PENDAHULUAN
Dunia usaha pada sekarang ini semakin berkembang dengan sangat cepat. Pasar
dipenuhi oleh berbagai jenis produk barang dan jasa yang memberikan banyak pilihan
kepada konsumen. Hal ini menimbulkan persaingan yang ketat kepada perusahaan yang
sejenis dan para konsumen pun makin kritis. Dengan makin banyaknya kebutuhan,
konsumen mendapat keuntungan melalui berbagai macam pilihan produk yang ada sehingga
mereka dapat memilih produk yang terbaik dengan harga yang murah. Setiap perusahaan
dituntut untuk menyadari dan menemukan cara-cara yang tepat untuk mengantisipasi dan
meminimalkan tingkat resiko yang semakin meningkat dan berusah mengalokasikan sumber
daya yang semakin langka dengan sebaik-baiknya. Dalam situasi yang demikian,
manajemen perusahaan harus mampu untuk melaksanakan kegiatan operasionalnya secara
kreatif dan sungguh-sungguh dalam menghadapi kemungkinan berbagai masalah yang akan
timbul baik dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan. Sehingga diperlukan
adanya suatu alat atau bagian yang berfungsi dalam mendeteksi kelemahan-kelemahan yang
bersifat menghambat maupun yang dapat digunakan untuk mencari peluang-peluang bagi
pengembangan kegiatan operasional perusahaan.
Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu pemeriksaan operasional yang dapat membantu
manajemen dalam mendeteksi ketidakefisienan dan efektivitas serta menilai apakah fungsi
pemasaran tersebut telah berjalan dengan baik sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan
yang tepat pada waktu terjadinya penyimpangan menyangkut penjualan produk perusahaan
maupun hal-hal yang berkaitan dengan sistem pemasaran. Pemeriksaan operasional yang
dimaksud adalah audit fungsi pemasaran.Audit pemasaran (marketing audit) merupakan
bagian dari pengendalian internal yang mengaudit operasional perusahaan. Hal yang penting
dalam pelaksanaan audit adalah menemukan masalah dan meyakinkan ketaatan
(compliance) terhadap peraturan atau standar-standar yang berlaku di perusahaan sehingga
diharapkan perusahaan dapat mengontrol fungsi yang dimaksud secara maksimal, dalam hal
ini fungsi pemasaran. Hasil dari audit ini digunakan oleh Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol.
3 No. 4 (2014) manajemen puncak sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan.
Fungsi utama audit pemasaran (marketing audit) adalah untuk menguji dan menilai tujuan
dan kebijakan pemasaran yang akan mengarahkan perusahaan, sehingga merupakan alat bagi
manajerpemasaran untuk dapat mendeteksi dan mengungkapkan permasalahan yang
dihadapi.Audit pemasaran digunakan sebagai alat peninjau dan penilaian yang menyeluruh
atas fungsi pemasaran untuk membantu mengungkapkan permasalahan dalam bidang
pemasaran serta memberikan rekomendasi yang tepat untuk perbaikan
perusahaankedepannya. PT Arisu Surabaya adalah sebuah perusahaan manufaktur, dimana
dalam melakukan proses produksinya berdasarkan job order yang menghasilkan packaging
dalam bentuk lembaran, roll dan tube. Dalam menggencarkan pemasarannya memiliki
banyak persaingan dengan perusahaan sejenis. Masalah yang dihadapi oleh PT Arisu
Surabaya terkait dengan pengeluaran biaya pemasaran yang besar pada dasarnya dapat
mengakibatkan peningkatan volume penjualan, tetapi pengeluaran biaya pemasaran yang
terus meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan volume penjualan itu sendiri
menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran belum dilaksanakan dengan efektif dan efisien.
Apabila hal ini berlanjut pada tahun-tahun mendatang, maka akan terjadi pemborosan-
pemborosan yang seharusnya dapat dihindari. Untuk mengetahui dan mengevaluasi apakah
kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh PT Arisu Surabaya dilakukan dengan efektif dan
efisien sehingga diharapkan produktivitas dapat tercapai, maka pihak manajemen
memerlukan audit manajemen. Penerapan audit manajemen ini dapat menjadi alat bantu
yang dapat menilai hasil kerja suatu bagian atau keseluruhan perusahaan. Penerapan audit
operasional ini dilakukan untuk menilai kinerja pemasaran pada PT Arisu Surabaya.
