Anda di halaman 1dari 3

Pemeriksaan rektal (colok dubur; rectal toucher) bagi banyak pasien mungkin

merupakan bagian yang paling tidak umum pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan ini dapat
menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien dan mungkin keadaan yang memalukan, kendati
jika dikerjakan dengan terampil pemeriksaan tersebut seharusnya tidak terlalu terasa nyeri
pada banyak keadaan. Pemeriksaan ini harus dilakukan pada pasien dewasa, jika tindakan ini
dilewatkan dapat berarti tidak terdiagnosisnya karsinoma yang asimptomatik. Keberhasilan
pemeriksaan pemeriksaan memerlukan gerakan jari tangan yang hati-hati, lembut dan
perlahan-lahan, pemeriksa yang tenang dan penjelasan kepada pasien mengenai apa yang
mungkin dirasakannya. Pada sebagian besar pemeriksaan, posisi berbaring miring merupakan
posisi yang memuaskan dan akan memberikan pandangan yang jelas pada daerah perianal
serta sakrokoksigeal.
Posisi berbaring miring ; Minta pasien untuk berbaring miring pada sisi kiri tubuhnya
dengan gluteus berada dekat dengan pinggir meja periksa. Fleksikan sendi pangkal paha dan
lutut pasien khususnya pada tungkai yang berada disebelah atas, tindakan ini akan
menstabilkan posisi tubuhnya dan memperjelas pandangan pada daerah yang diperiksa.
Tutupi tubuh pasien dengan kain penutup dan atur lampu penerangan untuk menghasilkan
pandangan yang paling jelas. Kenakan sarung tangan karet, kemudian pisahkan kedua gluteus
pasien.
1. Lakukan inspeksi daerah sakrokoksigeal dan perianal untuk menemukan benjolan, ulkus,
inflamasi, ruam atau ekskoriasi. Kulit perianal pada orang dewasa normalnya lebih
berpigrnen dan sedikit lebih kasar daripada kulit yang menutupi daerah gluteus. Lakukan
palpasi pada setiap daerah yang abnormal dengan memperhatikan ada atau tidaknya
benjolan dan nyeri tekan.
2. Lakukan pemeriksaan anus dan rektum. Lumasi jari telunjuk yang bersarung tangan,
kemudian jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan pada dirinya dan informasikan
bahwa pemeriksaan ini akan membuatnya merasa seperti ingin buang air besar, tetapi
sebenarnya defekasi tidak akan terjadi. Minta pasien untuk mengejan. Lakukan inspeksi
daerah anus dengan memperhatikan setiap lesi yang ada.
Ketika pasien mengejan letakkan permukaan ventral jari telunjuk yang mengenakan
sarung tangan dan berpelumas itu di daerah sekitar anus. Ketika otot sfingternya melemas,
masukkan ujung jari dengan hati-hati ke dalam kanalis ani dengan arah menuju umbilicus.
Jika otot sfingter terasa mengencang, berhenti sebentar dan tenangkan perasaan pasien. Pada
saat otot sfingter melemas kembali, lanjutkan gerakan jari tangan. Kadang-kadang nyeri
tekan yang hebat akan menghalangi dalam memeriksa anus. Jangan pernah mencoba
memaksakannya. Sebaliknya, letakkan jari-jari tangan pada kedua sisi anus dan dengan hati-
hati lebarkan orifisium ani saat pasien diminta untuk mengejan. Cari lesi yang ada, seperti
fisura ani yang rnungkin menyebabkan nyeri tekan tersebut. Jika dapat melanjutkan
pemeriksaan tanpa gangguan (rasa nyaman yang tidak semestinya), perhatikan : tonus otot
sfingter pada anus (normalnya, otot-oiot pada sfingter ani akan mengatup dengan erat di
sekeliling jari tangan), nyeri tekan jika ada, indurasi, ketidakteraturan (iregularitas) atau
noduli.
Sisipkan jari tangan ke dalam rektum sejauh-jauhnya. Lakukan rotasi jari tersebut
searah jarum jam untuk mempalpasi permukaan rektum seluas mungkin pada sisi kanan
tubuh pasien; kemudian rotasikan jari tangan berlawanan arah jarum jam untuk mempalpasi
permukaan rektum di sebelah posterior dan pada sisi kiri tubuh pasien. Perhatikan setiap
nodulus, iregularitas, atau indurasi. Untuk membuat lesi dapat dijangkau, angkat jari tangan
dari permukaan rektum, minta pasien untuk mengejan dan lakukan palpasi sekali lagi.
Kemudian rotasikan tangan lebih lanjut berlawanan arah jarum jam sehingga jari tangan
dapat memeriksa permukaan posterior kelenjar prostat. Dengan memutar tubuh pemeriksa
sedikit menjauhi tubuh pasien, pemeriksa dapat meraba daerah ini dengan lebih mudah.
Beritahukan kepada pasien bahwa akan meraba kelenjar prostatnya dan perabaan ini mungkin
membuatnya merasa ingin buang air kecil kendati sebenarnya proses berkemih tidak akan
terjadi.
Usapkan jari tangan dengan hati-hati pada kelenjar prostat kenali kedua lobus
lateralisnya dan sulkus medialis yang berada di antaranya. Perhatikan ukuran, bentuk serta
konsistensi prostat, dan kenali setiap nodulus atau nyeri tekan. Prostat normal akan teraba
seperti karet dan tidak ada nyeri tekan. Jika mungkin, lakukan ekstensi jari tangan di atas
prostat untuk menjangkau daerah vesikula seminalis dan kavum peritonei. Perhatikan adanya
nodulus atau nyeri tekan. Dengan perlahan tarik keluar jari tangan dan usap anus pasien
dengan kertas tissue atau berikan tissue tersebut kepada pasien untuk melakukannya sendiri.
Perhatikan warna setiap material feses pada sarung tangan dan lakukan pemeriksaan darah
samar pada material tersebut.
Posisi litotomi dapat membantu untuk menjangkau kanker yang letaknya tinggi di
dalam rektum. Posisi ini juga memungkinkan pemeriksaan bimanual yang membuat
pemeriksa dapat menentukan massa dalam pelvis. Sebagian dokter lebih suka memeriksa
pasien saat berdiri dengan kedua sendi pangkal paha difleksikan dan tubuh bagian atasnya
ditempatkan pada meja periksa.
Sumber : Bickley, Lynn S. Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates ; Alih
bahasa, Andry Hartono ; Editor edisi bahasa Indonesia, Linda Dwijayanthi, Andita Nowianti,
Sherli Karolina. - Ed. 8. - Jakarta : EGC, 2009.

Anda mungkin juga menyukai