PENDAHULUAN
1
persentase balita dengan gizi kurang di Indonesia tahun 2003 sebesar 20%, tahun 2005 sebesar
19%, dan tahun 2007 sebesar 13%. Dapat dilihat bahwa tingkat persentase balita gizi kurang di
Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun.5,6
Karena itu pasien gizi kurang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik oleh
tenaga kesehatan di Indonesia. Sasarannya adalah menghindari komplikasi-komplikasi yang
dapat disebabkan dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Salah satu kunci untuk meningkatkan
status kesehatan masyarakat adalah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan primer dengan
cara program dokter keluarga (kunjungan rumah keluarga atau penderita) di masyarakat, yang
bersifat menyeluruh, berkesinambungan, dan komprehensif, selain itu juga harus memperhatikan
individu dari berbagai faktor, biologi, ekonomi, psikologis, dan sosial. Dari kegiatan ini akan
didapatkan hubungan dokter-pasien yang lebih terbuka, sehingga dapat meningkatkan kesehatan
fisik, mental dan sosial pasien maupun seluruh anggota keluarga.7
BAB II
LAPORAN KASUS
Anggota keluarga
No Nama Umur Jenis Hubungan Tingkat Pekerjaan
Kelamin dengan pasien pendidikan
2
1 I Wayan 35 L Ayah SMA Swasta
Arnyana tahun
2 Ni Nengah 34 P Ibu SMA IRT
Suadnyani tahun
3 Ni Putu Ari 5 P Anak TK -
Febriyanti tahun
4 Ni Kadek Vira 3 P Anak - -
Nirmala tahun
Riyayat pengobatan :
- Pasien rutin datang ke posyandu setiap bulan. Pasien diberikan MP-ASI sebanyak 30
bungkus untuk 1 bulan. Pasien menghabiskan 1 bungkus MP-ASI selama 1 minggu.
- Ibu pasien memberikan suplemen penambah nafsu makan seperti curcuma plus sejak
pasien berumur 2 tahun. Suplemen diberikan rutin selama kurang lebih 3 bulan
sebanyak 1 sendok takar per hari.
- Pasien diberikan Albendazole 100 mg sekitar 6 bulan yang lalu.
Riwayat Alergi :
Pasien memiliki riwayat alergi terhadap udang, namun kambuh apabila
mengonsumsi udang dalam porsi yang banyak.
Riwayat Persalinan:
Pasien lahir spontan ditolong oleh bidan. Pasien lahir cukup bulan tanpa ada
kesulitan atau komplikasi persalinan, dengan berat lahir 2550 gram. Ibu pasien rutin
kontrol kehamilan sebanyak 8 kali. Selama kehamilan ibu pasien mengkonsumsi asam
folat dan tablet besi.
Riwayat Nutrisi
Usia ASI/PASI Buah/biskuit Bubur Nasi tim Makanan
keluarga
0 – 2 bulan ASI - - - -
2 – 4 bulan ASI - - - -
4 – 6 bulan ASI - - - -
6 – 9 bulan ASI - + - -
9 – 12 bulan ASI + + + -
12 – 24 ASI + - - +
bulan
Hingga Susu SGM + - - +
sekarang
Kesan Nutrisi : cukup
Riwayat Imunisasi
BCG : 9 Jan 2014
HB 0 : 14 Des 2013
Polio 1 : 9 Jan 2014
4
DPT/HB 1 : 26 Feb 2014
Polio 2 : 26 Feb 2014
DPT/HB 2 : 7 April 2014
Polio 3 : 7 April 2014
DPT/HB 3 : 12 Mei 2014
Polio 4 : 12 Mei 2014
Campak : 12 Sep 2014
Status Generalis
Kepala : normocephali
Mata : anemia -/-, ikterus -/-, reflek pupil +/+ isokor
THT
Telinga: normal
Hidung : sekret -/-
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil T1/T1 hiperemis (-)
Leher
Inspeksi : benjolan (-), bendungan vena jugularis (-)
Palpasi : pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris, retraksi interkosta (-)
Jantung
Palpasi : kuat angkat (-)
Auskultasi : S1S2 tunggal regular, murmur (-)
Paru
Inspeksi : gerakan dada simetris
Palpasi : gerakan dada simetris
5
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), kesan hepatomegaly (-)
Perkusi : timpani (+)
Ekstremitas : akral hangat, edema -/-
Status Gizi
Berat badan : 10 kg
Tinggi badan : 87 cm
Lingkar kepala : 47cm
Z score : WFA : <-2 , WFL : <-1
2.4 Diagnosis
Diagnosis klinis :-
Diagnosis tumbuh kembang : Tumbuh kembang normal
Diagnosis gizi : Gizi kurang
2.5 Tatalaksana
Planning Therapeutic
Pemberian MP-ASI sebagai tambahan makanan pokok
KIE kepada orang tua pasien untuk memperhatikan gizi pasien, memberikan
makanan yang bergizi, mengurangi konsumsi susu, dan memperbanyak makanan
pokok.
