Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia,
masalah yang timbul akibat asupan gizi yang kurang diantaranya adalah Kurang Energi Protein
(KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan
Anemia. Gizi kurang banyak menimpa balita sehingga golongan ini disebut golongan rawan gizi.
Gizi kurang berdampak langsung terhadap kesakitan dan kematian terhadap penyakit infeksi, gizi
kurang juga berdampak terhadap pertumbuhan, perkembangan intelektual dan produktivitas.
Anak yang kekurangan gizi pada usia balita, akan tumbuh pendek dan mengalami gangguan
pertumbuhan serta perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan.1
Masa balita merupakan masa yang sangat penting karena merupakan masa yang kritis
dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Enam bulan masa kehamilan
dan dua tahun pasca kelahiran merupakan masa emas dimana sel-sel otak sedang mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.1
Status gizi pada balita dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor langsung (genetik, infeksi
dan asupan makanan) dan faktor tidak langsung (pendidikan, pengetahuan, ketrampilan keluarga
dan ketahanan pangan yang berkaitan dengan kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan
pangan). Genetik memainkan peranan penting dalam status gizi dari segi psikologi dan kadar
metabolik badan yaitu sebanyak 20-30%.2 Pengetahuan ibu tentang gizi berdampak terhadap
ketahanan pangan keluarga dimana pemilihan bahan makanan keluarga sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu tentang gizi, ibu yang mempunyai pengetahuan kurang tentang gizi, akan
memilih bahan makanan yang kurang sesuai dengan persyaratan gizi, sehingga akan berdampak
buruk terhadap pemberian makan dan asupan makan balita yang akan mempengaruhi status gizi
balita.3
Data WHO tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi gizi kurang adalah sekitar 27%
dari populasi balita di negara-negara yang tergabung dalam SEARO (Bangladesh, Bhutan,
Korea, India, Indonesia, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, Timor-Leste).
Prevalensi gizi kurang yang tinggi yaitu lebih dari 35% terdapat di Bangladesh, India, Nepal, dan
Timor-Leste.4 Dari hasil Susenas dan SKRT 2003-2005 serta Riskesdas 2010, diketahui bahwa

1
persentase balita dengan gizi kurang di Indonesia tahun 2003 sebesar 20%, tahun 2005 sebesar
19%, dan tahun 2007 sebesar 13%. Dapat dilihat bahwa tingkat persentase balita gizi kurang di
Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun.5,6
Karena itu pasien gizi kurang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik oleh
tenaga kesehatan di Indonesia. Sasarannya adalah menghindari komplikasi-komplikasi yang
dapat disebabkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Salah satu kunci untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat adalah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan primer dengan
cara program dokter keluarga (kunjungan rumah keluarga atau penderita) di masyarakat, yang
bersifat menyeluruh, berkesinambungan, dan komprehensif, selain itu juga harus memperhatikan
individu dari berbagai faktor, biologi, ekonomi, psikologis, dan sosial. Dari kegiatan ini akan
didapatkan hubungan dokter-pasien yang lebih terbuka, sehingga dapat meningkatkan kesehatan
fisik, mental dan sosial pasien maupun seluruh anggota keluarga.7

BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Profil Keluarga


Pasien
Nama : Ni Kadek Vira Nirmala
Umur : 3 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tingkat Pendidikan : Belum sekolah
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Alamat : Dusun Swelegiri desa Aan

Anggota keluarga
No Nama Umur Jenis Hubungan Tingkat Pekerjaan
Kelamin dengan pasien pendidikan
2
1 I Wayan 35 L Ayah SMA Swasta
Arnyana tahun
2 Ni Nengah 34 P Ibu SMA IRT
Suadnyani tahun
3 Ni Putu Ari 5 P Anak TK -
Febriyanti tahun
4 Ni Kadek Vira 3 P Anak - -
Nirmala tahun

