Anda di halaman 1dari 8

Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No.

3, Juli 2016, Halaman 173-180 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716

PROBLEMATIKA PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN


DENGAN OBJEK TANAH YANG BELUM BERSERTIPIKAT
Siti Malikhatun Badriyah
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Jalan Prof. Soedarto, SH, Tembalang Semarang
Email: malikha_b@yahoo.com

Abstract

In credit agreements developed in the community, mortgage right become an important requirement
for ensuring that the achievements in accordance with the agreement. Problematic raised in this
research is how the regulation mortgage right with the object of land that has not been certified and
how the implementation of mortgage rights with the object of land that has not been certified. This
study aims to assess and analyze the setting and implementation of mortgage right with land that
have not been certified as an object. From this study it can be concluded that there is a gap in the
implementation of the rules regarding the imposition of a security ortgage interest with the object of
land rights that have not been certified with implementation in the field.

Keywords: Implementation Mortgage Right; Object of Mortgage Right; Land Have Not Been
Not Certified.
Abstrak

Dalam perjanjian kredit yang berkembang di masyarakat, Hak Tanggungan menjadi suatu
kebutuhan penting untuk menjamin dilaksanakan prestasi sesuai dengan perjanjian.. Problematika
yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaturan hak tanggungan dengan objek
tanah yang belum bersertipikat dan bagaimana pelaksanaan hak tanggungan dengan objek tanah
yang belum bersertipikat. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pengaturan dan
pelaksanaan Hak Tanggungan dengan objek tanah yang belum bersertipikat. Dari penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan terdapat kesenjangan antara peraturan mengenai
pembebanan hak tanggungan dengan objek hak atas tanah yang belum bersertipikat dengan
pelaksanaan di lapangan. Dengan demikian maksud diberikannya kesempatan bagi pemilik hak atas
tanah yang belum bersertipikat untuk memperoleh kredit sebagaimana ditentukan oleh UUHT
menjadi tidak terwujud.

Kata Kunci: Hak Tanggungan; Objek Hak Tanggungan; Tanah Belum Bersertipikat.

A. Pendahuluan sendiri maupun dari pinjaman pihak lain.


Dalam hukum hal yang selalu menjadi Dalam hal dana berasal dari pinjaman pihak
perhatian pokok adalah adanya kepastian lain, pada umumnya pihak yang menyalurkan
hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan dana sebagai kreditor memiliki risiko yang
(zweckmassigkeit) dan keadilan tinggi, sehingga menghendaki adanya
(gerechtigkeit), yang oleh Gustav Radbruch jaminan.2 Untuk menjamin keamana piutang
disebut sebagai ide dasar hukum (rechtsidee). kreditor itulah jaminan menjadi faktor yang
Demikian juga dalam hukum jaminan, ketiga sangat krusial. Munir Fuady menyebutkan
hal tersebut seharusnya diperhatikan.1 Dana bahwa jaminan utang adalah pemberian
menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi keyakinan kepada keditor atas pembayaran
siapapun. Pendanaan dapat berasal dari diri utang-utang yang telah diberikannya kepada

1. Sudikno Mertokusumo, 1996, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Yogyakarta, Liberty, hlm. 6-7.
2. Siti malikhatun Badriyah, 2005, Jaminan Fidusia di Indonesia (Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 42 Tahun
1999), Semarang , Badan Penerbit Universitas Diponegoro, hlm. 3.
173
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 3, Juli 2016