Penerapan prinsip–prinsip ketepatan, efisiensi dan efektif yang dipegang perusahaan
dilakukan karena perusahaan memiliki keterbatasan dalam hal perolehan modaldan sumber
daya. Hasil audit dan rekomendasi dari audit operasional nantinya diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk perbaikan kinerja perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menilai
efektifitas program atau rencana yang telah dibuat dan apabila perlu dilakukan
penyempurnaan atau koreksi. Suatu perusahaan selain melakukan pengendalian efektivitas
pemasaran juga perlu melakukan pengendalian rentabilitas. Pengendalian rentabilitas atau
disebut juga pengendalian keuntungan merupakan suatu aktivitas untuk mengukur
keuntungan yang sebenarnya diperoleh dari masing–masing produk, wilayah dan saluran
distribusi. Hal ini bertujuan untuk membantu pimpinan bidang pemasaran mengetahui pada
unit kerja atau organisasi mana terjadi hal yang merugikan.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hubungan antara audit fungsi pemasaran terhadap audit operasional ?
2. Bagaimana Audit Operasional terhadap Fungsi Penjualan ?
1.3.Tujuan Masalah
2. Untuk mengetahui Hubungan antara audit fungsi pemasaran terhadap audit operasional
3. Untuk mengetahui Audit Operasional terhadap Fungsi Penjualan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 AUDITING
Auditing bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena memberikan
pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan. Pada awal perkembangannya
auditing hanya dimaksudkan untuk mencari dan menemukan kecurangan serta kesalahan,
kemudian berkembang menjadi pemeriksaan laporan keuangan untuk memberikan pendapat
atas kebenaran penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu faktor
dalam pengambilan keputusan. Seiring berkembangannya perusahaan, fungsi audit semakin
penting dan timbul kebutuhan dari pemerintah, pemegang saham, analis keuangan, bankir,
investor, dan masyarakat untuk menilai kualitas manajemen dari hasil operasi dan prestasi
para manajer. Untuk mengatasi kebutuhan tersebut, timbul audit manajemen sebagai sarana
yang terpercaya dalam membantu pelaksanaan tanggungjawab mereka dengan memberikan
analisis, penilaian, rekomendasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Audit adalah suatu
proses sistematis yang secara objektif memperoleh serta mengevaluasi bukti mengenai asersi
tentang aktivitas ekonomi untuk lebih meyakinkan tingkat keterkaitan hubungan antara
asersi atau pernyataan dengan kenyataan kriteria yang sudah ditetapkan dan menyampaikann
hasilnya kepada pihak yang memiliki kepentingan.
Efisiensi digunakan untuk menilai sebaik apakah pemakaian sumber daya suatu
organisasi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, sedangkan
efektivitas digunakan untuk menilai seberapa baik kebijakan-kebijakan organisasi tersebut
untuk mencapai tujuan. Efisiensi dan efektivitas merupakan dua hal yang saling berkaitan
erat satu dengan lainnya, bisa saja suatu kebijakan organisasi itu sangat efisien akan tetapi
tidak efektif begitupun sebaliknya. Ekonomis maksudnya memperoleh kualitas dan kuantitas
sumber daya fisik dan manusia yang layak pada waktu melaporkan kepada orang-orang yang
tepat.
a. Memilih auditee, Pemilihan auditee dimulai dengan studi atau survey pendahuluan
terhadap calon-calon auditee dalam entitas untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mempunyai potensi audit tertinggi dilihat dari segi perbaikan efektivitas, efisiensi, dan
kehematan operasi.
b. Merencanakan audit, Perencanaan audit yang cermat sangat penting baik bagi efektivitas
maupun efisiensi audit operasional. Perencanaan terutama penting dalam jenis audit ini
karena sangat beragamnya audit operasional. Landasan utama dari perencanaan audit
adalah pengembangan program audit, yang harus dibuat sesuai dengan keadaan auditee
yang ditemui pada tahap studi pendahuluan audit.
c. Melaksanakan audit, Selama melaksanakan audit, auditor secara ekstensif mencari fakta-
fakta yang berhubungan dengan masalah yang teridentifikasi dalam auditee selama studi
pendahuluan. Pelaksanaan audit adalah tahap audit yang paling memakan waktu dalam
audit operasional. Tahap ini sering kali disebut sebagai melakukan audit yang mendalam
(in-depth audit).
e. Melakukan tindak lanjut, Tahap terakhir atau tahap tindak lanjut (follow-up phase) dalam
audit operasional adalah tahap bagi auditor untuk menindaklanjuti tanggapan auditee
terhadap laporan audit.
2.3 Audit Pemasaran
Audit manajemen merupakan suatu penilaian dari organisasi manajerial dan efisiensi dari
suatu perusahaan, departemen, atau setiap entitas dan subentitas yang dapat di audit.
