Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2004 yang didasarkan pada sejumlah kompetensi yang

harus dimiliki oleh peserta didik merupakan penyempurnaan dari kurikulum

1994. Penyempurnaan ini diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan tersebut termaktub dalam Bab II

Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Pusat

Data dan Informasi Pendidikan: 2006) Kurikulum 2004 memfokuskan pada

perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Karenanya

kegiatan pembelajaran diarahkan untuk membantu peserta didik

menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal agar mereka

dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Matematika dalam kehidupan sehari-hari, dewasa ini berkembang

amat pesat kegunaannya. Kegunaan matematika dalam sehari-hari

telah menunjukkan hasil yang nyata, misalnya di bidang ekonomi.

Matematika sering dianggap sebagai mata pelajaran yang susah untuk

dimengerti. Indikasi ini bisa dilihat dari hasil belajar siswa yang kurang

memuaskan. Rendahnya hasil belajar ini lebih terlihat khususnya dalam

pokok bahasan yang bersifat abstrak sehingga memerlukan visualisasi.

1
Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar

siswa. Yang paling utama adalah rendahnya minat siswa untuk mengikuti

pelajaran dengan baik dan bersungguh-sungguh (Tatik, 1997: 73). Faktor lain

yang berpengaruh adalah cara mengajar guru yang tidak tepat. Beberapa guru

hanya mengajar dengan satu metode yang kebetulan tidak cocok dan sulit

dimengerti oleh siswa. Selain itu sarana dan prasarana pendukung juga ikut

berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa.

Penelitian Hidayah (1998:32) mengemukakan bahwa untuk

meningkatkan minat dan hasil belajar siswa di sekolah dapat dilakukan

dengan beberapa hal. Dalam kesimpulan penelitiannya dikemukakan

bahwa pendayagunaan alat peraga sebagai alat bantu ajar dalam

pembelajaran matematika membuat pembelajaran lebih bermakna dan

siswa aktif. Dengan bantuan ini harapannya rendahnya hasil belajar siswa

dapat diatasi secara perlahan dan siswa dapat menjadi aktif (Prabowo,

2004:2).

Dari kenyataan di lapangan, khususnya kelas V, hasil belajar pokok

bahasan Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun masih

rendah. Ini dilihat dari hasil belajar siswa tentang Memahami sifat-sifat

bangun dan hubungan antar bangun. Hal ini mungkin dikarenakan oleh

penggunaan media pembelajaran masih jarang digunakan dalam proses

pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas hasil pendidikan senantiasa

dicari dan diteliti melalui kajian berbagai komponen pendidikan.

Perbaikan dan penyempurnaan proses pembelajaran dilakukan untuk

2
memajukan dan meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Teknologi

pengajaran adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pengajaran. Konsep teknologi pengajaran merupakan suatu sistem

dari teknologi pendidikan yang memberikan alternatif terhadap rancangan

program pengajaran.

Pendayagunaan media pembelajaran dapat memperbaiki efektivitas

dan efisiensi proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode ceramah

membuat siswa kurang tertarik pada materi yang disampaikan guru, siswa

cenderung pasif dan kurang serius dalam proses pembelajaran. Sehingga

materi yang disampaikan oleh guru tidak tertanam dalam benak siswa

(Suyitno, 2004:2) Proses belajar siswa dan proses mengajar guru merupakan

keterpaduan yang memerlukan pengaturan dan perencanaan yang seksama

sehingga menimbulkan minat belajar siswa. Minat belajar siswa akan dapat

tumbuh dan terpelihara apabila proses mengajar guru dilaksanakan secara

bervariasi, antara lain dengan bantuan media pembelajaran. Lembar Kerja

Siswa (LKS) merupakan salah satu media pembelajaran matematika

dengan metode penemuan terbimbing sebagai usaha untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa.

Penggunaan alat peraga dan LKS dalam pembelajaran matematika

masih jarang dilakukan, sehingga siswa sulit membayangkan hal yang

sifatnya abstrak dan memerlukan visualisasi. Penggunaan LKS yang

merupakan salah satu media pembelajaran dengan metode penemuan

terbimbing masih jarang dilakukan sehingga siswa hanya menghafal materi

3
yang ada, tanpa memahami proses penemuan konsep yang ada. Berdasarkan

uraian di atas, maka diambil judul penelitian PENGGUNAAN ALAT

PERAGA DAN LEMBAR KERJA SISWA UNTUK POKOK

BAHASAN MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN

ANTAR BANGUN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SDI

UDUMABHA.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penulisan ini penulis

membatasi masalah hanya pada Penggunaan Alat Peraga untuk Pokok

Bahasan Memahami Sifat – Sifat Bangun dan Hubungan Antar Bangun

Persegi, Segitiga dan Jajargenjang Dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Pada Siswa Kelas V Semester 2 SDI Udumabha

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dirumuskan

dalam penelitian ini, adalah:

1. Bagaimanakah penggunaan alat peraga untuk pokok bahasan memahami

sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dalam meningkatkan hasil

belajar matematika pada siswa kelas V semester 2 SDI Udumabha?

2. Bagaimanakah penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk pokok

bahasan memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dalam

meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V semester 2 SDI

Udumabha?

4
3. Apakah penggunaan alat peraga dan Lembar Kerja Siswa (LKS) efektif

digunakan untuk pokok bahasan memahami sifat-sifat bangun dan

hubungan antar bangun dalam meningkatkan hasil belajar matematika

pada siswa kelas V semester 2 SDI Udumabha?

1.4 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka Tujuan dari penelitian ini

diantaranya, adalah:

1. Untuk mengetahui penggunaan alat peraga untuk pokok bahasan

memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dalam

meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V semester 2 SDI

Udumabha.

2. Untuk mengetahui penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk pokok

bahasan memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dalam

meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas V semester 2 SDI

Udumabha.

3. Untuk mengetahui keefektifan penggunaan alat peraga dan Lembar Kerja

Siswa (LKS) untuk pokok bahasan memahami sifat-sifat bangun dan

hubungan antar bangun dalam meningkatkan hasil belajar matematika

pada siswa kelas V semester 2 SDI Udumabha.

1.5 Manfaat

Penelitihan ini kiranya dapat bermanfaat:

1. Bagi Guru

5
Guru dapat ikut menerapkan alat peraga dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

dalam proses pembelajaran matematika. Kreatifitas guru yang tinggi

dapat menciptakan alat peraga dan LKS untuk pembelajaran mata

pelajaran matematika yang dianggap masih sukar.

2. Bagi Siswa

Pembelajaran dilakukan dengan alat peraga dan LKS dapat

meningkatkan daya tarik siswa, sehingga adanya perasaan senang untuk

belajar matematika dan lebih interaktif.

3. Bagi Peneliti

Peneliti akan memiliki dasar-dasar kemampuan mengajar dan

kemampuan mengembangkan media pembelajaran, dalam hal ini

pembelajaran dengan menggunakan alat paraga dan LKS.

1.6 Defenisi Operasional Judul

1. Alat peraga

Alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga

dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar siswa lebih

efektif dan efisien.

2. Lembar kerja siswa

LKS adalah media cetak yang berupa lembaran kertas yang berisi

informasi soal/pertanyaan yang harus dijawab siswa.

3. Hasil belajar

6
Hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah

menjalani proses pembelajaran selama kurun waktu tertentu yang

dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai.

4. Matematika

Belajar matematika adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide /

konsep-konsep dasar abstrak yang diatur menurut aturan yang logis

dengan penalaran deduktif.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia. Secara umum pengertian belajar

merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan

tingkah laku (Darsono, 2000: 24).