debitor yang timbul karena hukum ataupun dalam peraturan perundang-undangan


karena suatu perjanjian.3 Salah satu lembaga dimungkinkan pembebanan hak tanggungan
jaminan yang sering dipraktikkan saat ini terhadap tanah yang belum bersertipikat,
adalah hak tanggungan. namun pada umumnya pemilik hak atas tanah
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang yang belum bersertipikat mengalami
N o m o r 4 Ta h u n 1 9 9 6 t e n t a n g H a k kesulitan karena pada umumnya kreditor
Tanggungan, yang selanjutnya disebut UUHT menghendaki tanah yang sudah bersertipikat
disebutkan bahwa Hak Tanggungan Atas karena sudah ada bukti kuat adanya
Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan kepemilikan hak atas tanah. Hal demikian
dengan Tanah yang selanjutnya disebut Hak menjadikan kendala bagi pemilik hak atas
Tanggungan adalah hak jaminan yang tanah yang belum bersertipikat, apabila ingin
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana memperoleh dana dari pihak lain, yaitu
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 kreditor.
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Dari uraian di atas maka muncul
pokok Agraria, berikut atau tidak berikut permasalahan sebagai berikut:
benda-benda lain yang merupakan satu 1. Bagaimana pengaturan hak tanggungan
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan dengan objek tanah yang belum
utang tertentu yang memberikan kedudukan bersertipikat?
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap 2. Bagaimana pembebanan hak tanggungan
kreditor lain. dengan objek tanah yang belum
Hak milik atas tanah merupakan hak bersertipikat?
yang turun temurun, terkuat dan terpenuh
yang dapat dipunyai orang atas tanah dan B. Pembahasan
memberi kewenangan untuk 1. P e n g a t u r a n H a k Ta n g g u n g a n
menggunakannya bagi segala macam dengan Objek Hak Atas Tanah yang
keperluan selama waktu yang tidak terbatas, Belum Bersertipikat
sepanjang tidak ada larangan khusus untuk Eksistensi hukum di dalam masyarakat
itu (Pasal 20 UUPA). Bukti kepemilikan Hak pada dasarnya berfungsi untuk melindungi
Milik atas Tanah tersebut yang kuat dan sah kepentingan manusia.4 Pengaturan di dalam
secara administratif adalah berupa sertipikat perundang-undangan menjadi suatu upaya
hak milik atas tanah yang dikeluarkan oleh lebih memberikan kepastian hukum dalam
pejabat yang berwenang dalam hal ini adalah rangka perlindungan hukum yang seimbang
Kantor Pertanahan, namun ada juga hak milik bagi para pihak dalam suatu hubungan
atas tanah yang belum bersertipikat, sehingga hukum. Hal ini sejalan dengan konsep asas
belum memiliki bukti kepemilikan karena hukum ekonomi yang mengandung nilai-nilai
proses administrasinya belum selesai atau untuk melindungi berbagai aspek kehidupan
belum dilaksanakan. kemanusiaan dalam kegiatan ekonomi dalam
UUHT memberikan kesempatan bagi pengertian luas sebagaimana dikemukakan
pemilik hak atas tanah yang belum oleh Sri Redjeki Hartono,5 yang mencakup
bersertipikat untuk menjaminkan hak atas asas keseimbangan kepentingan, asas
tanahnya dengan hak tanggungan. Hal ini pengawasan publik, serta asas campur tangan
disebutkan dalam Pasal 10 ayat (2) UUHT negara terhadap kegiatan ekonomi. Diaturnya
yang menyatakan bahwa apabila objek Hak Hak Tanggungan ini tentu dimaksudkan
Tanggungan berupa hak atas tanah yang untuk memberikan perlindungan hukum dan
berasal dari konversi hak lama yang telah kepastian hukum baik bagi pihak kreditor
memenuhi syarat untuk didaftarkan akan Pemegang Hak Tanggungan maupun debitor
tetapi pendaftarannya belum dilakukan, serta pemberi Hak Tanggungan. Arti
pemberian hak tanggungan dilakukan pentingnya lembaga jaminan termasuk Hak
bersamaan dengan permohonan pandaftaran tanggungan ini adalah untuk menjamin
hak atas tanah yang bersangkutan. Meskipun pelunasan utang tertentu. Dengan demikian,
3. Munir Fuady, 2013, Hukum Jaminan Utang, Jakarta, Erlangga, hlm. 8.
4. Sudikno Mertokusumo, 2012, Teori Hukum (Edisi Revisi), Yogyakarta, Cahaya Atma Pustaka, hlm. 7
5. Sri Redjeki Hartono, 2007, Hukum Ekonomi Indonesia, Malang, Bayumedia Publishing, hlm. 62-63.
174
Siti Malikhatun Badriyah, Problematika Pembebanan Hak Tanggungan

