah -
Kritis
14. Indikator -
Medis
15. Kepustakaan Kepustakaan
1. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di
Indonesia 2011
2. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam edisi V bab Diabetes Melitus 2011

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID

DEMAM BERDARAH DENGUE (Kode ICD X :)


1. Pengertian Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus serta memenuhi kriteria WHO untuk demam
berdarah dengue (DBD)
2. Anamnesis 1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Sakit kepala
3. Nyeri retro orbital
4. Mialgia
5. Aartralgia
3. Pemeriksaan 1. Febris
Fisik 2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini :
 Uji torniquet positif (>20 petekie dalam 2,54 cm2)
 Petekie, ekimosis, atau purpura
 Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat lain
 Hematemesis atau melena
4. Kriteria Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi:
Diagnosis 1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini:
 Uji torniquet positif (>20 petekie dalam 2,54cm2)
 Petekie, ekimosis, atau purpura
 Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat lain
 Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (< 100.000/mm3)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage
 Hematokrit meningkat > 20% dibanding hematokrit rata-rata pada
usia, jenis kelamin dan populasi yang sama
 Hematokrit turun hingga > 20% dari hematokrit awal, setelah
pemberian cairan
 Terdapat efusi pleura, efusi perikard, ascites dan hipoproteinemia

Derajat DBD
1. Derajat I : Demam disertai gejala konstitusi yang tidak khas,
manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan atau
mudah memar
2. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan
3. Derajat III : Terdapat kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah
atau hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah
4. Derajat IV : Renjatan :tekanan darah dan nadi tidak teratur. DBD
derajat III dan IV digolongkan dalam sindrom renjatan deng
5. Diagnosis 5. Demam Berdarah Dengue
6. Diagnosis 1. Chikungunya
Banding 2. Leptospirosis
3. Demam typoid
4. Influenza
7. Pemeriksaan 1. Darah rutin
Penunjang 2. IgM dan Ig G Dengue
3. X ray thorak
8. Terapi 1. Non Farmakologis : tirah baring, makanan lunak
2. Farmakologis Simptomatis : antipiretik, parasetamol bila demam
9. Edukasi Kebersihan lingkungan
10. Prognosis Baik
11. Tingkat -
Evidens
12. Tingkat -
Rekomendasi
13. Penelaah -
Kritis
14. Indikator -
Medis
15. Kepustakaan Kepustakaan
1. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Bab Demam Berdarah Dengue
2011
2. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia 2009

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID

HEPATITIS VIRUS AKUT (Kode ICD X :)


1. Pengertian Hepatitis virus akut adalah inflamasi hati akibat infeksi virus hepatitis
yang berlangsung < 6 bulan. Paling sering disebabkan oleh virus
hepatotropic (A,B,C,D)

2. Anamnesis Gejala sistemik:


1. Demam
2. Malaise
3. Fatigue
4. Kuning (icteric)
5. Nyeri otot
6. Urine berwarna gelap

Gejala saluran cerna:


1. Mual
2. Muntah
3. Nyeri perut kuadran kanan atas

3. Pemeriksaan 1. Demam
Fisik 2. Sclera ikterik
3. Kulit berwarna kuning
4. Hepatomegali
4. Kriteria 1. Terdapat tanda dan gejala hepatitis
Diagnosis 2. Terdapat kenaikan titer ALT, AST, bilirubin
3. Sero marker hepatitis virus (+)
4. Rawat inap pada pasien dengan tanda acute liver failure
5. Diagnosis Hepatitis virus
6. Diagnosis 1. Hepatitis karena obat
Banding 2. Hepatitis alkoholik
7. Pemeriksaan Darah rutin
Penunjang Liver Function Test:
1. Bilirubin total
2. Bilirubin direct
3. Bilirubin indirect
4. ALT
5. AST
6. Alkali fosfatase

Seromarker hepatitis:
1. IgM HAV
2. HBsAg
3. Anti HBs
4. Anti HBc
5. HBeAg
6. HBV DNA
7. Anti HCV & HCV R
8. Terapi Terapi suportif:
1. Tirah baring
2. Diet agar hidrasi dan kalori cukup, pembatasan protein hanya pada
pasien ensefalopati hepatik
3. Terapi simtomatis

