Anda di halaman 1dari 8

LIANITA DIAN RAHMAWATI – 1706617076 – S1 AKUNTANSI B

UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Uji : Bank dan Lembaga Keuangan

Program Studi : S1 Akuntansi

Do s e n : Darma Rika S.,S.Pd, M.SE

1. Kemukakan kembali berdasarkan pengetahuan Anda mengenai materi presentasi kelompok


Anda. Menggunakan kata-kata sendiri (paraphrase) dan tidak diperkenankan copy paste.
Jawab:
Kelompok saya mempresentasikan materi mengenai “Lembaga Keuangan dan Non
Keuangan – Sistem Keuangan dan Sistem Moneter.” Materi ini terbagi menjadi sepuluh
bagian (subbab), yang penjelasan sebagai berikut:
(1) Sistem Moneter di Indonesia
1.1. Definisi Sistem Moneter
Sistem Moneter merupakan lembaga-lembaga atau institusi-institusi
yang berperan dalam menciptakan uang, baik berupa uang kartal, uang giral,
maupun kuasi (surat berharga yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran).
1.2. Fungsi Sistem Moneter
 Menyelenggarakan prosedur pembayaran yang efektif dan efisien,
 Menjaga kestabilan harga melalui pengaturan tingkat suku bunga dan
peredaran uang,
 Sebagai penghubung antara penabung (pihak yang memiliki dana)
dengan penanam modal (pihak yang membutuhkan dana).
1.3. Penggolongan dalam Sistem Moneter
a. Otoritas Moneter (Bank Sentral dan Pemerintah)
: Memiliki peran utama sebagai sumber awal terciptanya uang yang
beredar di masyarakat.
b. Lembaga Keuangan (Bank dan Bukan Bank)
: Memiliki peran utama sebagai sumber penawaran uang sekunder (uang
giral, simpanan tabungan, dan aktiva-aktiva keuangan lain).
c. Masyarakat (Rumah Tangga dan Produsen)
: Memiliki peran sebagai konsumen akhir dari uang yang tercipta serta
turut memperlancar peredaran uang melalui kegiatan-kegiatan produksi,
konsumsi, ataupun pertukaran.
1.4. Definisi Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan oleh otoritas
moneter guna menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar di
masyarakat.
1.5. Tujuan Kebijakan Moneter
o Mengendalikan peredaran uang,
o Menjaga stabilitas harga,
o Memperbaiki neraca pembayaran.
1.6. Penggolongan Kebijakan Moneter

1
LIANITA DIAN RAHMAWATI – 1706617076 – S1 AKUNTANSI B

a. Kebijakan Moneter Ekspansif (Longgar)  Kebijakan untuk menambah


jumlah uang yang beredar di masyarakat.
b. Kebijakan Moneter Kontraktif (Ketat)  Kebijakan untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar di masyarakat.
1.7. Instrumen Kebijakan Moneter
 Operasi Pasar Terbuka
: Kegiatan yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan peredaran
uang dengan menjual atau membeli surat-surat berharga.
 Kebijakan Diskonto
: Kebijakan untuk mengendalikan peredaran uang dengan menaikkan
atau menurunkan tingkat suku bunga.
 Rasio Cadangan Wajib
: Kebijakan yang dilakukan bank sentral untuk mengendalikan peredaran
uang dengan menambah atau mengurangi ketetapan jumlah cadangan
kas minimal yang harus dipenuhi bank-bank umum.
 Imbauan Moral
: Imbauan untuk mengendalikan jumlah uang kepada para pelaku
ekonomi.
 Kredit Selektif
: Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan peredaran
uang dengan memperketat atau memperlonggar kemudahan dalam
pemberian pinjaman ke masyarakat.
(2) Sejarah Perkembangan Perbankan
Praktik perbankan sebenarnya sudah ada sejak zaman Babylonia, Yunani, dan
Romawi. Namun, praktik perbankan saat itu masih sebatas kegiatan tukar menukar
uang yang kemudian berkembang menjadi kegiatan menerima tabungan, menitipkan,
ataupun meminjamkan uang dengan memungut bunga pinjaman.
2.1. Zaman Babylonia (± 2000 SM)
Praktik perbankan di zaman ini didominasi oleh transaksi peminjaman
emas dan perak untuk pedagang. Bank yang melakukan praktik ini disebut
Temples of Babylon.
2.2. Zaman Yunani (± 500 SM)
Praktik perbankan di zaman ini adalah menerima simpanan uang dari
masyarakat dan menyalurkannya ke kalangan bisnis.
2.3. Zaman Romawi
Praktik perbankan di zaman ini meliputi tukar-menukar uang,
penerimaan deposito, pemberian kredit, dan transfer dana.
2.4. Zaman Modern (Abad ke-16)
Zaman perbankan modern dimulai di Inggris, Belanda, dan Belgia. Pada
zaman ini, tukang emas bersedia untuk menerima dan menyimpan uang logam
(emas dan perak). Bukti penyimpanannya ditunjukkan dengan surat deposito
yang disebut Goldsmith’s Note. Surat tersebut selain sebagai bukti penyimpanan,
juga bisa untuk digunakan sebagai alat pembayaran.
(3) Klasifikasi Uang