kreditor akan mempunyai keyakinan bahwa terlihat bahwa dalam hal ini dianut asas
debitor akan melaksanakan prestasi sesuai pemisahan horizontal. Hal ini sesuai dengan
dengan perjanjian yang telah dibuat oleh para Hukum Agraria di Indonesia yang menganut
pihak. prinsip hukum adat yang dalam hal ini
Berkaitan dengan hal ini sejalan dengan menganut asas pemisahan horizontal, yang
6
pendapat Hasanudin Rahman yang berarti bahwa perbuatan hukum terhadap
mengemukakan bahwa jaminan adalah tanah tidak secara otomatis mencakup juga
tanggungan yang diberikan oleh debitor atau perbuatan hukum terhadap benda-benda lain
pihak ketiga kepada pihak kreditor, karena yang ada di atas tanah yang menjadi satu
pihak kreditor mempunyai suatu kepentingan kesatuan dengan dengan tanah. Dalam hal
bahwa debitor harus memenuhi dilakukan perbuatan hukum terhadap tanah
kewajibannya dalam suatu perikatan. berikut benda-benda lain yang ada di atas
7
Sehubungan dengan hal ini, Kashadi tanah yang merupakan satu kesatuan dengan
menyebutkan bahwa Jaminan adalah sesuatu tanah harus diperjanjikan secara tegas. Hal ini
yang diberikan kepada kreditor untuk juga berlaku dalam hal hak atas tanah
menimbulkan keyakinan bahwa debitor akan dijadikan objek Hak Tanggungan, maka jika
memenuhi kewajiban yang dapat dinilai hak atas tanah dijaminkan berikut benda-
dengan uang yang timbul dari suatu perikatan. benda lain yang menjadi satu kesatuan dengan
Karena pentingnya jaminan dalam tanah harus diperjanjikan secara tegas dalam
menunjang perkembangan perekonomian APHT. Hal ini sejalan dengan pemikiran J.
pada khususnya, maka sangat diperlukan Satrio 8 dengan yang mengemukakan bahwa
pengaturan yang jelas agar ada kepastian dan UUHT tidak menganut asas asesi tetapi
perlindungan hukum secara berimbang. menganut prinsip pemisahan horizontal.
Demikian juga dalam hal pemberian jaminan Adapun benda-benda yang dapat
dengan objek hak atas tanah sudah diatur menjadi objek hak tanggungan adalah:
secara tegas dalam UUHT. a. Yang disebutkan dalam Pasal 4 UUHT:
Dalam Pasal 1 angka 1 UUHT 1) Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan
disebutkan bahwa Hak Tanggungan Atas Hak Guna Usaha yang diatur dalam
Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan Pasal 4 ayat (1) UUPA.
dengan Tanah yang selanjutnya disebut Hak 2) Hak Pakai atas tanah Negara yang
Tanggungan adalah hak jaminan yang menurut ketentuan yang berlaku wajib
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana didaftarkan dan menurut sifatnya dapat
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 dipindahtangankan.
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- b. Yang disebut dalam Pasal 27:
pokok Agraria, berikut atau tidak berikut 1) Rumah susun yang berdiri di atas tanah
benda-benda lain yang merupakan satu Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan
kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan Hak Pakai yang diberikan oleh Negara.
utang tertentu yang memerikan kedudukan 2) Hak Milik atas satuan Rumah Susun,
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap yang bangunannya berdiri di atas tanah
kreditor lain. Hak Milik, Hak Guna Bangunan dan
Dari ketentuan tersebut terlihat bahwa Hak Pakai yang dberikan oleh Negara.
Objek Hak Tanggungan adalah hak atas tanah Hak Milik atas tanah merupakan hak
sebagaimana dimaksud dalam Undang- yang turun temurun, terkuat dan terpenuh
undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang yang dapat dipunyai orang atas tanah dan
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, memberi kewenangan untuk
berikut atau tidak berikut benda-benda lain menggunakannya bagi segala macam
yang merupakan satu kesatuan dengan tanah keperluan selama waktu yang tidak terbatas,
itu. Dari kata “berikut atau tidak berikut” sepanjang tidak ada larangan khusus untuk itu
6 Hasanudin Rahman, 1996, Aspek-aspek Hukum Perikatan Kredit Perbankan, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm.
233,.
7. Kashadi, 2000, Hak Tanggungan dan Jaminan Fidusia, Semarang, Universitas Diponegoro Semarang, hlm. 1.
8. J. Satrio, 2002, Hukum Jaminan, Hak Jaminan Kebendaan, Hak Tanggungan, Buku 2, Cetakan Kesatu, Bandung, PT
Citra Aditya Bakti, hlm. 27.
175
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 3, Juli 2016

(Pasal 20 UUPA). Bukti Kepemilikan Hak tanah pada umumnya.