Pengertian balajar menurut Fortana (dalam Suherman, 2003: 7-8)

adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai

hasil dari pengalaman.

Menurut Piaget (dalam Suherman, 2003:54) struktur kognitif sebagai

skemata (schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seorang individu

dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus

disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara

kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur

kognitif yang lebih lengkap daripada ketika ia masih kecil.

Berdasarkan penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap

perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara

kronologis, yaitu:

8
a. Tahap Sensor-motor

Tahap ini dicapai anak umur 2 tahun. Karakteristiknya merupakan

gerakan-gerakan sebagai akibat reaksi langsung. Anak belum

mempunyai kesadaran adanya konsep objek yang tetap. Bila objek

tersebut disembunyikan, maka anak itu tidak akan mencarinya. Karena

anak secara kontinu bertambah pengalaman terhadap lingkungannya, pada

akhir periode sensori-motor, anak menyadari bahwa objek yang

disembunyikan masih ada dan ia berusaha mencarinya.

b. Tahap Pra-Operasional

Tahap ini dicapai anak umur 2-7 tahun. Operasi adalah suatu proses

berfikir logis, dan merupakan aktivitas mental bukan aktivitas

sensorimotor. Pada tahap pra-operasional siswa dalam berfikirnya

tidak didasarkan kepada keputusan yang logis, melainkan didasarkan

kepada keputusan yang dapat dilihat seketika. Tahap ini adalah tahap

persiapan untuk pengorganisasian operasi konkret.

c. Tahap Operasi Konkret

Tahap ini kira-kira dicapai pada usia 7-11 tahun atau 12 tahun. Tahap ini

ditandai dengan permulaan berfikir matematika logis. Siswa dalam

periode ini, di dalam berfikirnya dikatakan menjadi operasional. Tahap ini

disebut operasi konkret sebab berfikir logisnya didasarkan atas

manipulasi fisik dari objek-objek. Dengan perkataan lain, pengerjaan-

pengerjaan logis dapat dilakukan dengan berorientasi ke objek-objek atau

peristiwa-peristiwa yang langsung dialami. Secara singkat dapatlah

9
dikatakan bahwa operasi pada periode ini terikat kepada pengalaman

pribadi. Siswa masih belum mampu menguasai materi abstrak.

Menurut Suyitno (2011:36), pengajaran matematika masih

memerlukan bantuan benda-benda konkret atau alat peraga. Menurut

Bell, bagi siswa sekolah, topik baru dalam mata pelajaran matematika

sebaiknya dikenalkan melalui contoh-contoh benda konkret. Dikatakan

selanjutnya bahwa intuisi dan eksperimentasi memegang peranan

penting untuk menentukan strategi mengajarkan konsep baru. Seorang

psikologi terkenal, Brunner mengatakan bahwa : “Bagi anak berumur

antara 7 sampai dengan 17 tahun, untuk mendapat daya serap dan daya

tangkap yang meliputi ingatan, pemahaman, dan penerapan masih

memerlukan mata dan tangan”. Mata berfungsi untuk mengamati, sedang

tangan berfungsi untuk meraba. Dengan demikian dalam pendidikan

matematika dituntut adanya benda-benda konkret yang merupakan

model dari ide-ide matematika. Benda-benda konkret itu biasa disebut

dengan media. Sejalan dengan pendapat Brunner, ada pepatah lama dari

negeri Cina yang berbunyi : “Saya mendengar saya lupa, saya melihat saya

ingat, dan saya melakukan saya mengerti” (Tim Istruktur PKG Matematika

SMU, 1987: 1).

Piaget menerangkan bahwa seorang anak itu berfikir sepanjang ia

berbuat. Tanpa perbuatan berarti anak itu tidak berfikir. Oleh karena itu

agar anak berfikir sendiri, maka harus diberi kesempatan untuk berbuat

10
sendiri. Berfikir pada taraf verbal baru akan timbul setelah anak itu

berfikir pada taraf berbuat (Sardiman, 2001: 35)

Sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan

yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang

secara optimal. Dengan demikian proses belajar bersifat internal dan unik

dalam diri individu siswa, sedangkan proses pembelajaran bersifat

eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku

(Suherman, 2003: 7).

d. Tahap Operasi Formal

Periode terakhir adalah tahap berfikir formal atau disebut juga

periode operasi hipotetik deduktif. Dengan perkataan lain, tahap ini

adalah tahap tertinggi dari perkembangan intelektual siswa.

2. 2 Hasil Belajar

2.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil

penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka.

Rahmat (dalam Abidin, 2004:1) mengatakan bahwa hasil belajar

adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan

aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa

setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan.

Amirin dan Irawan (2000: 43), mengatakan hasil belajar adalah

kemajuan yang diperoleh seseorang dalam segala hal akibat dan belajar.

Seseorang yang mempelajani suatu melalui proses pembelajaran telah

11
memperoleh hasil dan apa yang telah dipelajarinya, hasil maksimal yang

diperoleh inilah yang dikatakan hasil belajar.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002 : 95), hasil belajar merupakan

hasil dan suatu intruksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang

dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan

siswa setelah menjalani proses pembelajaran selama kurun waktu tertentu

yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai.

2.2.2 Peranan Hasil Belajar

Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Harahab (dalam Abidin,

2004:2) yaitu :

a. Hasil belajar berperan untuk mengetahui keberhasilan komponen –

komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan.

b. Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan

program perbaikan, pengayaan atau melanjutkan pada program pengajaran

berikutnya.

c. Hasil belajar berfungsi untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi

siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan

pembelajaran.

Hasil belajar menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan yang

diaplikasikan dalam bentuk penilaian dalam rangka memberikan

pertimbangan apakah tujuan pendidikan tersebut tercapai. Dengan kata lain

rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak hanya disebabkan oleh

12
kurang berhasilnya guru mengajar tetapi karena kurang efektifnya metode

pembelajaran yang digunakan sehingga tidak ada respon balik dari siswa.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi

(Rusman, 2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor

eksternal:

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri seseorang

yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya. Diantara faktor-faktor

internal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain:

 Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak

dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani dan

sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam

menerima materi pelajaran.

 Faktor Psikologis

Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki

kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut

mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi

intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif dan daya

nalar peserta didik.

13
2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar seseorang yang sifatnya berasal dari luar diri seseorang tersebut.

Yang termasuk faktor-faktor eksternal antara lain:

 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor

lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar

pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan

sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada

pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup

untuk bernafas lega. Disamping itu, keadaan lingkungan keluarga,

keadaan lingkungan sekolah dan keadaan lingkungan masyarakat juga

menjadi bagian dalam faktor ini.

 Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.

Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk

tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor

instrumental ini berupa kurikulum, sarana yang disediakan dan metode

yang digunakan.

14
2.3 Teori Belajar

Menurut Suprijono (2011:15) Teori merupakan perangkat-perangkat

prinsip-prinsip yang terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu

dalam lingkungan. Teori diartikan sebagai hubungan kausalitas atas fakta,

variabel/konsep dan proposisi.

