Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar dimulai dari
kelas 4. Pembelajaran IPA memiliki yang wajib digunakan sebagai dasar
pelaksanaan proses pembelajaran IPA di sekolah dasar. Sesuai aturan Depdiknas
(2006: 484-485) memaparkan mata pelajaran IPA bertujuan agar siswa memiliki
kemampuan sebagai berikut.
“(1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam
ciptaan-Nya; (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman
konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari; (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap
positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat;
(4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan;
(5)meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam
memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam”.
Kelima tujuan IPA tersebut tentunya perlu dimiliki siswa dalam pemerolehan
hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran didapat dari proses pembelajaran yang
telah disesain untuk mencapai kompetensi tertentu.
Pencapaian hasil pembelajaran IPA yang sesuai dengan tujuan kurikulum
tentunya perlu dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa komponen.
Berdasarkan tujuan IPA tersebut tampak bahwa dalam kegiatan pembelajaran IPA
mempunyai komponen guru, siswa, dan lingkungan sekitar. Guru merupakan
salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dalam dunia pendidikan,
sehingga guru dapat dikatakan sebagai ujung tombak pendidikan. Dalam konteks
ini, guru mempunyai peranan yang sangat besar dan strategis, yaitu sebagai
pendidik dan pengajar. Menurut Mulyasa (2007:37) guru adalah pendidik yang
menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi para peserta didik, dan lingkungannya.

1
2

Selanjutnya sebagai pengajar, guru membantu peserta didik yang sedang


berkembang untuk mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya,
membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. Menurut
Sardiman (2011:11) siswa atau peserta didik adalah salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar.
Sehingga siswa sebagai individu mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai
dengan karakteristik masing-masing dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Lingkungan pembelajaran merupakan lingkungan dimana proses belajar dan
pembelajaran berlangsung yang mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil
yang akan dicapai. Sehingga Ketiga komponen tersebut yaitu guru, siswa, dan
lingkungan pembelajaran mempunyai pengaruh yang besar dalam tercapainya
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Jika salah satu komponen tersebut tidak
terpenuhi maka pembelajaran tidak akan berlangsung.
Sekolah adalah tempat untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki
siswa. Kemampuan tersebut dapat berkembang dalam kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru di sekolah. Pengembangan kemampuan yang dimiliki
siswa merupakan salah satu tugas bagi guru yang bisa dikatakan sebagai tugas
yang tidak mudah. Sebelum mengajar guru hendaknya mengetahui lebih dahulu
kemampuan dari masing-masing siswa, setelah itu baru guru menyusun tindakan
apa saja yang akan dilakukan dalam tahap perencaan, pelaksanaan dan penilaian
dalam pembelajaran serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
pembelajaran. Lingkungan kondusif dalam pembelajaran dapat diciptakan melalui
komunikasi yang baik antara siswa dengan guru serta penciptaan situasi dan
kondisi lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran. Interaksi anatara siswa
dengan guru harus terjalin dengan baik. Agar mampu mengelola interaksi belajar
dan mengajar guru harus menguasai bahan/ materi, mampu mendesain program
belajar, mampu menciptakan kondisi kelas yang kondusif, terampil memanfaatkan
media dan memilih sumber belajar serta memahami landasan-landasan pendidikan
sebagai dasar bertindak Sardiman (20007:172)
Salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran
adalah cara penyampaian materi pelajaran, khususnya materi pelajaran yang
berhubungan dengan mata pelajaran IPA agar dapat diterima dan diterapkan
3

dengan baik dan menyenangkan oleh siswa. Sebagaimana yang kita ketahui
selama ini, pembelajaran IPA masih banyak menggunakan metode ceramah secara
klasikal karena dianggap mudah dan murah. Tetapi guru kurang mengetahui
bahwa dengan menerapkan metode ceramah selama pembelajaran dapat
menyebabkan siswa menjadi pasif karena proses pembelajaran hanya berlangsung
satu arah.
Tugas penting guru IPA dalam membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir saintis ini dapat dituangkan dalam pembelajaran IPA bagi
anak melalui penyediaan konteks yang autentik yang melibatkan benda-benda,
peristiwa, istilah dan pengertian IPA. Hal ini memang sesuai dengan maksud dan
tujuan dari pembelajaran IPA yang efektif. Namun, masih ada juga kenyataan
yang dilihat bahwa pembelajaran IPA tidak sesuai dengan maksud dan tujuannya.
Penekanan pembelajaran yang diarahkan pada pemberian pengalaman belajar
untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan
kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana diharapkan ada di SD/MI.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di SDN
Sukoharjo 2 pada siswa kelas V SDN Sukoharjo 2 Malang, diketahui bahwa :
Siswa mengantuk saat diterangkan, Siswa tidak selesai mengerjakan tugas, Siswa
mengganggu konsentrasi temannya yang sedang mengerjakan, Siswa bermain
sendiri bahkan kadang menggambar dan menulis kesenangan mereka di buku
tulisnya, Siswa tidak mengerjakan PR yang diberikan gurumeskipun sedikit,
Siswa tidak mau bertanya apa yang belum dan yang sudah dikuasai, Siswa tidak
bisa menjawab pertanyaan guru terkait materi pembelajaran yang sudah diajarkan.
Kenyataan di lapangan, di sekolah khususnya di SD, siswa masih banyak
yang mengalami kesulitan mempelajari ekosistem Hal ini terlihat dari masih
rendahnya hasil belajar mata pelajaran IPA, Bertitik tolak dari hal tersebut di atas
perlu dicari penyebabnya, tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar siswa
dalam mempelajari konsep-konsep ekosistem tidak mengalami kesulitan, sehingga
indikator yang dibuat oleh guru mata pelajaran IPA dapat tercapai dengan baik
dan hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Hasil observasi dokumen sekolah
menunjukkan rata-rata hasil ulangan harian sebanyak 3 KD yang dilakukan oleh
guru kelas V tercatat hanya mencapai rata-rata 74 dari 30 siswa hanya 17 siswa
4

