Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TETANUS

NAMA KELOMPOK:

1. DANI KURNIAWAN
2. HEPY YULIANTARI
3. IDA UMAYA
4. MUHAMMAD LUTFI AZIZ
5. RION SYAIGARA
6. SITI AISYAH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


LANPUNG
TA.2010/2011

1
2

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TETANUS

I. Pendahuluan
Tetanus merupakan penyakit yang sering ditemukan , dimana masih terjadi di
masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah.
Sebagian besar pasien tetanus berusia > 3 tahun dan < 1 minggu.Dari seringnya
kasus tetanus serta kegawatan yang ditimbulkan,maka sebagai seorang perawat
dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan
asuhan keperawatan yang tepat.

II. Pengertian
. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang
berarti menegang.Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot
(spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.
Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat
toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.

Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena


mempengaruhi sistem urat saraf dan otot.Penyakit ini adalah penyakit infeksi di
mana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw),
spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), kejang dan paralisis
pernapasan.

III. Etiologi
Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak
sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi.Spora kuman
Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana.
Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga
melalui :
1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik
3. OMP, caries gigi
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
5. Penjahitan luka robek yang tidak steril.
Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
3
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang
berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin
yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan
kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh
clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan
yang salah.

Faktor predisposisi

1. Umur tua atau anak-anak


2. Luka yang dalam dan kotor
3. Belum terimunisasi

Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4-0,5
milimikro yang berbentuk spora selama diluar tubuh manusia, tersebar luas di
tanah dan mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik.Termasuk golongan gram
positif dan hidupnya anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat
neurotoksik. Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot
dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 65 C akan
hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang hemolisis,
yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.

IV. Patofisiologi Tetanus

Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat disebabkan


berbagai keadaan antara lain :

1). Luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng,
pisau, cangkul dan lain-lain.

2). Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.

3). Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.

Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku,
pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka baker, luka yang kotor dan pada bayi
dapat melalui tali pusat. Organisme multiple membentuk dua toksin yaitu
tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi sistem saraf pusat.
Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan
Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
4
melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu
saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik.
Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh
aritititoksin.
Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin diabsorbsi
pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke korno anterior
susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk
kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk kedalam susunan saraf pusat.
Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot manjadi
kejang mudah sekali terangsang.

V. Tanda dan Gejala pada Tetanus

1). Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari

2). Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)

3). Kesukaran membuka mulut (trismus)

4). Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang

5). Saat kejang tonik tampak risus sardonikus

Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak, didahului dengan ketgangan otot


terutama pada rahang dan leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut
(trismus) karena spsme otot massater. Kejang otot ini akan berlanjut ke kuduk
(opistotonus) dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan kejang
tonik sedang berlangsung serimng tampak risus sardonukus karena spsme otot muka
dengan gambaran alsi tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah,
bibir tertekan kuat pada gigi. Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa
badan kaku dengan epistotonus, tungkai dalam ekstrensi lengan kaku dan tangan
mengapal biasanya kesadaran tetap baik. Serangan timbul proksimal, dapat dicetus
oleh rangsangan suara, cahaya maupun sentuhan, akan tetapi dapat pula timbul
spontan. Karena kontraksi otot sangat kuat dapat terjadi asfiksia dan sianosis, retensi
urin bahkan dapat terjadi fraktur collumna vertebralis (pada anak). Kadang dijumpai
demam yang ringan dan biasanya pada stadium akhir

Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus


5
VI. Gambaran Umum yang Khas pada Tetanus

1). Badan kaku dengan epistotonus

2). Tungkai dalam ekstensi

3). Lengan kaku dan tangan mengepal

4). Biasanya keasadaran tetap baik

5). Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :

a Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan.

b Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur
vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat
kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia dan
sulit menelan.

VII. Komplikasi
1. Spame otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saripa) di dalam
rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi
pneumonia aspirasi.
2. Asfiksia
3. Atelektaksis karena obstruksi secret
4. Fraktura kompresi.

VIII.Pemeriksaan diagnostik pada Tetanus

1). Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada
rahang

2). Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L, peninggian tekanan otak, deteksi
kuman sulit

3). Pemeriksaan ECG dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler

IX.Tata laksana pasien tetanus


Umum
1. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi. Pemberian cairan secara i.v., sekalian
untuk memberikan obat-obatan secara syringe pump (valium pump).
2. Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu tracheostomy.
3. Memeriksa tambahan oksigen secara nasal atau sungkup.

Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus


6
4. Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian valium/diazepam bolus i.v. 5
mg untuk neonatus, bolus i.v. atau perectal 10 mg untuk anak-anak (maksimum
0.7 mg/kg BB).
Khusus
1. Antibiotika PP 50.000-100.000 IU/kg BB.
2. Sera anti. Dapat diberikan ATS 5000 IU i.m. atau TIGH (Tetanus Immune
Globulin Human) 500-3.000 IU. Pemberian sera anti harus disertai dengan
imunisasi aktif dengan toksoid (DPT/DT/TT)
3. Perawatan luka sangat penting dan harus secara steril dan perawatan terbuka
(debridement).
4. Konsultasi dengan dokter gigi atau dokter bedah atau dokter THT
Pencegahan
1. Perawatan luka harus dicegah timbulnya jaringan anaerob pada pasien termasuk
adanya jaringan mati dan nanah.
2. Pemberian ATS profilaksis.
3. Imunisasi aktif.
4. Khusus untuk mencegah tetanus neonatorum perlu diperhatikan kebersihan pada
waktu persalinan terutama alas tempat tidur, alat pemotong tali pusat, dan cara
perawatan tali pusat.
5. Pendidikan atau penjelasan kepada orang tua mengenai kebersihan individu dan
lingkungan serta cara pemeriksaan dan perawatan di RS dan perlunya
pemeriksaan lanjutan.

X. Diagnosa Keperawatan

1). Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
pada trakea dan spame otot pernafasan.

2). Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan.

3). Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin


(bakterimia)

4). Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot
pengunyah

5). Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang


Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
7
6). Risiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
intake yang kurang dan oliguria

7). Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara

8). Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah


dan sering kejang

9). Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan
penanggulangannya berhbungan dengan kurangnya informasi.

10). Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan seringnya kejang

XI.Intervensi Keperawatan

Dx.1.Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum


pada trakea dan spame otot pernafasan, ditandai dengan ronchi, sianosis, dyspneu,
batuk tidak efektif disertai dengan sputum dan atau lendir, hasil pemeriksaan lab,
Analisa Gasa Darah abnormal (Asidosis Respiratorik)

Tujuan : Jalan nafas efektif

Kriteria :

- Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada

- Pernafasan 16-18 kali/menit

- Tidak ada pernafasan cuping hidung

- Tidak ada tambahan otot pernafasan

- Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal (pH=
7,35-7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)

No Intervensi Rasional
1 Bebaskan jalan nafas dengan Secara anatomi posisi kepala ekstensi
mengatur posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga
pernafasan sehingga proses respiransi
tetap berjalan lancar dengan
menyingkirkan pembuntuan jalan nafas.
2 Pemeriksaan fisik dengan cara Ronchi menunjukkan adanya gangguan
auskultasi mendengarkan suara pernafasan akibat atas cairan atau sekret
nafas (adakah ronchi) tiap 2-4 jam yang menutupi sebagian dari saluran
sekali pernafasan sehingga perlu dikeluarkan
untuk mengoptimalkan jalan nafas.
Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
8
3 Bersihkan mulut dan saluran nafas Suction merupakan tindakan bantuan
dari sekret dan lendir dengan untuk mengeluarkan sekret, sehingga
melakukan suction mempermudah proses respirasi
4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat
mensuplai dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah terjadinya
hipoksia.
5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 Dyspneu, sianosis merupakan tanda
jam terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
6 Observasi timbulnya gagal nafas. Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi diperlukan intervensi yang kritis
dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical ventilation)
7 Kolaborasi dalam pemberian obat Obat mukolitik dapat mengencerkan
pengencer sekresi(mukolitik) sekret yang kental sehingga
mempermudah pengeluaran dan
memcegah kekentalan

Dx.2.Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat


spasme otot-otot pernafasan, yang ditandai dengan kejang rangsanng, kontraksi
otot-otot pernafasan, adanya lendir dan sekret yang menumpuk.

Tujuan : Pola nafas teratur dan normal

Kriteria :

- Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuahn oksigen

- Tidak sesak, pernafasan normal 16-18 kali/menit

- Tidak sianosis.

No Intervensi Rasional
1 Monitor irama pernafasan dan Indikasi adanya penyimpangan atau
respirati rate kelaianan dari pernafasan dapat dilihat dari
frekuensi, jenis pernafasan,kemampuan
dan irama nafas.
2 . Atur posisi luruskan jalan nafas. Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
3 Observasi tanda dan gejala sianosis Sianosis merupakan salah satu tanda
manifestasi ketidakadekuatan suply O2
pada jaringan tubuh perifer
4 . Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat
mensuplai dan memberikan cadangan
Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
9
oksigen, sehingga mencegah terjadinya
hipoksia
5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 Dyspneu, sianosis merupakan tanda
jam terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
6 Observasi timbulnya gagal nafas. Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi diperlukan intervensi yang kritis
dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical ventilation).
7 Kolaborasi dalam pemeriksaan Kompensasi tubuh terhadap gangguan
analisa gas darah. proses difusi dan perfusi jaringan dapat

Dx.3.Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin


(bakterimia) yang dditandai dengan suhu tubuh 38-40 oC, hiperhidrasi, sel
darah putih lebih dari 10.000 /mm3

