Anda di halaman 1dari 21

PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT

PENYULUHAN TENTANG RABIES PADA SISWA SEKOLAH


DASAR NEGERI 1 MELINGGIH KECAMATAN PAYANGAN
KABUPATEN GIANYAR

Oleh:
I Gusti Ayu Inten Heny Pratiwi (1302006152)
Made Wulan Utami Dewi (1302006229)

Pembimbing:
dr. Wayan Citra Wulan Sucipta Putri, MPH
dr. I Gusti Ngurah Gede Putra

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS/ILMU


KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017

i
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
BAB II PKM DI PUSKESMAS ........................................................................... 3
2.1 IDENTIFIKASI MASALAH ................................................................... 3
2.2 ANALISIS MASALAH ........................................................................... 4
2.3 TUJUAN PENYULUHAN ...................................................................... 5
2.3.1 TUJUAN UMUM ........................................................................ 5
2.3.2 TUJUAN KHUSUS ..................................................................... 5
2.4 KELOMPOK SASARAN ........................................................................ 5
2.5 STRATEGI PELAKSANAAN ................................................................ 6
2.5.1 PERSIAPAN PENYULUHAN .................................................... 6
2.5.2 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN .............................. 6
2.5.3 PELAKSANAAN PENYULUHAN ............................................ 6
2.6 ISI PENYULUHAN ................................................................................ 6
2.7 METODE PENYULUHAN ..................................................................... 7
2.8 RENCANA EVALUASI ......................................................................... 7
2.8.1 PENILAIAN PROSES ................................................................. 7
2.8.2 PENILAIAN HASIL.................................................................... 8
BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN ............................................................. 9
3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENYULUHAN ............................................ 9
3.2 PESERTA PENYULUHAN .................................................................... 9
3.3 PELAKSANAAN PENYULUHAN ........................................................ 9
3.4 PROSES PELAKSANAAN PENYULUHAN ........................................ 9
BAB IV EVALUASI KEGIATAN ..................................................................... 12
4.1 EVALUASI PENYULUHAN ............................................................... 12
4.2 HAMBATAN PENYULUHAN PKM ................................................... 14
4.3 MANFAAT PENYULUHAN PKM ...................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 15
LAMPIRAN ......................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Rabies merupakan kelompok penyakit zoonosis yang menyerang susunan


saraf pusat dan dapat berakibat fatal setelah timbulnya gejala klinis. Rabies
disebabkan oleh virus rabies yang merupakan virus RNA genus Lyssavirus,
family Rhabdoviridae. Rabies ditularkan lewat hewan ke manusia melalui pajanan
atau gigitan penular rabies (GHPR) seperti anjing, kucing, kera dan musang. Kini
kasus rabies terdapat di 150 negara dan di seluruh benua kecuali Antartika. Selain
itu, rabies merupakan penyakit endemis di Negara Asia dan Afrika. Diperkirakan
setiap tahunnya, terdapat 59.000 kematian diantaranya sebagian besar terjadi pada
populasi di Asia dan Afrika. Lebih dari 95% kematian rabies pada manusia terjadi
akibat gigitan anjing yang terinfeksi virus rabies (WHO, 2017).
Kasus rabies di Indonesia pertama kali terjadi di Jawa barat dan dilaporkan
seekor kerbau menderita rabies oleh Esser pada tahun 1884 dan terus menyebar ke
daerah Indonesia lainnya. Di Indonesia terdapat 10 provinsi bebas rabies yaitu
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, DI Yogyakartam Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papuan Barat dan
Kalimantan Barat. Pada tahun 2009-2012 GHPR terbesar nasional berada di
Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur yang selalu menduduki peringkat 1 dan 2
(Datin Rabies, 2014). Situasi ini erat kaitannya dengan pola pemeliharaan anjing,
dan kebiasaan masyarakat membawa anjing antar pulau dari daerah tertular ke
daerah bebas rabies telah terbukti berperan dalam penyakit ini (Putra dkk, 2008).
Penyakit dengan CFR (Case Fatality Rate) tertinggi ini terus menyebar ke
berbagai wilayah di Provinsi Bali hingga tahun 2012. Pada tahun 2013 kasus
rabies sudah mengalami penurunan yang signifikan hingga dilaporkan hanya 1
kasus yang ada di wilayah Provinsi bali. Namun mulai tahun 2014 sampai dengan
akhir tahun 2015, seluruh kecamatan di kabupaten gianyar mendapat jumlah kasus
gigitan sebanyak 6.005 kasus, diikuti dengan satu orang yang menderita rabies
(Diskes Provinsi Bali, 2016).
Kementrian kesehatan (Ditjen PP dan PL) bersama dengan 2 kementerian
lainnya yaitu Kementrian Pertanian (Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan)
dan Kementrian Dalam Negeri (Ditjen Pemerintahan Umum) membuat suatu