Milik atas tanah tersebut yang kuat dan sah Pengecualian dalam Pasal 10 ayat (3)
secara administratif adalah berupa sertipikat UUHT diberikan untuk menampung
hak milik atas tanah yang dikeluarkan oleh kebutuhan praktik, berupa kemudahan bagi
pejabat yang berwenang dalam hal ini adalah para golongan ekonomi lemah yang
kantor pertanahan, namun ada juga hak milik membutuhkan kredit dan satu-satunya
atas tanah yang belum bersertipikat sehingga jaminan yang dimilikinya adalah sebidang
belum mempunyai bukti kepemilikan karena persil hak adat yang sebenarnya sudah
proses administrasinya belum selesai atau memenuhi syarat untuk dikonversi sebagai
belum dilaksanakan. Dalam pasal 10 UUHT hak atas tanah menurut UUPA. Tanah seperti
dimungkinkan adanya pembebanan Hak
Tanggungan terhadap tanah yang belum ini pada umumnya bukti kepemilikannya
bersertipikat ini, namun demikian pada waktu berupa girik, petuk, letter C dan lain-lain
pembebanan hak Tanggungan harus sekaligus bukti, yang sebenarnya tidak dapat dikatakan
dilakukan pendaftaran hak atas tanah sebagai bukti kepemilikan tetapi hanya
tersebut. Pasal 10 ayat (3) UUHT sekedar merupakan ketetapan pemerintah
menyebutkan bahwa mengenai siapa yang wajib membayar pajak
“Apabila objek Hak Tanggungan berupa atas persil yang berseangkutan. Namun
hak atas tanah yang berasal dari demikian, karena pada waktu lalu tidak
konversi hak lama yang telah dikenal bukti kepemilikan hak atas tanah adat,
memenuhi syarat untuk didaftarkan dan pada umumnya yang berkedudukan
akan tetapi pendaftarannya belum sebagai wajib pajak tanah adalah pemilik
dilakukan, pemberian Hak Tanggungan tanah yang bersangkutan, maka hampir selalu
dilakukan bersamaan dengan wajib pajak adalah pemilik persil tersebut. 9
permohonan pendaftaran hak atas tanah Pengaturan mengenai diberikan
yang bersangkutan.” kesempatan bagi pemilik hak atas tanah yang
Ketentuan Pasal 10 ayat (3) UUHT belum bersertifikat untuk bisa menggunakan
merupakan pengecualian atas prinsip bahwa tanahnya sebagai jaminan dalam suatu
objek Hak Tanggungan adalah tanah menurut perjanjian antara lain dalam perjanjian kredit
UUPA terdaftar dan dapat dipindahtangankan untuk memperoleh dana, di samping untuk
karena di dalam ketentuan tersebut melindungi golongan ekonomi lemah untuk
dimungkinkan adanya Hak Tanggungan atas memperoleh dana, juga untuk mendorong
tanah yang berasal dari konversi hak lama, dilakukannya pensertifikatan hak atas tanah
yang sudah memenuhi syarat untuk yang dijadikan objek Hak Tanggungan.
pendaftaran, tetapi belum didaftarkan, Dari ketentuan Pasal 10 ayat (3) terlihat
sehingga belum dapat dikatakan sebagai hak bahwa dalam hal hak atas tanah yang
atas tanah menurut UUPA. Karena hak atas dijadikan objek Hak Tanggungan belum
tanah bekas hak barat, sejak tanggal 24 bersertipikat, maka dilakukan pendaftaran
September 1980 sudah tidak ada lagi hak atas tanah tersebut bersamaan
(Keppres No. 32 Tahun 1979 jo. PMDN No. 3 dilakukannya pembebanan Hak Tanggungan.
Tahun 1979), maka yang dimaksud dengan Dengan demikian pada saat pendaftaran Hak
“tanah yang berasal dari konversi hak lama” Tanggungan maka tanah yang bersangkutan
dalam Pasal 10 Ayat (3) UUHT adalah tanah- sudah bersertipikat. Hal ini berkaitan dengan
tanah hak adat. syarat bagi pemegang Hak tanggungan harus
Penjelasan Pasal 10 ayat (3) UUHT orang atau badan hukum yang berwenang
menyatakan bahwa kemungkinan untuk untuk melakukan perbuatan hukum terhadap
pemberian hak tanggungan pada hak atas objek Hak Tanggungan yang ditegaskan
tanah milik adat dimaksudkan untuk: dalam Pasal 8 Ayat (1) UUHT. Bukti adanya
a. Memberi kesempatan kepada pemegang kewenangan ini harus sudah ada pada saat
hak atas tanah yang belum bersertifikat Hak Tanggungan didaftarkan di kantor
untuk memperoleh kredit. pertanahan. Hal demikian dimaksudkan
b. Mendorong pensertifikatan hak atas untuk memberikan perlindungan hukum bagi
9. Ibid, hlm. 275.

