Anda di halaman 1dari 13

NAMA : ATRA MAHARDIKA BENTANG

NIM : B.1710419

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Allah SWT. Telah menjadikan manusia masing-masing saling


membutuhkan satu sama lain, supaya mereka tolong menolong, tukar menukar
keperluan dalam segala urusan kepentingan hidup masing-masing, salah
satunya adalah dengan jual beli, baik dalam urusan kepentingan sendiri maupun
untuk kemaslahatan umum. Dengan cara demikian kehidupan masyarakat menjadi
teratur dan subur, pertalian yang satu dengan yang lain menjadi teguh. Akan
tetapi, sifat loba atau tamak tetap ada pada manusia, suka mementingkan diri
sendiri supaya hak masing-masing jangan sampai tersia-sia, dan juga menjadi
kemaslahatan umum agar pertukaran dapat berjalan dengan lancar dan teratur.
Oleh sebab itu agama memberi peraturan yang sebaik-baiknya.

Kehidupan dalam bermasyarakat memang penting, apalagi manusia tidak


dapat hidup sendiri. Oleh sebab itu manusia saling berinteraksi antara satu dengan
yang lainnya, atau disebut juga dengan bermuamalah. Manusia adalah makhluk
sosial yang tidak lepas dari kegiatan muamalah. Namun tidak semua masyarakat
mengetahui secara kaffah akan peraturan-peraturan dalam bermuamalah, misalnya
dalam kasus jual beli.

Islam melihat konsep jual beli itu sebagai suatu alat untuk menjadikan
manusia itu semakin dewasa dalam berpola pikir dan melakukan berbagai
aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi. Pasar sebagai tempat aktivitas jual beli
harus dijadikan sebagai tempat pelatihan yang tepat bagi manusia sebagai khalifah
di muka bumi. Maka sebenarnya jual beli dalam Islam merupakan wadah untuk
memproduksi khalifah-khalifah yang tangguh di muka bumi, tidak sedikit kaum
muslimin yang mengabaikan dalam mempelajari muamalat, melalaikan aspek ini
sehingga tidak mempedulikan lagi, apakah barang itu halal atau haram menurut
syariat Islam.

Jual beli (al-bai’) adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain).
Kata lain dari al-ba’i adalah asy-syira’, al-mubadah, danat-tijaarah. Allah
membolehkan jual beli bagi hamba-Nya selama tidak melalaikan dari perkara
yang lebih penting dan bermanfaat. Seperti melalaikannya dari ibadah yang wajib
atau membuat madharat terhadap kewajiban lainnya. Jika asal dari jual beli adalah
disyariatkan, sesungguhnya diantara bentuk jual ada juga yang diharamkan dan
ada juga yang diperselisihkan hukumnya.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan karya tulis ilmiyah ini ada beberapa rumusan masalah,
yaitu:

1. Apa pengertian jual beli?


2. Apa syarat, rukun dan hukum jual beli dalam islam?
3. Apa sajakah jual beli yang terlarang?
C. Tujuan Masalah

Dalam penulisan makalah ini mempunyai beberapa tujuan masalah, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian jual beli.


2. Untuk mengetahui dan memahami syarat, rukun dan hukum jual beli
dalam Islam.
3. Untuk mengetahui dan memahami beberapa jual beli yang telarang.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Jual Beli

Jual beli menurut bahasa adalah suatu bentuk akad penyerahan sesuatu
dengan sesuatu lain. Sedangkan menurut istilah jual beli adalah transaksi antara
penjual dan pembeli untuk melakukan tukar-menukar barang atas dasar suka sama
suka yang disertai dengan akad. Akad jual beli dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu dengan bentuk perkataan dan perbuatan.

Bentuk perkataan terdiri dari ijab dan qobul, ijab adalah kata yang keluar
dari penjual seperti ucapan “saya jual” dan qobul adalah kata yang keluar dari
pembeli seperti ucapan “saya beli”.

Bentuk perbuatan yaitu muathoh (saling memberi)yang terdiri dari

perbuatan mengambil dan member seperti penjual memberikan barang kepada

pembeli dan pembeli memberikan harga yang wajar (telah ditentukan)

1. Pengertian Khiyar

Khiyar menurut bahasa adalah memilih, sedangkan menurut istilah adalah


antara penjual dan pembeli memilih yang terbaikdari dua perkara untuk
melangsungkan atau membatalkan akad jual beli. Khiyar terdiri dari delapan
macam, yaitu:

a. Khiyar Majlis (Pilihan Majlis)


Yaitu tempat berlangsungnya jual beli. Maksudnya bagi yang berjual beli
mempunyai hak untuk memilih selama keduanya ada di dalam majlis.
Rasulullah SAW bersabda “jika dua orang saling berjual beli, maka masing-
masing mempunyai hak untuk memilih selama belum berpisah dan keduanya
ada di dalam majlis”.