2
LIANITA DIAN RAHMAWATI – 1706617076 – S1 AKUNTANSI B

Klasifikasi uang secara teoritis dibagi menjadi dua, yaitu:


3.1. Narrow Money
: Narrow Money (uang dalam pengertian sempit) terdiri dari uang kartal dan uang
giral.
3.2. Broad Money
: Broad Money (uang dalam pengertian luas) terdiri dari uang kartal, uang giral,
saving deposit, time deposit, dan simpanan masyarakat pada lembaga keuangan
bukan bank.
(4) Peran Uang
 Sebagai Alat Tukar Menukar,
 Sebagai Alat Pengukur Nilai,
 Sebagai Alat Penimbun Kekayaan,
 Sebagai Standar Pembayaran.
(5) Bentuk Lembaga Keuangan
5.1. Lembaga Keuangan Bank
Dalam hal penghimpunan dana, lembaga keuangan bank dapat
menghimpun dana baik secara langsung ataupun tidak langsung dari masyarakat.
Jenis-jenis lembaga keuangan bank berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998
tentang “Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan”, lembaga
keuangan bank terdiri dari:
o Bank Umum  Bank yang memberikan jasa lalu lintas pembayaran dan
melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun syariah.
o Bank Perkreditan Rakyat (BPR)  Bank yang tidak memberikan jasa
lalu lintas pembayaran dan memiliki tugas utama untuk memberikan
pinjaman kepada masyarakat.
5.2. Lembaga Keuangan Bukan Bank
Dalam hal penghimpunan dana, lembaga keuangan bukan bank hanya
dapat menghimpun dana secara tidak langsung saja dari masyarakat.
Jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank dapat berupa:
 Pasar Modal  Tempat diperjualbelikannya instrumen kredit jangka
panjang seperti saham, obligasi, reksadana, dll.
 Pasar Uang  Tempat diperjualbelikannya instrumen kredit jangka
pendek seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU), Commercial Paper, dsb.
 Pegadaian  Lembaga keuangan yang melakukan usaha gadai, di mana
surat berharga ataupun barang tertentu dapat dijadikan jaminan oleh
nasabahnya untuk mengajukan pinjaman.
 Perusahaan Asuransi  Perusahaan yang memiliki usaha dalam hal
pertanggungan musibah ataupun risiko sesuai dengan kesepakatan polis
asuransi yang dibayarkan oleh nasabahnya.
 Dana Pensiun  Lembaga yang memberikan jasa pengelolaan dana
pensiun bagi karyawan suatu perusahaan.
 Dan masih banyak lagi.