176
Siti Malikhatun Badriyah, Problematika Pembebanan Hak Tanggungan

kreditor pemegang Hak Tanggungan, karena menentukan dalam pemberian kredit di bank.
jika debitor wanprestasi dapat dilakukan Salah satu jaminan yang sering digunakan
eksekusi terhadap objek Hak Tanggungan dan adalah Hak Tanggungan.
tidak menimbulkan sengketa karena ada Pada umumnya perjanjian kredit ini
kejelasan siapa pihak yang berwenang. dibuat dalam bentuk baku, karena dibuat oleh
2. Pembebanan Hak Tanggungan salah satu pihak dalam perjanjian. Dengan
dengan Objek Tanah yang Belum demikian pihak yang tidak ikut menentukan
Bersertipikat perjanjian seringkali merasa ada pada posisi
Hak Tanggungan bersifat accessoir, yang lemah. Perjanjian kredit ini biasanya
artinya bahw a H ak Tanggungan itu dibuat oleh bank sebagai keditor. Meskipun
merupakan perjanjian ikutan/pelengkap dari antara bank satu dengan yang lainnya ada
perjanjian pokok, sehingga ada atau tidak perbedaan, namun pelaksanaannya ada
adanya Hak Tanggungan ini tergantung dari kemiripan.
ada atau tidak adanya perjanjian pokok. Dalam praktik, pembebanan jaminan
Dalam hal Hak Tanggungan ini digunakan atas tanah yang belum bersertipikat didahului
untuk menjamin pelaksanaan prestasi dalam dengan pembuatan Surat Kuasa
perjanjian kredit, maka sebelum adanya Hak Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT).
Tanggungan pasti didahului dengan adanya Oleh Notaris/PPAT rekanan Bank, yang
perjanjian kredit. Pemberian kredit oleh bank kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
sebagai kreditor kepada debitor mempunyai APHT. Dalam hal ini menurut peneliti kurang
risiko yang besar, karena ada kemungkinan tepat karena pembuatan SKMHT sebenarnya
bahwa debitor melakukan wanprestasi, baik bukan untuk kondsi bahwa tanah yang
terlambat memenuhi prestasi, memenuhi menjadi objek Hak Tanggungan merupakan
prestasi tidak sebagaimana yang tanah yang belum bersertipikat, tetapi
diperjanjikan maupun tidak memenuhi diadakan dalam hal Pemberi Hak Tanggungan
prestasi sama sekali. Oleh karena itu untuk tidak dapat hadir dalam Pemberian Hak
mengantisipasi adanya kerugian di kemudian Tanggungan. Pada asasnya pemberian Hak
hari, pada umumnya bank selalu berhati-hati Tanggungan wajib dilakukan oleh Pemberi
dalam memberikan kredit. Oleh karena itu Hak Tanggungan. Hal ini sesuai dengan asas
sebelum kredit disetujui, maka dilakukan umum yang menyatakan bahwa ”pada
analisis secara seksama terhadap calon asasnya tindakan hukum harus dilakukan oleh
debitor. Dalam perjanjian kredit di bank, yang berkepentingan sendiri. Namun
jaminan utama berupa keyakinan bahwa demikian ketentuan tersebut dapat
debitor akan sanggup membayar angsuran. disimpangi dan orang atau badan hukum
Dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 Tentang dapat menguasakan tindakannya kepada
Perbankan, yang telah diubah dengan UU No. orang atau pihak lain.11
10 Tahun 1998, pada Pasal 8 disebutkan Pengecualian asas tersebut di atas diatur
bahwa ”Dalam memberikan kredit, bank secara jelas dalam Penjelasan Pasal 15 ayat
umum wajib mempunyai keyakinan atas (1) UUHT, yang menyebutkan bahwa ”hanya
kemampuan dan kesanggupan debitor untuk apabila benar-benar diperlukan orang boleh
melunasi hutangnya sesuai yang menggunakan Surat Kuasa Membebankan
diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan Hak Tanggungan (SKMHT). Jadi SKMHT
a k a n k e s a n g g u p a n d e b i t o r, d a l a m hanya diperkenankan dalam keadaan khusus,
pembiayaan kredit bank ada berbagai yakni apabila Pemberi Hak Tanggungan tidak
pedoman yang digunakan, antara lain adalah dapat hadir sendiri di hadapan PPAT. Dalam
Prinsip 5C, yang terdiri dari (1) Character, hal ini Pemberi Hak Tanggungan wajib
(2) Capacity, (3) Capital, (4) Condition of menunjuk pihak lain sebagai kuasanya dalam
economy, (5) Collateral.10 pembuatan SKMHT yang dibuat dengan akta
Jaminan menjadi faktor yang sangat otentik dan pembuatannya diserahkan oleh
10. Munir Fuady, 1995, Hukum tentang Pembiayaan dalam Teori dan Praktek, (Leasing, Factoring, Modal Ventura,
Pembiayaan Konsumen, Kartu Kredit), Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hlm. 16
11. Boedi Harsono, 2003, Hukum Agraria Indonesia sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria, Isi dan
Pelaksanaannya, Jakarta , Djambatan, hlm. 435.
177
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 3, Juli 2016

