Anda di halaman 1dari 2

Turbidimetri merupakan analisis kuantitatif yang berdasarkan pada pengukuran kekeruhan atau

turbidan dari suatu larutan akibat adanya partikel padat dalam larutan setelah sinar dilewatkan pada
suatu larutan akibat adanya partikel yang terdapat dalam larutan yang akan menghambrkan cahaya ke
segala arah. Dalam turbidimetri digunakan larutan yang berupa koloid atau larutan yang terdapat
tersuspensi. Larutan jernih juga dapat diukur dengan metode ini dengan jalan memberikan emulgator
untuk mengemulsi larutan. Larutan tersuspensi atau koloid mengandung partikel yang ukurannya dapat
dilihat dengan mata. Hamburan yang terukur pada alat turbidimetri adalah hamburan yang diteruskan
atau yang membentuk sudut 1800 . Sedangkan yang terdeteksi oleh alat nefelometer adalah yang
membentuk sudut 900 (Widjajanti 2004).

Proses hamburan cahaya mengenai partikel dalam larutan dipengerui oleh berbagai faktor diantaranya
konsentrasi cuplikan. Jika konsentrasi terlalu kecil maka partikel yag akan terbentuk juga akan kecil.
Partikel yang kecil akan sedikit menghamburkan sinar sehingga akan sulit terbaca oleh alat turbidieter.
Kemudian konsentrasi emulgstor. Konsentrasi emulgator adalah perbandingan antara konsentrasi
larutan dengan emulgator. Jika perbandingannya terlalu kecil, koloid yang terbentuk terlalu kecil
sehingga sulit terbaca oleh alat. Namun jika perbandingan ini terlalu besar, emulgator sisa akan
terbuang sehingga tidak efisien. Kemudain lamanya pendiaman. Pengaruh ini bergantung pada
kecepatan reaksiya. Bila reaksi berjalan selama waktu optimumnya akan memberikan hasil yang terbaik.
Kecepatan dan urutan pencampuran reagen serta suhu juga dapat mempengaruhi proses hamburan
cahaya. Suhu bergantung pada kondisi optimum reaksi. Derajat keasaman pH akan berhubungan dengna
emulgator. Hal lain yang juga dapat mempengaruhi adalah kekutan ion dan intensitas sinar (Ansori
2008).

Percobaan ini menetukan kadar ion sulfat pada larutan sampel secara turbidimetri dengan pemantulan
BaSO4 sebagai fase dispersi. Sebelum digunakan alat turbidimetri dikalibrasi dulu dengan larutan
standar yang diakui dan memiliki turbiditas yang telah diketahui nilainya, misalnya formazin. Formazin
dengan tiga tingkat kekeruhan yang berbeda uji turbiditasnya. Satuan kekeruhan darinefelometer
terkalibrasi disebut Nephelometric Turbidity Unit (NTU). Natrium klorida-asam ditambahkan sebelum
pengendapan agar pertumbuhan kristal barium sulfat terhambat sehingga tidak mengganggu
pembacaan turbiditas. Larutan gliserol-etanol juga ditambahkan agar partikel koloid stabil sehingga
turbiditasnya terbaca dengan akurat. Wadah tempat larutan sampel dan standar harus dikocok dengan
baik dan konstan untuk mendapatkan ukuran partikel yang semuanya homogen. Agar diperoleh hasil
yang representatif, waktu antara pengendapan dan pengukuran pada setiap tabung harus dijaga
konsatan (Ansori 2008). Tabel 1 menunjukkan hubungan antara turbiditas terkoreksi (NTU) dengan
konsetrasi (ppm). Hasil pengukuran turbiditas standar melalui grafik menjelaskan bahwa semakin tinggi
konsetrasi yang diberikan turbiditas terkoreksi makin tinggi. Mengukur konsetrasi sulfat dalam sampel
terlebih dulu dibuat deret standar turbiditas K2SO4 0.01 M dan dipipet sesuai konsetrasi yang diinginkan
yaitu 0.125 ml, 0,25 ml, 0.375 ml, 0.50 ml, 0.625 ml, dan 0.75 ml dan diperoleh persamaa regersinya
yaitu y = 2.5742x + 8.999 dengan R2 = 95.96 %. Hasil yang diperoleh pada perhitungan menunjukkan
bahwa ketelitian pengukuran sulfat dalam sampel menggunakan turbiditas lumayan tinggi, yaitu sebesar
75.22 %. Hasil pengukuran ini dapat dilihat pada Tabel 2 dan contoh perhitungan yang terlampir.
Percobaan yang dilakukan tidak terlepas dari bWidjajanti. 2004. Penentuan konsentrasi misel kritis
lesitin secara turbidimetri. Jurnal Kimia. 2(3) : 105-115

Anda mungkin juga menyukai