Ada beberapa teori yang digunakan dalam belajar menurut Suprijono

(2011:16), diantaranya adalah (1) Teori belajar behaviorisme prinsip utama

bagi teori ini ialah faktor rangsangan (stimulus), respon (response) serta

penguatan (reinforcement), (2) Teori belajar kognitivisme, konsep belajar

menurut teori perkembangan kognitif adalah belajar merupakan kegiatan

mengasimilasikan dan mengakomodasikan berbagai informasi atau

pengetahuan dari lingkungan hingga menjadi suatu skemata atau struktur

mental tertentu, (3) Teori belajar kontruktivisme, merupakan proses

pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri

manusia, dan (4) Teori belajar Humanisme, teori humanisme didasarkan

pada pemikiran bahwa belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang

dalam upaya memenuhi kebutuhan seperti, kebutuhan dasar akan kehangatan,

penghargaan, penerimaan, pengagungan dan cinta orang lain.

2.4 Belajar Matematika

Belajar matematika adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide /

konsep-konsep dasar abstrak yang diatur menurut aturan yang logis dengan

penalaran deduktif. Melalui proses belajar matematika, subyek pelajar

15
diharapkan memperoleh pengertian dan mampu mengaplikasikan konsep yang

dimiliki dalam situasi yang nyata.

Belajar matematika lebih dikatakan pada kemampuan berpikir logis

yaitu pengertian konsep-konsep dan struktur matematika. Pelajaran

matematika harus dibawa ke belajar bermakna. Dimana siswa dapat

rnengetahui makna yang terkandung dalam pelajaran matematika itu sendiri

tanpa harus menghafalkan karena matematika bukan suatu pelajaran yang

harus dihafalkan. Untuk mengetahui matematika tidak cukup hanya dengan

menghafal saja, tetapi harus dengan latihan. Guru mempunyai peranan yang

penting bagaimana membawa matematika itu sehingga menarik bagi siswa

dapat diterima dan dipahami sehingga menghilangkan, anggapan bahwa

matematika suatu pelajaran yang sulit dan sangat ditakuti.

2.5 Tinjauan Tentang Alat Peraga Pembelajaran Matematika

Pada dasarnya anak belajar melalui benda/objek konkret. Untuk

memahami konsep abstrak, anak-anak memerlukan benda-benda

konkret (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu

dicapai melalui tingkat-tingkat belajar yang berbeda-beda. Bahkan orang

dewasa pun yang pada umumnya sudah dapat memahami konsep abstrak,

pada keadaan tertentu sering memerlukan visualisasi.

Belajar anak akan dapat meningkat bila ada motivasi. Karena itu

dalam pengajaran diperlukan faktor-faktor yang dapat memotivasi anak

belajar, bahkan untuk pengajar. Misalnya : pengajaran supaya menarik, dapat

menimbulkan minat, sikap guru dan penilaian baik, suasana sekolah

16
menyenangkan, ada imbalan bagi guru yang baik, dan lain-lain.

Selanjutnya konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan melekat dan

tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti, bukan

hanya mengingat fakta. Karena itulah dalam pembelajaran matematika

kita sering menggunakan alat peraga. Dengan menggunakan alat peraga

maka:

1. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan

terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang,

tertarik dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran

matematika.

2. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk konkret dan

karena itu dapat dipahami dan dimengerti, dapat ditanamkan pada tingkat-

tingkat yang lebih rendah.

3. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda-benda di alam

sekitar akan lebih dapat dipahami.

4. Konsep-konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkret, yaitu

dalam bentuk model matematika yang dapat dipakai sebagai objek

penelitian maupun sebagai alat untuk meneliti ide-ide baru dan relasi baru

bertambah banyak. (Suherman, 2003: 7)

Russefendi (1994: 132) memberikan definisi alat peraga, yaitu alat

untuk menerangkan/mewujudkan konsep matematika. Menurut Anderson,

alat peraga sebagai media atau perlengkapan yang digunakan untuk

membantu para pengajar.

17
Piaget (dalam Suherman, 2003: 40) berpendapat bahwa siswa yang

tahap berfikirnya masih pada tahap konkret mengalami kesulitan untuk

memahami operasi logis dan konsep matematika tanpa alat bantu dengan alat

peraga. Menurut Brunner (dalam Suherman, 2003: 43) dalam proses belajar

anak sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat

peraga). Penggunaan alat peraga dalam matematika oleh Brunner dijelaskan

bahwa dalam proses belajar mengajar, siswa diberi kesempatan untuk

memanipulasi benda-benda konkret/alat peraga, sehingga siswa langsung

dapat berfikir bagaimana, serta pola apa yang terdapat dalam benda-benda

yang sedang diperhatikannya.

Dari beberapa uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa alat

peraga mempunyai peranan yang sangat dominan dalam pembelajaran

matematika guna mewujudkan konsep, menguasai teori dan definisi,

sehingga siswa akan memiliki penguatan yang tahan lama, juga dengan alat

peraga siswa dilibatkan sebagai subjek dalam pembelajaran matematika.

Menurut Sugiarto dan Hidayah (2004: 5), penggunaan media dalam

pembelajaran mempunyai arti penting, yaitu:

a. mampu mengatasi keterbatasan perbedaan pengalaman pribadi siswa,

b. mampu mengatasi keterbatasan ruang kelas,

c. mampu mengatasi keterbatasan ukuran benda,

d. mampu mengatasi keterbatasan kecepatan gerak benda,

e. mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa,

f. mampu mempengaruhi abstraksi siswa, dan

18
g. memungkinkan pembelajaran yang lebih bervariasi.

Adapun persyaratan umum memanfaatkan media atau alat peraga

dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. tahan lama,

b. bentuk dan warna menarik,

c. dapat menyajikan dan memperjelas konsep,

d. ukuran sesuai dengan kondisi fisik anak/siswa,

e. fisibel,

f. tidak membahayakan siswa, dan

g. mudah disimpan saat digunakan

Agar pemanfaatan media/alat peraga dalam pembelajaran efektif,

maka strategi pendayagunaannya harus memperhatikan kesesuaian

media/alat peraga dengan:

a. tujuan pembelajaran,

b. materi,

c. strategi pembelajaran,

d. kondisi, ruang kelas, waktu, banyak siswa, dan

e. kebutuhan siswa.

19
2.6 Tinjauan Lembar Kerja Siswa (LKS)

a. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS adalah media cetak yang berupa lembaran kertas yang berisi

informasi soal/pertanyaan yang harus dijawab siswa. LKS ini sangat baik

dipakai untuk menggalakkan keterlibatan siswa dalam belajar, baik

dipergunakan dalam strategi heuristik maupun strategi ekspositorik. Dalam

strategi heuristik, LKS dipakai dalam penerapan metode penemuan

terbimbing, sedang strategi ekspositorik LKS dipakai untuk memberikan

latihan pengembangan. LKS ini sebaiknya dirancang oleh guru sendiri

sesuai dengan pokok bahasan dan tujuan pembelajarannya (Suyitno, 1997:

7). LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap

penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap

pemahaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep) karena LKS

dirancang untuk membimbing siswa dalam mempelajari topik. Pada

tahap pemahaman konsep, LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu

topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang

telah dipelajari sebelumnya yaitu penanaman konsep.

b. Kriteria Pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS yang digunakan siswa harus dirancang sedemikian rupa

sehingga dapat dikerjakan siswa dengan baik dan dapat memotivasi belajar

siswa. Menurut Tim Penatar Propinsi Dati I Jawa Tengah, hal-hal yang

diperlukan dalam penyususnan LKS diantaranya adalah.