Notaris atau PPAT.12 Tanggungan di Kantor Pertanahan.


Jangka waktu SKMHT untuk hak atas Ketentuan Pasal 10 ayat (3) tersebut
tanah yang belum bersertipikat adalah 3 berkaitan dengan ketentuan bahwa Pemberi
bulan, kemudian harus diikuti dengan H a k Ta n g g u n g a n h a r u s o r a n g y a n g
pembuatan APHT. Apabila SKMHT tidak berwenang untuk melakukan perbuatan
diikuti dengan pembuatan APHT maka hukum terhadap objek Hak Tanggungan. Hal
konsekuensinya SKMHT tersebut batal demi ini ditegaskan dalam Pasal 8 ayat (1) UUHT
hukum. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 15 yang menyebutkan bahwa Pemberi Hak
ayat (5) UUHT. Akan tetapi batas waktu Tanggungan adalah orang perseorangan atau
tersebut tidak menutup kemungkinan badanhukum yang mempunyai kewenangan
dibuatnya SKMHT baru. untuk melakukan perbuatan hukum terhadap
SKMHT dibuat dalam jangka waktu 3 obyekHak Tanggungan yang bersangkutan.
bulan. Jangka waktu 3 bulan ini dimaksudkan Selanjutnya dalam Pasal 8 ayat (2)
untuk melengkapi surat-surat yang disebutkan bahwa kewenangan untuk
diperlukan untuk pendaftaran hak atas tanah melakukan perbuatan hukum terhadap obyek
yang tentunya membutuhkan waktu untuk Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud
memperolehnya. pada ayat (1) harus ada pada pemberi
Dalam praktik sebelum sertipikat hak HakTanggungan pada saat pendaftaran Hak
atas tanah jadi, maka belum bisa dibuat Tanggungan dilakukan.
APHT, meskipun jangka waktu SKMHT Dalam hal pembuatan APHT harus
habis. Dalam hal demikian dibuatkan menunggu selesainya pendaftaran hak atas
SKMHT baru. Setelah sertifikat hak atas tanah, maka tujuan diberikannya kesempatan
tanah terbit, kemudian baru diikuti dengan bagi pemilik hak atas tanah yang belum
pembuatan APHT. Hal demikian tidak sesuai bersertipikat untuk memperoleh kredit
dengan yang ditentukan dalam Pasal 10 ayat menjadi tidak terwujud, karena lebih
(3) UUHT menyebutkan bahwa memperpanjang waktu proses pemberian
“Apabila objek Hak Tanggungan berupa Hak Tanggungan.
hak atas tanah yang berasal dari konversi hak APHT ini dibuat rangkap 4, yang 2
lama yang telah memenuhi syarat untuk lembar bermeterai, 1 lembar digunakan
didaftarkan akan tetapi pendaftarannya belum sebagai arsip di Kantor PPAT dan 1 lembar
dilakukan, pemberian Hak Tanggungan untuk proses pendaftaran Hak Tanggungan ke
dilakukan bersamaan dengan permohonan kantor pertanahan. 2 lembar lagi tidak
pendaftaran hak atas tanah yang bermaterai untuk diberikan kepada kreditor
bersangkutan.” dan debitor. Dalam hal dibuat SKMHT, maka
Dari ketentuan Pasal 10 ayat (3) UUHT pembuatan APHT dilengkapi dengan salinan
tersebut terlihat bahwa untuk pembebanan SKMHT.
Hak tanggungan terhadap hak atas tanah yang Setelah APHT selesai dibuat, 7 hari
belum bersertipikat, maka pemberian Hak kemudian didaftarkan di kantor pertanahan.
Tanggungan dilakukan bersamaan dengan Setelah berkas-berkas yang diperlukan untuk
permohonan pendaftaran hak atas tanah yang pendaftaran Hak tanggungan dikirim oleh
bersangkutan. Dengan demikian seharusnya PPAT ke kantor pertanahan, kemdian Kepala
pada waktu pembuatan APHT oleh PPAT Kantor Pertanahan akan melakukan
sekaligus dilakukan pendaftaran hak atas pemeriksaan terhadap kelengkapan berkas-
tanah, sehingga tidak perlu menunggu berkas tersebut. Apabila berkas telah lengkap
keluarnya sertipikat hak atas tanah. Sertifikat maka epala Kantor Pertanahan akan
hak atas tanah sebagai bukti adanya mengirimkan lembar salah satu surat
kewenangan Pemberi Hak Tanggungan untuk engantar PPAT yang sudah dibubuhi tanggal
melakukan perbuatan hukum terhadap tanah penerimaan. Jika ada kekurangan
yang menjadi objek Hak Tanggungan kelengkapan berkas pendaftaran maka
diperlukan pada saat pendaftaran Hak Kepala Kantor Pertanahan akan
12. Maria S.W. Sumardjono, 2001, Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi, Jakarta, Buku Kompas,
hlm, 126
178
Siti Malikhatun Badriyah, Problematika Pembebanan Hak Tanggungan