1
2

kebijakan pemberantasan dan penanggulangan rabies. Adapun pelaksanaan


kegiatan yang dilakukan yaitu penemuan kasus gigitan hewan rabies/ tersangka
rabies dan penanganan dengan perawatan cuci luka dengan sabun, pemberian
VAR (Vaksin anti rabies) dan SAR (Serum Anti Rabies). Salah satu tanggung
jawab Kementrian Kesehatan yaitu melakukan penanganan terhadap manusia
sebagai korban GHPR. Penanganan dengan vaksin anti rabies yang
direkomendasikan untuk korban tersangka rabies adalah vaksin PVRV (Purified
Vero Rabies Vaccine) yang dapat dilakukan di pusat pengobatan rabies (Rabies
Center). Lokasi strategis yang mudah dijangkau oleh masyarakat serta
mempunyai fasilitas yang memadai dan para tenagamedis yang terlatih dalam
penanganan rabies ditetapkan sebagai rabies center oleh pemerintah daerah
setempat (Kemenkes RI, 2011). Dalam pelaksanaan upaya pemberantasan dan
penanggulangan rabies, dibentuk suatu wadah organisasi yang disebut “TIKOR”
(Tim Koordinasi Pemberantasan Rabies) mempunyai tugas yang dilakukan pada
masing-masing tingkatan administrasi baik di Pusat, Provinsi maupun
Kabupaten/Kota (Kemenkes RI, 2011). Namun sampai saat ini, kasus rabies
belum dapat ditanggulangi sepenuhnya bahkan beberapa tahun terakhir kasus
rabies semakin meningkat.
Selain itu 40% dari orang-orang yang digigit oleh hewan tersangka rabies
adalah anak usia 5-15 tahun. Mayoritas gigitan anjing pada anak-anak itu tidak
dikenali dan tidak dilaporkan sehingga anak tidak mendapatkan perawatan pasca
gigitan anjing (WHO, 2016). Hal ini mendorong penyuluh untuk memakai sasaran
penyuluhan anak-anak sekolah dasar yang rentan terkena gigitan hewan penular
rabies. Penyuluhan ini juga dilakukan sebagai salah satu upaya pencegahan
mengingat kasus gigitan GHPR sangat banyak. Dan upaya pencegahan berupa
penyuluhan ini diberikan untuk meningkatkan kesadaran anak agar lebih waspada
dalam memelihara hewan yang dapat menularkan rabies (anjing, kera, dan kucing)
dan meningkatkan pengetahuan anak mengenai tindakan yang dapat segera
dilakukan apabila menghadapi kasus gigitan anjing, kucing guna menekan angka
kematian akibat rabies. Penyuluhan ini juga dianggap dapat membantu Puskesmas
Payangan, Gianyar untuk melancarkan program penanggulangan rabies untuk
mencapai tujuan Eliminasi Rabies 2020 Kementrian Kesehatan RI.
BAB II
PKM DI PUSKESMAS