20
1. berdasarkan GBPP yang berlaku, AMP, buku pegangan siswa

(buku paket),

2. mengutamakan bahan-bahan yang penting,

3. menyesuaikan tingkat kematangan berfikir siswa

c. Kelebihan dan Kekurangan Lembar Kerja Siswa (LKS)

1) Kelebihan Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Kelebihan dari penggunaan LKS (Pandoyo, 1983) adalah:

a) meningkatkan aktivitas belajar,

b) mendorong siswa mampu bekerja sendiri, dan

c) membimbing siswa secara baik ke arah pengembangan konsep.

2) Kekurangan Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Kekurangan dari penggunaan LKS adalah.

a) Bisa disalahgunakan guru.

Sewaktu siswa mengerjakan LKS, guru yang seharusnya

mengamati bisa meninggalkannya. Hal tersebut terjadi bila guru

tidak bertanggungjawab atas proses belajar mengajar yang

dipimpinnya.

b) Memerlukan biaya yang belum tentu dianggap murah

21
2.7 Pokok Bahasan Memahami Sifat-Sifat Bangun dan Hubungan Antar

Bangun

Bangun datar merupakan sebuah bangun berupa bidang datar

yang dibatasi oleh beberapa ruas garis. Jumlah dan model ruas garis yang

membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk bangun

datar tersebut. Misalnya:

1) Bidang yang dibatasi oleh 3 ruas garis, disebut bangun segitiga.

2) Bidang yang dibatasi oleh 4 ruas garis, disebut bangun segiempat.

3) Bidang yang dibatasi oleh 5 ruas garis, disebut bangun segilima

dan seterusnya.

1. Sifat-Sifat Persegi

Bangun datar persegi memiliki sifat sebagai berikut.

a. Memiliki empat ruas garis: AB, DC, AD dan BC.

b. Keempat ruas garis itu sama panjang.

c. Memiliki empat buah sudut sama besar (90o).

2. Sifat-Sifat Persegi Panjang

22
Persegi panjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 4 ruas garis: AB , DC, AD dan BC.

b. Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang.

c. Memiliki dua macam ukuran panjang dan lebar.

d. Memiliki empat buah sudut sama besar (90o).

3. Sifat-Sifat Segitiga Sama Kaki

Bangun segitiga sama kaki memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 3 ruas garis: AB, AC, dan BC

b. Dua ruas garis kaki sama panjang, AC dan BC.

c. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.

d. Memiliki tiga buah sudut lancip.

e. Semua sudutnya sama besar.

4. Sifat-Sifat Segitiga Sama Sisi

Bangun segitiga sama sisi memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 3 ruas garis: AB, AC, dan BC

b. Ketiga (semua) ruas garis sama panjang.

23
c. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.

d. Memiliki tiga buah sudut sama besar (60o).

5. Sifat-Sifat Segitiga Siku-siku

Bangun segitiga siku-siku memiliki sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 3 ruas garis: AB, AC dan BC

b. Memiliki garis tegak lurus pada alas (tinggi)

c. Memiliki ukuran, alas, dan tinggi.

d. Memiliki dua buah sudut lancip

e. Memiliki satu buah sudut siku-siku (900)

6. Sifat-Sifat Belah Ketupat

Bangun belah ketupat memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD

b. Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang

c. Memiliki dua macam ukuran diagonal

d. Memiliki dua buah sudut lancip.

e. Memiliki dua buah sudut tumpul.

24
7. Sifat-Sifat Trapesium

Bangun trapesium memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 4 ruas garis: AB, BC, CD dan AD.

b. Garis tinggi = garis tegak lurus pada garis alas.

c. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.

d. Memiliki dua buah sudut lancip.

e. Memiliki dua buah sudut tumpul.

8 Sifat-Sifat Jajar Genjang

Bangun jajar genjang memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a. Memiliki 4 ruas garis AB, BC, CD dan AD.

b. Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang.

c. Memiliki dua macam ukuran alas dan tinggi.

d. Memiliki dua buah sudut lancip.

e. Memiliki dua buah sudut tumpul.

25
9. Sifat-Sifat Layang-layang

Bangun layang-layang memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

a.Memiliki 4 ruas garis: AB, BC, CD dan AD.

b.Dua ruas garis yang berhadapan sama panjang.

c.Memiliki dua macam ukuran diagonal

d.Memiliki dua buah sudut lancip.

e.Memiliki dua buah sudut tumpul.

Jumlah ruas garis serta model yang dimiliki oleh sebuah

bangun merupakan salah satu sifat bangun datar tersebut. Jadi, sifat

suatu bangun datar ditentukan oleh jumlah ruas garis, model garis,

besar sudut, dan lain-lain.

2.8 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan

penggunaan alat peraga dan Lembar Kerja Siswa (LKS) lebih efektif

dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya menggunakan alat peraga

pada pokok bahasan Memahami Sifat-Sifat Bangun dan Hubungan antar

Bangun untuk Siswa Kelas V SDI Udumabha.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini yang diselidiki adalah hasil belajar matematika

siswa yang diajar dengan LKS dan Alat Peraga. Jadi pada subyek penelitian

diberikan perlakuan sehingga penelitian ini dapat digolongkan ke dalam

penelitian eksperimen. Sunarto (2001:26) menyatakan tiga ciri pokok

penelitian eksperimen yaitu : (1) pemberian perlakuan (treatment variable)

yang dirancang dan disengaja untuk dikenakan pada sasaran atau objek coba,

(2) mengendalikan faktor (variabel) lainnya agar variabel-variabel tersebut

tidak menganggu kejernihan pengaruh atau mengaburkan dampak dari

variabel perlakuan yang menjadi tujuan pokok eksperimen, (3) mengukur

atau memeriksa dampak sebagai akibat perlakuan. Namun karena variabel

lain yang mungkin ikut berpengaruh terhadap hasil eksperimen dalam

penelitian ini tidak dikendalikan secara ketat, maka jenis penelitian dalam

eksperimen ini termasuk dalam penelitian eksperimen semu.

Penelitian eksperimen semu ini diawali dengan pengembangan

perangkat pembelajaran yang meliputi : rencana pembelajaran, lembar kerja

siswa, kuis dan pengembangan instrumen penelitian yang berupa tes hasil

belajar.

27
3.2 Pengembangan Perangkat

Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan draft final perangkat

pembelajaran dan instrumen penelitian yang baik, dalam arti sudah sahih dan

handal.

a. Validasi/penilaian Ahli

Tahap pengembangan (develop) diawali dengan validasi oleh ahli.

Validasi/penilaian dilakukan terhadap perangkat pembelajaran dan

instrumen tes hasil belajar yang dikembangkan pada tahap perancangan

(draft I). Ahli yang dimaksud dalam hal ini meliputi dosen pendidikan

matematika, dan guru matematika SD. Validasi perangkat dan instrumen

difokuskan pada isi, format, bahasa dan ilustrasi serta kesesuaian dengan

pendekatan pembelajaran dengan LKS dan Alat Peraga. Kepada validator

diberikan instrumen penelitian berupa lembar validasi dan draft I yang

akan divalidasi. Lembar validasi ini digunakan untuk memperoleh data

tentang pendapat, saran, dan komentar para ahli mengenai draft I.

Lembar validasi digunakan untuk menilai RPP, LKS, dan THB.

b. Uji coba

Uji coba dilakukan untuk memperoleh masukan langsung dari guru,

siswa dan para pengamat (observer) terhadap perangkat pembelajaran

yang telah disusun. Hasil uji coba dijadikan dasar untuk penyempurnaan

draft II menjadi draft III (draft final). Selanjutnya draft final digunakan

untuk eksperimen.

