Anda di halaman 1dari 3

Pengolahan Minyak dari Daging Buah

Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh fruit conveyor dimasukkan kedalam Digester atau peralatan
pengaduk. Didalam alat ini dimaksudkan supaya buah terlepas dari biji. Dalam proses pengadukan (digester)
ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu dijaga agar stabil antara 800 - 900C.
Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan
(scew Press) agar minyak keluar dari biji dan fibre. Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas
sekitar 10% s/d 15% terhadap kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak
kasar dan apas serta biji.
Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada crude oil tank harus dilakukan pemisahan kandungan pasir
sand trap yang kemudian dilakukan penyaringan ( vibrating screen ). Sedangkan ampas dan biji yang masih
mengandung minyak ( oil sludge ) dikirim ke pemisahan ampas dan biji ( depericarper ).
Dalam proses penyarinngan minyak kasar pertsebut perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan
penyaringan minyak tersebut. Minyak kasar ( crude oil ) kemudian di pompa kedalam decenter guna
memisahkan solid dan liquid. Pada fase cair yang berupa minyak air dan masa jenis ringan ditampung pada
countnuous setting tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat ( sludge ) yang terdiri dari padatan
terlarut ditampung kedalam sludge tank yang kemudian dialirkan ke sludge salanceparator untuk
memisahkan minyaknya.
Proses Pemurnian Minyak

Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke oil purifer untuk memisahkan kotoran / solid yang mengandung
kadar air. Kemudian melalui sarvo balance, maka minyak sawit dipompakan ke tangki timbun ( oil storege
tank ).
Proses Pengolahan Inti Sawit
Ampas kempa yang terdiri dari biji dan serabut dimasukkan kedalam depericaper melalui cake brake
conveyor yang dipanaskan dengan uap air agar sebagian kandungan air dapat diperkecil, sehingga press cake
terurai dan memudahkan proses pemisahan. Pada depericaper terjadi proses pemisahan fibre dan biji.
Pemisahan tejadi akibat perbedaan berat dan gaya isap blower. Biji tertampung pada nut silo yang dialiri
dengan udara panas antara 600-800C selama 18-24 jam agar kadar iar turun dari sekitar 21% menjadi 4%.
Sebelum biji masuk kedalam nut craker terlebih dahulu diproses di dalam nut garding drum untuk dapat
dipisahkan ukuran besar kecilnya biji yang disesuaikan denga fraksi yang ditentukan. Nut garding kemudian
dialirkan ke nut craker sebagai alat pemecah. Masa biji pecah dimasukkan dalam dry seperator ( proses
pemisahan debu dan cangkang halus ) untuk memisahkan cangkang halus, biji utuh dengan cangkang/inti.
Masa cangkang bercampur inti di alirkan masuk ke dalam hydro cyclone untuk memisahkan inti dengan
cangkang. Inti dialirkan masuk kedalam kernel drier untuk proses pengeringan sampai kadar air mencapai
7% dengan tingkat pengeringan 500, 600, dan 700C dalam waktu 14-16 jam. Selanjutnya guna memisahkan
kotoran, maka dialirkan melalui winnowing kernel ( kernel storage ) sebelum di angkat dengan truk ke
pabrik pemproses berikutnya.
Untuk mendapatkan mutu minyak CPO yang baik, maka mutu tandan yang di olah harus berdasarkan
kriteria kematangan yang optimal.pada kondisi kandungan minyak dalam TBS relatif tinggi dengan kadar
garam asam lemak bebas (FFA) yang rendah. Pada tandan buah yang masih mentah kandungan minyak CPO
sangat rendah. Sedangkan bila TBS terlalu matang maka kualitas minyak menjadi rendah karena kadar asam
lemak bebasnya tinggi. Untuk mendapatkan jumlah dan kualitas minyak CPO yang baik, maka di butuhkan
di koordinasi yang baik antara permanen, pengawas lapangan, bagian fraksi dan staf pabrik. Tandan buah
segar yang telah dipanen harus segera ditangani dan di usahakan secepatnya diproses dalam pabrik.
Limbah Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya

Limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain.
Sedangkan limbah cair yang terjadi pada in house keeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya dapat dilihat
pada gambar 3. Pada gambar tersebut terlihat bahwa limbah yang terjadi pada generasi pertama dapat dimanfaatkan dan terjadi
limbah berikutnya. Pada gambar 4 dan tabel terlihat potensi limbah yang dapat dimanfaatkan, sehingga memiliki nilai ekonomis
yang tidak sedikit. Salah satunya adalah potensi limbah dapat dimanfaatkan sebagai sumber unsur hara yang mampu
menggantikan pupuk sintetis (urea, TSP dan lain-lain).

Anda mungkin juga menyukai