2.1 IDENTIFIKASI MASALAH


Kejadian rabies masih tersebar di 24 provinsi di Indonesia dari total 34
provinsi, dimana 10 provinsi yang bebas rabies terdiri dari Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,
Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, dan Kalimantan. Bali merupakan
satu dari 24 provinsi yang masih mengalami kasus rabies, bahkan Bali menempati
urutan pertama dari lima besar provinsi yang memiliki kasus Gigitan Hewan
penular Rabies (GHPR) dengan jumlah terbanyak selama empat tahun berturut-
turut dari tahun 2009-2012 (Datin Rabies).
Terdapat sejumlah 42.630 kasus GHPR di Bali dan 29.479 dari kasus
tersebut telah mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) (Diskes Provinsi Bali,
2016). Angka GHPR dan VAR tahun tersebut lebih rendah dibandingkan dengan
tahun sebelumnya, namun kematian akibat rabies meningkat banyak dari dua
kasus menjadi 15. Berdasarkan Profil Kesehatan Gianyar tahun 2016, pada tahun
2014 sampai akhir tahun 2015 sudah terdapat kasus rabies sedangkan dari dua
tahun sebelumnya tidak terdapat kasus rabies. Jumlah kasus gigitan yang terjadi
adalah sebanyak 6.005 kasus, diikuti dengan satu orang yang menderita rabies.
Untuk tahun 2016 rabies merupakan salah satu KLB yang terjadi di kabupaten
Gianyar. Payangan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di kabupaten
Gianyar, dimana pada tahun 2015 terdapat satu kasus kematian akibat rabies dan
pada tahun 2016 ditemukan kasus berupa anjing positif rabies. Rabies ini terjadi
pada manusia di kelompok umur 20-44 tahun (Puskesmas Payangan). Salah satu
faktor risiko di Bali khususnya Gianyar adalah masih tingginya jumlah anjing liar
di populasi dengan persentase sebesar 81% yang mampu menularkan rabies
(Affandi dkk, 2015).
Salah satu cara untuk menekan kejadian rabies di kecamatan Payangan,
Gianyar adalah dengan meningkatkan pengetahuan mengenai rabies, mengenali
anjing yang berpotensi rabies, penanggulangan gigitan anjing, gejala, serta
pencegahan rabies. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Iffandi dkk pada
tahun 2013, tiga besar kelompok usia yang paling sering tergigit anjing diduga

3
4

berpenyakit rabies adalah usia 41-50 tahun, diikuti dengan usia 21-30 tahun, dan
31-40 tahun serta 1-10 tahun dimana kedua kelompok ini memiliki jumlah kasus
yang sama. Kelompok usia sekolah dasar dijadikan sasaran karena kelompok ini
termasuk dalam tiga besar kelompok usia dengan kasus gigitan anjing diduga
rabies, serta kelompok usia ini merupakan kelompok yang paling dini yang
dianggap mampu menangkap informasi yang diberikan kepada mereka mengenai
rabies. Penyuluhan ini patut diberikan kepada anak sekolah dasar agar anak-anak
mampu melindungi dirinya sendiri dari bahaya rabies. Penyuluhan ini juga
dianggap dapat membantu Puskesmas Payangan, Gianyar untuk melancarkan
program penanggulangan rabies untuk mencapai tujuan Eliminasi Rabies 2020
Kementrian Kesehatan RI.