Penekanannya adalah untuk mencapai efisiensi yang lebih besar, efektivitas, dan
ekonomisasi dalam usaha dan organisasi yang lain. Pendekatan audit yang biasa dilakukan
dalam suatu audit manajemen adalah menilai efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan dari
masing-masing fungsi yang terdapat dalam perusahaan. Misalnya : fungsi penjualan dan
pemasaran, fungsi produksi, fungsi pergudangan dan distribusi, fungsi sumber daya
manusia, fungsi akuntansi dan fungsi keuangan. Prosedur audit yang dilakukan dalam suatu
audit manajemen tidak seluas audit prosedur yang dilakukan dalam suatu general audit,
karena ditekankan pada evaluasi terhadap kegiatan usaha perusahaan.
Dari beberapa fungsi yang perlu diperiksa oleh audit manajemen, salah satunya adalah
fungsi marketing (pemasaran). Jika program yang ditetapkan untuk bagian marketing tidak
bisa dicapai dan budget yang ditetapkan tidak bisa dipenuhi, berarti fungsi marketing tidak
berjalan efektif. Misalnya market share perusahaan tidak bisa ditingkatkan sesuai rencana.
Pemasaran memegang kunci keberhasilan dalam menggali, memelihara (mempertahankan),
dan mengembangkan sumber-sumber penghasilan perusahaan.
Dalam penentuan tipe audit yang digunakan tergantung dari perusahaan itu sendiri akan
seberapa penting audit pemasaran dibutuhkan oleh perusahaan dan seberapa besar pula dana
yang sanggup dikeluarkan perusahaan tersebut untuk melakukan audit pemasaran, karena
untuk melakukan audit menyeluruh diperlukan dana yang cukup besar. Audit pemasaran
tidak hanya memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan yang sedang dirundung
persoalan.
Karena dengan melaksanakan audit pemasaran dengan baik dan benar maka akan
memberikan banyak sekali manfaat, seperti :
1. Memberikan suatu evaluasi yang independen dan tidak bias terhadap program-
program pemasaran, termasuk strategi, penawaran, dan kreatifitas suatu perusahaan.
2. Dapat mengidentifikasi area-area yang dibutuhkan dalam menigkatkan dan
menghasilkan saran-saran dan ide-ide yang spesifik serta bagaimana
memperbaikinya.
3. Identifikasi tersebut termasuk beberapa cara (several ways) untuk memperbaiki
respons pemasaran.
4. Memberikan sebuah perusahaan ide-ide baru yang segar, teknik-teknik dan new
direction pada masa mendatang.
5. Membantu perusahaan secara periodik dalam menganalisis upaya pemasaran,
mengcreate serta merevisi pendekatan pemasaran untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik.
6. Manfaat yang diperoleh dari audit ini, hasil audit dapat memberikan gambaran yang
objektif tentang kinerja pemasaran perusahaan dan berbagai kekurangan yang terjadi
dalam pengelolaan upaya pemasaran yang masih memerlukan perbaikan.
7. Manfaat yang diperoleh dari audit ini, hasil audit dapat memberikan gambaran yang
objektif tentang kinerja pemasaran perusahaan dan berbagai kekurangan yang terjadi
dalam pengelolaan upaya pemasaran yang masih memerlukan perbaikan.
1. Audit eksternal berhubungan dengan variabel yang tidak dapat dikendalikan, dimulai
dengan suatu pengujian informasi atas ekonomi umum dan kemudian berpindah pada
pandangan atas kesehatan dan pertumbuhan dari pasar yang dilayani oleh
perusahaan.
2. Audit internal berkaitan dengan variabel yang dapat dikendalikan yang bertujuan
untuk menilai sumber daya organisasi bagaimana mereka berhubungan dengan
lingkungan dan berhadapan dengan sumber daya dari pesaing.
Menurut (IBK Bayangkara, 2008) Audit pemasaran dapat mencakup enam wilayah utama
dalam pemasaran sebagai berikut :
Pada dasarnya pelaksanaan audit pemasaran bisa mengikuti tahapan audit secara umum,
yaitu:
A. Audit pendahuluan
B. Review dan pengujian atas pengendalian manajemen perusahaan
C. Audit lanjutan
D. Pelaporan
Proses Manajemen Pemasaran
Keputusan bauran pemasaran meliputi keputusan terhadap empat variabel penting dalam
pemasaran, yang dikenal sebagai 4P: 1) produk (product), 2) harga (price), 3) tempat atau
saluran distribusi (place), dan 4) promosi (promotion).
program pemasaran berjalan secara efektif dan efisien, organisasi pemasaran juga harus
optimal mampu mengoordinasikan keempat dimensi aktivitas pemasaran yaitu (i)
fungsional, (ii) geografis, (iii) produk, dan (iv) pelanggan. Organisasi pemasaran harus
mampu menjadi prasarana yang andal dalam menata upaya pemasaran, menetukan tugas,
tanggung jawab, dan wewenang dengan tepat dalam pencapaian tujuan pemasaran
perusahaan.