28
1. Subyek uji coba

Uji coba dilaksanakan di kelas V dengan memilih salah satu kelas secara

acak untuk tahun pelajaran 2012/2013

2. Rancangan uji coba

Rancangan uji coba yang digunakan adalah one group pretest-posttest

design seperti pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel 3.1 Rancangan Uji Coba

Kelas Tes awal Perlakuan Tes akhir

Uji coba T1 X T2

Keterangan :

T1 : tes awal (sebelum perlakuan)

T2 : tes akhir (sesudah perlakuan)

T1 = T2

X : Perlakuan LKS dan Alat Peraga

3. Teknik analisis data uji coba

Setelah perangkat pembelajaran dan instrumen tes hasil belajar

diujicobakan, maka data hasil uji coba tersebut dianalisis. Hasil analisis

yang diperoleh dijadikan pertimbangan untuk merevisi perangkat

pembelajaran dan instrumen tes hasil belajar tersebut.

29
a. Data Hasil Belajar

Data yang diperoleh dari tes hasil belajar dianalisis untuk menentukan

validitas, dan reliabilitas. Validitas item (butir soal) dihitung untuk

mengetahui seberapa jauh hubungan antara jawaban suatu butir soal

dengan skor total yang telah ditetapkan. Secara umum, suatu butir soal

dikatakan valid jika memiliki dukungan yang besar terhadap skor total.

Dengan kata lain sebuah item tes memiliki validitas tinggi jika skor

pada item itu mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran

ini dapat diartikan sebagai korelasi, sehingga untuk mengetahui

validitas item ini digunakan rumus korelasi product moment

berikut.(Arikunto,1999)

N  xy   x  y 
N  x  
rxy =
  x  N  y 2   y 
2 2 2

dengan:

x : skor butir soal

y : skor total

rxy : koefisien korelasi antara skor butir dengan skor total

N : banyaknya siswa yang mengikuti tes.

Nilai rxy diinterpretasikan sebagai berikut :

0,800 ≤ rxy 1,000 : Validitas butir tes sangat tinggi

0,600 ≤ rxy 0,800 : Validitas butir tes tinggi


0,400 ≤ rxy 0,600 : Validitas butir tes cukup

0,200 ≤ rxy 0,400 : Validitas butir tes rendah

30
0,000 ≤ rxy 0,200 : Validitas butir tes sangat rendah

Butir tes memenuhi kriteria valid pada penelitian ini, jika mempunyai

validitas cukup, tinggi atau sangat tinggi. Sedangkan jika butir tes yang

memiliki validitas rendah atau sangat rendah akan direvisi. Gronlund

(1985) menyatakan bahwa tes yang reliabel adalah tes yang

memberikan hasil tetap walaupun dilakukan oleh orang lain, pada

waktu dan di tempat yang berbeda. Koefisien reliabilitas suatu tes

bentuk uraian dapat ditaksir dengan menggunakan rumus Alpha

sebagai berikut (Arikunto, 1999)

 n    1 
2

r11 =   1  
 n 1    21 

dengan

r11 : koefisien reliabilitas perangkat tes

n : banyaknya item tes


2
1 : jumlah varians skor setiap item tes

 12 : varians total

Interpretasi koefisien reliabilitas perangkat tes ini menggunakan

kategori berikut ini.

0,800 ≤ r11 ≤ 1,000 : Reliabilitas tes sangat tinggi

0,600 ≤ r11 0,800 : Reliabilitas butir tes tinggi

0,400 ≤ r11 0,600 : Reliabilitas butir tes cukup

0,200 ≤ r11 0,400 : Reliabilitas butir tes rendah

0,000 ≤ r11 < 0,200 : Reliabilitas butir tes sangat rendah

31
Dalam penelitian ini butir tes memenuhi kriteria reliabel jika

mempunyai reliabilitas cukup, tinggi atau sangat tinggi Pada penelitian

ini instrumen tes dikatakan baik jika memenuhi kriteria valid, dan

reliabel.

3.3 Metode Eksperimen

1. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SDI Udumabha. Populasi penelitian

ini adalah semua siswa kelas V tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari

1 kelas. Sampel penelitian dipilih kelas V A untuk ditetapkan menjadi

kelompok eksperimen yang diajar dengan menggunakan LKS dan alat

peraga

2. Prosedur Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah two groups pretes-

posttes design.

Tabel 3.2 Prosedur penelitian

Kelas Tes awal Perlakuan Tes akhir

Eksperimen T1 X T2

Keterangan:

T1 : Pretes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

T2 : Posttes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

32
X : Perlakuan, yaitu pendekatan pembelajaran dengan
menggunakan LKS dan alat peraga
T1 = T2 (butir soal T1 sama dengan T2)

33
3. Variabel Penelitian

a. Variabel Bebas

1) Variabel Perlakuan, variabel perlakuan dalam penelitian ini adalah

pendekatan pembelajaran dengan menggunakan LKS dan alat

peraga

2) Variabel Kontrol, variabel kontrol dalam penelitian ini terdiri dari;

Guru, guru yang mengajar kelas eksperimen, Materi Pelajaran,

materi Pelajaran yang diajarkan pada adalah sifat-sifat bangun

datar. Waktu, jumlah waktu yang digunakan dalam proses

pembelajaran kelompok eksperimen, dan Sarana dan prasarana.

3) Variabel Tak Terkontrol, variabel tak terkontrol dalam penelitian

ini adalah kondisi sosial ekonomi, kondisi kesehatan siswa, budaya

siswa, cara belajar siswa, pendidikan orang tua siswa dan jarak

tempat tinggal siswa dengan sekolah.

4) Variabel Kovariat (penyerta), variabel kovariat dalam penelitian ini

adalah kemampuan awal siswa yang ditunjukkan oleh skor pre-tes

siswa.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.

Hasil belajar siswa adalah skor tes yang diperoleh dari post-tes.

c. Variabel antara

Variabel antara adalah variabel yang berada di antara variabel bebas

dan variabel terikat, yaitu variabel aktivitas siswa, kemampuan guru

34
mengelola pembelajaran, ketrampilan kooperatif siswa dan respon

siswa terhadap pembelajaran.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen untuk memperoleh data penelitian dalam penelitian ini adalah

tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh informasi tentang

kemampuan awal siswa sebelum proses pembelajaran dimulai serta

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran setelah proses pembelajaran.

Tes yang digunakan pada tahap eksperimen merupakan hasil revisi dari tes

hasil belajar yang telah diujicobakan sebelumnya.

5. Tehnik Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis yang

diajukan, maka data yang diperoleh dianalisis inferensial. Analisis statistik

inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis ke 2 dalam penelitian

ini adalah Anakova. Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah

data hasil pretes (kemampuan awal siswa) sebagai variabel penyerta atau

kovariat dan data hasil posttes (hasil belajar siswa) sebagai variabel terikat.

Alasan menggunakan Anakova karena dalam penelitian ini menggunakan

variabel kovariat sebagai variabel bebas yang sulit untuk dikontrol tetapi

dapat diukur bersamaan dengan variabel terikat.

35
Rancangan analisis data digambarkan sebagai berikut.

Pre-Tes Post-Tes
X11 Y11
X12 Y12
X13 Y13
… …
… …
… …
XN1,1 YN1,1
Means X 1 Y 1

Adaptasi dari Ferguson (1989:360)

Keterangan:

X 1 : skor rata-rata kemampuan awal siswa sebagai variabel

penyerta pada kelompok eksperimen,

Y 1 : skor rata-rata hasil belajar siswa sebagai variabel terikat

pada kelompok eksperimen,

N1 : banyaknya sampel pada kelas eksperimen

Langkah–langkah analisis kovarian sebagai berikut.