2.2 Riwayat Penyakit


Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan utama : Berat badan tidak mengalami kenaikan. Hal ini diketahui
keluarga pasien kurang lebih dua tahun yang lalu, ketika pasien berumur 11 bulan saat
pasien mulai bisa berjalan. Tidak ada keadaan tertentu yang mendahului munculnya
keluhan ini. Pasien mengkonsumsi makan dan minuman seperti biasanya. Hanya saja
pasien tidak menyukai sayur. Pasien tampak kurus dan kecil, namun pasien dapat
beraktifitas aktif seperti anak seusianya. Tidak keluhan lain yang menyertai pasien. Dua
hari yang lalu, ibu pasien mengatakan bahwa keluar cacing dari anus pasien setelah
makan mentega. Kondisi ini pernah dialami sebelumnya dan hanya terjadi apabila pasien
mengonsumsi mentega.

Riyayat pengobatan :
- Pasien rutin datang ke posyandu setiap bulan. Pasien diberikan MP-ASI sebanyak 30
bungkus untuk 1 bulan. Pasien menghabiskan 1 bungkus MP-ASI selama 1 minggu.
- Ibu pasien memberikan suplemen penambah nafsu makan seperti curcuma plus sejak
pasien berumur 2 tahun. Suplemen diberikan rutin selama kurang lebih 3 bulan
sebanyak 1 sendok takar per hari.
- Pasien diberikan Albendazole 100 mg sekitar 6 bulan yang lalu.

Riwayat Alergi :
Pasien memiliki riwayat alergi terhadap udang, namun kambuh apabila
mengonsumsi udang dalam porsi yang banyak.

Riwayat Penyakit Terdahulu :


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang dapat menganggu tumbuh kembang
dan gizi. Dan tidak pernah mengalami penurunan berat badan yang banyak sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


3
Kedua orang tua beserta kakak kandung pasien mengalami berat badan kurang
sewaktu kecil. Terdapat riwayat asma pada ibu dan kakak kandungnya.

Riwayat Persalinan:
Pasien lahir spontan ditolong oleh bidan. Pasien lahir cukup bulan tanpa ada
kesulitan atau komplikasi persalinan, dengan berat lahir 2550 gram. Ibu pasien rutin
kontrol kehamilan sebanyak 8 kali. Selama kehamilan ibu pasien mengkonsumsi asam
folat dan tablet besi.

Riwayat Tumbuh Kembang


Pasien lahir dengan bert 2550 gram. Pertambhan berat badan pasien setiap bulan
normal. Pada usia 11 bulan berat badan pasien 8 kg, sedangkan pada usia 12 bulan pasien
tidak ditimbang, dan pada usia 13 bulan berat badan pasien 7,3 kg. meskipun mengalami
penurunan, berat dan pasien masih berada pada garis hijau. Pada usia 14 bulan berat
badan pasien 7 kg, dan sudah berada berada di garis kuning. Pada bulan bulan berikutnya
berat badan pasien terus berada di garis kuning.
Berjalan (+) , Bicara (+) sesuai usia tanpa ada masalah.

Riwayat Nutrisi
Usia ASI/PASI Buah/biskuit Bubur Nasi tim Makanan
keluarga
0 – 2 bulan ASI - - - -
2 – 4 bulan ASI - - - -
4 – 6 bulan ASI - - - -
6 – 9 bulan ASI - + - -
9 – 12 bulan ASI + + + -
12 – 24 ASI + - - +
bulan
Hingga Susu SGM + - - +
sekarang
Kesan Nutrisi : cukup

Riwayat Imunisasi
BCG : 9 Jan 2014
HB 0 : 14 Des 2013
Polio 1 : 9 Jan 2014

4
DPT/HB 1 : 26 Feb 2014
Polio 2 : 26 Feb 2014
DPT/HB 2 : 7 April 2014
Polio 3 : 7 April 2014
DPT/HB 3 : 12 Mei 2014
Polio 4 : 12 Mei 2014
Campak : 12 Sep 2014

2.3 Pemeriksaan fisik


 KU : Baik
 Kesadaran : Compos Mentis
 Nadi : 100x/ menit , regular
 RR : 20x/menit
 Teperatur aksila : 36,70C
 Berat Badan : 11,5 kg
 Tinggi Badan : 87cm