2.2 ANALISIS MASALAH


Untuk mengetahui masalah yang dihadapi di wilayah kerja Puskesmas
Payangan, dilakukan wawancara pada siswa sekolah dasar, kepala sekolah dan
pihak puskesmas. Dari wawancara yang dilakukan pada sekitar sepuluh orang
siswa di SD Negeri 1 Melinggih ditemukan hal-hal berikut: hampir semua siswa
hanya mengetahui rabies sebagai penyakit anjing gila, satu orang mengetahui
bahwa penyebab rabies adalah virus, dan tidak ada yang tahu tindakan apa yang
harus dilakukan apabila tergigit anjing suspek rabies. Selain itu dari wawancara
terhadap kepala sekolah, diketahui bahwa semua siswa yang diwawancarai
tersebut belum pernah mendapatkan penyuluhan mengenai rabies. Kepala sekolah
juga menyebutkan kekhawatiran mengenai kasus rabies akibat banyaknya
masyarakat di daerah tersebut yang masih belum memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai rabies dan membiarkan anjing peliharaan berkeliaran secara
bebas dan tidak divaksin. Dari hasil koordinasi yang dilakukan terhadap pihak
Puskesmas, diketahui bahwa sampai saat ini Puskesmas juga memiliki rencana
penyuluhan mengenai rabies untuk dilaksanakan di SD Negeri 1 Melinggih.
Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa SD dan juga Kepala Sekolah
SD Negeri 1 Melinggih, penyuluh memilih untuk melakukan penyuluhan pada
siswa khususnya siswa SD mengenai rabies untuk membantu menyalurkan
pengetahuan mengenai rabies, mengenali anjing yang berpotensi rabies,
penanggulangan gigitan anjing, gejala, serta pencegahan rabies. Penyuluhan ini
5

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran siswa SD untuk melindungi dirinya


sendiri dari bahaya rabies serta dapat menyebarluaskan pengetahuan mereka ke
lingkungan sekitarnya termasuk keluarga siswa. SD Negeri 1 Melinggih menjadi
sasaran penyuluhan ini berdasarkan hasil koordinasi dengan pemegang program
UKS dan juga program penanggulangan rabies Puskesmas Payangan.

2.3 TUJUAN PENYULUHAN


2.3.1 TUJUAN UMUM
Tujuan umum dari penyuluhan ini adalah meningkatkan pengetahuan
tentang rabies sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan anak-anak sekolah
terhadap rabies.
2.3.2 TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan khusus dari penyuluhan ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan anak-anak sekolah mengenai rabies.
2. Meningkatkan pemahaman serta pengetahuan siswa tentang tindakan
awal apabila tergigit anjing suspek rabies serta penularan rabies.

2.4 KELOMPOK SASARAN


Penduduk sasaran kegiatan PKM kami adalah siswa-siswi SD Negeri 1
Melinggih, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar yang berjumlah 41 orang.
Dipilihnya SD ini karena sekolah ini belum pernah mendapatkan penyuluhan
mengenai rabies. Kelompok usia yang dipilih adalah siswa-siswi kelas IV, V, VI,
karena Kelompok usia sekolah dasar dijadikan sasaran karena kelompok ini
termasuk dalam tiga besar kelompok usia dengan kasus gigitan anjing diduga
rabies, serta kelompok usia ini merupakan kelompok yang paling dini yang
dianggap mampu menangkap informasi yang diberikan kepada mereka mengenai
rabies. dan diharapkan mereka dapat menyebarkan informasi yang diberikan ke
lingkungan sekitar termasuk kepada orang tua dan teman yang lain.
6

2.5 STRATEGI PELAKSANAAN


2.5.1 PERSIAPAN PENYULUHAN
Persiapan penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Berdiskusi dengan pemegang program UKS dan program
penanggulangan penyakit rabies Puskesmas Payangan.
2. Survey tempat serta meminta izin kepada Kepala Sekolah SD Negeri 1
Melinggih.
3. Penyusunan materi penyuluhan dalam bentuk brosur serta gambar yang
relevan.
4. Penguasaan materi penyuluhan.
5. Penguasaan cara-cara komunikasi atau penyampaian pesan dan
penggunaan alat peraga.
6. Menyampaikan informasi dilakukan dengan berkoordinasi dengan
pemegang program.
7. Persiapan pre dan post tes sebagai alat ukur keberhasilan.
2.5.2 TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Maret 2017
Waktu : 08.30 – 11.00 WITA
Tempat : SD Negeri 1 Melinggih, Payangan, Gianyar.
2.5.3 PELAKSANAAN PENYULUHAN
Pelaksanaan penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Tim penyuluh minta ijin kepada pihak sekolah.
2. Tim penyuluh masuk ke kelas.
3. Sebelum penyuluhan siswa diberikan pretes.
4. Penyuluh menyampaikan materi tentang rabies menggunakan brosur.
5. Post tes tentang materi yang diberikan.
6. Tanya jawab tentang materi yang telah disampaikan.
7. Pengumuman nilai post tes dan penutup.

