NAMA KELOMPOK:
1. DANI KURNIAWAN
2. HEPY YULIANTARI
3. IDA UMAYA
4. MUHAMMAD LUTFI AZIZ
5. RION SYAIGARA
6. SITI AISYAH
1
2
I. Pendahuluan
Tetanus merupakan penyakit yang sering ditemukan , dimana masih terjadi di
masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah.
Sebagian besar pasien tetanus berusia > 3 tahun dan < 1 minggu.Dari seringnya
kasus tetanus serta kegawatan yang ditimbulkan,maka sebagai seorang perawat
dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan
asuhan keperawatan yang tepat.
II. Pengertian
. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang
berarti menegang.Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot
(spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.
Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi akibat
toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.
III. Etiologi
Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak
sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi.Spora kuman
Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana.
Port of entry tak selalu dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga
melalui :
1. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
2. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik
3. OMP, caries gigi
4. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.
5. Penjahitan luka robek yang tidak steril.
Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
3
Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang
berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin
yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan
kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya tetanus ini terutama oleh
clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan
yang salah.
Faktor predisposisi
Clostridium tetani adalah kuman berbentuk batang, ramping, berukuran 2-5 x 0,4-0,5
milimikro yang berbentuk spora selama diluar tubuh manusia, tersebar luas di
tanah dan mengeluarkan toksin bila dalam kondisi baik.Termasuk golongan gram
positif dan hidupnya anaerob. Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat
neurotoksik. Toksin ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot
dan saraf perifer setempat. Toksin ini labil pada pemanasan, pada suhu 65 C akan
hancur dalam lima menit. Disamping itu dikenal pula tetanolysin yang hemolisis,
yang peranannya kurang berarti dalam proses penyakit.
1). Luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng,
pisau, cangkul dan lain-lain.
2). Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.
3). Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
Penyakit tetanus terjadi karena adanya luka pada tubuh seperti luka tertusuk paku,
pecahan kaca, atau kaleng, luka tembak, luka baker, luka yang kotor dan pada bayi
dapat melalui tali pusat. Organisme multiple membentuk dua toksin yaitu
tetanuspasmin yang merupakan toksin kuat dan atau neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot, dan mempengaruhi sistem saraf pusat.
Eksotoksin yang dihasilkan akan mencapai pada sistem saraf pusat dengan
Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
4
melewati akson neuron atau sistem vaskuler. Kuman ini menjadi terikat pada satu
saraf atau jaringan saraf dan tidak dapat lagi dinetralkan oleh antitoksin spesifik.
Namun toksin yang bebas dalam peredaran darah sangat mudah dinetralkan oleh
aritititoksin.
Hipotesa cara absorbsi dan bekerjanya toksin adalah pertama toksin diabsorbsi
pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silindrik dibawah ke korno anterior
susunan saraf pusat. Kedua, toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk
kedalam sirkulasi darah arteri kemudian masuk kedalam susunan saraf pusat.
Toksin bereaksi pada myoneural junction yang menghasilkan otot-otot manjadi
kejang mudah sekali terangsang.
4). Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang
b Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur
vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat
kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia dan
sulit menelan.
VII. Komplikasi
1. Spame otot faring yang menyebabkan terkumpulnya air liur (saripa) di dalam
rongga mulut dan hal ini memungkinkan terjadinya aspirasi sehingga dapat terjadi
pneumonia aspirasi.
2. Asfiksia
3. Atelektaksis karena obstruksi secret
4. Fraktura kompresi.
1). Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada
rahang
2). Pemeriksaan darah leukosit 8.000-12.000 m/L, peninggian tekanan otak, deteksi
kuman sulit
X. Diagnosa Keperawatan
1). Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
pada trakea dan spame otot pernafasan.
2). Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan.
4). Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot
pengunyah
9). Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan
penanggulangannya berhbungan dengan kurangnya informasi.
XI.Intervensi Keperawatan
Kriteria :
- Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal (pH=
7,35-7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)
No Intervensi Rasional
1 Bebaskan jalan nafas dengan Secara anatomi posisi kepala ekstensi
mengatur posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga
pernafasan sehingga proses respiransi
tetap berjalan lancar dengan
menyingkirkan pembuntuan jalan nafas.
2 Pemeriksaan fisik dengan cara Ronchi menunjukkan adanya gangguan
auskultasi mendengarkan suara pernafasan akibat atas cairan atau sekret
nafas (adakah ronchi) tiap 2-4 jam yang menutupi sebagian dari saluran
sekali pernafasan sehingga perlu dikeluarkan
untuk mengoptimalkan jalan nafas.
Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
8
3 Bersihkan mulut dan saluran nafas Suction merupakan tindakan bantuan
dari sekret dan lendir dengan untuk mengeluarkan sekret, sehingga
melakukan suction mempermudah proses respirasi
4 Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat
mensuplai dan memberikan cadangan
oksigen, sehingga mencegah terjadinya
hipoksia.
5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 Dyspneu, sianosis merupakan tanda
jam terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
6 Observasi timbulnya gagal nafas. Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi diperlukan intervensi yang kritis
dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical ventilation)
7 Kolaborasi dalam pemberian obat Obat mukolitik dapat mengencerkan
pengencer sekresi(mukolitik) sekret yang kental sehingga
mempermudah pengeluaran dan
memcegah kekentalan
Kriteria :
- Tidak sianosis.
No Intervensi Rasional
1 Monitor irama pernafasan dan Indikasi adanya penyimpangan atau
respirati rate kelaianan dari pernafasan dapat dilihat dari
frekuensi, jenis pernafasan,kemampuan
dan irama nafas.
2 . Atur posisi luruskan jalan nafas. Jalan nafas yang longgar dan tidak ada
sumbatan proses respirasi dapat berjalan
dengan lancar.
3 Observasi tanda dan gejala sianosis Sianosis merupakan salah satu tanda
manifestasi ketidakadekuatan suply O2
pada jaringan tubuh perifer
4 . Oksigenasi Pemberian oksigen secara adequat dapat
mensuplai dan memberikan cadangan
Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
9
oksigen, sehingga mencegah terjadinya
hipoksia
5 Observasi tanda-tanda vital tiap 2 Dyspneu, sianosis merupakan tanda
jam terjadinya gangguan nafas disertai dengan
kerja jantung yang menurun timbul
takikardia dan capilary refill time yang
memanjang/lama.
6 Observasi timbulnya gagal nafas. Ketidakmampuan tubuh dalam proses
respirasi diperlukan intervensi yang kritis
dengan menggunakan alat bantu
pernafasan (mekanical ventilation).
7 Kolaborasi dalam pemeriksaan Kompensasi tubuh terhadap gangguan
analisa gas darah. proses difusi dan perfusi jaringan dapat
Kriteria : 36-37oC, hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3
NO Intervensi Rasional
1 . Atur suhu lingkungan yang Iklim lingkungan dapat mempengaruhi
nyaman. kondisi dan suhu tubuh individu sebagai
suatu proses adaptasi melalui proses
evaporasi dan konveksi.
2 Pantau suhu tubuh tiap 2 jam Identifikasi perkembangan gejala-gajala
ke arah syok exhaution
3 Berikan hidrasi atau minum ysng Cairan-cairan membantu menyegarkan
cukup adequat badan dan merupakan kompresi badan
dari dalam
4 Lakukan tindakan teknik aseptik dan Perawatan lukan mengeleminasi
antiseptik pada perawatan luka. kemungkinan toksin yang masih berada
disekitar luka.
.
5 Berikan kompres dingin bila tidak Kompres dingin merupakan salah satu
terjadi ekternal rangsangan kejang. cara untuk menurunkan suhu tubuh
dengan cara proses konduksi.
6 Laksanakan program pengobatan Obat-obat antibakterial dapat mempunyai
antibiotik dan antipieretik spektrum lluas untuk mengobati
bakteeerria gram positif atau bakteria
gram negatif. Antipieretik bekerja sebagai
proses termoregulasi untuk
mengantisipasi panas.
7 Kolaboratif dalam pemeriksaan lab Hasil pemeriksaan leukosit yang
leukosit. meningkat lebih dari 10.000 /mm3
mengindikasikan adanya infeksi dan atau
Asuhan Keperawatan Dengan Tetanus
10
untuk mengikuti perkembangan
pengobatan yang diprogramkan
Kriteria :
- BB optimal
- Intake adekuat
kriteria
kriteria:
2. http:// likalikuluke.multiply.com/journal/item/9+pengertian+Tetanus
3. http://keperawatan-agung.blogspot.com/2009/05/askep
tetanus.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Tetanus
4. http://7hidayat2.wordpress.com/2009/04/23/askep-tetanus/+askep+tetanus
5. http://keperawatan-gun.blogspot.com/2008/05/asuhan-keperawatan-dengan-
tetanus.html