SKIZOFRENIA
Disusun Oleh:
Dokter Muda Stase Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Periode 30 April 2018 – 4 Juni 2018
Judul Referat:
SKIZOFRENIA
Oleh:
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan sukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ilmiah dengan judul
“SKIZOFRENIA” untuk memenuhi tugas ilmiah yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya di Departemen Ilmu
Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Ernaldi
Bahar Palembang.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada dr.
Abdullah Sahab, Sp.KJ, MARS selaku pembimbing yang telah membantu
memberikan bimbingan dan masukan sehingga tugas ilmiah ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ilmiah ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan tugas ilmiah
ini, semoga bermanfaat.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2
2.2 Epidemiologi
2.3 Etiologi
a. Genetik
Dapat dipastikan bahwa ada faktor genetik yang turut menentukan
timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-
keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur. Angka
kesakitan bagi saudara tiri adalah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi
anak dengan salah satu orang tua yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua
orang tua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-
15%; bagi kembar satu ttelur (monozigot) 61-86%.
Diperkirakan bahwa yang diturunkan adalah potensi untuk mendapatkan
skizofrenia (bukan penyakit itu sendiri) melalui gen yang resesif. Potensi ini
mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan
individu itu apakah akan terjadi manifestasi skizofrenia atau tidak.
3
b. Endokrin
c. Metabolisme
4
primer dan mana yang sekunder, mana yang merupakan penyebab dan mana yang
hanya akibat saja.
d. Neurokimia
Pemeriksaan Neurologis
Selama proses anamnesis pada kasus tersebut, tingkat kesadaran dan
atensi pasien terhadap detil pemeriksaan, pemahaman, ekspresi wajah, cara
bicara, postur, dan cara berjalan perlu diperhatikan. Pemeriksaan neurologis
5
dilakukan untuk dua tujuan. Tujuan pertama dicapai melalui pemeriksaan
neurologis rutin, yaitu terutama dirancang untuk mengungkap asimetri fungsi
motorik, persepsi, dan refleks pada kedua sisi tubuh yang disebabkan oleh
penyakit hemisferik fokal. Tujuan kedua tercapai dengan mencari untuk
memperoleh tanda yang selama ini dikaitkan dengan disfungsi otak difus atau
penyakit lobus frontal. Tanda ini meliputi refleks mengisap, mencucur,
palmomental, dan refleks genggam serta menetapnya respons terhadap ketukan
di dahi. Sayangnya, kecuali refleks genggam, tanda seperti itu tidak berkaitan
erat dengan patologi otak yang mendasari.2
b. Status mental
Deskripsi umum
o Penampilan
Postur, pembawaan, pakaian, dan kerapihan. Penampilan pasien
skizofrenia dapat berkisar dari orang yang sangat berantakan, menjerit-
jerit, dan teragitasihingga orang yang terobsesi tampil rapi, sangat
pendiam, dan imobil.
o Perilaku dan aktivitas psikomotor yang nyata
Kategori ini merujuk pada aspek kuantitatif dan kualitatif dari perilaku
motorik pasien. Termasuk diantaranya adalah manerisme, tik, gerakan
tubuh, kedutan, perilaku streotipik, ekopraksia, hiperaktivitas, agitasi,
sikap melawan, fleksibilitas, rigiditas, gaya berjalan, dan kegesitan.
o Sikap terhadap pemeriksa
Sikap pasien terhadap pemeriksa dapat dideskripsikan sebagai
kooperatif, bersahabat, penuh perhatian, tertarik, balk-blakan, seduktif,
defensif, merendahkan, kebingungan, apatis, bermusuhan, suka melucu,
menyenangkan, suka mengelak, atau berhati-hati.
Mood dan afek
Mood didefinisikan sebagai emosi menetap dan telah meresap yang
mewarnai persepsi orang tersebut terhadap dunia.
6
Afek didefinisikan sebagai responsivitas emosi pasien saat ini, yang tersirat
dari ekspresi wajah pasien, termasuk jumlah dan kisaran perilaku ekspresif.
Kakteristik gaya bicara
Pasien dapat digambarkan sebagai banyak bicara, cerewet, fasihm pendiam,
tidak spontan, atau terespons normal terhadap petunjuk dari pewawancara.