2.6 ISI PENYULUHAN


Adapun isi dari penyuluhan, yaitu:
1. Definisi rabies
7

2. Penyebab rabies
3. Hewan penular rabies
4. Cara penularan rabies
5. Tanda-tanda rabies pada manusia
6. Tanda-tanda rabies pada hewan
7. Cara penanganan luka gigitan hewan penular rabies pada manusia
8. Cara pencegahan rabies

2.7 METODE PENYULUHAN


Penyuluhan ini dilakukan di dalam ruangan kelas di SD Negeri 1
Melinggih. Metode penyuluhan yang digunakan adalah dengan cara pemberian
materi dengan media slide, tanya jawab secara interaktif, serta pengadaan quiz
untuk mengulang kembali materi yang disampaikan dan menarik perhatian
peserta.

2.8 RENCANA EVALUASI


2.8.1 PENILAIAN PROSES
Penilaian proses penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Indikator penilaian
- Dukungan dari pihak Puskesmas Payangan dan pihak SD Negeri 1
Melinggih
- Ketepatan waktu pelaksanaan
- Sarana yang dipergunakan untuk penyuluhan
- Jumlah cakupan peserta yang datang
- Keseriusan peserta dalam mengikuti ceramah
2. Waktu penilaian
Penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan
3. Cara pelaksanaan
Dengan mengamati pelaksanaan.
4. Penilai
Dokter muda FK Unud.
8

2.8.2 PENILAIAN HASIL


Penilaian hasil penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1. Indikator penilaian
- Pertanyaan dari peserta yang diajukan selama tanya jawab
berlangsung.
- Peningkatan pengetahuan tentang rabies dan penanganan gigitan
hewan penular rabies dinilai berdasarkan keaktifan, ketepatan
menjawab dalam kuis, serta hasil post tes.

2. Waktu penilaian
Waktu penilaian dilakukan selama dan sesudah penyuluhan.
3. Cara penilaian
Menggunakan pertanyaan lisan, pertanyaan tertulis dan pengamatan
langsung.
4. Penilai
Dokter muda FK Unud.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENYULUHAN


Hari/Tanggal : Sabtu, 18 Maret 2017
Waktu : 08.30 – 10.15 WITA
Tempat : SD Negeri 1 Melinggih, Kecamatan Payangan, Kabupaten
Gianyar

3.2 PESERTA PENYULUHAN


Peserta yang hadir adalah seluruh siswa-siswi kelas IV, V, dan VI SD
Negeri 1 Melinggih yang berjumlah 41 orang.

3.3 PELAKSANAAN PENYULUHAN


Penyuluhan dilakukan oleh dua orang dokter muda yang secara bergiliran
membawakan materi penyuluhan. Penyuluhan ini didampingi oleh kepala sekolah
SD Negeri 1 Melinggih.