Audit fungsi pemasaran merupakan pengujian yang sistematis dan terdokumentasi terhadap
bagaimana perusahaan menentukan bauran pemasarannya dan apakah bauran pemasaran
tersebut secara efektif dan mencapai tujuan pemasaran dan tujuan perusahaan secara
keseluruhan. Fungsi pemasaran melibatkan kebijakan penting dalam bauran pemasaran
untuk mencapai tujuan pemasaran. Kebijakan tersebut meliputi: (1) kebijakan produk, (2)
kebijakan harga, (3) kebijakan promosi, dan (4 ) kebijakan saluran distribusi.
Lini produk yang ditetapkan perusahaan adalah merentang kedua arah yaitu pada saat
posisinya di tingkat menengah tersebut mulai diserang pesaing, perusahaan memasuki pasar
di tingkat bawah atau di tingkat atas atau mungkin secara bersamaan. Produk adalah segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, pembelian,
pemakaian, atau konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk
mencakup objek fisik, pelayanan, orang, tempat, organisasi, dan gagasan. Tiga tingkatan
produk meliputi:
A. Produk inti (core product), menyangkut manfaat inti yang sesungguhnya dibeli
konsumen ketika mereka memperoleh produk. Misalnya, ketika mahasiswa membeli
buku, bukan sekedar membeli materi kuliah (literatur), tetapi lebih daripada itu
mereka membeli ilmu pengetahuan yang dijanjikan oleh buku tersebut.
B. Produk aktual (actual product), meliputi komponen model, tampilan, nama, merek,
pengemasan, dan ciri-ciri produk lainnya yang berkombinasi untuk memberikan
manfaat produk ini.
C. Produk tambahan (augmented product), meliputi pelayanan dan manfaat tambahan
yang diperoleh konsumen yang dibangun di sekeliling produk inti dan produk
aktual.
Lini produk merupakan sekelompok produk yang berkaitan erat karena memiliki fungsi yang
sama, dijual untuk kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui jenis-jenis outlet
yang sama atau berada dalam rentang harga tertentu. Keputusan lini produk mencakup
beberapa keputusan penting yang berkaitan dengan: (i) rentang lini produk, (ii)
merentangkan lini produk, (iii) mengisi lini produk, (iv) modernisasi lini produk, dan (v)
menetapkan tampilan lini produk.
Bauran produk merupakan himpunan sebuah lini produk dan barang-barang yang ditawarkan
penjual tertentu kepada pembeli. Empat dimensi bauran produk meliputi: (i) keluasan, (ii)
kepanjangan, (iii) kedalaman, dan (iv) konsistensi. Keempat bauran produk ini memberikan
panduan untuk mendefinisikan strategi produk perusahaan. Berkaitan dengan bauran produk,
perusahaan bisa meningkatkan kinerja produknya melalui empat cara yaitu pertama-tama
perusahaan menambah lini produknya, kemudian memperluas bauran produknya.
Dalam hal penetapan harga, perusahaan memiliki tujuan, kebijakan, strategi dan prosedur
penetapan harga yang dinyatakan secara tegas untuk pencapaian tujuan pemasaran
perusahaan. Harga adalah uang dibebankan untuk sebuah barang atau jasa atau jumlah nilai
yang konsumenpertukarkan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau memanfaatkan
suatu barang atau jasa. Faktor utama yang mempengaruhi strategi harga yang ditetapkan
perusahaan yaitu faktor internal yang terdiri atas:
1) Sifat dan permintaan pasar. Harga suatu produk sangat dipengaruhi oleh jenis pasar
dimana produk tersebut dipasarkan. Pada pasar persaingan sempurna, dimana banyak
terdapat pembeli dan penjual yang sama-sama memiliki pengetahuan yang memadai
tentang kondisi pasar, harga ditentukan oleh mekanisme pasar.
2) Persaingan. Harga dan penawaran yang dilakukan perusahaan harus secara cermat
merespon harga dan penawaran pesaing. Konsumen tidak akan membeli suatu
produk dengan harga yang lebih tinggi jika produk tersebut tidak memberikan
manfaat lebih kepada penggunanya.
3) Faktor lingkungan lainnya. Beberapa faktor lingkungan sangat berpengaruh pada
penetapan harga yang dilakukan perusahaan. Faktor-faktor ini kebanyakan bersifat
given bagi perusahaan karena memang perusahaan tidak memiliki kendali terhadap
faktor-faktor ini. Kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah, perkembangan politik,
perkembangan teknologi, dan sebagainya secara signifikan dapat mempengaruhi
keberhasilan program pemasaran perusahaan.