memberitahukan pula kekurangannya. 2. Dalam hal objek Hak Tanggungan


Setelah Kepala Kantor Pertanahan adalah hak atas tanah yang belum
menerima berkas pendaftaran secara lengkap bersertipikat, menurut UUHT
maka Kepala Kantor Pertanahan akan seharusnya pada waktu pemberian Hak
mendaftarkan Hak tanggungan dan Tanggungan dengan dibuatnya APHT
mencatatnya pada buku tanah Hak oleh PPAT juga dilakukan pendaftaran
tanggungan dan sertipikat hak atas tanah yang hak atas tanah yang bersangkutan.
bersangkutan dan memberi tanggal ketujuh Namun demikian di dalam
setelah peneriman secara lengkap berkas pelaksanaannya ternyata pada
pendaftaran Hak tanggungan, apabila hari umumnya dilakukan pendaftaran hak
ketujuh tersebut jatuh pada hari libur maka atas tanah terlebih dahulu dan
diberi tanggal hari berikutnya. menunggu sampai keluarnya sertipikat
Sebagai bukti adanya Hak Tanggungan hak atas tanah. Pemberian hak
maka dikeluarkan sertipikat Hak Tanggungan Tanggungan tidak langsung dibuatkan
yang yang mencantumkan irah-irah DEMI APHT, tetapi terlebih dahulu dibuat
KEADILAN BERDASARKAN SKMHT, padahal dalam ketentuan
KETUHANAN YANG MAHA ESA. Hal ini UUHT, pembuatan SKMHT adalah
berarti bahwa sertipikat Hak Tanggungan dalam hal Pemberi Hak Tanggungan
mempunyai kekuatan eksekutorial sama tidak dapat hadir dalam pemberian Hak
dengan putusan pengadilan yang berkekuatan Tanggungan, bukan untuk pemberian
hukum tetap. hak tanggunga terhadap hak atas tanah
M e n u r u t A b d u r r a h m a n ,13 d e n g a n yang belum bersertipikat. Dengan
berlakunya UUHT, maka kemungkinan demikian maksud diberikannya
untuk menjadikan tanah-tanah hak adat kesempatan bagi pemilik hak atas tanah
sebagai agunan hanya tinggal sejarah hukum yang belum bersertipikat untuk
saja, karena dalam penjelasan Pasal 10 ayat memperoleh kredit sebagaimana
(3) menunjukkan bagaimana caranya untuk ditentukan oleh UUHT menjadi tidak
meningkat pemberian agunan tersebut terwujud.
menjadi hak tanggungan. UUHT bukan saja
bermaksud memperlancar arus perkreditan, Daftar Pustaka
yang berarti juga menunjang misi perbankan,
tetapi juga lebih menekankan aspek kepastian Malikhatun Badriyah Siti, 2005, Jaminan
hukum, yaitu keharusan untuk didaftar dan Fidusia di Indonesia (setelah
dengan sendirinya untuk lebih mendorong Berlakunya Undang-undang No. 42