Status Generalis
Kepala : normocephali
Mata : anemia -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor
THT
Telinga: normal
Hidung : sekret -/-
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 hiperemis (-)
Leher
Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris, retraksi interkosta (-)
Jantung
Palpasi : kuat angkat (-)
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-)
Paru
Inspeksi : gerakan dada simetris
Palpasi : gerakan dada simetris

5
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), kesan hepatomegaly (-)
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-

Status Gizi
 Berat badan : 10 kg
 Tinggi badan : 87 cm
 Lingkar kepala : 47cm
 Z score : WFA : <-2 , WFL : <-1

2.4 Diagnosis
Diagnosis klinis :-
Diagnosis tumbuh kembang : Tumbuh kembang normal
Diagnosis gizi : Gizi kurang

2.5 Tatalaksana
Planning Therapeutic
 Pemberian MP-ASI sebagai tambahan makanan pokok
 KIE kepada orang tua pasien untuk memperhatikan gizi pasien, memberikan
makanan yang bergizi, mengurangi konsumsi susu, dan memperbanyak makanan
pokok.
Planning Diagnostic
 Pemeriksaan feses untuk menunjang diagnosis infeksi cacing pada pasien.
Planning Monitoring
 Melakukan pengukuran berat badan, lingkar lengan atas, dan tinggi badan secara
berkala.
 Melakukan pemantauan terhadap makanan yang dimakan oleh pasien dan
dilaporkan saat kunjungan.

6
BAB III
KUNJUNGAN RUMAH

3.1 Kujungan Rumah Pertama (16 Desember 2016)


Dokter yang berkunjung:
o dr. Kartika
o dr. Wiguna
Kunjungan rumah pertama ini bertujuan untuk memperkenalkan diri dan
mengenal pasien dan keluarga pasien. Pada kunjungan yang pertama kali, dokter
internship diterima dengan sangat baik oleh pasien dan keluarganya. Saat kunjungan
pertama kali pasien nampak dalam keadaan sehat dan bugar. Pasien dan dokter internship
mengawali percakapan dengan mulai menanyakan keadaan pasien saat ini, dilanjutkan
dengan anamnesis singkat mengenai penyakit serta informasi-informasi awal mengenai
identitas pasien dan anggota keluarga, silsilah keluarga, aktivitas sehari-hari serta riwayat
penyakit pasien dan keluarga:
Kunjungan yang berlangsung sekitar 1 jam ini menghasilkan beberapa informasi
awal seperti:
a. Pasien Kadek Vira Nirmala di diagnosis gizi kurang sejak berusia 11 bulan, yaitu
saat pasien mulai bisa berjalan.
b. Berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien, tidak ada faktor risiko dari pola
makanan, pola asuh dan aktivitas anaknya cukup baik, dimana berat badan dan
tinggi badannya dibawah rata-rata teman usia sebayanya di sekolah.

7
c. Berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien, yang dapat dipikirkan menjadi
faktor risiko gizi kurang adalah faktor genetik dimana ayah dan ibu pasien
dengan berat badan dan tinggi badan yang kurang. Sehingga berat badan dan
tinggi badannya dibawah rata-rata teman usia sebayanya di sekolah.
3.2 Kunjungan Rumah Kedua (24 Desember 2016)
Dokter yang berkunjung
o dr. Kartika
o dr. Adhi
Kujungan kedua ini dilakukan untuk menganamnesa lebih lanjut dan mencari
faktor resiko penyebab penyakit pasien. Pada kunjungan ini dokter interensif
menghasilkan :
1. Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dimana kakak pasien juga
memiliki berat badan yang kurang waktu masih umur 3 tahun
2. Tumbuh kembang anak dari kecil hingga sampe saat ini masih dalam batas
normal.
3. Pasien lahir spontan usia gestasi 40 minggu di bidan dengan berat badan 2550,
panjang badan 50cm, dan lingkar kepala 34 cm.
4. Pasien ASI eksklusif hingga usia 2 tahun, tapi sejak usia 7 bulan berat badan
pasien tidak naik. Pasienmendapatkan vaksin lengkap hingga saat ini . Pasien juga
rutin datang ke POSYANDU setiap bulan
5. Kebiasaan makan dan minum pasien sama seperti anak – anak seusianya. Pasien
makan 3 kali sehari, tapi pasien kurang makan sayur – sayran . ibu pasien sering
menyuapi pasien tapi pasien makan sambil aktifitas berlari – larian sama
temannya, selang 30 menit setelah makan pasien langsung BAB .
6. Ibu pasien juga sudah sering memberikan anaknya vitamin tambahan untuk
meningkatkan berat badan anaknya