Planning Diagnostic
Pemeriksaan feses untuk menunjang diagnosis infeksi cacing pada pasien.
Planning Monitoring
Melakukan pengukuran berat badan, lingkar lengan atas, dan tinggi badan secara
berkala.
Melakukan pemantauan terhadap makanan yang dimakan oleh pasien dan
dilaporkan saat kunjungan.
6
BAB III
KUNJUNGAN RUMAH
7
c. Berdasarkan wawancara dengan keluarga pasien, yang dapat dipikirkan menjadi
faktor risiko gizi kurang adalah faktor genetik dimana ayah dan ibu pasien
dengan berat badan dan tinggi badan yang kurang. Sehingga berat badan dan
tinggi badannya dibawah rata-rata teman usia sebayanya di sekolah.
3.2 Kunjungan Rumah Kedua (24 Desember 2016)
Dokter yang berkunjung
o dr. Kartika
o dr. Adhi
Kujungan kedua ini dilakukan untuk menganamnesa lebih lanjut dan mencari
faktor resiko penyebab penyakit pasien. Pada kunjungan ini dokter interensif
menghasilkan :
1. Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dimana kakak pasien juga
memiliki berat badan yang kurang waktu masih umur 3 tahun
2. Tumbuh kembang anak dari kecil hingga sampe saat ini masih dalam batas
normal.
3. Pasien lahir spontan usia gestasi 40 minggu di bidan dengan berat badan 2550,
panjang badan 50cm, dan lingkar kepala 34 cm.
4. Pasien ASI eksklusif hingga usia 2 tahun, tapi sejak usia 7 bulan berat badan
pasien tidak naik. Pasienmendapatkan vaksin lengkap hingga saat ini . Pasien juga
rutin datang ke POSYANDU setiap bulan
5. Kebiasaan makan dan minum pasien sama seperti anak – anak seusianya. Pasien
makan 3 kali sehari, tapi pasien kurang makan sayur – sayran . ibu pasien sering
menyuapi pasien tapi pasien makan sambil aktifitas berlari – larian sama
temannya, selang 30 menit setelah makan pasien langsung BAB .
6. Ibu pasien juga sudah sering memberikan anaknya vitamin tambahan untuk
meningkatkan berat badan anaknya
8
menjadi penyebab berat badan pasien sulit naik serta memberikan edukasi yang tepat
dalam menentukan makanan yang bergizi untuk menunjang proses pertumbuhan dan
perkembangan pasien. Orang tua pasien diberikan edukasi untuk mengurangi
memberikan susu dan lebih mengutamakan pemberian makanan pokok, mengurangi
konsumsi camilan, dan tidak membatasi konsumsi makanan yang ingin dimakan pasien
selama makanan tersebut bergizi. Kami juga memberikan edukasi tentang komplikasi
yang dapat terjadi apabila kondisi gizi pasien tidak diperhatikan dimana kondisi ini dapat
menghambat proses tumbuh kembang pasien.