kegiatan pendaftaran tanah di Indonesia Tahun 1999), Semarang, Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
C. Simpulan Fuady Munir, 1995, Hukum tentang
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, Pembiayaan dalam Teori dan
maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Praktek, (Leasing, Factoring, Modal
1. Pembebanan Hak Tanggungan dengan Ventura, Pembiayaan Konsumen,
objek hak atas tanah yang belum Kartu Kredit), , Bandung, Citra
13
bersertipikat sudah diatur dalam UUHT Aditya Bakti.
yang dimaksudkan untuk memberikan Fuady Munir, 2013, Hukum Jaminan Utang,
kesempatan kepada orang yang Jakarta, Erlangga.
memiliki hak atas tanah yang Harsono Boedi , 2003Hukum Agraria
seharusnya bisa didaftarkan tetapi Indonesia sejarah Pembentukan
belum dilakukan pendaftaran untuk Undang-undang Pokok Agraria, Isi
mendapatkan kredit. Di samping itu dan Pelaksanaannya, Jakarta
juga dimaksudkan untuk mendorong Djambatan.
pensertifikatan hak atas tanah.

13. Abdurrahman dalam Rahmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Cetakan Kedua, Jakarta, Sinar
Grafika, hlm. 407.
179
Masalah - Masalah Hukum, Jilid 45 No. 3, Juli 2016

Hartono Sri Redjeki 2007, Hukum Ekonomi


Indonesia, Malang, Bayumedia
Publishing.
Kashadi, 2000, Hak Tanggungan dan
Jaminan Fidusia, , Semarang,
Fakultas Hukum Universitas
Diponegoro.
Mertokusumo Sudikno, 2012, Teori Hukum
(Edisi Revisi), Yogyakarta, Cahaya
Atma Pustaka.
Mertokusumo Sudikno, 1996. Penemuan
H u k u m S e b u a h P e n g a n t a r,
Yogyakarta, Liberty.
Rahman Hasanudin, 1996, Aspek-aspek
Hukum Perikatan Kredit Perbankan,
, Bandung, PT Citra aditya Bakti
Satrio J., 2002, Hukum Jaminan, Hak
Jaminan Kebendaan, Hak
Tanggungan, Buku 2, Cetakan
Kesatu, Bandung, Citra Aditya
Bakti .
S.W. Sumardjono Maria, 2001, Kebijakan
Pertanahan antara Regulasi dan
Implementasi, , Jakarta, Buku
Kompas.
Usman, 2009, Rahmadi Hukum Jaminan
Keperdataan, Cetakan Kedua, ,
Jakarta Sinar Grafika.
Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
Te n t a n g P e r u b a h a n Te r h a d a p
Undang-undang Nomor 7 Tahun
1992 Tentang Perbankan;
Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang
Hak Tanggungan (UUHT);
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1972
Tentang Perbankan;
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria

180

Anda mungkin juga menyukai