3
LIANITA DIAN RAHMAWATI – 1706617076 – S1 AKUNTANSI B

(6) Lembaga Keuangan Sebagai Lembaga Perantara


Lembaga Keuangan Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank merupakan
lembaga perantara yang mempertemukan dan menyalurkan dana dari penabung (unit
surplus) kepada peminjam (unit defisit).
(7) Peranan Lembaga Keuangan
7.1. Pengalihan Aset
: Lembaga keuangan bank dan bukan bank berperan dalam
mengalihkan/memindahkan aset yang didapat dari unit surplus ke unit defisit.
7.2. Transaksi
: Lembaga keuangan bank dan bukan bank berperan dalam mempermudah
kegiatan para pelaku ekonomi dalam bertransaksi.
7.3. Likuiditas
: Lembaga keuangan bank dan bukan bank berperan dalam menyediakan produk
keuangan dengan berbagai tingkat likuiditas.
7.4. Efisiensi
: Lembaga keuangan bank dan bukan bank berperan dalam terciptanya kelancaran
pertemuan di antara pihak-pihak yang saling membutuhkan (pencari dana dan
pemilik dana).
(8) Risiko Lembaga Keuangan
 Risiko suku bunga  Suku bunga yang fluktuatif bisa saja merugikan karena
perubahan tersebut dapat berimplikasi pada perubahan nilai pasar.
 Risiko kredit  Kredit yang sudah dipinjamkan bisa saja tidak kembali secara
penuh.
 Risiko nilai tukar asing  Perubahan nilai tukar mata uang bisa saja merugikan
karena aset lembaga keuangan didenominasi dalam nilai tukar asing.
 Risiko operasional  Alat operasional atau teknologi yang dimiliki bisa saja
rusak sewaktu-waktu.
 Dsb.
(9) Fungsi dan Aktivitas Lembaga Keuangan Bank
9.1. Fungsi Utama Bank
Fungsi utama bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat.
9.2. Fungsi Bank secara Spesifik
o Agent of Trust
: Masyarakat menyimpan uangnya di bank karena mereka percaya
bahwa bank akan menyimpan dan mengelola uang mereka dengan
sebaik mungkin dan tidak akan menyalahgunakannya. Begitu pula
dengan bank. Bank memberikan pinjaman kepada debitur karena bank
percaya bahwa debitur tersebut mampu untuk mengembalikannya sesuai
perjanjian, dan tidak akan menyalahgunakannya.
o Agent of Development
: Adanya bank membuat masyarakat bisa melakukan kegiatan investasi,
distribusi, dan konsumsi yang kesemuanya memerlukan penggunaan

4
LIANITA DIAN RAHMAWATI – 1706617076 – S1 AKUNTANSI B

uang. Lancarnya kegiatan-kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan


pembangunan perekonomian masyarakat.
o Agent of Services
: Selain menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga menyediakan
jasa-jasa perbankan yang membantu mempermudah kegiatan transaksi
masyarakat seperti jasa pengiriman uang, dll.
9.3. Cara Bank Mendapatkan Keuntungan
 Spread based income  Keuntungan yang didapatkan dari penetapan
kebijakan bunga pinjaman yang lebih besar daripada bunga simpanan.
 Fee based income  Keuntungan yang didapatkan dari jasa-jasa bank
yang lain.
9.4. Macam-Macam Keuntungan Bank
 Biaya administrasi
 Biaya kirim
 Biaya sewa
 Dll.
(10) Lembaga Keuangan Bukan Bank
Lembaga keuangan bukan bank terdiri dari tiga jenis, yaitu:
10.1. Lembaga Keuangan Kontraktual
: Lembaga keuangan kontraktual adalah lembaga keuangan bukan bank yang
memberikan kontrak penawaran proteksi atas risiko ketidakpastian.
Contoh > Perusahaan asuransi, dana pensiun, dsb.
10.2. Lembaga Keuangan Investasi
: Lembaga keuangan investasi adalah lembaga keuangan bukan bank yang
melakukan kegiatan jual-beli surat berharga.
Contoh > Perusahaan efek, reksadana, dsb.
10.3. Lembaga Keuangan Pembiayaan
: Lembaga keuangan pembiayaan adalah lembaga keuangan bukan bank yang
memberikan penawaran jasa pembiayaan.
Contoh > Perusahaan leasing, modal ventura, dsb.

2. Bacalah studi kasus di bawah ini.


Modal Bank Perkreditan Rakyat Seret
Berimbas ke Penyaluran Kredit, Minta PNS Buka Tabungan
Bontang On 22 Mar 2018 Diperbarui pada 21 Mar 2018
M Zuchli Imran(Dok/Bontang Post)
BONTANG – Permasalahan modal melingkupi PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bontang
Sejahtera. Pasalnya, target yang dicanangkan badan usaha di bawah Perusahaan Daerah Aneka
Usaha dan Jasa (Perusda AUJ) Bontang sebesar Rp 6 miliar, hanya dapat tersalur Rp 3 miliar.
Direktur Utama Perusda AUJ Bontang, M Zuchli Imran mengatakan saat ini BPR Bontang
Sejahtera masih sangat membutuhkan penyertaan modal. “Kalau modal seret imbasnya ke
penyaluran kredit,” kata Imran saat diundang Komisi II DPRD dalam rapat dengar pendapat,
Senin (19/3) lalu.