3.3 Kunjungan Rumah Ketiga (7 Januari 2017)


Dokter yang berkunjung:
o dr. Amanda
o dr. Arnya
o dr. Okta
o dr. Abraham
Kunjungan rumah yang ketiga dilakukan untuk melengkapi data pasien serta
melakukan follow up untuk pemeriksaan status antropometri. Pada kunjungan ini dokter
internsip juga mencari lebih dalam apakah pasien menderita penyakit tertentu yang dapat

8
menjadi penyebab berat badan pasien sulit naik serta memberikan edukasi yang tepat
dalam menentukan makanan yang bergizi untuk menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan pasien. Orang tua pasien diberikan edukasi untuk mengurangi
memberikan susu dan lebih mengutamakan pemberian makanan pokok, mengurangi
konsumsi camilan, dan tidak membatasi konsumsi makanan yang ingin dimakan pasien
selama makanan tersebut bergizi. Kami juga memberikan edukasi tentang komplikasi
yang dapat terjadi apabila kondisi gizi pasien tidak diperhatikan dimana kondisi ini dapat
menghambat proses tumbuh kembang pasien.
Pada kunjungan ini kami mengumpulkan beberapa informasi dan memperoleh
kesimpulan:
a. Berat badan pasien bertambah dari 10 kg pada saat kunjungan awal menjadi 11 kg
pada kunjungan ini
b. Pasien masih mengonsumsi susu cukup banyak dan kami memberikan edukasi untuk
mengurangi konsumsi susu dan lebih memperbanyak makanan pokok.
c. Pasien mau mengonsumsi makanan yang disediakan orang tua, porsi makan seukuran
½ porsi orang dewasa dan habis.
d. Aktivitas pasien sangat aktif dimana pasien selalu aktif bergerak dan bermain,
sehingga kami memberikan edukasi agar pasien makan yang banyak untuk memenuhi
kebutuhan kalori harian.
e. Melalui anamnesis, kami memperoleh informasi bahwa berat badan pasien yang
berada dibawah persentil kemungkinan disebabkan oleh genetik dimana orang tua
pasien memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi.
f. Orang tua pasien sudah cukup mengerti dan memahami tentang edukasi yang kami
berikan tentang pemberian makanan bergizi untuk pasien.

3.4 Kunjungan Rumah Keempat (18 Januari 2017)


Dokter yang berkunjung:
o dr. Wiguna
o dr. Abraham
Kunjungan ke rumah pasien yang keempat ini bertujuan untuk mengevaluasi
tumbuh kembang pasien serta melihat bagaimana kebiasaan makan pasien saat ini. Pada
kunjungan ini, pasien sudah mulai mau mengonsumsi sayur walaupun hanya sedikit,
seperti wortel dan sayur paku. Pasien mengonsumsi makanan pokok seukuran ½ porsi
orang dewasa dan habis. Jumlah nasi yang dikonsumsi sebanyak 1 sendok nasi. Lauk
pauk yang dikonsumsi abon ayam, udang, telor. Pasien masih mengonsumsi susu