Gaya bicara dapat cepat atau lambat, tertekan, tertahan, emosional,
dramatis, monoton, keras, berbisik, cadel, terputus-putus, atau bergumam.
Gangguan bicara, contohnya gagap, dimasukkan dalam bagian ini.
Persepsi
Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi mengenai dirinya atau
lingkungannya, dapat dialami oleh seseorang. Sistem sensorik yang terlibat
(contohnya: auditorik, visual, olfaktorik, atau taktil) dan isi ilusi atau
halusinasi tersebut harus dijelaskan.
Halusinasi senestik
Halusinasi senestik merupakan sensasi tak berdasar akan adanya keadaan
organ tubuh yang terganggu. Contoh halusinasi senestik mencakup sensasi
terbakar pada otak, sensasi terdorong pada pembuluh darah, serta sensasi
tertusuk pada sumsum tulang.
Ilusi
Sebagaimana dibedakan dari halusinasi, ilusi merupakan distorsi citra yang
nyata, sementara halusinasi tidak didasarkan pada citra atau sensasi yang
nyata. Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenik selama fase aktif, namun
dapat pula terjadi dalam fase prodromal dan selama periode remisi.
Isi pikir dan kecenderungan mental
o Proses pikir (bentuk pemikiran)
Pasien dapat memiliki ide yang sangat banyak atau justru miskin ide.
Dapat terjadi proses pikir yang cepat, yang bila berlangsung sangat
ekstrim, disebut flight of ideas. Seorang pasien juga dapat menunjukkan
cara berpikir yang lambat atau tertahan. Gangguan kontinuitas pikir
meliputi pernyataan yang bersifat tangensial, sirkumstansial, meracau,
suka mengelak, atau perseveratif.
7
Bloking adalah suatu interupsi pada jalan pemikiran sebelum suatu ide
selesai diungkapkan. Sirkumstansial mengisyaratkan hilangnya
kemampuan berpikir yang mengarah ke tujuan dalam mengemukakan
suatu ide, pasien menyertakan banyak detail yang tidak relevan dan
komentar tambahan namun pada akhirnya mampu ke ide semula.
Tangensialitas merupakan suatu gangguan berupa hilangnya benang
merah pembicaraan pada seorang pasien dan kemudian ia mengikuti
pikiran tangensial yang dirangsang oleh berbagai stimulus eksternal atau
internal yang tidak relevan dan tidak pernah kembali ke ide semula.
Gangguan proses pikir dapat tercermin dari word salad (hubungan
antarpemikiran yang tidak dapat dipahami atau inkoheren), clang
association (asosiasi berdasarkan rima), punning (asosiasi berdasarkan
makna ganda), dan neologisme (kata-kata baru yang diciptakan oleh
pasien melalui kombinasi atau pemadatan kata-kata lain).
o Isi pikir
Gangguan isi pikir meliputi waham, preokupasi, obsesi, kompulsi, fobia,
rencana, niat, ide berulang mengenai bunuh diri atau pembunuhan, gejala
hipokondriakal, dan kecenderungan antisosial tertentu.
Sensorium dan kognisi
Pemeriksaan ini berusaha mengkaji fungsi organik otak dan inteligensi
pasien, kemampuan berpikir abstrak, serta derajat tilikan dan daya nilai.
o Kesadaran
Gangguan kesadaran biasanya mengindikasikan adanya kerusakan
organik pada otak.
o Orientasi dan memori
Ganggaun orientasi biasanya dibagi berdasarkan waktu, tempat, dan
orang.
o Konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien terganggu karena berbagai allasan. Gangguan
kognitif, ansietas, depresi, dan stimulus internal, seperti halusinasi
auditorik, semuanya dapat berperan menyebabkan gangguan konsentrasi.
8
o Membaca dan menulis
o Kemampuan visuospasial
Pasien diminta untuk menyalin suatu gambar, misalnya bagian depan jam
dinding atau segilima bertumpuk.
o Pikiran abstrak
Kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien mungkin memiliki
gangguan dalam membuat konsep atau menangani ide.
o Informasi dan inteligensi
Impulsivitas, Kekerasan, Bunuh diri, dan Pembunuhan
Pasien mungkin tidak dapat mengendalikan impuls akibat suatu gangguan
kognitif atau psikotik atau merupakan hasil suatu defek karakter yang
kronik, seperti yang dijumpai pada gangguan kepribadian.