5
LIANITA DIAN RAHMAWATI – 1706617076 – S1 AKUNTANSI B

Imran juga menuturkan butuh sinergi dari legislator mengenai permasalahan ini. Agar solusi
penanganannya dapat diketemukan. Kini BPR Bontang Sejahtera memiliki nasabah sekitar 2
ribu orang.
Tak hanya berkutat di sektor perkreditan, kini BPR Bontang Sejahtera juga merambah ke
penghimpunan dana. Imran berharap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan tenaga honorer dapat
menabung melalui bank berpelat merah tersebut.
Kendati pemerintah belum berani mengambil sebuah kebijakan. Pemkot Bontang menyarankan
agar menembusi masing-masing instansi pemerintahan. “Kami meminta pembuatan surat
edaran kepada PNS untuk membuka tabungan di BPR Bontang Sejahtera,” terangnya.
Imran juga telah bertemu dengan Wali Kota Bontang Neni Moerniaeni mengenai wacana ini.
Rencananya, Neni bakal mengawali gerakan menabung ini dengan membuka rekening di BPR
Bontang Sejahtera.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi II Arif mempertanyakan kurangnya penyertaan modal
tersebut. Padahal Komisi II telah membuat regulasi kemudahan penanaman modal. “Kenapa
dari Rp 6 miliar hanya terealiasi Rp 3 miliar,” kata Arif.
Ia mendukung gagasan mengajak PNS dan tenaga honorer untuk meminjam atau menabung di
BPR Bontang Sejahtera. Rencananya dalam waktu dekat Komisi II bakal mengundang
Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait guna membicarakan wacana ini.
Analisislah kasus di atas menurut pendapat Anda dikaitkan dengan materi selama perkuliahan
(BPR dan Tingkat Kesehatan Bank).
Jawab:
(1) Dikaitkan dengan materi BPR
: Pendapat yang bisa saya uraikan mengenai kasus yang tertulis di atas jika dikaitkan
dengan materi Bank Perkreditan Rakyat, di antaranya yaitu:
1.1. Bentuk Hukum
Bentuk hukum BPR Bontang Sejahtera adalah Perseroan Terbatas (PT),
sebagaimana yang tercantum dalam kalimat pertama; paragraf pertama pada berita
di atas.
1.2. Pendirian/Kepemilikan
BPR Bontang Sejahtera merupakan badan usaha yang berdiri di bawah
Perusahaan Daerah Aneka Usaha dan Jasa (Perusda AUJ) Bontang.
1.3. Kegiatan Usaha
Kegiatan usaha yang dilakukan oleh BPR Bontang Sejahtera selain memberikan
kredit kepada masyarakat, juga meliputi penghimpunan dana dari masyarakat. Yang
terbaru, Direktur Utama Perusda AUJ Bontang, M. Zuchli Imran, berencana akan
mengajak PNS dan tenaga honorer untuk meminjam dan menabung di BPR Bontang
Sejahtera.
(2) Dikaitkan dengan materi Tingkat Kesehatan Bank
2.1. Aspek Penilaian
Pada dasarnya, ada beberapa aspek penilaian yang bisa digunakan untuk
menentukan kondisi kesehatan suatu bank. Namun, menurut pendapat saya dalam
kasus BPR Bontang Sejahtera ini, kita dapat menilai tingkat kesehatannya dengan
melihat dua aspek penilaian, yaitu:
 Aspek Permodalan (Capital)
: Aspek permodalan merupakan aspek penilaian tingkat kesehatan bank
yang dinilai berdasarkan modal yang dimiliki bank relatif terhadap
kewajiban penyediaan modal minimum bank. BPR Bontang Sejahtera
pada awalnya ditargetkan untuk memiliki modal sebesar Rp 6 miliar.
Namun, yang terealisasi ternyata hanya Rp 3 miliar.
 Aspek Kualitas Manajemen (Management)

6
LIANITA DIAN RAHMAWATI – 1706617076 – S1 AKUNTANSI B

: Berdasarkan Paket Kebijakan 29 Mei 1993, aspek kualitas manajemen


mendapat bobot 25% dari total penilaian tingkat kesehatan suatu bank.
Aspek kualitas manajemen dapat diterapkan dalam berbagai kegiatan
manajamen. Namun, pada kasus BPR Bontang Sejahtera ini, aspek
kualitas manajemen yang paling penting untuk dinilai dan diselidiki
adalah kualitas dari manajemen permodalan. Bagaimana pengelolaan
yang dilakukan pada BPR Bontang Sejahtera hingga akhirnya
mengalami ‘keseretan’ dalam hal permodalan.
2.2. Tingkat Kesehatan
Suatu bank dapat dikatakan sehat apabila bank tersebut mampu untuk
menjalankan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu untuk
memenuhi kewajibannya dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Dalam kasus BPR Bontang Sejahtera ini, dijelaskan bahwa bank mengalami
‘keseretan’ atau keterbatasan modal. Menurut saya, keterbatasan modal ini bisa
berdampak negatif pada berbagai sektor. Selain penyaluran kredit yang akan
terhambat, masyarakat juga jadi dihadapkan pada risiko tidak mampunya bank untuk
mengembalikan dana simpanan mereka sewaktu-waktu ketika mereka memintanya.
Berdasarkan fakta tersebut, menurut saya, BPR Bontang Sejahtera saat ini tengah
berada dalam tingkat kesehatan yang tidak terlalu baik (kurang sehat).