Terapi farmakologi:
1. Terapi hepatitis A: Terapi suportif
2. Terapi hepatitis B kronik: Lamivudin , Telbivudine
3. Terapi hepatitis C kronik: Interferon, Ribavirin
9. Edukasi 1. Cukup istirahat
2. Hindari faktor risiko penularan
3. Imunisasi hepatitis untuk keluarga
10. Prognosis Hepatitis A baik
Hepatitis B dubia
Hepatitis C dubia
11. Tingkat -
Evidens
12. Tingkat -
Rekomendasi
13. Penelaah -
Kritis
14. Indikator -
Medis
15. Kepustakaan Kepustakaan
1. World Gastroenterology Organisation Practice Guideline: Management
of Acute Viral Hepatitis 2008
2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Bab HepatitisViral Akut. 2011
3. Panduan Standar Pelayananan Medis Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia 2009.

PANDUAN PRAKTEK KLINIK (PPK)


DEPARTEMEN/SMF PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT ISLAM AR RASYID

DEMAM TIFOID (Kode ICD X :)


1. Pengertian Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella typhii atau Salmonella paratyphii
2. Anamnesis 1. Demam naik secara bertahap pada minggu pertama, lalu demam
menetap (kontinyu) atau remitten pada minggu kedua
2. Demam terutama sore/malam hari
3. Sakit kepala
4. Nyeri otot
5. Anoreksia
6. Mual, muntah
7. Konstipasi atau diare
3. Pemeriksaan Febris
Fisik 2.
Kesadaran berkabut/apatis
3.
Bradikardia relatif (peningkatan suhu 1
0
C tidak diikuti peningkatan denyut nadi
8x/menit)
4.
Lidah berselaput(kotor di tengah, tepi dan ujung me
rah, serta tremor)
5.
Hepatomegali
6.
Splenomegali
7.
Nyeri abdomen
8.
Roseola (jarang pada orang Indonesia)

4. Kriteria 1.
Diagnosis Sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
2.
Laboratorium:
a.
Darah rutin : Dapat ditemukan lekopeni, leukositosi
s atau normal, Anesonifilia,
Limfopenia, Peningkatan LED, Anemia ringan, Trombos
itopenia,
b.
Test fungsi liver : dapat muncul Gangguan fungsi ha
ti
c.
Kultur darah (biakan empedu) positif, Kultur darah
negatif tidak menyingkirkan
diagnosis
d.
Widal: Peningkatan titer uji widal >
4kali lipat setelah satu minggu memastikan
diagnose, Uji widal tunggal dengan titer antibodi O
1/320 atau H 1/640 disertai
gambaran klinis khas mnyokong diagnosis
e.
Test Tubex
5.
5. Diagnosis Demam tifoid
6. Diagnosis 1.
Banding Infeksi virus
2.
Leptospirosis
3.
DHF
4.
Malaria
3.
7. Pemeriksaan Darah perifer lengkap
Penunjang 2.
Serologi Widal dan Tubex
3.
Kultur
4.
Tes fungsi hati
8.
8. Terapi 1.
Nonfarmakologis: tirah baring, makanan lunak rendah
serat
2.
Farmakologis
a.
Simptomatis
b.
Antibiotik :

Sefalosporin generasi III : yang terbukti efektif a
dalah seftriakson 3-4 gram
dalam dekstrosa 100cc selama ½ jam per infus sekali
sehari selama 3-5 hari.
Dapat diberikan sefotaksim 2-3x1gram, sefoperazon 2
x1gram

Flourokuinolon
-
Norfloksasin 2x400mg/hari selama 14 hari
-
Siprofloksasin 2x500mg/hari selama 6 hari
-
Ofloksasin 2x400mg/hari selama 7hari
-
Levofloksasin 1x 500/hari selama 7 hari
4.
9. Edukasi 1.
Higienitas makanan
2.
Cukup istirahat
4.
10. Prognosis Baik
11. Tingkat -
Evidens
12. Tingkat -
Rekomendasi
13. Penelaah -
Kritis
14. Indikator -
Medis
15. Kepustakaan Kepustakaan
1.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V bab Demam Typ
hoid 2011
2.
Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesiali
s Penyakit Dalam Indonesia
2009
1.

Anda mungkin juga menyukai