Pada kunjungan ini kami mengumpulkan beberapa informasi dan memperoleh
kesimpulan:
a. Berat badan pasien bertambah dari 10 kg pada saat kunjungan awal menjadi 11 kg
pada kunjungan ini
b. Pasien masih mengonsumsi susu cukup banyak dan kami memberikan edukasi untuk
mengurangi konsumsi susu dan lebih memperbanyak makanan pokok.
c. Pasien mau mengonsumsi makanan yang disediakan orang tua, porsi makan seukuran
½ porsi orang dewasa dan habis.
d. Aktivitas pasien sangat aktif dimana pasien selalu aktif bergerak dan bermain,
sehingga kami memberikan edukasi agar pasien makan yang banyak untuk memenuhi
kebutuhan kalori harian.
e. Melalui anamnesis, kami memperoleh informasi bahwa berat badan pasien yang
berada dibawah persentil kemungkinan disebabkan oleh genetik dimana orang tua
pasien memiliki tubuh yang tidak terlalu tinggi.
f. Orang tua pasien sudah cukup mengerti dan memahami tentang edukasi yang kami
berikan tentang pemberian makanan bergizi untuk pasien.
9
sebanyak 2-3 kali per hari dengan ukuran ½ gelas 200cc. Pada kunjungan ini, kami juga
memeriksa kakak pasien untuk melihat bagaimana porses tumbuh kembangnya untuk
membandingkannya dengan tumbuh kembang pasien.
Pada kunjungan ini dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya:
a. Berat badan pasien meningkat dari 11 kg menjadi 11,5 kg.
b. Pasien sudah mau menongsumsi sayur, seperti wortel dan sayur paku. Porsi nasi yang
dikonsumsi sebanyak 1 sendok nasi dan habis.
c. Anggota keluarga pasien juga memiliki riwayat berat badan kurang saat masih kecil.
d. Gizi kurang pada pasien kemungkinan disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Hal
ini diketahui dimana pasien diberikan ASI sampai usia 2 tahun. Makanan tambahan
yang diberikan pada saat itu adalah bubur dan sejak pasien berusia 1 tahun, pasien
mengonsumsi nasi namun hanya sebanyak 1 sendok makan untuk sekali makan.
Dalam sehari dapat disimpulkan pasien hanya mengonsumsi nasi sebanyak 3 sendok
makan.
e. Kakak pasien juga mengalami kesulitan untuk menaikkan berat badan, namun berat
badan masih berada di garis hijau (normal). Hal ini berbeda dengan pasien dimana
berat badan berada di garis kuning.
Lingkungan Pasien
1. Lingkungan keluarga
Pasien tinggal di rumah bersama kedua orang tua dan kakaknya. Kedua orang tua
sangat menyayangi anaknya dan juga memperhatikan makanan yang dikonsumsinya.
Hal ini diketahui dimana pasien jarang diberikan makanan jajanan di pinggir jalan.
Saat siang hari, terkadang pasien dititipkan ke rumah kakeknya jika ada kegiatan atau
upacara. Sebelum dititipkan, orang tua pasien sudah memberikan makan dulu untuk
pasien. Orang tua pasien sangat dekat dengan kakek dan nenek pasien yang juga
merawat pasien.
2. Lingkungan rumah
Pasien tinggal di desa Aan dan rumah pasien terletak ±30m dari jalan utama. Jalan
ke rumah pasien hanya dapat diakses menggunakan sepeda motor. Lingkungan rumah
tempat tinggal pasien terdapat 2 bangunan dan halaman depan yang cukup luas.
Bangunan pertama terdapat 2 kamar tidur dengan ventilasi yang baik. Bangunan
kedua digunakan untuk tempat ibu pasien bekerja dan dapur di belakangnya. Kamar
mandi terletak di belakang rumah. Dinding bangunan menggunakan batu dan
10
disemen, serta atap rumah menggunakan atap genteng, halaman depan pasien berupa
batu dan kerikil. Lingkungan rumah pasien cukup bersih, tidak ada sampah
berserakan di halaman rumah, serta tidak memilihara hewan di dalam lingkungan
rumah. Secara keseluruhan, rumah pasien layak huni.
Lingkungan Sosial
Pasien mengakui hubungan antar tetangga sangat baik, pasien mengaku masih
aktif mengikuti upacara keagamaan, upacara adat ataupun kegiatan lainnya di banjar.