1. Menentukan Model Regresi

Model regresi linier dibutuhkan karena kita ingin melihat bentuk

hubungan antara 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

Selain itu model regresi linier sebagai aproksimasi untuk model yang

tidak linier.

X : kemampuan awal siswa (variabel kovariat);

Y : hasil belajar siswa (variabel terikat);

36
n : banyak siswa.

Model regresi linier Y atas X adalah Y = a + bX, dengan a dan b adalah

estimator untuk  1 dan 2 dalam persamaan Y =  1 + 2 X.

Untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus (Netter, 1974:39):

1
𝑎= (∑ 𝑦𝑖 − 𝑏 ∑ 𝑥𝑖 )
𝑛

∑ 𝑦𝑖 ∑ 𝑥𝑖
∑ 𝑥𝑖 𝑦𝑖 −
𝑏= 𝑛
(𝑥 )2
∑ 𝑥𝑖2 − 𝑖
𝑛

2. Uji Independensi X terhadap Y, Uji Keberartian Koefisien X dalam

Model Regresi

Uji independensi bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh

kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa. Untuk menguji

keberartian koefisien X dalam model regresi koefisien model regresi

dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

H0 : 2 = 0 (koefisien regresi tidak berarti, artinya tidak ada pengaruh

kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa)

HA : 2  0 (koefisien regresi berarti, artinya ada pengaruh

kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa)

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis varians dengan

menggunakan statistik-F, dengan rumus sebagai berikut (Netter,

1974:81).

MSR
F* = .
MSE

37
Kriteria tolak H0 jika F*  F (1-, 1, n-2) dengan  = 5%.

Keterangan:

SSR
MSR = Regression Mean Squares = = SSR
1

SSR

= Regression Sum of Squares  b  X i Yi 
 X i  Yi 

n 
 

( Yi ) 2
= total sum of squares   Yi 
2
SSTO
n

SSE = Error Sum of Squares = SSTO – SSR

SSE
MSE = Error Mean Square = .
n2

3. Uji Linieritas Model Regresi

Untuk menguji hubungan secara linier antara kemampuan awal dengan

hasil belajar dilakukan uji linieritas model regresi dengan rumusan

hipotesis sebagai berikut.

Ho : model regresi linier

HA : model regresi tidak linier

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis varians

menggunakan statistik-F dengan rumus sebagai berikut (Netter,

1974:119).

MSLF
F* = .
MSPE

Kriteria tolak H0 jika F*  F (1-, c-2, n - c) dengan  = 5 %.

38
Keterangan:

SSLF
MSLF = Lack of Fit Mean Square =
c2

SSLF = Lack of Fit Sum of Square = SSE – SSPE

c m 
SSPE = Pure Error Sum of Square   (Yij  Y ) 2
j 1 i 1

SSPE
MSPE = Pure Error Mean Square =
nc

c = banyaknya data X yang berbeda.

N = banyaknya siswa

39
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil

4.1.1 Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

berorientasi pada penggunaan alat peraga dan lembar kerja siswa yang

terdiri dari Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, materi

prasyarat, materi pembelajaran, buku sumber dan kegiatan pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun sebanyak 2 buah

dan disertai dengan masing-masing Lembar Kerja Siswa (LKS) serta 1

buah Tes Hasil Belajar (THB) yang digunakan untuk Pretest dan posttest.

4.1.2 Analisis Hasil Uji Coba Dengan Tujuan Merevisi Perangkat

Pembelajaran

4.1.2.1 Validasi Ahli

Pada tahap ini RPP, LKS dan THB yang telah disusun divalidasi

oleh ahli. Hal ini dilakukan untuk melihat layak tidaknya RPP dan LKS

yang telah disusun apakah dapat digunakan atau direvisi. Secara umum hasil

validasi ahli menunjukan bahwa:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mempunyai kategori baik dan

dapat digunakan dengan tanpa revisi.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS) mempunyai kategori baik dan dapat

digunakan tanpa revisi.

40
3. Tes Hasil belajar yang telah disusun mempunyai kategori baik

4. Uji Coba untuk Melihat Validasi Perangakat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang telah disusun dan divalidasi oleh ahli

diujicobakan di kelas VA dengan sampel 24 orang. Adapun data yang

diambil dalam tahap uji coba ini merupakan data hasil belajar siswa yang

diperoleh dari pre test dan post test sesuai dengan THB dan RPP yang

disusun sebelumnya. Data hasil belajar yang diperoleh dianalisis untuk

melihat validitas, dan reliabilitas instrumen tes hasil belajar. Perhitungan

validitas, dan reliabilitas instrumen tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

4.1.2.2 Validitas

Hasil perhitungan validitas setiap butir tes dengan menggunakan

rumus korelasi product moment disajikan pada Tabel berikut:

Tabel 4.1
Validitas Butir THB
No Sampel Nomor Item
1 / 25 2 /25 3 / 50 Nilai
1 20 25 40 85.00
2 20 25 30 75.00
3 25 25 50 100.00
4 15 20 30 65.00
5 15 20 30 65.00
6 20 20 15 55.00
7 25 25 50 100.00
8 20 15 20 55.00
9 20 20 30 70.00
10 20 25 50 95.00

Validitas = 0.667121 0.854157 0.976629


Sangat
Tinggi Tinggi Sangat Tinggi

41
Berdasarkan kriteria kelayakan butir tes sebagaimana diuraikan

pada bab III, maka setiap butir tes dikategorikan valid dan layak digunakan

dalam penelitian.

4.1.2.3 Reliabilitas

Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas tes diperoleh koefisien

reliabilitas sebesar 0.45211 kriteria “cukup” selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran. Jadi instrumen penelitian ini memenuhi kriteria reliabel dan

dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

4.1.2.4 Sensitivitas

Hasil perhitungan sensitivitas setiap butir disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2
Perhitungan Sensitivitas Setiap Butir
No Sampel Nomor Item
1 / 25 2 /25 3 / 50 Nilai
1 20 25 40 85.00
2 20 25 30 75.00
3 25 25 50 100.00
4 15 20 30 65.00
5 15 20 30 65.00
6 20 20 15 55.00
7 25 25 50 100.00
8 20 15 20 55.00
9 20 20 30 70.00
10 20 25 50 95.00

Max 25.00 25.00 50.00


Min 15.00 15.00 15.00
Jum-
Skor 200.00 220.00 345.00
Skor
Tot 250 250 500
0.8 0.88 0.69
Sensitivitas Peka Peka Peka

42
Hal ini berarti semua butir tes memenuhi kriteria sensitif sehingga

layak digunakan dalam penelitian eksperimen.

4.2 Deskripsi Hasil Tahap Pelaksanan

1. Pertemuan pertama

a. Pemberian pre-test kepada siswa

Pada pertemuan pertama peneliti memberikan pre-test kepada

siswa sebanyak 24 siswa sesuai dengan sampel penelitian yang

diambil. Adapun soal pre-test yang diberikan adalah soal yang

ada pada THB dan merupakan soal yang sama pada pre-test

sebelumnya.

2. Pertemuan kedua

a. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan

LKS.

Pelaksanan pembelajaran pada pertemuan pertama didasarkan

pada RPP dan LKS . Adapun langkah-langkah yang dilalui

adalah sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

- Apresepsi/ Motivasi

- Mengadakan penelitian ke seluruh ruang kelas mencari

mana yang berbentuk bangun datar.

