Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

TELAAH JURNAL

Pada bab ini penulis melakukan telaah jurnal terhadap 3 buah jurnal yang

berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pada Pengobatan

Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin, Kalimantan

Selatan”, “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada

Penderita TB Paru”, “Pernafasan Active Cycle Of Breathing Meningkatkan Aliran

Ekspirasi Maksimum Penderita Tuberkulosis Paru”.

A Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Pada Pengobatan

Penderita Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin,

Kalimantan Selatan

Penelitian yang dilakukan oleh Herda Aryani, pada tahun 2013 Tujuan

penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan

penderita dalam program pengobatan TB paru di Puskesmas Pekauman Kota

Banjarmasin. Penelitan ini menggunakan desain deskriptif korelasional dengan

teknik purposive sampling, dengan responden sebanyak 40 orang.

Hasil dari penelitian ini adalah sebanyak 20% responden berpengetahuan

baik, 42.5% berpengetahuan cukup, 35% berpengetahuan kurang dan 2.5%

berpengetahuan sangat kurang, 92.5% patuh dan 7.5% tidak patuh selama

pengobatan. Analisa dilakukan dengan uji spearman Rho dengan jumlah

responden sebanyak 40 orang. Berdasarkan analisa statistik α=0.05 diperoleh

r=0.383 dan p=0.015, sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara

138
139

tingkat pengetahuan dengan kepatuhan penderita TB paru. Semakin baik

tingkat pengetahuan terhadap penyakit, cara penularan dan pengobatan TB paru

maka akan semakin baik pula kepatuhan yang dimiliki, dan begitu pula

sebaliknya.

Hasil ini didukung oleh beberapa penelitian bahwa pengetahuan

berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kepatuhan berobat (Dhewi dkk,

2011 dan Sari, 2011). Hasil ini didukung pula oleh Asmariani, yang

menyatakan responden yang pengetahuan rendah 22 orang (61,1%) cenderung

tidak patuh sebanyak 19 orang (52,8%). Selain itu, menurut Firdous dkk (2006)

seseorang yang mempunyai pengetahuan buruk akan berpeluang mengalami

ketidak sembuhan 5,5 kali lebih besar dibandingkan orang yang

berpengetahuan baik.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengimplementasikan jurnal

tersebut pada Keluarga Tn. D, Khususnya Tn. D dengan TB MDR dimana

adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan

penderita TB paru. Semakin baik tingkat pengetahuan terhadap penyakit, cara

penularan dan pengobatan TB paru maka akan semakin baik pula kepatuhan

yang dimiliki, dan begitu pula sebaliknya. Sehingga dengan itu penulis

memberikan pengetahuan atau penyuluhan tentang penyakit TB paru.


140

B Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada

Penderita TB Paru

Penelitian yang dilakukan oleh Asra Septia Dkk pada tahun 2014 dengan

“judul Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada

Penderita TB Paru”, hasil penelitian ada hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan minum obat penderita TB Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin

Achmad. Berdasarkan hasil odds ratio (OR) penderita yang mendapat

dukungan keluarga negatif juga memiliki peluang untuk tidak patuh

dibandingkan responden yang mendapat dukungan keluarga yang positif.

Menurut Niven (2012), keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh

dalam menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga

menentukan tentang program pengobatan yang dapat mereka terima. Dukungan

keluarga dalam bentuk dukungan dari anggota keluarga merupakan faktor

penting dalam kepatuhan terhadap program-program medis.

Penelitian tentang dukungan keluarga dan keberhasilan pengobatan

banyak diteliti para peneliti, diantaranya penelitian yang dilaksanakan

Rachmawati, Laksmiati dan Soenarsongko (2008), dukungan keluarga

mempunyai peran yang sangat penting bagi kepatuhan pasien TB paru. Selain

sebagai pihak yang selalu mendukung untuk kesembuhan keluarga juga

bertanggung jawab sebagai Pengawas Minum Obat (PMO) yang nantinya akan

berperan untuk mengawasi dan mengingatkan secara terus menerus kepada

pasien agar pasien meminum obatnya secara teratur dan tepat waktu sesuai

dengan dosis yang sudah ditetapkan oleh petugas kesehatan.


141

Penelitian lain yang mendukung adalah yang dilaksanakan oleh Pare,

Amiruddin dan Leida (2012), yang menemukan bahwa ada hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan minum obat penderita TB Paru, artinya keluarga

yang berperan sebagai PMO memberikan dukungan kurang baik berisiko

sebesar 3.013 kali untuk menyebabkan pasien tidak patuh periksa ulang dahak

pada fase akhir pengobatan dibandingkan dengan pasien yang memiliki

dukungan keluarga yang baik.

Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kepatuhan untuk pengobatan TB Paru, dimana keluarga inti maupun keluarga

besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota keluarganya. Fungsi

dasar keluarga yaitu fungsi perawatan kesehatan. Fungsi perawatan kesehatan

adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan. Keluarga perlu memberikan dukungan yang positif untuk

melibatkan keluarga sebagai pendukung pengobatan sehingga adanya

kerjasama dalam pemantauan pengobatan antara petugas dan anggota keluarga

yang sakit (Friedman, Bowden & Jones, 2010).

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengimplementasikan jurnal

tersebut pada Keluarga Tn. D, Khususnya Tn. D dengan TB MDR dimana

adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan

minum obat pasien TB paru, sehingga dengan itu penulis memberikan

pengetahuan dan penyuluhan tentang TB MDR serta pentingnya peran keluarga

dalam keberhasilan pengobatan pasien dengan TB MDR.


142

C Pernafasan Active Cycle Of Breathing Meningkatkan Aliran Ekspirasi

Maksimum Penderita Tuberkulosis Paru

Penelitian yang dilakukan oleh Tintin Sukartini, Sriyono, dkk pada tahun

2007. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy

experimental purposive sampling pre-posttest design. Sampel diambil sesuai

dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan, dengan jumlah sampel sebanyak

14 responden, dibagi menjadi kelompok perlakuan (diberikan intervensi latihan

pernapasan active cycle of breathing setiap 1 kali / hari selama 10 hari, dengan

durasi pertemuan 20- 30 menit) dan kelompok kontrol (tanpa latihan

pernafasan) dengan jumlah sampel masing-masing 7 orang. Penelitian

dilakukan selama bulan Juni sampai dengan Jul i 2007.

terdapat perbedaan yang signifikan hasil post PEFR antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol dengan hasil uji statistik dengan menggunakan

Independent t- Test (p=0,020). Pada kelompok perlakuan terjadi peningkatan

nilai rerata PEFR dari 138,57 menjadi 178,57 dengan hasil uji statistik

menggunakan Paired t-Test didapatkan nilai yang signifikan antara pre dan

post terhadap peningkatan PEFR dengan nilai p=0,001 yang berarti ada

pengaruh latihan napas active cycle of breathing terhadap peningkatan PEFR.

Forced expiration technique adalah hembusan kuat tanpa menutup glotis

mengakibatkan pengaliran udara dari paru bagian bawah menuju paru bagian

atas serta udara yang berada dalam saluran napas kecil menuju keluar, dengan

hembusan kuat tanpa menutup glotis mukus yang menutupi saluran pernapasan

juga dapat keluar dengan mudah sehingga udara akan keluar dengan maksimum
143

(Pyor and Webber, 1998). Pada penyakit paru kronis dan pengempisan paru

mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan. Latihan napas dapat

mengaktifkan serat-serat saraf simpatis yang sifatnya lemah, karena beberapa

serat ini menembus masuk ke bagian pusat dari paru. Batang bronkus berkontak

secara sangat luas dengan norepinefrin dan epinefrin dalam sirkulasi, yang

dilepaskan ke dalam tubuh oleh perangsangan simpatis dari medulla glandula

adrenal. Kedua hormon ini, terutama epinefrin menyebabkan dilatasi pada

batang bronkus akibat kuatnya perangsangan pada reseptor beta (Guyton dan

Hall, 1996).

Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Tintin Sukartini dkk

adalah Teknik pernapasan active cycle of breathing dapat meningkatkan dan

menstabilkan nilai PEFR. Latihan pernapasan active cycle of breathing

meningkatkan elastisitas dan compliance paru pada penderita tuberkulosis

sehingga volume udara meningkat dan berdampak pada peningkatan (peak

expiratory flow rate) PEFR.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengimplementasikan jurnal

tersebut pada Keluarga Tn.D, Khususnya Tn.D dengan TB MDR dimana

adanya pengaruh dari tenik pernafasan active cycle of breathing dapat

meningkatkan dan menstabilkan nilai PEFR, meningkatkan elastisitas dan

compliance paru pada penderita tuberkulosis sehingga volume udara meningkat

dan berdampak pada peningkatan.

Anda mungkin juga menyukai