3.4 PROSES PELAKSANAAN PENYULUHAN


Pada hari Senin tanggal 13 Maret 2017, kami berdiskusi dengan kepala
Puskesmas Payangan yaitu dr. I Gusti Ngurah Agung Gde Putra dan kepala
program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu ibu Made Runci untuk
menentukan materi PKM yang akan dilakukan. Materi PKM yang dipilih adalah
rabies. Setelah menentukan materi, kami berkoordinasi dengan pemegang
program penanggulangan penyakit rabies, ibu drg. Nyoman Sriwati untuk
melakukan penyuluhan, dimana pemegang program penanggulangan penyakit
rabies menyetujui keinginan kami untuk melakukan penyuluhan di Sekolah Dasar
karena anak-anak SD merupakan kelompok umur yang berisiko dalam penularan
rabies.
Setelah mempertimbangkan beberapa hal, pemegang program
menyarankan untuk melaksanakan penyuluhan di SD Negeri 1 Melinggih. Pihak
Puskesmas membantu menyiapkan kebutuhan yang diperlukan untuk kegiatan

9
10

tersebut. Kami mempersiapkan materi yang dibuat di dalam slide presentasi dan
video tentang rabies, penularan dan pencegahannya. Kami juga menyiapkan
beberapa bingkisan door prize untuk dibagikan kepada siswa-siswi pada saat
penyuluhan. Pada hari Kamis, 16 Maret kami melakukan peninjauan tempat
penyuluhan dan meminta izin kepada pihak sekolah untuk melaksanakan kegiatan
penyuluhan pada hari Sabtu, 18 Maret 2017. Kami diterima dengan baik oleh
Kepala Sekolah SD Negeri 1 Melinggih dan beliau sangat antusias dengan
kegiatan penyuluhan yang akan kami lakukan dengan harapan dapat
meningkatkan pengetahuan dan perilaku siswa tentang rabies.
Pada hari Sabtu, 18 Maret 2017 kami datang ke sekolah tujuan sekitar
pukul 08.00 WITA dan diterima oleh Kepala Sekolah serta guru-guru di SD
Negeri 1 Melinggih. Alat-alat LCD sudah disiapkan oleh pihak sekolah. Setelah
persiapan selesai, kami langsung dipersilakan untuk memulai penyuluhan setelah
pihak sekolah mengumpulkan siswa-siswi kelas IV-VI ke dalam satu kelas. Kami
mempersiapkan alat dan bahan untuk penyuluhan di tempat yang telah disediakan
pihak sekolah dan penyuluhan dimulai pada pukul 08.30 WITA.
Hal pertama yang kami lakukan adalah memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan secara umum pada penyuluhan yang dilakukan. Setelah
perkenalan diri kami membagikan soal pre-test yang berjumlah 10 buah
pertanyaan pilihan ganda dan dijawab dalam waktu lima menit. Setelah semua
siswa menjawab kami memulai pemberian materi penyuluhan mengenai definisi,
cara penularan, hewan penular, gejala, dan pencegahan rabies. Materi dalam
bentuk slide diberikan selama 30 menit dan dilanjutkan dengan pemutaran video
yang berisikan materi mengenai rabies dan cara penanganan gigitan hewan
penular rabies. Video penyuluhan berdurasi selama 10 menit.
Setelah pemutaran video, kami memberikan post-test kepada semua siswa
yang peserta penyuluhan. Sambil memeriksa hasil post-test, kami mempersilahkan
siswa-siswa peserta penyuluhan rabies untuk bertanya mengenai materi yang
belum dipahami, dimana terdapat beberapa siswa bertanya tentang pencegahan
rabies secara spesifik dan ada juga yang menceritakan pengalamannya tergigit
hewan penular rabies sebelumnya. Selain itu dilakukan sesi tanya jawab dan
pemberian doorprize pada siswa yang mampu menjawab pertanyaan yang
11