3. Bacalah studi kasus di bawah ini.


Selasa, 17 April 2018 | 08:23 WIB |

OJK: Aset bank syariah tumbuh 20,65% per Februari 2018


KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, sejauh ini, kinerja
perbankan syariah masih terpantau positif.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menuturkan, kinerja tersebut tercermin dari
posisi aset perbankan syariah yang tercatat masih tumbuh sebesar 20,65% secara tahunan atau
year on year (yoy) per akhir Februari 2018 menjadi Rp 429,36 triliun. Sementara itu,
pembiayaan masih bergerak ke level dua digit yakni 14,76% yoy menjadi Rp 289,99 triiliun.

"Kami sampaikan bahwa kondisi perbankan syariah terdiri dari 13 bank umum syariah, 21 unit
usaha syariah dan 167 BPR syariah hingga Februari 2018 menunjukan perkembangan yang
positif, baik aset maupun intermediasi mengalami peningkatan," ujar Wimboh di ruang rapat
komisi XI DPR RI, Jakarta, Rabu (11/4).

Selain itu, posisi likuditas juga masih bergerak ke arah positif. Terlihat dari posisi dana pihak
ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun naik 16,1% yoy menjadi Rp 339,05 triliun.

Pada dua bulan pertama tahun 2018, Wimboh menjelaskan telah terjadi penambahan rekening
menjadi 560 rekening perbankan syariah dari akhir Desember 2017. Hal tersebut didukung pula
dengan bertambahnya jumlah kantor bank umum syariah, maupun unit usaha syariah.

"Pertumbuhan ini didukung oleh permodalan syariah yang tergolong baik, tercermin rasio CAR
umum syariah sebesar 18,62% dan non performing financing pada Februari 2018 sebesar
4,31% masih terjaga di bawah threshold 5%. Likuiditas bank syariah masih tergolong tinggi
dari threshold," paparnya.

7
LIANITA DIAN RAHMAWATI – 1706617076 – S1 AKUNTANSI B

Analisislah kasus di atas menurut pendapat Anda dikaitkan dengan materi Bank Syariah.
Jawab:
Menurut pendapat saya, adanya pertumbuhan aset bank syariah yang kian lama kian
meningkat seperti apa yang diberitakan pada kasus di atas adalah sesuatu hal yang patut untuk
dibanggakan. Kebanggaan di sini bukan berarti kita hanya puas dengan pertumbuhan yang
terjadi sekarang. Pertumbuhan perekonomian syariah di Indonesia masih harus terus
ditingkatkan karena jika kita menilik pertumbuhan ekonomi syariah di negara lain, seperti Iran,
Malaysia, atau pun Arab Saudi misalnya, perekonomian syariah di Indonesia masih cukup jauh
tertinggal. Namun, ada beberapa alasan yang membuat saya yakin bahwa perekonomian
berbasis syariah memiliki potensi besar untuk terus tumbuh dan berkembang di Indonesia, di
antaranya:
o Perekonomian syariah/bank syariah menawarkan sistem bagi hasil yang sebenarnya
lebih menguntungkan dibandingkan pemberian bunga oleh bank konvensional.
o Produk/layanan perbankan yang ditawarkan bank syariah semakin baik dan semakin
bervariasi serta tidak kalah bagusnya dengan layanan perbankan yang ditawarkan
oleh bank konvensional. Misalnya: layanan mobile banking, internet banking, dsb.
o Jumlah kantor bank syariah maupun unit usaha syariah yang terus bertambah. Hal
ini membuat bank syariah menjadi lebih mudah untuk ditemui dan diakses.
Kemudahan akses biasanya menjadi salah satu alasan yang dipertimbangkan
nasabah ketika ingin membuka rekening, termasuk rekening syariah.
o Indonesia merupakan negara dengan jumlah umat muslim terbanyak di dunia. Fakta
inilah yang menjadi alasan utama kenapa bank syariah berpotensi besar untuk
tumbuh dan berkembang semakin besar di Indonesia. Bahkan, mungkin bisa
melampaui tiga negara yang sempat saya sebutkan sebelumnya (Iran, Malaysia,
Arab Saudi) dan negara-negara lain.

Anda mungkin juga menyukai