(56,67% siswa) yang mampu mencapai ketuntasan, sedangkan 13 siswa (43,33%


siswa) masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah
ditentukan Sekolah Dasar Negeri Sukoharjo yaitu 75. Hasil ini didukung oleh data
yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan guru ( kapan) yang
menginformasikan bahwa berbagai variasi yang dapat dikembangkan oleh guru
dalam proses pembelajaran. Guru pernah menggunakan metode (diskusi, klasikal,
tanya jawab, demonstrasi, berpasangan, problem solving), guru pernah
menggunakan media (gambar, benda konkrit, dan power point), guru melakukan
pengamatan terhadap sikap moral dan spiritual, dan guru memberikan penilaian
proyek dan portofolio. Akan tetapi semua yang sudah dilakukan guru masih
belum mencapai hasil optimal yang akan dicapai yaitu hasil belajar siswa masih di
bawah klasikal baik secara individu maupun klasikal. Maka dari itu perlu
diterapkan model dan media lainnya untuk mengatasi permasalahan yang sedang
dialami.
Salah satu alternatif pembelajaran untuk mengatasi permasalahan siswa
kelas V di SDN Sukoharjo 2 yaitu pembelajaran berbasis masalah/PBL (Problem
Based Learning). Pembelajaran PBL akan membantu siswa dan guru dalam
proses belajar melalui situasi dunia nyata siswa dan akan mendorong siswa
membuat hubungan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Hal itu dikarenakan karena PBL memiliki tiga karakteristik
yang digambarkan dalam pelajaran yaitu 1) pelajaran berfokus pada pemecahan
masalah, 2) tanggung jawab untuk memecahkan masalah bertumpu pada siswa, 3)
guru mendukung proses saat siswa mengerjakan masalah (Eggen dan Kauchak
2012:307)
Selain model, diperlukan juga media pembelajaran sebagai alat
komunikasi antara guru dan siswa supaya terjadi interaksi dua arah antara guru
dengan siswa. Media pengajaran mempunyai manfaat yang beragam seperti yang
dikatakan Sudjana (2010: 2) yaitu: a). Pengajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, b). Bahan pengajaran akan
lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh para siswa dan
memungkinkan menguasai tujuan pengajaran lebih baik, c). Metode mengajar
akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan
5

kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi kalau guru mengajar setiap jam pelajaran, d). Siswa lebih banyak
melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi
juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-
lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dilakukanlah penelitian yang berjudul
“Penerapan PBL dan Media Flipcart untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA
Materi Ekosistem Siswa Kelas V Semester Genap Tahun 2015/2016 SDN
Sukoharjo 2 Malang”
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Penerapan PBL dan media flipcart untuk Meningkatkan Hasil
Belajar IPA Materi Ekosistem Siswa Kelas V Semester Genap Tahun
2015/2016 SDN Sukoharjo 2 Malang
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan penerapan Penerapan PBL dan media flipcard untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Ekosistem Siswa Kelas V
Semester Genap Tahun 2015/2016 SDN Sukoharjo 2 Malang
D. Manfaat
Secara teoritis dan praktis, penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Secara teoritis manfaat penelitian adalah meningkatkan kemampuan serta

kualitas pendidik. Selain itu menambah pngetahuan, pemahaman dan wawasan

baik guru ataupun siswa di dalam pembelajaran.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi:

a. Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman belajar dengan membangun pengetahuan

secara mandiri. Selain itu menumbuhkan kemampuan bekerja sama dan


6

kreativitas siswa, melatih diri untuk berpikir kritis dalam memecahkan

permasalahan, serta mendorong semangat belajar siswa.

b. Bagi guru

Bahan informasi kepada guru untuk mengetahui model belajar yang efektif

yang dapat dijadikan alternatif dalam pengajaran IPA di sekolah dasar.

c. Kepala Sekolah

Referensi untuk dapat menerapkan model PBL pada di seluruh kelas pada

mata pelajaran lain sehingga memaksimalkan proses belajar mengajar di SDN

Sukoharjo 2 Malang

d. Pengawas Sekolah

Sebagai Bahan pertimbangan untuk dapat diterapkan disekolah lain

dengan materi yang berbeda.

E. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai siswa selama proses

pembelajaran IPA materi ekosistem yang meliputi komponen ekosistem,

jenis ekosistem, faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan

ekosistem, rantai makanan dan jaring-jaring makanan mahluk hidup

dalam ekosistem yang diperoleh siswa melalui penilaian/ evaluasi dan

berupa nilai atau angka.

2. PBL adalah belajar berbasis masalah adalah interaksi antara stimulus dan

respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan

dengan permasalahan yang autentik sehingga mengembangkan

pengetahuan siswa
7

3. Media flipcart adalah media grafis dan gambar yang berisi lembaran-

lembaran bagan yang menunjukkan hubungan serta proses interaksi di

dalam ekosistem.

Anda mungkin juga menyukai