Khiyar majlis menjadi bubar ada kalanya disebabkan berpisahnya kedua


belah pihak dari tempat akadnya atau penjual dan pembeli memilih
menggugurkan akadnya.

b. Khiyar Syarat
Yaitu masing-masing dari penjual dan pembeli mensyaratkan adanya
khiyar ketika melakukan akad atau setelahnya selama khiyar majlis dalam
waktu tertentu. Dan dua orang yang bertransaksi sah untuk mensyaratkan
khiyar terhadap salah seorang dari keduanya karena khiyar merupakan hak
dari keduanya, maka selama keduanya ridho berarti hal itu boleh.

c. Khiyar Ghobn
Yaitu jika seorang tertipu dalam jual beli dengan penipuan yang keluar dari
kebiasaan, maka seorang telah tertipu diberi pilihan akan melangsungkan
transaksinya atau membatalkannya. Dan orang yang tertipu tidak akan lapang
jiwanya dengan penipuan, kecuali kalau penipuan tersebut adalah penipuan
ringan yang sudah biasa terjadi, maka tidak ada khiyar baginya.

d. Khiyar Tadlis
Yaitu menampakkan barang yang aib (cacat) dalam bentuk yang bagus
seakan-akan tidak ada cacat. Tadlis diambil dari kata ad-dzulma (gelap) yaitu
penjual menunjukkan barang kepada pembeli yang bagus di dalam kegelapan
sehingga barang tersebut tidak terlihat secara sempurna. Tadlis ada dua
macam, yaitu:

1. Menyembunyikan cacat barang

2.Menghiasi dan memperindahnya dengan sesuatu yang menyebabkan


harganya bertambah.

Tadlis hukumnya adalah haram, dan bagi pembeli yang sudah terlanjur
membeli barang tadlis maka syariat memperbolehkan mengembalikan barang
pembeliannya.
e. Khiyar aib
Yaitu khiyar bagi pembeli yang disebabkan adanya aib dalam suatu
barang yang tidak disebutkan oleh penjual atau tidak diketahui olehnya,
akan tetapi jelas aib itu ada dalam barang-barang dagangan sebelum dijual.
Adapun ketentuan aib yang memperbolehkan adanya khiyar adalah dengan
adanya aib itu biasanya menyebabkan nilai barang berkurang atau
mengurangi harga barang itu sendiri.

Apabila pembeli mengetahui aib setelah akad, maka baginya berhak


khiyar untuk melanjutkan membeli dan mengambil ganti rugi seukuran
perbedaan antara harga barang yang baik dengan yang terdapat aib. Atau
boleh bagi pembeli untuk membatalkan pembelian dengan mengembalikan
barang dan meminta kembali uang yang telah ia berikan.

f. Khiyar Takhbir Bitsaman


Yaitu menjual barang dengan harga pembelan, kemudian penjual
mengkhabarkan kadar barang tersebut ternyata tidak sesuai dengan hakikat
dari barang tersebut.

g. Khiyar Bisababi Takhaluf

Khiyar yang terjadi apabila pembeli dan penjual berselisih dalam


sebagian perkara, seperti berselisih dalam kadar harganya, ukurannya atau
berselisih dalam keadaan tidak ada kejelasan dari keduanya, maka ketika
itu terjadi perselisihan dan keduanya mempunyai keinginan yang berbeda.
Maka keduanya boleh membatalkan jika ia tidak ridha dengan perkataan
lainnya.

h. Khiyar Ru’yah
Yaitu khiyar bagi pembeli, jika ia membeli suatu barang berdasarkan
penglihatan sebelumnya, kemudian ia mendapati adanya perubahan sifat
barang tersebut. Maka ketika itu baginya berhak untuk memilih antara
melanjutkan atau membatalkan pembelian.
B. Pengertian Riba

Riba menurut bahasa adalah ziyadah yang artinya tambahan, sedangkan


menurut istilah adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli
maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip-prinsip
muamalat dalam islam.

Riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba hutang piutang dan riba jual
beli. Riba hutang piutang yang terdiri riba qiradh dan riba jabiliyah sedangkan
riba jual beli terbagi atas:

1. Riba Fadhl
Yaitu pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang
berbeda, sedangkan yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang
ribawi

2. Riba Nasi’ah
Yaitu penangguhan penyarahan atau penerimaan barang ribawi yang
dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba nasi’ah muncul
karena adanya perbedaan perubahan atau tambahan antara yang diserahkan
saat ini dengan yang diserahkan kemudian.

C. Hikmah Jual Beli

Dalam jual beli terkandung beberapa hikmah bagi penjual, pembeli,


masyarakat dan negara.