Perilaku kekerasan lazim dijumpai di antara pasien skizofrenik yang tidak
diobati. Waham yang bersifat kejar, episode kekerasan sebelumnya, dan
defisit neurologis merupakan faktor resiko perilaku kekerasan atau impulsif.
Kurang lebih 50 persen pasien skizofrenik mencoba bunuh diri, dan 10
sampai 15 persen pasien skizofrenia meninggal akibat bunuh diri. Mungkin
faktor yang paling tidak diperhitungkan yang terlibat dalam kasus bunuh
diri pasien ini adalah depresi yang salah diagnosis sebagai afek mendatar
atau efek samping obat. Faktor pemicu lain untuk bunuh diri mencakup
perasaan kehampaan absolut, kebutuhan melarikan diri dari penyiksaan
mental, atau halusinasi auditorik yang memerintahkan pasien mebunuh diri
sendiri.
Saat seorang pasien skizofrenik benar-benar melakukan pembunuhan, hal
itu mungkin dilakukan dengan alasan yang aneh atau tak disangka-sangka
yang didasarkan pada halusinasi atau waham.
Daya nilai dan tilikan
Daya nilai : aspek kemampuan pasien untuk melakukan penilaian sosial.
Dapatkah pasien meramalkan apa yang akan dilakukannya dalam situasi
imajiner. Contohnya: apa yang akan pasien lakukan ketika ia mencium asap
dalam suasana gedung bioskop yang penuh sesak?
9
Tilikan: tingkat kesadaran dan pemahaman pasien akan penyakitnya. Pasien
dapat menunjukkan penyangkalan total akan penyakitnya atau mungkin
menunjukkan sedikit kesadaran kalau dirinya sakit namun menyalahkan
orang lain, faktor eksternal, atau bahkan faktor organik. Mereka mungking
menyadari dirinya sakit, namun menganggap hal tersebut sebagai sesuatu
yang asing atau misterius dalam dirinya.
Realiabilitas
Kesan psikiater tentang sejauh mana pasien dapat dipercaya dan
kemampuan untuk melaporkan keadaanya secara akurat. Contohnya, bila
pasien terbuka mengenai penyalahgunaan obat tertentu secara aktif
mengenai keadaan yang menurut pasien dapat berpengaruh buruk (mislnya,
bermasalah dengan hukum), psikiater dapat memperkirakan bahwa
realiabilitas pasien adalah baik.2,3
c. Pemeriksaan tambahan
Tes psikologis: tes inteligensi, tes kepribadian, tes ketangkasan atau bakat, dan
tes neuropsikologis.
Tes inteligensi
Dapat ditentukan HI (hasil bagi inteligensi) atau IQ (Intelligence Quotient)
sebagai suatu cara numerik untuk menyatakan taraf inteligensi. Rumusnya
sebagai berikut:
Umur mental
HI= ------------------------- x 100
Umur kalender
Umur mental didapat dari tes inteligensi. Umur kalender diambil paling
tinggi 15 (biarpun sebenarnya lebih), karena tes inteligensi yang ada
sekarang sukar untuk mengukur perbedaan inteligensi di atas umur 15
tahun.
10
Tes kepribadian
Tes kepribadian lebih sukar dibuat, dipakai dan dinilai sehingga reliabilitas
dan validitas kurang dari tes inteligensi. Hal ini disebabkan antara lain
karena begitu banyaknya sifat kepribadian manusia dan sukarnya mencari
parameter atau indikatro yang tepat dan dapat diukur untuk suatu sifat
kepribadian tertentu. Kepribadian adalah keseluruhan perilaku manusia atau
perannya dalam hubungan antar manusia, pribadinya dapat dibedakan dari
pribadi lain. Peran ini bukan saja perilaku yang nyata, tetapi juga sikap
internal, kecenderungan bertindak dan hambatan. Kepribadian dapat
dievaluasi dengan cara observasi, wawancara, atau melalui daftar
pertanyaan, tes melengkapi kalimat atau tes proyeksi.