9
sebanyak 2-3 kali per hari dengan ukuran ½ gelas 200cc. Pada kunjungan ini, kami juga
memeriksa kakak pasien untuk melihat bagaimana porses tumbuh kembangnya untuk
membandingkannya dengan tumbuh kembang pasien.
Pada kunjungan ini dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya:
a. Berat badan pasien meningkat dari 11 kg menjadi 11,5 kg.
b. Pasien sudah mau menongsumsi sayur, seperti wortel dan sayur paku. Porsi nasi yang
dikonsumsi sebanyak 1 sendok nasi dan habis.
c. Anggota keluarga pasien juga memiliki riwayat berat badan kurang saat masih kecil.
d. Gizi kurang pada pasien kemungkinan disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Hal
ini diketahui dimana pasien diberikan ASI sampai usia 2 tahun. Makanan tambahan
yang diberikan pada saat itu adalah bubur dan sejak pasien berusia 1 tahun, pasien
mengonsumsi nasi namun hanya sebanyak 1 sendok makan untuk sekali makan.
Dalam sehari dapat disimpulkan pasien hanya mengonsumsi nasi sebanyak 3 sendok
makan.
e. Kakak pasien juga mengalami kesulitan untuk menaikkan berat badan, namun berat
badan masih berada di garis hijau (normal). Hal ini berbeda dengan pasien dimana
berat badan berada di garis kuning.

Lingkungan Pasien
1. Lingkungan keluarga
Pasien tinggal di rumah bersama kedua orang tua dan kakaknya. Kedua orang tua
sangat menyayangi anaknya dan juga memperhatikan makanan yang dikonsumsinya.
Hal ini diketahui dimana pasien jarang diberikan makanan jajanan di pinggir jalan.
Saat siang hari, terkadang pasien dititipkan ke rumah kakeknya jika ada kegiatan atau
upacara. Sebelum dititipkan, orang tua pasien sudah memberikan makan dulu untuk
pasien. Orang tua pasien sangat dekat dengan kakek dan nenek pasien yang juga
merawat pasien.
2. Lingkungan rumah
Pasien tinggal di desa Aan dan rumah pasien terletak ±30m dari jalan utama. Jalan
ke rumah pasien hanya dapat diakses menggunakan sepeda motor. Lingkungan rumah
tempat tinggal pasien terdapat 2 bangunan dan halaman depan yang cukup luas.
Bangunan pertama terdapat 2 kamar tidur dengan ventilasi yang baik. Bangunan
kedua digunakan untuk tempat ibu pasien bekerja dan dapur di belakangnya. Kamar
mandi terletak di belakang rumah. Dinding bangunan menggunakan batu dan

10
disemen, serta atap rumah menggunakan atap genteng, halaman depan pasien berupa
batu dan kerikil. Lingkungan rumah pasien cukup bersih, tidak ada sampah
berserakan di halaman rumah, serta tidak memilihara hewan di dalam lingkungan
rumah. Secara keseluruhan, rumah pasien layak huni.

Lingkungan Sosial
Pasien mengakui hubungan antar tetangga sangat baik, pasien mengaku masih
aktif mengikuti upacara keagamaan, upacara adat ataupun kegiatan lainnya di banjar.
Hubungan dengan lingkungan tempat kerja dikatakan juga sampai saat ini tidak ada
masalah.

Status Ekonomi Keluarga


Keluarga pasien merupakan keluarga yang berkecukupan namun sederhana. Ibu
pasien bekerja sebagai tukang jahit dan ayah pasien bekerja di perusahaan swasta.

Aspek Perilaku Hidup Bersih Sehat


Setelah melakukan beberapa kali kunjungan ke rumah pasien dan mengawasi
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sudah cukup baik. Pasien memiliki kamar mandi
dan toilet yang layak, tidak ada sampah yang menumpuk atau dibiarkan, menggunakan air
PAM untuk mencuci dan sumber mata air langsung untuk dikonsumsi, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, memberantas jentik dengan menutup tempat penampungan
air, dan tidak ada yang merokok di dalam rumah.