1. Hikmah Bagi Penjual


a. Mendapat rahmat dan keberkataan daripada Allah dengan
mengikut apa yang telah disyariatkan.
b. Dapat berjualan dengan aman tanpa berlakunya khianat dan
mengkhianati antara satu sama lain.
2. Hikmah Bagi Pembeli
a. Mendapat keridhaan dan rahmat dari Allah
b. Terhindar daripada siksaan api neraka.
3. Hikmah Bagi Masyarakat
a. Menyenangkan manusia bertukar-tukar faedah harta dalam
kehidupan seharian
b. Menghindarkan kejadian rampas merampas dan ceroboh
mencerobohi dalam usaha memiliki harta
c. Menggalakkan orang ramai supaya hidup berperaturan,
bertimbang rasa, jujur dan ikhlas.
4. Hikmah Bagi Negara
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara ke tahap yang
lebih baik.
b. Dapat menarik pelabur asing untuk melabur dalam ekonomi
negara.
c. Menggalakkan persaingan ekonomi yang sehat sesama
negara Islam.

D. Syarat, Rukun dan Hukum Jual Beli dalam Islam


1. Syarat jual beli dalam islam
Dalam syariat islam jual beli mempunyai beberapa persyaratan dan
ketentuan-ketentuan tersendiri yang harus dipenuhi oleh penjual dan pembeli.
Sahnya suatu jual beli ada dua unsur pokok yaitu bagi yang berakad dan barang
yang diakadi, apabila salah satu dari syarat tersebut hilang atau gugur maka tidak
sah jual belinya. Adapun syarat tersebut adalah:

a. Bagi yang Berakad


Adanya saling ridha antara penjual dan pembeli, tidak sah bagi suatu jual
beli apabila salah satu dari keduanya ada unsur terpaksa. Tanpa haq (sesuatu yang
diperbolehkan). Namun apabila keterpaksaan itu adalah perkara yang haq
(dibenarkan syariah), maka sah jual belinya.

berakad adalah orang yang diperkenankan oleh syariat untuk melakukan


transaksi, yaitu orang yang merdeka, mukallaf, dan orang yang sehat akalnya. Dan
tidak sah jual beli dari anak kecil, orang bodoh, orang gila, hamba sahaya yang
tanpa izin majikannya. (jual beli yang tidak boleh dilakukan anak kecil adalah jual
beli yang biasa dilakukan orang dewasa, seperti jual beli rumah, kendaraan dan
lain-lain. Bukan jual beli yang sifatnya sepele seperti jual beli jajanan anak kecil).

b. Bagi Barang yang Diakadi


Barang tersebut adalah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya secara
mutlaq, dan tidak sah menjual sesuatu yang diharamkan mengambil manfaatnya
seperti khomer, alat-alat music dan bangkai.

Yang diakadi berupa harga atau sesuatu yang dihargai mampu untuk
dikuasai, karena sesuatu yang tidak dapat dikuasai menyerupai sesuatu yang tidak
ada, maka tidak sah jual belinya..

Barang yang diakadi tersebut diketahui ketika terjadi akad oleh yang
berakad, karena ketidak tahuan terhadap barang tersebut merupakan suatu bentuk
penipuan, sedangkan penipuan itu terlarang. Maka tidak sah membeli sesuatu
yang tidak terlihat atau terlihat namun tidak diketahui hakikatnya.

2. Rukun Jual Beli

a. Ada penjual dan ada pembeli yang keduanya harus berakal sehat, atas

kemauannya sendiri, dewasa dan tidak mubadzir (tidak boros)

b. Ada barang atau jasa yang diperjual belikandan barang penukar seperti

uang, dinar, emas, dirham perak dan barang atau jasa.

c. Ada ijab qobul, yaitu ucapan transaksi antara penjual dan pembeli.

3. Hukum Jual Beli

a. Haram, jika tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli, atau

melakukan jual beli yang terlarang.

b. Mubah, jual beli secara umum memang hukumnya adalah mubah.

c. Wajib, jual beli menjadi wajib hukumnya tergantung situasi dan

kondisi, seperti menjual harta anak yatim dalam keadaan terpaksa.


