TINJAUAN PUSTAKA
2.1.4.
Sendi
Pang
gul
2.2.1. Definisi
Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan
penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada
jari, lutut, pinggul dan tulang punggung (Purwoastuti, 2009). Penyakit ini
menyebabkan inflamasi, kekakuan, pembengkakan, dan rasa sakit pada sendi,
otot, tendon, ligamen, dan tulang (Misnadiarly, 2007). Istilah penyakit rematik
tidak memiliki batas yang jelas. Istilah ini mencakup lebih dari 100 kondisi-
kondisi berbeda yang dilabelkan ke dalam penyakit rematik termasuk osteoartritis,
arthritis reumatoid, gout, sistemik lupus eritematosus, skleroderma, dan lain-lain
(Sangha, 2000).
2.2.3. Klasifikasi
c) Artritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah
(hiperurisemia). Artritis gout merupakan jenis penyakit yang
pengobatannya mudah dan efektif. Namun bila diabaikan, gout juga
dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini timbul akibat kristal
monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya rematik
gout akut. Pada penyakit gout primer, 99% penyebabnya belum
diketahui (idiopatik). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor
genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam
urat atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam
urat dari tubuh (Roddy, E., Zhang, W., Doherty, M., 2007).
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya
produksi asam urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan
dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa
organik yang menyusun asam nukleat (asam inti dari sel) dan termasuk
dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein. Produksi
asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit
sumsum tulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat kanker,
vitamin B12). Penyebab lain adalah obesitas (kegemukan), penyakit
kulit (psoriasis), kadar trigliserida yang tinggi. Pada penderita diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-benda
keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-
benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut
meninggi (Roddy, E., Zhang, W., Doherty, M., 2007).
g) Skleroderma
Gejala utama dari rematik adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena,
terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula
terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi
dan perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan
krepitasi (Soeroso, J., Isbagyo, H., Kalim, H., Broto, R., Pramudiyo, R., 2010).
1. Nyeri Sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan
yang lain.
2.2.5. Patofisiologi
1) Terapi Obat
Pengobatan yang dilakukan terhadap penyakit rematik adalah untuk
mengatasi gejala nyeri dan peradangannya. Pada beberapa kasus,
pengobatan bertujuan untuk memperlambat proses atau mengubah
perjalanan penyakit. Beberapa obat atau golongan obat yang dapat
digunakan pada rematik (Saryono, 2011) :
2) Terapi Non-Obat
Tersedia bahan alami atau herbal dan beberapa suplemen yang dapat
digunakan untuk melawan penyakit rematik. Beberapa terapi non-obat
yang digunakan adalah sebagai berikut (Putra, 2009) :
2. Ikan dan minyak ikan: menurut Dr. Robert C. Atkins, penulis New Diet
Revolution prinsip dasar terapi dari artritis harus diberikan suplemen
kapsul minyak ikan yang mengandung asam lemak omega-3 yang dapat
menghilangkan nyeri dan pembengkakan pada semua jenis artritis. Selain
d) Terapi rehabilitasi
Ada beberapa terapi rehabilitasi yang dibutuhkan oleh penderita
rematik adalah sebagai berikut (Purwoastuti, 2009):
2.3. Nyeri
a. Nyeri nosiseptif
Nyeri yang timbul sebagai akibat perangsangan pada nosiseptor
(serabut a-delta dan serabut-c) oleh rangsang mekanik, termal atau
kemikal.
b. Nyeri somatik
Nyeri yang timbul pada organ non viseral, misal nyeri pasca bedah,
nyeri metastatic, nyeri tulang, nyeri artritik.
c. Nyeri viseral
Nyeri yang berasal dari organ viseral, biasanya akibat distensi organ
yang berongga, misalnya usus, kandung empedu, pankreas, jantung.
Nyeri viseral seringkali diikuti referred pain dan sensasi otonom,
seperti mual dan muntah.
d. Nyeri neuropatik
Nyeri yang timbul akibat iritasi atau trauma pada saraf. Nyeri
seringkali persisten, walaupun penyebabnya sudah tidak ada. Biasanya
pasien merasakan rasa seperti terbakar, seperti tersengat listrik atau
alodinia dan disestesia.
a. Transduksi
Mekanisme nyeri dimulai dari stimulasi nociceptor oleh stimulus
noxiuos pada jaringan, yang kemudian akan mengakibatkan stimulasi
nosiseptor dimana disini stimulus noxiuos tersebut akan dirubah
menjadi potensial aksi. Proses ini disebut transduksi atau aktivasi
reseptor.
b. Transmisi
Tahap pertama transmisi adalah konduksi impuls dari neuron aferen
primer ke kornu dorsalis medulla spinalis, pada kornu dorsalis ini
neuron aferen primer bersinap dengan neuron susunan saraf pusat. Dari
sini jaringan neuron tersebut akan naik keatas di medulla spinalis
menuju batang otak dan thalamus.
c. Modulasi
Terdapat proses modulasi sinyal yang mampu mempengaruhi proses
nyeri tersebut, tempat modulasi sinyal yang paling diketahui adalah
pada kornu dorsalis medula spinalis.
Terdapat beberapa hal penting yang menjadi dasar kajian awal terhadap
rasa nyeri yang dikeluhkan seorang pasien (Setiyohadi, B., Sumariyono,
Kasjmir, Y.I., Isbagio, H. dan Kalim, H., 2010) yaitu:
a. Lokasi Nyeri
Mintalah pada pasien untuk menjelaskan daerah mana yang merupakan
bagian paling nyeri atau sumber nyeri. Walaupun demikian perlu
diperhatikan bahwa lokasi anatomik ini belum tentu sebagai sumber
rasa nyeri yang dikeluhkan pasien.
b. Intensitas Nyeri
Pada umumnya dipakai rating scale dengan analogi visual atau dikenal
sebagai Visual Analogue Scale (VAS). Mintalah pasien membuat
rating terhadap rasa nyerinya (0-10) baik yang dirasakan saat ini,
kapannyeri yang paling buruk dirasakan atau yang paling ringan dan
pada tingkatan mana rasa nyeri masih dapat diterima. Pengukuran
dengan VAS pada nilai di bawah $ dikatakan sebagai nyeri ringan;
nilai antara 4-7 dinyatakan sebagai nyeri sedang dan di atas 7 dianggap
sebagai nyeri hebat.