Perusahaan memiliki tujuan dan strategi distribusi yang dinyatakan secara tegas dan dapat
disosialisasikan secara memadai dan dijadikan pedoman dalam mengambil keputusan
distribusi. Saluran distribusi merupakan jaringan organisasi yang menghubungkan produsen
dengan pennguna (konsumen) akhir. Penggunaan perantara dalam pemasaran (saluran
distribusi) sebagian besar disebabkan adanya keunggulan efisiensi dalam membuat barang
tersedia dan mudah diperoleh di pasar dalam jumlah dan waktu yang tepat.
Fungsi Distribusi
Fungsi penting yang dilaksanakan oleh saluran distribusi dalam arus pemasaran meliputi:
informasi, promosi, negosiasi, pemesanan, pembiayaan, pengambilan risiko, pemilikan fisik,
pembayaran, da hak milik.
Intern Penjualan
”Pendekatan audit yang biasa dilakukan dalam suatu manajemen audit adalah
menilai efisiensi, efektivitas dan keekonomisan dari masing-masing fungsi yang
terdapat dalam perusahaan. Misalnya fungsi penjualan dan pemasaran, fungsi
produksi, fungsi pergudangan dan distribusi, fungsi sumber daya manusia,
fungsi akuntansi dan fungsi keuangan”.
Dengan demikian audit profesional dapat menunjang kelancaran dari suatu sistem
pengendalian intern penjualan agar sistem tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh suatu perusahaan dan perusahaan tersebut dapat menjalankan operasinya
dengan efektif dan efisien.
Disamping audit operasional yang memiliki hubungan dengan sistem pengendalian
intern, sistem informasi akuntansi juga memiliki hubungan dengan sistem pengendalian
intern sebagaimana La Midjan dan Azhar Susanto mengatakan tentang tujuan sistem
informasi akuntansi sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan informasi
Yaitu informasi yang tepat waktu, tepat guna dan terpercaya. Dengan kata lain
system informasi harus dengan cepat dan tepat.
2. Untuk meningkatkan pengendalian intern
Yaitu metoda pengendalian yang diperlukan agar dapat mengamankan kekayaan
perusahaan, ini berarti bahwa system informasi akuntansi yang disusun harus
dapat juga mendukung pengendalian intern.
Efektivitas Penjualan
Salah satu tujuan perusahaan adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari
kegiatan produksinya, olehkarena itu perusahaan dengan manajemen didalamnya akan
menargetkan penjualan yang akan dicapai dalam suatu periode,penjualan ini dapat dikatakan
efektif apabila perusahaan dapat mencapai penjualan yang ditargetkan oleh
pihak manajemen. Menurut Anthony danGovindarajan (2006:141), ada dua unsur yang
mempengaruhi efektivitas penjualan yaitu :
PEMBAHASAN
3.1. Kasus hubungan antara audit fungsi pemasaran terhadap fungsi operasional
mengenai kasus, misalnya O’Brien Candy Company –perusahaan kembang gula di Amerika
Tengah yang suatu ketika, perusahaan tersebut pernah menghadapi persoalan berat berupa
penurunan tingkat penjualan dan keuntungan. Kompleksitas permasalahan yang harus
dihadapi dunia bisnis di dalam mengelola perusahaan merupakan sebuah keniscayaan.
Kerap, kompleksitas permasalahan tersebut menggiring top management terperosok pada
lubang jebakan dengan melihat permasalahan dengan menggunakan ’kaca mata kuda’. Tidak
jarang persoalan yang timbul hanya ditangkap dari satu sudut pandang. Padahal ’penyakit’
yang berhasil dideteksi tersebut hanyalah symptom, bukan akar permasalahan yang
sesungguhnya.
Kasus O’Brien Candy Company –perusahaan kembang gula di Amerika Tengah dapat
memberikan gambaran betapa pentingnya pelaksanaan audit pemasaran. Suatu ketika,
perusahaan tersebut pernah menghadapi persoalan berat berupa penurunan tingkat penjualan
dan keuntungan. Top management berpendapat bahwa penyebabnya terletak pada tenaga
penjual yang dianggap tidak bekerja keras dan kurang terampil. Untuk itu, mereka
memperkenalkan suatu sistem perangsang konpensasi baru dan mempekerjakan pelatih
tenaga penjualan untuk mendidik para pegawai penjualan dalam bidang perniagaan dan
teknik-teknik penjualan moderen.