diberikan dengan baik. Terdapat juga sesi quiz yang dilakukan perkelompok,
dimana diberikan pertanyaan dan kelompok yang mengangkat tangan pertama dan
menjawab pertanyaan dengan benar menang mendapatkan hadiah. Setelah sesi
quiz dilaksanakan, kami juga memberikan waktu tanya-jawab antarsiswa.
Beberapa siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh temannya, dan
sesi ini berlangsung selama 30 menit. Siswa tampak bersemangat untuk bertanya
dan menjawab pertanyaan sampai-sampai mereka berebut angkat tangan di setiap
sesi pertanyaan.
Di akhir kegiatan, kami mengumumkan pemilik nilai post-test tertinggi
dan memberi doorprize. Kami memberikan pesan kepada siswa SD Negeri 1
Melinggih untuk mengingat materi yang telah diberikan, serta agar siswa mampu
menangani nantinya apabila terjadi gigitan hewan penular rabies. Penyuluhan
selesai dilakukan, lalu kami juga mengusulkan kepada pihak sekolah untuk tetap
berkoordinasi dengan pihak Puskesmas Payangan agar tetap dapat dilakukan
penyuluhan secara rutin.
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN

4.1 EVALUASI PENYULUHAN


Evaluasi kegiatan penyuluhan ini dilihat dari beberapa aspek yaitu dari
segi peserta dan proses berjalannya diskusi. Proses pelaksanaan PKM ini berjalan
dengan baik karena mendapat dukungan dari pihak Puskesmas dalam bentuk
bantuan pelaksanaan penyuluhan yaitu pengadaan surat, memberi masukkan
mengenai materi yang harus diberikan dan juga membantu memberitahu teknik
penyuluhan yang baik khususnya untuk siswa Sekolah Dasar. Dukungan terhadap
kegiatan ini juga didapatkan dari pihak sekolah yang memberikan kami
kesempatan untuk menyampaikan materi kepada siswa dan menyediakan serta
memepersiapkan ruangan, sarana dan prasarana yang diperlukan selama kegiatan.
Selain itu, pihak sekolah juga membantu dalam menertibkan siswa-siswi di dalam
kelas sehingga proses penyuluhan dapat berjalan dengan lancar.
Penyuluhan berlangsung selama sekitar 1,5 jam sesuai dengan perkiraan
waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Sarana yang digunakan untuk
penyuluhan adalah proyektor LCD yang sudah dibantu dipersiapkan oleh pihak
SD Negeri 1 Melinggih yang telah digunakan untuk menampilkan slide dan juga
video. Selama penyuluhan, terjadi komunikasi dua arah dimana siswa
memperhatikan materi penyuluhan dengan baik, mampu menjawab pertanyaan
setelah materi diberikan dan juga bertanya hal-hal yang ingin diketahui
sehubungan dengan materi penyuluhan. Siswa tidak malu untuk angkat tangan
saat sesi tanya jawab, bahkan terlihat sangat antusias.
Penilaian keberhasilan penyuluhan dinilai dengan adanya peningkatan
pengetahuan siswa mengenai rabies, hal ini dilihat dari perbandingan nilai pre-test
sebelum dilakukan penyuluhan dengan nilai post-test setelah dilakukan
penyuluhan. Pre-test dan post-test memuat 10 pertanyaan pilihan ganda yang
dikerjakan selama 5 menit. Penilaian ini diberikan kepada semua siswa kelas IV-
VI yang hadir untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah
dilakukan penyuluhan tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar.

12
13

Pre-test dan post-test berisi 10 pertanyaan pilihan ganda yang


menggambarkan materi rabies. Tingkat pemahaman peserta dikategorikan baik
apabila mampu memperoleh skor ≥ 70 dari total 10 pertanyaan pilihan ganda.

Tabel 4.1.Hasil pre-test para siswa SD Negeri 1 Melinggih


Skor Jumlah %
≥ 70 20 48,8 %
< 70 21 51,2 %
Total 41 100%

Gambaran awal tingkat pemahaman siswa penyuluhan mengenai rabies


adalah 51,2% siswa memiliki pengetahuan yang tergolong dalam kelompok
pengetahuan kurang dan 48,8% siswa memiliki pengetahuan yang baik. Dari hasil
pre-test tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa tentang rabies
hampir setara antara yang baik dan kurang.