Tujuan Suhu tubuh normal

Kriteria : 36-37oC, hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3

NO Intervensi Rasional
1 . Atur suhu lingkungan yang Iklim lingkungan dapat mempengaruhi
nyaman. kondisi dan suhu tubuh individu sebagai
suatu proses adaptasi melalui proses
evaporasi dan konveksi.
2 Pantau suhu tubuh tiap 2 jam Identifikasi perkembangan gejala-gajala
ke arah syok exhaution
3 Berikan hidrasi atau minum ysng Cairan-cairan membantu menyegarkan
cukup adequat badan dan merupakan kompresi badan
dari dalam
4 Lakukan tindakan teknik aseptik dan Perawatan lukan mengeleminasi
antiseptik pada perawatan luka. kemungkinan toksin yang masih berada
disekitar luka.
.
5 Berikan kompres dingin bila tidak Kompres dingin merupakan salah satu
terjadi ekternal rangsangan kejang. cara untuk menurunkan suhu tubuh
dengan cara proses konduksi.
6 Laksanakan program pengobatan Obat-obat antibakterial dapat mempunyai
antibiotik dan antipieretik spektrum lluas untuk mengobati
bakteeerria gram positif atau bakteria
gram negatif. Antipieretik bekerja sebagai
proses termoregulasi untuk
mengantisipasi panas.
7 Kolaboratif dalam pemeriksaan lab Hasil pemeriksaan leukosit yang
leukosit. meningkat lebih dari 10.000 /mm3
mengindikasikan adanya infeksi dan atau
Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
10
untuk mengikuti perkembangan
pengobatan yang diprogramkan

Dx.4.Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot


pengunyah yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman yang masuk
lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat badan menurun ddiserta
hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5 mg%.

Tujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria :

- BB optimal

- Intake adekuat

- Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg %

No. Intervensi Rasional


1 Jelaskan faktor yang mempengaruhi Dampak dari tetanus adalah adanya
kesulitan dalam makan dan kekakuan dari otot pengunyah sehingga
pentingnya makanabagi tubuh klien mengalami kesulitan menelan dan
kadang timbul refflek balik atau kesedak.
Dengan tingkat pengetahuan yang adequat
diharapkan klien dapat berpartsipatif dan
kooperatif dalam program diit.
2 Kolaboratif : Diit yang diberikan sesuai dengan
keadaan klien dari tingkat membuka
Pemberian diit TKTP cair, lunak mulut dan proses mengunyah.
atau bubur kasar.
Pemberian cairan perinfus diberikan pada
Pemberian carian per IV line klien dengan ketidakmampuan
mengunyak atau tidak bisa makan lewat
Pemasangan NGT bila perlu mulut sehingga kebutuhan nutrisi
terpenuhi.

NGT dapat berfungsi sebagai masuknya


makanan juga untuk memberikan obat

Dx.5.Resiko injuri berhubungan dengan aktifitas kejang

Tujuan : Cedera tidak terjadi

kriteria

- Klien tidak ada cedera

- Tidur dengan tempat tidur yang terpasang pengaman


Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
11
Intervensi Rasional
1 Identifikasi dan hindari faktor Menghindari kemungkinan terjadinya
pencetus cedera akibat dari stimulus kejang
2 Tempatkan pasien pada tempat tidur Menurunkan kemungkinan adanya trauma
pada pasien yang memakai jika terjadi kejang
pengaman
3 Sediakan disamping tempat tidur Antisipasi dini pertolongan kejang akan
tongue spatel mengurangi resiko yang dapat
memperberat kondisi klien
4 Lindungi pasien pada saat kejang Mencegah terjadinya benturan/trauma
yang memungkinkan terjadinya cedera
fisik
5 Catat penyebab mulai terjadinya Pendokumentasian yang akurat,
kejang memudah-kan pengontrolan dan
identifikasi kejang

Dx.6.Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat


Tujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan velume cairan yang dengan

kriteria:

- Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik

No. Intervensi Rasional


1 Kaji intake dan out put setiap 24 jam Memberikan informasi tentang status
cairan /volume sirkulasi dan kebutuhan
penggantian
2 Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran Indikator keadekuatan sirkulasi perifer
mukosa, dan turgor kulit setiap 24 dan hidrasi seluler
jam
3 Berikan dan pertahankan intake oral Mempertahankan kebutuhan cairan tubuh
dan parenteral sesuai indikasi ( infus
12 tts/m, NGT 40 cc/4 jam) dan
disesuaikan dengan perkembangan
kondisi pasien
4 Monitor berat jenis urine dan Mempertahankan intake nutrisi untuk
pengeluarannya kebutuhan tubuh
5 Pertahankan kepatenan NGT Penurunan keluaran urine pekat dan
peningkatan berat jenis urine diduga
dehidrasi/ peningkatan kebutuhan cairan

Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus


12
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, ME. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi.3.Jakarta: EGC

2. http:// likalikuluke.multiply.com/journal/item/9+pengertian+Tetanus

3. http://keperawatan-agung.blogspot.com/2009/05/askep
tetanus.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tetanus

4. http://7hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-tetanus/+askep+tetanus

5. http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/asuhan-keperawatan-dengan-
tetanus.html

Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus

Anda mungkin juga menyukai