Tes neuropsikologis
Tes neuropsikologis merupakan tes yang mempelajari hubungan antara otak
dan perilaku dengan menggunakan prosedur tes yang terstandarisasi dan
objektif. Tes ini menguji kemampuan kognitif. Tujuan tes neuropsikologis
adalah identifikasi, kuantifikasi, dan deskripsi perubahan kognitif dan
perilaku yang disebabkan oleh disfungsi otak. Dalam hal ini, ranah (domain)
yang dievaluasi adalah kemampuan berbahasa, memori, penalaran dan
pertimbangan intelektual, fungsi visual-motor, fungsi sensori-perseptual,
dan fungsi motorik.2,3
11
Sampai saat ini belum ada konsensus mengenai tes apa saja yang digunakan
sebagai penyaring, tetapi beberapa tes berikut patut untuk dipertimbangkan:
12
a. Gejala Positif dan Negatif
Gejala positif mencakup waham dan halusinasi. Gejala negatif meliputi afek
mendatar atu menumpul, miskin bicara (alogia) atau isi bicara, bloking, kurang
merawat diri, kurang motivasi, anhedonia, dan penarikan diri secara sosial.
Gangguan Pikiran
13
- Gangguan isi pikir
1. Waham: suatu kepercayaan palsu yang menetap yang taksesuai dengan
fakta dan kepercayaan tersebut mungkin “aneh” atau bisa pula “tidak aneh”
tetapi sangat tidak mungkin dan tetap dipertahankam meskipun telah
diperlihaykan bukti-bukti yang jelas untuk mengkoreksinya. Waham sering
ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang
spesifik sering ditemukan pada skizofrenia. Semakin akut skizofrenia
semakin sering ditemui waham disorganisasi atau waham tidak sistematis:
a. Waham kejar
b. Waham kebesaran
c. Waham rujukan
d. Waham penyiaran pikiran
e. Waham penyisipan pikiran
2. Tilikan
Kebanyakan pasien skizofrenia mengalami pengurangan tilikan yaitu pasien
tidak menyadari penyakitnya serta kebutuhannya terhaap pengobatan,
meskipun gangguan yang ada pada dirinya dapat dilihat oleh orang lain.
Gangguan Persepsi
- Halusinasi
Halusinasi paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran tetapi bisa
juga berbentuk penglihatan, penciuman, dan perabaan. Halusinasi pendengaran
dapat pula berupa komentar tentang pasien atau peristiwa-peristiwa sekitar
pasien. Komentar-komentar tersebut dapat berbentuk ancaman atau perintah-
perintah langsung ditujukan kepada pasien (halusinasi komando). Suara-suara
sering diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal dari luar kepala pasien dan
kadang-kadang pasien dapat mendengar pikiran-pikiran mereka sendiri
berbicara keras. Suara-suara cukup nyata menurut pasien kecuali pada fase
awal skizofrenia.
- Ilusi dan depersonalisasi
14
Pasien juga dapat mengalami ilusi atau depersonalisasi. Ilusi yaitu adanya
misinterpretasi panca indera terhadap objek. Depersonalisasi yaitu adanya
perasaan asing terhadap diri sendiri. Derealisasi yaitu adanya perasaan asing
terhadap lingkungan sekitarnya misalnya dunia terlihat tidak nyata.
Gangguan Perilaku
Gangguan Afek
15
Parathimi dan paramimi bersama-sama dinamakan incongruity of affect dalam
bahasa inggris dan inadequat dalam bahasa belanda.
2.7 Diagnosis
16
3. Suara-suara halusinasi yang terus-menerus mengomentari perilaku pasien atau
saling mendiskusikan pasien, atau suara halusinasi lain yang berasal dari bagian
tubuh tertentu; dan
4. Waham persisten jenis lain yang secara budaya tidak sesuai dan sangat tidak
masuk akal.
Diagnosis juga dapat ditegakkan bila setidaknya dua hal berikut ada:
1. Halusinasi persisten dalam modalitas apapun, bila terjadi setiap hari selama
sekurangnya 1 bulan, atau bila disertai waham
2. Neologisme, kata baru yang diciptakan oleh pasien, seringkali dengan
menggabungkan suku kata atau dari kata-kata lain.