- guru menyiapkan alat peraga dan meletakkannya di

depan kelas.

43
2) Kegiatan Inti

 Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

 Peserta didik dapat Mengetahui sifat-sifat bangun

datar

 Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

 Guru menyediakan alat peraga untuk membantu

siswa memahami bangun datar yang dipelajari dengan

memperhatikan bangun tersebut.

 Guru meminta siswa memperhatikan ruang kelas dan

melihat bangun datar apa saja yang ada di dalam kelas.

 Setelah siswa dapat menentukan dan menemukan

bangun datar yang berada di dalam kelas, guru

membagi siswa dalam kelompok.

 Guru membagikan masing-masing kelompok alat

peraga dan LKS.

 Guru meminta siswa untuk melakukan diskusi

kelompok dengan arahan guru untuk menentukan

sifat-sifat bangun datar segitiga, persegi panjang,

persegi, trapesium, jajar genjang, lingkaran, belah

ketupat, layang-layang. Yang masing-masing

kelompok memperoleh satu undian alat peraga.

44
 guru meminta siswa melaporkan hasil diskusi di depan

kelas.

 Siswa lain menanggapi, dan guru mediator

menyamakan persepsi dan membenarkan jawaban

siswa.

 Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum

diketahui siswa

 Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan

kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan

penyimpulan

3) Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

 Guru mengulang kembali kesimpulan yang didapatkan

pada saat diskusi kelas memberikan pekerjaan rumah

dan menginformasikan materi yang akan dibahas pada

pertemuan berikutnya.

45
4.3 Analisis Data Hasil Penelitian

Table 4.3

Persiapan Analisis Data

Perubahan Perubahan

Pre (X) Post (Y) Pre (X) Post (Y)

20 93 73 32 93 61

32 94 62 30 90 60

27 93 66 28 94 66

30 95 65 27 92 65

27 96 69 22 91 69

36 97 61 26 92 66

25 94 69 30 94 64

34 95 61 32 92 60

24 94 70 24 90 66

28 95 67 29 95 66

24 95 71 33 95 62

25 90 65 24 84 60

332 799 337 765

27.66667 0 66.58333 28.08333 0 63.75

46
Tabel 4.4

Korelasi Nilai Pre Test dan Post Test

X Y Tot X Tot Y Tot(XY) Xi*Yi

20 32 73 61

32 30 62 60

27 28 66 66

30 27 65 65

27 22 69 69

36 26 61 66

25 30 69 64

34 32 61 60

24 24 70 66

28 29 67 66

24 33 71 62

25 24 65 60

332 337 799 765 669 1564 1046316 523073

27.66667 28.08333 66.58333 63.75 447561 2446096

110224 113569 638401 585225 18648.38 101920.7 43596.5 43589.42

9185.333 9464.083 53200.08 48768.75 27.875 65.16667

223793 1223626

18649.42 101968.8

47
(X 1 ) 2  (X 2 ) 2
(  X 1 ) 2 + ( X 2 ) 2 = 223793  18649.42
12

(Y1 ) 2  (Y2 ) 2
(Y1 ) 2 + (Y2 )2 = 1223626  101968.8
12

X 1Y1  X 2 Y2
X1Y1  X 2Y2  523073  43589.42
12

(X ) 2 = 447561 (Y )2 = 2446096

( X ) 2
=
24 (Y )2 ( x * y ) 2
= 101920.7 = 43596.5
18648.38 24 24

Karena adanya korelasi antara variabel X dan variabel Y, maka langkah pertama
adalah memurnikan variabel Y dari variabel konkomitan (pengiring) X, atau
memperoleh Y yang disesuaikan atau dikoreksi.

Tabel 4.5

Hasil Reduksi/ Silang

Tot Tot Tot


X^2 Y^2 XY (X^2) (Y^2) (XY)
400 1024 5329 3721 1460 1952
1024 900 3844 3600 1984 1800
729 784 4356 4356 1782 1848
900 729 4225 4225 1950 1755
729 484 4761 4761 1863 1518
1296 676 3721 4356 2196 1716
625 900 4761 4096 1725 1920
1156 1024 3721 3600 2074 1920
576 576 4900 4356 1680 1584
784 841 4489 4356 1876 1914
576 1089 5041 3844 1704 2046
625 576 4225 3600 1625 1440
9420 9603 53373 48871 21919 21413 19023 102244 43332

48
Jumlah Total

(X )2
TXX  X i 2  = 374.625
n

(Y ) 2
TYY  Yi 2  = 323.3333
n

( X )(Y )
TXY  X iYi  = -264.5
n

(TXY )2  69960.25

(TXY ) 2
 186.7474
TXX

Perlakuan

{( x1 ) 2  ( x2 ) 2 } (xi ) 2
PXX =  = 1.041667
12 24

{( y1 )2  ( y2 )2 } (yi )2
PYY =  = 48.16667
12 24

{( x1 )( y1 )  ( x2 )( y2 )} (xi )(yi )


PXY =  = -7.08333
12 24

Kekeliruan (Dalam Kelompok)

EXX  TXX  PXX = 373.5833

EYY  TYY  PYY = 275.1667

EXY  TXY  PXY = -257.417

49
Exy^2 = 66263.34

Exy^2/Exx= 177.3723

Kareksi atau penyesuaian karena adanya regresi Y atas X terhadap jumlah kuadrat

variabel Y dapat dihitung dengan:

Jumlah Total

(TXY ) 2
J E1  JK (Y dikoreksi)  TYY  = 136.5859
TXX

Dalam Perlakuan Kelompok:

( EXY )2
J E1  JK (Y dikoreksi)  EYY   97.79435274
EXX

Antar Kelompok

J E1  JK (Y dikoreksi)  38.79156651

Dari hasil perhitungan ini selanjutnya disajikan dalam tabel ANAKOVA berikut:

Tabel 4.6

50
Analisis Kovarian

JK dan Produk silang Dikoreksi


Sumber Variasi dk
Y XY X Y dk KT F
Antar Kelompok 1 48.16667 -7.08333 1.041667
Dalam
Kelompok 22 275.1667 -257.417 373.5833 97.79435 21 4.656874
Jumlah 23 323.3333 -264.5 374.625 136.5859 22
Antar Kelompok 38.79157 1 38.79157 8.329958

Dari tabel ANAKOVA di atas, untuk menguji efek pembelajaran dalam kelompok

eksperimen terhadap respon Y setelah dimurnikan dari variabel konkomitan X,

diperoleh statistik F = 8.329958 dengan dk pembilang = 1 dan dk penyebut 19,

memberikan nilai yang signifikan ( F tabel = 4,15).

REGRESI DALAM PERLAKUAN

Dengan memperhatikan model ANAKOVA yaitu:

Yij     ( X ij  X )   i   ij i  1, 2, ,k
j  1, 2, , nk ,

Nilai parameter yang diduga dengan metode kuadrat terkecil:

1. Koefisien regresi β ditaksir oleh: b  E XY


E XX

b  -0.69

J Y ..
2. µ ditaksir oleh:
N

51
y
  78.2
n

JYi. J J 
3.  i ditaksir oleh:  b  Xi.  X .. 
ni  ni N 

Perlakuan A (  A ) = 66.43978

Perlakuan B (  B ) = 63.89355

Tabel 4.7

Rata-rata Variabel Y dalam Perlakuan

Perlakuan Rata-rata dikoreksi Rata-rata tidak dikoreksi


Kelompok
A 66.43978 66.58333
B 63.89355 63.75

Dari tabel tersebut di atas tampak bahwa perbedaan rata-rata yang

dikoreksi atau disesuaikan harga-harganya lebih kecil perbedaannya dari

yang satu dengan yang lainnya jika dibandingkan dengan rata-rata yang

tidak dikoreksi.