Akan tetapi, sebelum melakukan hal tersebut, mereka memutuskan untuk mempekerjakan
konsultan pemasaran untuk melakukan audit pemasaran dengan menghasilkan kesimpulan
tegas tentang permasalahan perusahaan O’Brien yang tidak akan terpecahkan dengan cara-
cara peningkatan kemampuan tenaga penjualan; karena permasalahan yang sesungguhnya
dihadapi perusahaan bersifat lebih mendasar. Antara lain (a) Tujuan-tujuan pemasaran
perusahaan tidak jelas dan tidak realistis,
(d) Jajaran produk perusahaan berada dalam keseimbangan yang mengkhawatirkan. Dua
macam produk yang menonjol menanggung 75% dari seluruh penjualan dan tidak memiliki
potensi untuk berkembang,
(e) Serangkaian variabel pemasaran (marketing mix) perusahaan tidak seimbang dan terlalu
banyak menghabiskan dana untuk tenaga penjualan tapi tidak cukup untuk bagian
pengiklanan,
(f) Perusahaan tidak memiliki prosedur pengembangan produk baru secara berhasil,
Ternyata persoalan yang ditangkap top management O’Brien bahwa tenaga penjual yang
dianggap kurang kerja keras tidak lebih dari sekedar symptom. Akar permasalahan
perusahaan baru dapat ditangkap secara utuh setelah melaksanakan audit pemasaran. Kasus
O’Brien secara gamblang menunjukkan betapa pentingnya audit pemasaran untuk
mengetahui permasalahan pemasaran yang sesungguhnya dihadapi perusahaan. Tanpa
melakukan audit pemasaran maka persoalan perusahaaan O’Brien tak kunjung terpecahkan
karena upaya manajemen untuk membasmi ‘penyakit’ dilakukan dengan ‘obat’ yang tidak
tepat.
Penulis menemukan beberapa kelemahan pada fungsi penjualan yang terdapat pada PT.
Satya Galang Kemika. Temuan audit ini diperoleh dengan melakukan serangkaian program
audit, dilmulai dari Survey Pendahuluan ( Preliminary Survey), Penelaahan dan
Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen Fungsi Penjualan, Pemeriksaan terinci
atas fungsi penjualan, serta melaporkan hasil periksaan Operasional atas fungsi penjualan
tersebut. Beberapa kelemahan yang ditemukan adalah:
1. Perusahaan tidak memiliki job description secara tertulis.
Kondisi:
Salah satu pengendalian internal yang baik ditandai oleh adanya pedoman atau job
description secara tertulis. Job description merupakan panduan dari perusahaan untuk para
karyawan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan fungsinya masing-
masing. Pedoman ini perlu disajikan secara tertulis untuk menghindari adanya
perangkapan tugas dan untuk membatasi wewenang setiap fungsi.
Sebab:
Perusahaan beranggapan bahwa job description dapat lebih efektif dan mudah
dimengerti jika diberitahukan secara lisan kepada para karyawan. Selama ini setiap bagian
dalam penjualan dapat berjalan dengan baik walaupun tidak terdapat job description secara
tertulis.
Akibat:
Pengendalian internal dalam perusahaan dapat berjalan kurang efektif. Batas tanggung
jawab kurang jelas dan dapat mengakibatkan perangkapan tugas. Hal ini dapat
mengakibatkan perusahaan sulit menentukan pihak yang bertanggung jawab apabila ada
kesalahan yang terjadi.
Rekomendasi:
Perusahaan tidak memiliki prosedur dan kebijakan secara tertulis. Semua prosedur dan
kebijakan yang berlaku dalam penjualan dikomunikasikan secara lisan.
Kriteria:
Prosedur dan kebijakan penjualan harus dibuat secara tertulis dan di perbaharui
secara berkala (jika ada perubahan). Hal ini bertujuan agar ada kejelasan fungsi-fungsi yang
ada dalam menjalankan tugasnya dan sebagai dasar perusahaan untuk melakukan
pengecekan apakah prosedur yang berjalan telah sesuai dengan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Sebab:
Perusahaan tidak membuat prosedur secara tertulis, karena prosedur yang ada akan lebih
dimengerti jika disampaikan secara lisan dan langsung di praktekan oleh karyawanya.
Selama ini prosedur penjualan dapat berjalan dengan baik, walupun tidak terdapat prosedur
secara tertulis.
Akibat:
Kegiatan operasional penjualan dapat berjalan kurang efektif, karena tidak ada kebijakan
dan prosedur secara tertulis. Untuk karyawan baru tentu akan sulit untuk mengerti seluruh
prosedur dan kebijakan yang ada, sehingga memperbesar peluang terjadinya kesalahan yang
akan mengakibatkan kerugian. Selain itu, dapat terjadi kesalahan pendistribusian dokumen.
Rekomendasi:
Kondisi:
Formulir Sales Order tidak bernomor urut tercetak/ prenumbered. Nomor formulir
beserta kelengkapan isinya diisi secara manual oleh admin penjualan.