3. Perilaku katatonik, seperti eksitasi, postur atau fleksibilitas serea, negativisme,
mutisme, dan stupor
4. Gejala negatif, seperti apatis yang nyata, miskin isi pembicaraan, dan respons
emosional tumpul serta ganjil (harus ditegaskan bahwa hal ini bukan disebabkan
depresi atau pengobatan antipsikotik).
17
paranoid biasanya tegang, mudah curiga, berjaga-jaga, berhati-hati, dan
terkadang bersikap bermusuhan atau agresif, namun mereka kadang-kadang
dapat mengendalikan diri mereka secara adekuat pada situasi sosial. Inteligensi
mereka dalam area yang tidak dipengaruhi psikosisnya cenderung tetap utuh.
b. Tipe disorganized
Skizofrenia tipe disorganized (sebelumnya disebut hebefrenik) ditandai dengan
regresi nyata ke perilaku primitif, tak terinhibisi, dan kacau serta dengan tidak
adanya gejala yang memenuhi kriteria tipe katatonik. Onset subtipe ini
biasanya dini, sebelum usia 25 tahun. Pasien hebefrenik biasanya aktif namun
dalam sikap yang nonkonstruktif dan tak bertujuan. Gangguan pikir menonjol
dan kontal dengan realitas buruk. Penampilan pribadi dan perilaku sosial
berantakan, respons emosional mereka tidak sesuai dan tawa mereka sering
meledak tanpa alasan jelas. Seringai atau meringis yang tak pantas lazim
dijumpai pada pasien inim yang perilakunya paling baik dideskripsikan sebagai
konyol atau tolol.
c. Tipe katatonik
Pasien mempunyai paling sedikit satu dari beberapa bentuk katatonia:
- Stupor katatonik atau mutisme yaitu pasien tidak berespons terhadap
lingkungan atau orang. Pasien menyadari hal-hal yang sedang berlangsung
di sekitarnya.
- Negativsme katatonik yaitu pasien melawan semua perintah-perintah atau
usaha-usaha untuk menggerakkan fisiknya.
- Rigiditas katatonik yaitu pasien secara fisik sangat kaku atau rigid.
- Postur katatonik yaitu pasein mempertahankan posisi yang tak biasa atau
aneh.
- Kegembiraan katatonik yaitu pasien sangat aktif dan gembira. Mungkin
dapat mengancam jiwanya (misalnya, karena kelelahan).
d. Tipe tak terinci
Pasien mempunyai halusinasi, waham, dan gejala-gejala psikosis aktif yang
menonjol (misalnya: kebingungan, inkoheren) atau memenuhi kriteria
18
skizofrenia tetapi tidak dapat digolongkan pada tipe paranoid, katatonik,
hebefrenik, residual, dan depresi pasca skizofrenia.
e. Tipe residual
Pasien dalam keadaan remmsi dari keadaan akut tetapi masih memperlihatkan
gejala-gejala residual (penarikan diri secara sosial, afek datar atau tak serasi,
perilaku eksentrik, asosiasi melonggar, atau pikiran tak logis).
f. Skizofrenia simpleks
Skizofrenia simpleks adalah sulatu diagnosis yang sulit dibuat secara
meyakinka karena bergantung pada pemastian perkembangan yang
berlangsung perlahan, progresif dari gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia
residual tanpa adanya riwayat halusinasi, waham atau manifestasi lain tentang
adanya suatu episode psikotik sebelumnya, dan disertai degan perubahan-
perubahan yang bermakna pada perilaku perorangan, yang bermanifestasi
sebagai kehilangan minat yang mencolok, kemalasan, dan penarikan diri secara
sosial.1,3
2.9 Patofisiologi
a. Neurobiologi
Terdapat peningkatan jumlah penelitian yang mengindikasikan adanya
peran patofisiologis area otak tertentu, termasuk sistem limbik, korteks frontal,
serebelum, dan ganglia basalis. Keempat area ini saling terhubung sehingga
disfungsi satu area dapat melibatkan proses patologi primer di tempat lain.