Tabel 4.2.Hasil post-test para siswa SD Negeri 1 Melinggih


Skor Jumlah %
≥ 70 31 75,6 %
< 70 10 24,4 %
Total 41 100%

Berdasarkan dua tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa terjadi


peningkatan jumlah siswa yang mendapat skor ≥ 70 yaitu dari 20 orang (48,8%)
menjadi 31 orang (75,6%) dan terjadi penurunan jumlah siswa yang mendapat
skor < 70 yaitu dari 21 orang (51,2%) menjadi 10 orang (24,4%). Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pemahaman peserta
terhadap materi penyuluhan yang diberikan mengenai rabies.
Pendapat siswa-siswi tentang penyuluhan rabies adalah sangat bagus dan
positif. Para siswa mengatakan bahwa penyuluhan yang diberikan sangat menarik
dan bermanfaat dalam menambah ilmu kepada mereka. Pihak sekolah juga
memberikan apresiasi yang cukup tinggi terhadap kegiatan penyuluhan ini dan
berharap penyuluhan rutin dilakukan di SD Negeri 1 Melinggih dengan tema yang
berbeda-beda, sehingga siswa SD dapat memperluas wawasan mereka dalam
bidang kesehatan.
14

4.2 HAMBATAN PENYULUHAN PKM


Hambatan yang kami rasakan dalam melakukan penyuluhan ini adalah
jumlah kursi yang tidak memadai dengan jumlah peserta penyuluhan. Namun
siswa dibantu oleh para guru yang mendampingi agar dapat duduk ber-empat di
satu kursi dengan tertib.

4.3 MANFAAT PENYULUHAN PKM


Manfaat yang dirasakan sebagai penyuluh dalam pelaksanaan PKM ini
adalah sebagai sarana latihan untuk menjadi penyuluh yang baik di masyarakat
mulai dari pengumpulan materi, penguasaan materi, dan mengasah kemampuan
bicara di depan orang agar dapat menarik perhatian dan dapat dipahami oleh
pendengar. Manfaat yang dirasakan bagi peserta adalah diharapkan dengan
adalanya penyuluhan ini dapat meningkatkan pengetahuan tentang rabies dan juga
penanganan gigitan hewan penular rabies sehingga dapat diterapkan dan
disebarluaskan di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi S., Ferasyi T., Nurliana, Manaf Z., Sulasmi, Razali. 2015. Akurasi
Perkiraan Populasi Anjing Liar Sebagai Risiko Hewan Penular Rabies di
Empat Kecamatan Kota Banda Aceh Menggunakan Software APSP.
Jurnal Medika Veterinaria;9(2).
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2015.
Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Gianyar
Tahun 2015.
Iffandi C., Widyastuti S., Batan I. 2013. Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing
Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. Indonesia Medicus
Veterinus;2(1):126-131.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelaksanaan Program
Penanggulangan Rabies di Indonesia.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (Datin). 2014. Situasi dan
Analisis Rabies.
Putra, A.A G., Dharma, D.M.N., Mahardika, I G. N. K., Rompis, A. L. T.,
Muditha, I D. M., Asrama, I G., Soedarmono, dan Windarto, W. 2008.
Ringkasan Strategi Pemberantasan Rabies di Kecematan Kuta Selatan dan
Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Makalah Pertemuan
Koordinasi Teknis Kesehatan Hewan dan Workshop Rabies di Bali,
diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Peternakan, tanggal 12-13
Desember 2008.
World Health Organization (WHO). 2017. Human rabies : 2016 updates and call
for data Available at:
http://www.who.int/rabies/resources/who_wer9207/en/ [Accessed 15th
March, 2017].

15
LAMPIRAN

Gambar 1. Situasi Pre-test

Gambar 2. Situasi saat penyuluhan

16
17

Gambar 3. Situasi saat penyuluhan

Gambar 4. Situasi saat pemutaran video


18

Gambar 5. Situasi saat quiz


19

Gambar 6. Foto Bersama Setelah Penyuluhan

Anda mungkin juga menyukai