Kriteria:
Salah satu ciri pengendalian internal atas penjualan adalah digunakannya formulir-
formulir yang bernomor urut tercetak. Penggunaan nomor urut tercetak ditujukan agar tidak
ada dokumen yang hilang atau disobek atau dibuang. Hal ini juga menghindari terjadinya
penggandaan atau penyimpangan dalam penggunaan formulir, kesalahan dalam pemberian
nomor dan memudahkan dalam pencarian dokumen tersebut apabila sewaktu-waktu
diperlukan.
Sebab:
Sales Order hanya merupakan dokumen pendukung yang tidak memerlukan nomor urut
tercetak, karena nomor urut tidak berhubungan dengan dokumen lain.
Akibat:
Rekomendasi:
Sebaiknya perusahaan juga memberikan nomor urut tercetak untuk formulir Sales Order-
nya dan mengisi data secara elektronik, sehingga perusahaan dapat menghindari terjadinya
kehilangan dokumen, kesalahan dalam pemberian nomor urut, menghindari kesalahan
penulisan order dari pelanggan yang jumlahnya banyak, penyimpangan dalam
penggunaan formulir, dan mempermudah proses identifikasi jika terjadi masalah.
4. Tidak ada pemisahan tugas antara bagian penjualan dengan bagian kredit
Kondisi:
Perusahaan tidak melakukan pemisahan tugas antara bagian penjualan dengan bagian
kredit. Bagian penjualan yang melakukan penilaian terhadap kelayakan pemberian
kredit kepada pelanggan.
Kriteria:
Seharusnya bagian pemberian kredit terpisah dari bagian penjualan. Bagian kredit yang
akan menganalisa status kredit pelanggan dan memberikan penilaian atas kelayakan
pelanggan untuk diberikan kredit.
Sebab :
Mengingat bagian penjualan sering dihadapkan pada suatu target penjualan tertentu yang
harus dicapai, bagian penjualan akan cenderung melakukan penjualan sebanyak-banyaknya
tanpa terlalu memperhatikan tingginya piutang yang dimiliki pelanggan, hal ini akan
memperbesar risiko piutang tak tertagih.
Rekomendasi:
Perusahaan perlu memisahkan tugas antara fungsi penjualan dengan fungsi yang
memberikan kredit. Bagian kredit yang terpisah tentu akan lebih fokus dan independen
dalam menganalisa dan memberikan penilaian terhadap kelayakan pelanggan, tanpa harus
tertekan oleh adanya target penjualan yang ditetapkan.
Kondisi:
Kriteria:
Transaksi penjualan kredit melibatkan berbagai fungsi yang saling berkaitan di dalamnya.
Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi lain yang menyangkut penjualan secara
kredit, seperti fungsi kredit, fungsi pengiriman, fungsi penagihan, dan fungsi akuntansi.
Setiap fungsi memiliki batasan tugasnya masing-masing. Tidak ada transaksi penjulan
yang dilaksanakan secara lengkap oleh suatu fungsi.
Sebab:
Terkadang penagihan dilakukan oleh bagian penjualan yang sedang berada dilokasi
pelanggan yang akan ditagih, sehingga akan lebih efisien jika langsung ditangani oleh sales
person tersebut.
Akibat:
Rekomendasi:
Kondisi:
Pelanggan yang telat melakukan pembayaran atau melebihi tanggal jatuh tempo tidak
dikenakan sanksi atau penalti oleh perusahaan. Perusahaan akan terus melakukan penagihan
secara baik-baik hingga 6 bulan. Pelanggan akan ditagih baik melalui telepon maupun
berdiskusi langsung mengenai alasan kerterlambatan pembayaran/ pelunasan piutangnya
tersebut.
Kriteria:
Sebab:
Akibat:
Tidak adanya sanksi atau penalti bagi pelanggan yang telat membayar atau melunasi
piutangnya dapat mengakibatkan pelanggan terus melakukan pemesanan dan mengundur
waktu pelunasan piutangnya. Hal ini semakin lama akan mengganggu arus kas perusahaan.
Dan jika sampai tidak tertagih, maka akan merugikan perusahaan dan merugikan sales
person yang menangani pelanggan tersebut.
Rekomendasi:
Kondisi:
Perusahaan belum memiliki kebijakan penyisihan piutang tak tertagih. Piutang akan
terus ditagih hingga akhirnya dilunasi, atau jika benar-benar tidak dapat ditagih
perusahaan akan menghapus piutang secara langsung, yang dibebankan kepada sales
person yang menangani pelanggan tersebut sebesar 1/3% dari total piutang dan perusahaan
menanggung 2/3% dari total piutang.