Pencitraan otak manusia hidup dan pemeriksaan neuropatologi jaringan otak
postmortem menyatakan sistem limbik sebagai lokasi potensial proses patologi
primer pada setidaknya beberapa, bahkan mungkin sebagian besar, pasien
skizofrenia.
Dua are yang menjadi subjek penelitian aktif adalh waktu ketika suatu lesi
neuropatologi terlihat di otak serta interaksi lesi tersebut dengan stresor sosial dan
lingkungan. Dasar penampakan abnormalitas otak mungkin terletak pada
pembentukan abnormal atau pada degenerasi neuron setelah pembentukan. Namun,
19
fakta bahwa kembar monozigotik memiliki angka kejadian bersama sebesar 50%
menyiratkan adanya interaksi yang masih sangat sedikit diketahui antara
lingkungan dan timbulnya skizofrenia. Di lainppihak, faktor yang mengatur
ekspresi gen baru mulai dipahami. Meski kembar monozigotik mempunyai
informasi genetik yang sama, regulasi gen yang berbeda sepanjang hidup mungkin
menyebabkan salah satu kembar monozigotik mengalami skizofrenia, sementara
kembarannya tidak.
c. Neurokimia
20
Penemuan menunjukkan bahwa disregulasi dopamin yang kompleks terjadi
dengan aktivitas hiperdopaminergik dalam proyeksi mesencephalic ke striatum
limbik dan aktivitas hipodopaminergik di neokorteks. Bukti dari kegiatan
hiperdopaminergik termasuk hubungan antara efektivitas dopamin reseptor yang
mengikat obat dan pengurangan gejala positif serta peningkatan reseptor D2 dalam
studi postmortem dan PET.
Sistem opioid juga telah dianggap sebagai kandidat yang berpotensial yang
terlibat dalam skizofrenia, didasarkan terutama pada kesamaan antara efek
farmakologis dari terjadinya tanda opioid dan kejiwaan. Hipotesis telah diusulkan
pada peningkatan maupun penurunan level dari berbagai peptide opioid sebagai
faktor yang mendasari sebagai penyebab gejala skizofrenia. Namun, penelitian
klinis berdasarkan hipotesis sering menghasilkan hasil variable atau bermacam-
macam.5
21
2.10 Diagnosis Banding
a. Gangguan Psikotik Lain
Gejala psikotik pada skizofrenia dapat identik dengan gangguan
skizofreniform, gangguan psikotik singkat, gangguan skizoafektif, dan gangguan
waham. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia berupa gejala yang
berdurasi setidaknya 1 bulan tapi kurang dari 6 bulan. Gangguan psikotik singkat
merupakan diagnosis yang sesuai bila gejala berlangsung setidaknya 1 hari tapi
kurang dari 1 bulan dan bila pasien tidak kembali ke keadaan fungsi pramorbidnya
dalam waktu tersebut. Jika suatu sindrom manik atau depresif terjadi bersamaan
dengan gejala utama skizofrenia, gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang
tepat. Waham nonbizar yang timbul selama sekurangnya 1 bulan tanpa gejala
skizofrenia lain atau gangguan mood patut didiagnosis sebagai gangguan waham.
b. Gangguan Kepribadian
c. Gangguan Waham
A. Waham tidak bizar ( melibatkan situasi yang terjadi dalam kehidupan nyata,
seperti merasa diikuti, diracuni, terinfeksi, dicintai dari jauh, atau dikhianati
22
pasangan atau kekasih, atau menderita suatu penyakit) sekurang-kurangnya
1 bulan.
B. Kriteria A skizofrenia tidak terpenuhi. Catatan: halusinasi taktil dan olfaktori
dapat terjadi gangguan waham jika sesuai dengan tema waham.
C. Berbeda dengan dampak waham atau hasil akhirnya, fungsi tidak terganggu
secara nyata dan perilaku tidak secara jelas, aneh, atau bizar.
D. Jika episode mood telah terjadi bersamaan dengan waham, durasi totalnya
singkat dibandingkan durasi periode waham.
E. Gangguan tidak disebabkan efek fisiologis suatu zat secara langsung (c/o:
penyalahgunaan, suatu obat) atau kondisi medis umum.
Jenis-jenis waham.3
Pada tipe waham ini ciri khas lebih dari satu tipe di atas
Waham campuran
tetapi tidak ada tema yang menonjol.