E. Larangan dalam Jual Beli
1. Membeli barang di atas harga pasaran
2. Membeli barang yang sudah dibeli atau dipesan orang
3. Menjual atau membeli barang dengan cara menipu
4. Menghambat orang lain mengetahui harga pasar agar membeli
barangnya
5. Menimbun barang yang dijual agar harga naik karena dibutuhkan
masyarakat
6. Menyakiti penjual atau pembeli untuk melakukan transaksi
7. Menyembunyikan cacat barang kepada pembeli
8. Menjual barang dengan cara kridit dengan imbalan bunga yang
ditetapkan
9. Menjual atau membeli barang haram
10. Jual beli yang bertujuan buruk, seperti untuk merusak ketentraman
umum, menyempitkan gerakan pasar, mencelakai para pesaing dan
lain-lain.
F. Jual Beli yang Terlarang
1. Jual Beli Ketika Panggilan adzan
Tidak sah jual beli yang dilakukan ketika telah masuk
kewajiban untuk melakukan shalat jum’at. Yaitu setelah terdengar
panggilan adzan yang kedua. Allah SWT melarang jual beli, agar
tidak menjadikannya sebagai kesibukan yang menghalangi untuk
melaksanakan shalat jum’at. Dan Allah SWT mengkhususkan
melarang jual beli karena itu adalah perkara terpenting yang sering
menyebabkan kesibukan seseorang. Dan melakukan kesibukan
dengan perkara selain jual beli sehingga mengabaikan shalat jum’at
adalah perkara yang diharamkan. Demikian juga shalat
fardhu lainnya, tidak boleh disibukkan dengan aktifitas jual beli
ataupun yang lainnya setelah ada panggilan untuk menghadirinya.
2. Jual Beli untuk Kejahatan
Allah SWT melarang menjual sesuatu yang membantu
terwujudnya kemaksiatan dan dipergunakan kepada yang
diharamkan Allah SWT.
3. Menjual Budak Muslim kepada Non Muslim
Allah SWT melarang menjual hamba sahaya muslim kepada
seorang kafir jika tidak membebaskannya. Karena hal tersebut akan
menjadikan budak tersebut hina dan rendah di hadapan orang kafir.
4. Jual Beli di atas Jual Beli Saudaranya
Diharamkan menjual barang di atas penjualan saudaranya,
dan diharamkan juga membeli barang di atas pembelian saudaranya.
Maka diwajibkan untuk umat islam untuk menjauhi perbuatan
tersebut dan melarang manusia dari perbuatan seperti itu serta
mengingkari segenap pelakunya
5. Samsaran
Merupakan jual beli yang diharamkan. Samsaran adalah
seorang penduduk kota menghadang orang yang datang dari tempat
lain (luar kota), kemudian orang itu meminta kepadanya untuk
menjadi perantara dalam jual belinya, begitu juga sebaliknya.
6. Jual Beli dengan ‘Inah
Di antara jual beli yang terlarang adalah jual beli dengan cara
‘inah, yaitu menjual suatu barang kepada seseorang dengan harga
kridit, kemudian ia membelinya lagi dengan harga kontan akan tetapi
lebih rendah dari harga kridit.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jual beli merupakan transaksi antara penjual dan pembeli

untukmelakukan tukar-menukar barang atas dasar suka sama suka yang

disertai dengan akad. Dalam jual beli penjual dan pembeli diberi

kesempatan untuk berkhiyar sebelum berakad. Allah SWT

memperbolehkan jual beli namun mengharamkan riba.

Melakukan jual beli terdapat beberapa syarat dan rukun jual beli

yang harus dipenuhi penjual dan pembeli, jika tidak dipenuhi maka tidak

sah jual beli di antara kedua pihak tersebut

Pada dasarnya hukum jual beli adalah mubah, namun bisa berubah

wajib jika memang sangat terpaksa untuk melakukan jual beli tersebud.

Dan bisa juga berubah haram jika tidak memenuhi syarat dan rukun jual

beli. Selain itu, juga dikarenakan kecurangan atau penipuan dari salah satu

penjual dan pembeli.

B. Saran

Jual beli merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap

manusia, namun pada zaman sekarang manusia tidak menghiraukan

hukum islam. Oleh karena itu, sering terjadi penipuan dimana-mana.


Untuk menjaga perdamaian dan ketertiban sebaiknya kita berhati-hati

dalam bertransaksi dan alangkah baiknya menerapkan hukum islam dalam

interaksinya.

Allah SWT telah berfirman bahwasannya Allah memperbolehkan

jual beli dan mengharamkan riba. Maka dari itu, jauhilah riba dan jangan

sampai kita melakukun riba. Karena sesungguhnya riba dapat merugikan

orang lain.

Hendaklah meninggalkan jual beli dan segala kesibukan lainnya

kemudian beribadahlah kepada Allah ketika mendengarkan seruan adzan.

Karena sesungguhnya Allah SWT mengharamkan jual beli di waktu

tertentu. Dimana kita harus melakukan ibadah, seperti shalat jum’at dan

shalat fardhu.
DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, Achmad. Fat-hul qarib. 1991. Surabaya: Al-Hidayah

http// www. Hukum jual beli dalam islam. Com

Prof.Dr.Abdullah al Mushlih,Prof Dr.Shalah ash-Shawi, Fiqh Ekonomi Keuangan


Islam, Jakarta : Darul Haq, 2004.

Prof. DR. Rachmat Syafei, MA, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia 2001.

H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2010

Departemen Agama RI, Al-hidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode


Angka, Banten, Kalim, 2012

Anda mungkin juga menyukai