Kriteria:
Penyisihan piutang merupakan upaya untuk menyajikan akun piutang yang mendekati
kebenaran kemampuan konversinya menjadi kas. Seharusnya perusahaan tetap mengukur/
mengestimasi besar piutang yang kemungkinan tidak dapat tertagih. Sehingga,
perusahaan dapat melakukan antisipasi atas kerugian yang besar karena piutang yang tidak
tertagih tersebut. Selain itu, perusahaan dapat merefleksikan nilai piutang yang lebih wajar
pada laporan keuangannya.
Sebab:
Perusahaan menganggap bahwa penjualan secara kredit dilakukan kepada pelanggan yang
dapat dipercaya, dan piutang yang ada pasti dapat tertagih, dan sekalipun melebihi jatuh
tempo biasanya akan dicicil. Berdasarkan diskusi dengan pelanggan biasanya piutang yang
macet dikarenakan cash flow pelanggan sedang tidak stabil.
Akibat:
Hal ini akan mengakibatkan akun piutang pada laporan keuangan perusahaan
tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Penghapusan piutang secara langsung
menyebabkan pengakuan biaya mejadi tidak terjadi di periode yang sama dengan
pendapatan.
Rekomendasi:
4.1. Kesimpulan
Sejumlah penelitian dan fakta empiris menunjukkan bahwa audit pemasaran yang
baik dan benar mampu memberi manfaat besar bagi perusahaan dalam meningkatkan
efektivitas dan kinerja pemasaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa audit pemasaran
merupakan kunci sukses bisnis di era milenium baru. Hal-hal yang dapat dilakukan oleh
sebuah perusahaan untuk dapat meningkatkan pemasarannya adalah : 1) Menggunakan
strength untuk memanfaatkan opportunities dan menggunakan strengths untuk menghindari
treaths. Strength perusahaan memiliki keunggulan kompetitif yang tidak mudah ditiru oleh
pesaing membuka opportunities bagi perusahaan untuk memasuki segmen market baru, dan
mengantisipasi apabila perusahaan mendapat serangan pesaing baru. Sehingga opportunities
yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan threats yang timbul dapat diatasi dengan
baik. 2) Mengatasi weakness dengan memanfaatkan opportunities, dan meminimalkan
weakness dan menghindari treaths, yaitu mengatasi profit yang plus-minus dengan
memanfaatkan kondisi ekonomi yang sampai saat ini secara umum cukup menggairahkan,
dan perusahaan memprediksikan sampai saat ini posisi pasar tidak akan menurun, sehingga
apabila suatu saat kebijakan pemerintah mempengaruhi bisnis yang sedang dijalankan
perusahaan, maka posisi pasar tetap tumbuh secara signifikan. Sehingga opportunities yang
diharapkan dan treaths yang akan terjadi dapat dimanfaatkan serta diatasi berdasarkan
strength yang ada.
Hasil dari Audit pemasaran menjadi gambaran perusahaan untuk ditindak lanjuti
dengan melakukan tindakan-tindakan korektif yang dibutuhkan oleh perusahaan, sesuai
dengan hasil atau rekomendasi yang didapat dari pelaksanaan audit pemasaran. Kini saatnya
segenap organisasi bisnis mulai melirik, mempelajari, mendalami, dan melaksanakan audit
pemasaran dengan baik dan benar sehingga suatu perusahaan yang mengimplementasikan
dapat memetik manfaat sehingga mampu meningkatkan efektivitas pemasaran yang pada
gilirannnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
4.2. Saran dan Kritik
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan operasional atas fungsi
penjualan yang terdapat pada PT. Satya Galang Kemika masih terdapat beberapa
kelemahan yang dapat memungkinkan terjadinya ketidakefektifan dan ketidak
efisiensian, dan kelemahn tersbut perlu ditindak lanjuti dengan diberikan beberapa.
rekomendasi perbaikan yang dapat menjadi pertimbangan manajemen dalam
meningkatkan kinerja fungsi penjualannya. Rekomendasi tersebut antara lain adalah
agar perusahaan membuat job description dan prosedur penjualan secara tertulis, untuk
menghindari perangkapan tugas dan untuk menghindari kesalahan fatal akibat tidak
menjalankan prosedur penjualan dengan benar, perusahaan perlu memberikan nomor
urut tercetak untuk formulir sales order untuk menghindari penggandaan atau kesalahan
penulisan, perlu adanya pemisahan tugas antar bagian penjualan dengan bagian kredit,
perusahaan perlu memperketat kontrol penagihan piutang yang seringkali dilakukan
oleh bagian penjualan, perusahaan perlu mengenakan sanksi atau penalti bagi
pelanggan yang telat membayar, dan perusahaan perlu membuat kebijakan mengenai
penyisihan piutang tak tertagih.