23
2.11 Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Antagonis Serotonin-Dopamin
24
disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon, olanzapin, sertindol, kuetiapin,
dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan menggantikan antagonis reseptor
dopamin, sebagai obat lini pertama untuk penanganan skizofrenia.
Nama Obat
25
serotonin tipe-2. Diindikasikan untuk pengobatan psikosis
dan gangguan bipolar.
26
Nama Obat Sediaan Dosis Anjuran
Risperidone Tab. 1 – 2 – 3
2 – 6 mg/hari
(Risperdal) mg
Olanzapine
Tab. 5 – 10 mg 10 – 20 mg/hari
(Zyprexa)
200 mg
Aripiprazole Tab. 10 – 15
10 – 15 mg/hari
(Abilify) mg
27
Efek samping ini ada yang dapat di tolerir pasien, ada yang lambat, ada yang
sampai membutuhkan obat simptomatik untuk meringankan penderitaan pasien.
Interaksi Obat
b. Terapi Psikososial
28
- Pelatihan keterampilan sosial
Peatihan keterampilan sosial kadang-kadang disebut sebagai terapi
keterampilan perilaku. Terapi ini secara langsung dapat mendukung dan
berguna untuk pasien bersama dengan terapi farmakologis. Selain gejala yang
biasa tampak pada pasien skizofrenia, beberapa gejala yang paling jelas terlihat
melibatkan hubungan orang tersebut dengan orang lain, termasuk kontak mata
yang buruk, keterlambatan respons yang tidak lazim, ekspresi wajah yang aneh,
kurangnya spontanitas dalam situasi sosial, serta persepsi yang tidak akurat
atau kurangnya persepsi emosi pada orang lain. Pelatihan keterampilan
perilaku diarahkan ke perilaku ini melalui penggunaan video tape berisi orang
lain dan si pasien, bermain drama dalam terapi, dan tugas pekerjaan rumah
untuk keterampilan khusus yang dipraktekkan.
- Terapi kelompok
Terapi kelompok untuk oragn dengan skizofrenia umumnya berfokus
pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok dapat
berorientasi perilaku, psikodinamis atau berorientasi tilikan, atau suportif.
- Psikoterapi individual
Pada psikoterapi pada pasien skizofrenia, amat penting untuk
membangun hubungan terapeutik sehingga pasien merasa aman. Reliabilitas
terapis, jarak emosional antaraterapis dengan pasien, serta ketulusan terapis
sebagaimana yang diartikan oleh pasien, semuanya mempengaruhi
29
pengalaman terapeutik. Psikoterapi untuk pasien skizofrenia sebaiknya
dipertimbangkan untuk dilakukan dalamm jangka waktu dekade, dan bukannya
beberapa sesi, bulan, atau bahakan tahun. Beberapa klinisi dan peneliti
menekankan bahwa kemampuan pasien skizofrenia utnuk membentuk aliansi
terapeutik dengan terapis dapat meramalkan hasil akhir. Pasien skizofrenia
yang mampu membentuk aliansi terapeutik yang baik cenderung bertahan
dalam psikoterapi, terapi patuh pada pengobatan, serta memiliki hasil akhir
yang baik pada evaluasi tindak lanjut 2 tahun. Tipe psikoterapi fleksibel yang
disebut terapi personal merupakan bentuk penanganan individual untuk pasien
skizofrenia yang baru-baru ini terbentuk. Tujuannya adalah meningkatkan
penyesuaian personal dan sosial serta mencegah terjadinya relaps. Terapi ini
merupakan metode pilihan menggunakan keterampilan sosial dan latihan
relaksasi, psikoedukasi, refleksi diri, kesadaran diri, serta eksplorasi
kerentanan individu terhadap stress. 2,3
2.12 Komplikasi
30
Kemudian, dengan penggunaan antipsikotik, ada tekanan terhadap hormon
estrogen, testosteron, dan hormon-hormon tersebut memproteksi tulang sehingga
dapat terjadi osteoporosis.4
2.13 Prognosis
2.14 Pencegahan
31
BAB III
KESIMPULAN
32
DAFTAR PUSTAKA
33