Model yang diperoleh dalam eksperimen adalah:

YA  78,20  0,69x  66,44


YB  78,20  0,69x  63,89

4.4 Pemeriksaan Residual

52
Setelah diperoleh nilai estimasi parameter, maka langkah selanjutnya

adalah melakukan uji normalitas residual. Pengujian kenormalan residual

menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Residual berdistribusi normal

H1 : Residual tidak berdistribusi normal

Regression Analysis: Mutlak Residual versus x

The regression equation is

Mutlak = 2.54 - 0.0179 x

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 1 0.0949 0.0949 0.10 0.755

Residual Error 22 20.8406 0.9473

Total 23 20.9355

Durbin-Watson statistic = 1.95184

a. Uji identik dengan hipotesis sebagai berikut.

H 0 :  12   22    n2   2

H1 : minimal ada satu  i2   2 , i  1, 2, ,n

Pada tingkat signifikansi 5%. Nilai F-hitung = 0.10 < F-tabel = 4.15 atau

dapat dilihat nilai P-value 0.755 > α = 0,05 yang menyimpulkan bahwa

dalam kasus ini varians telah homogen.

b. Uji independen

53
Uji independen dapat dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut.

H 0 : i  0 atau residual tidak berkorelasi


H1 : i  0 residual berkorelasi

  0, 05

Durbin-Watson statistic = 1.95184

Pada tingkat signifikansi 5%. Nilai P-value = 0.755 >   0, 05 yang

menyimpulkan bahwa dalam kasus ini residual tidak berkorelasi atau gagal

tolak H0. Dengan kriteria Durbin Watson tes d  1.95184 2 tidak ada

korelasi antar residual.

c. Uji normalitas

Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut.

H0 : Residual berdistribusi normal

H1 : Residual tidak berdistribusi normal

Normal Probability Plot of the Residuals


(response is C4)
99

95
90

80
70
Percent

60
50
40
30
20

10

1
-2 -1 0 1 2 3
Residual

Plot normalitas residual menunjukkan tidak ada penyimpangan terhadap distribusi

normal. Hal ini diperkuat dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang

54
memberikan P-value = 0,755 > 0,05 sehingga gagal tolak H0 atau residual

berdistribusi normal.

55
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa hasil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan pengembangan perangkat pembelajaran, dihasilkan perangkat

pembelajaran alat peraga dan LKS untuk pokok bahasan sifat-sifat bangun

dan hubungan antar bangun yang baik/valid, karena perangkat

pembelajaran yang telah dirancang memenuhi syarat validitas, reabilitas

dan sensitivitas. Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Tes

Hasil Belajar (THB).

2. Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan LKS untuk pokok

bahasan sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun dinilai efektif dan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dilihat dari hasil

ANAKOVA yang diperoleh, yaitu nilai statistik F = 8.329958 dengan dk

pembilang = 1 dan dk penyebut 19, memberikan nilai yang signifikan ( F

tabel = 4,15).

5.2 Saran

56
Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan LKS yang

diajarkan dalam penelitian ini memberikan beberapa masukan untuk

diperhatikan :

a. Bagi Lembaga Pendidikan

1) Menyediakan sarana penunjang yang cukup dalam proses

pembelajaran agar siswa berminat untuk belajar.

2) Menerima tenaga pendidik yang profesional di bidangnya.

b. Bagi Guru Mata Pelajaran

1. Dalam pembelajaran, hendaknya menggunakan alat peraga dan LKS

sebagai salah satu alternatif atau pilihan dalam menunjang prestasi

belajar siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pengajar.

2. Metode pembelajaran perlu diperhatikan sesuai dengan kondisi kelas.

3. Memberikan latihan-latihan soal sebagai sarana yang cukup untuk

melatih kreatifitas siswa.

c. Bagi Siswa

1. Berusaha untuk memotivasi diri dalam mempelajari matematika.

2. Dalam proses pembelajaran matematika sebaiknya berusaha untuk

memahami proses dari pada mengutamakan hasil.

57
DAFTAR PUSTAKA

Adinawan, M. C. 2004. Matematika untuk SD Kelas V Semester 2. Jakarta:


Erlangga.

Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Darsono, M. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Russefendi, E.T. 1979. Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua dan
Wali Murid dan SPG. Bandung. Tarsito.

Haditomo. 1994. Studi Komparasi antara Pembelajaran Matematika dengan


LKS
Buatan Guru dan LKS Buatan Penerbit Pokok Bahasan Barisan Bilangan
dan Deret Kelas 1 Cawu 3 MA Nurussalam Kudus. Skripsi. Semarang:
Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Pandoyo. 1983. Lembar Kerja. Diktat. Semarang: FMIPA IKIP Semarang.

Prabowo, A. 2004. Pengaruh Penggunaan Media Visual Compac Disk (VCD)


dalam Pemberian Tugas Terstruktur terhadap Hasil Belajar Siswa
Sekolah Dasar Negeri Petompon 5, 6, dan 7 pada Pokok Bahasan
Pengukuran Luas, Keliling, dan Berat, serta Pengukuran Waktu. Skripsi.
Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

Sastrosudirdjo, S. 1979. Matematika 3 untuk SMP. Jakarta: Balai Pustaka.


Sudjana. 1996. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suherman, E. 2003. Strategi Pengajaran Matematika Kontemporer. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia.

Suherman, E. 1990. Petunjuk Praktis untuk melaksanakan Evaluasi Pendidikan


Matematika. Bandung: Wijayakusumah 157.

Suyitno, A. 1997. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.


Semarang:
Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

58
Tatik, D.B. 1997. Pengaruh Minat dan Dorongan Menekuni
BelajarMatematika Pada Jurusan Pendidikan Kesehatan Keluarga.
Skripsi. Semarang:
Jurusan Pendidikan Kesehatan Keluarga. FPTK IKIP Semarang.

Tim Instruktur PKG Matematika SMU. 1987. Alat Peraga/Praktik Matematika.


Jakarta: Depdikbud.

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1997. Kamus


Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Data dan Informasi Pendidikan. Sistem Pendidikan Nasional.


http://www.depdiknas.go.id/inlink.php?to=uusisdiknas (2 Pebruari 2006).

59

Anda mungkin juga menyukai

  • Soal Tes CPNS
    Soal Tes CPNS
    Dokumen94 halaman
    Soal Tes CPNS
    hiasintha poeroewati padi
    Belum ada peringkat
  • Soal Try Out 1 SD
    Soal Try Out 1 SD
    Dokumen7 halaman
    Soal Try Out 1 SD
    hiasintha poeroewati padi
    Belum ada peringkat
  • Soal Paket 2
    Soal Paket 2
    Dokumen19 halaman
    Soal Paket 2
    hiasintha poeroewati padi
    Belum ada peringkat
  • Soal Bindo Paket 1
    Soal Bindo Paket 1
    Dokumen17 halaman
    Soal Bindo Paket 1
    hiasintha poeroewati padi
    Belum ada peringkat
  • Soal Ips
    Soal Ips
    Dokumen17 halaman
    Soal Ips
    hiasintha poeroewati padi
    Belum ada peringkat
  • Soal Bindo
    Soal Bindo
    Dokumen30 halaman
    Soal Bindo
    hiasintha poeroewati padi
    0% (1)