BAB IV
PEMBAHASAN

BIOLOGIS
 Usia
 Genetik

PELAYANAN
LINGKUNGAN
KESEHATAN
11
 Penyuluhan gizi dan
PHBS GIZI  Sanitasi
 Mutu Pelayanan lingkungan
Kesehatan  KURANG  Lingkungan
posyandu untuk balita yang kurang
 SDM nyaman
 Akses
 Sikap Provider
 Kenyamanan
PERILAKU

 Pengetahuan
orangtua yang
kurang
 Pola asuh orang tua
 Faktor sosial
budaya

4.1 Permasalahan
Berdasarkan hasil kunjungan yang telah dilakukan, dapat dipaparkan beberapa masalah yang
ditemukan beberapa penyebab gizi kurang pada kasus ini berkaitan dengan penyebab kurang gizi
pada umumnya seperti hal diatas :
1. Terdapat keturunan gizi kurang di keluarga pasien ( ayah dan ibu pasien )
2. Pengetahuan mengenai jenis makanan, dan pola makan pasien masih kurang.
3. Sanitasi lingkungan yang kurang baik

4.2 Pembahasan
Berdasarkan masalah-masalah yang sudah dipaparkan tersebut dilakukan pendekatan melalui
prinsip kedokteran keluarga.
1. Personal
Edukasi pada pasien belum dapat diberikan karena belum cukup umur untuk
memahami gizi kurang yang diderita, sehingga edukasi perlu difokuskasn pada orang
tua pasien.
2. Koordinatif dan kolaboratif
a. Mengarahkan orangtua pasien untuk rutin membawa anaknya ke posyandu/pustu
untuk mengukur berat badan tiap bulan.

12
b. Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi kurang dengan melakukan
koordinasi dengan bagian posyandu/pustu untuk memberikan edukasi tambahan
dan pemberian makanan tambahan.
c. Memberi tahu orang tua pasien pentingnya meningkatkan kebersihan lingkungan
dalam mempengaruhi terjadinya gizi kurang yang diderita oleh anak.
3. Komprehensif
Memberi edukasi kepada keluarga pasien tentang :
a. Memberikan pengertian bahwa salah satu faktor penyebab kurang gizi pada anak
yaitu genetik, sehingga target berat badan yang dicapai peningkatannya lebih lama
dan sulit meencapai nilai normal berdasarkan umurnya.
b. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana mengatur pola makan yang benar
pada anak dengan gizi kurang dan pentingnya pemberian makanan tambahan
selain makanan pokok.
c. Memberikan edukasi mengenai makanan makanan yang baik dan bergizi untuk
pertumbuhan anak, selain itu memberikan informasi berupa artikel kepada orang
tua pasien mengenai kiat kiat menaikkan berat badan dengan gizi kurang agar bisa
diterapkan pada pasien.
4. Berkesinambungan
a. Memantau perkembangan pasien dengan menganjurkan orang tua pasien untuk
rutin datang ke pustu atau posyandu.
b. Melakukan kunjungan rumah secara rutin untuk mengetahui perkembangan
pasien lebih lanjut.

5. Mengutamakan pencegahan
a. Menekankan bahwa kasus gizi kurang dapat dicegah dan diminimalisir risikonya
agar tidak sampai menjadi gizi buruk.
b. Memberikan pemahaman mengenai pencegahan gizi kurang agar apabila orang
tua pasien mempunyai anak lagi tidak sampai jatuh ke gizi kurang.

6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan


Mengedukasi dan mengajak peran serta bidan pustu dan kader posyandu untuk
terus memotivasi pasien dan keluarga, dan juga agar aktif memberikan edukasi
kepada masyarakat lainnya mengenai pentingnya menjaga asupan makanan dan
nutrisi pada anak-anak.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu
2. John E. Hall. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
3. Adisasmito, Wiku, 2008. Sistem Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
4. WHO. 2003. “Feeding And Nutrition of Infants and Young Children”. WHO Regional
Publications, European Series, No. 87. Page. 17
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008.
Jakarta.
6. Kemenkes, RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
7. Lubis, F. 2008. Dokter Keluarga sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayan
Keluarga. Jakarta.

14
LAMPIRAN

DENAH RUMAH PASIEN

SANG
GAH
KAMAR
TERAS

TEMPAT MENJAHIT WC

JALAN

DOKUMENTASI

15

Anda mungkin juga menyukai