Hubungan dengan lingkungan tempat kerja dikatakan juga sampai saat ini tidak ada
masalah.
BAB IV
PEMBAHASAN
BIOLOGIS
Usia
Genetik
PELAYANAN
LINGKUNGAN
KESEHATAN
11
Penyuluhan gizi dan
PHBS GIZI Sanitasi
Mutu Pelayanan lingkungan
Kesehatan KURANG Lingkungan
posyandu untuk balita yang kurang
SDM nyaman
Akses
Sikap Provider
Kenyamanan
PERILAKU
Pengetahuan
orangtua yang
kurang
Pola asuh orang tua
Faktor sosial
budaya
4.1 Permasalahan
Berdasarkan hasil kunjungan yang telah dilakukan, dapat dipaparkan beberapa masalah yang
ditemukan beberapa penyebab gizi kurang pada kasus ini berkaitan dengan penyebab kurang gizi
pada umumnya seperti hal diatas :
1. Terdapat keturunan gizi kurang di keluarga pasien ( ayah dan ibu pasien )
2. Pengetahuan mengenai jenis makanan, dan pola makan pasien masih kurang.
3. Sanitasi lingkungan yang kurang baik
4.2 Pembahasan
Berdasarkan masalah-masalah yang sudah dipaparkan tersebut dilakukan pendekatan melalui
prinsip kedokteran keluarga.
1. Personal
Edukasi pada pasien belum dapat diberikan karena belum cukup umur untuk
memahami gizi kurang yang diderita, sehingga edukasi perlu difokuskasn pada orang
tua pasien.
2. Koordinatif dan kolaboratif
a. Mengarahkan orangtua pasien untuk rutin membawa anaknya ke posyandu/pustu
untuk mengukur berat badan tiap bulan.
12
b. Meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai gizi kurang dengan melakukan
koordinasi dengan bagian posyandu/pustu untuk memberikan edukasi tambahan
dan pemberian makanan tambahan.
c. Memberi tahu orang tua pasien pentingnya meningkatkan kebersihan lingkungan
dalam mempengaruhi terjadinya gizi kurang yang diderita oleh anak.
3. Komprehensif
Memberi edukasi kepada keluarga pasien tentang :
a. Memberikan pengertian bahwa salah satu faktor penyebab kurang gizi pada anak
yaitu genetik, sehingga target berat badan yang dicapai peningkatannya lebih lama
dan sulit meencapai nilai normal berdasarkan umurnya.
b. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana mengatur pola makan yang benar
pada anak dengan gizi kurang dan pentingnya pemberian makanan tambahan
selain makanan pokok.
c. Memberikan edukasi mengenai makanan makanan yang baik dan bergizi untuk
pertumbuhan anak, selain itu memberikan informasi berupa artikel kepada orang
tua pasien mengenai kiat kiat menaikkan berat badan dengan gizi kurang agar bisa
diterapkan pada pasien.
4. Berkesinambungan
a. Memantau perkembangan pasien dengan menganjurkan orang tua pasien untuk
rutin datang ke pustu atau posyandu.
b. Melakukan kunjungan rumah secara rutin untuk mengetahui perkembangan
pasien lebih lanjut.
5. Mengutamakan pencegahan
a. Menekankan bahwa kasus gizi kurang dapat dicegah dan diminimalisir risikonya
agar tidak sampai menjadi gizi buruk.
b. Memberikan pemahaman mengenai pencegahan gizi kurang agar apabila orang
tua pasien mempunyai anak lagi tidak sampai jatuh ke gizi kurang.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu
2. John E. Hall. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
3. Adisasmito, Wiku, 2008. Sistem Kesehatan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
4. WHO. 2003. “Feeding And Nutrition of Infants and Young Children”. WHO Regional
Publications, European Series, No. 87. Page. 17
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008.
Jakarta.
6. Kemenkes, RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
7. Lubis, F. 2008. Dokter Keluarga sebagai Tulang Punggung dalam Sistem Pelayan
Keluarga. Jakarta.
14
LAMPIRAN
SANG
GAH
KAMAR
TERAS
TEMPAT MENJAHIT WC
JALAN
DOKUMENTASI
15