Oleh :
Nama : Utari Desfitya Dewi
NIM : L1A016010
Kelompok :2
Asisten : Neneng Nur Afifah
Oleh :
Disusun Untuk Memenuhi Kelengkapan Penilaian Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan Akuatik Di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Disetujui,
Purwokerto, ............... 2018
Mengetahui :
……………… .............................
NIM. H1…………. NIM.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Fisiologi Hewan Akuatik ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam
penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak
pengajar mata kuliah Fisiologi Hewan Akuatik yang telah memberikan petunjuk-
2. Seluruh asisten praktikum Fisiologi Hewan Akuatik yang telah memberikan arahan
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan
yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
Semoga materi laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan
imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Oleh :
sederhana. Proses digesti memerlukan waktu yang lama dalam memecah makanan.
Pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses digesti di dalam sistem
pencernaan sebelum pakan nutriai itu diabsorpsi yang akan digunakan untuk sistem
biologis pada tubuh ikan. Proses digesti pada ikan akan dibantu oleh enzim-enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh tubuh (Kay, 1998). Menurut Zonneveld et al. (1991)
dalam Al Gadri et al. (2014), enzim-enzim yang berperan dalam pencernaan adalah
protease, amilase dan lipase yang mengkatalisis pemecahan nutrien komplek (protein,
karbohidrat dan lemak) menjadi nutrien sederhana Hasil proses digesti dapat berupa
asam amino, asam lemak dan monosakarida yang akan diabsopsi oleh sel epitel intestine
kemudian disebar luaskan ke seluruh tubuh oleh sistem sirkulasi (Kay, 1998).
Proses pencernaan ikan sama dengan vertebrata yang lain, namun ikan memiliki
pencernaan dan absorpsi berlangsung di dalam saluran pencernaan. Proses ini berfungsi
menyediakan suplai kebutuhan tubuh akan air, mineral, vitamin dan zat gizi. Proses
digesti dibagi menjadi dua yaitu digesti secara mekanik dan kimiawi. Digesti secara
mekanik dimulai dari rongga yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan
dan penggerusan makanan, lalu dilanjutkan ke lambung dan usus yaitu dengan adanya
gerakan-gerakan kontraksi otot. Digesti secara kimiawi diperankan oleh enzim yang
oleh usus untuk diedarkan melalui pmbuluh darah ke seluruh tubuh untuk menghasilkan
memenuhi energi metabolismenya dan berhenti makan bila sudah terpenuhi. Waktu
pertimbangan bahwa tiap jenis dan ukuran ikan mempunyai interval waktu untuk makan
yang berbeda, bergantung pada kapasitas dan laju pengosongan lambungnya (Gwither
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara laju digesti pada ikan adalah
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara laju digesti pada ikan adalah ikan
Nila, pakan ikan (pelet) dan air.
2.2. Metode
tersebut dibedah untuk diambil lambungnya, lalu ditimbang untuk mengetahui bobot
lambung. Bobot lambung yang diperoleh dinyatakan sebagai bobot lambung dalam
keadaan ringan atau nol jam setelah makan. Kemudian ikan yang sudah disediakan
diambil lagi lalu beratnya ditimbang menggunakan timbangan analitik, lalu ikan ditaruh
di akuarium dan diberikan pakan sebanyak 1% dari berat total tubuhnya. Setelah 45
menit, ikan dianestesikan kembali menggunakan air es lalu dibedah untuk diambil
diulang dalam waktu 20,30, dan 40 menit. Kemudian data hasil pengamatan di plotkan
dalam bentuk grafik hubungan antara lama pengamatan dengan persentase bobot
3.1. Hasil
Tabel 1. Hasil perhitungan laju digesti pada ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Laju Digesti
Perlakuan Rerata
(%)
(menit) (%)
Ulangan 1 Ulangan 2
Tanpa
1,27 1,68 = 1,475
Perlakuan
3.2. Pembahasan
paragraf 1. tuliskan pengertian laju digesti pada ikan + proses laju digesti pada ikan
(pustaka)
Laju digesti merupakan laju kecepatan pemecahan makanan dalam tubuh dari
molekul yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana, selanjutnya akan
diabsorpsi oleh tubuh. Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat diukur dengan
mengetahui laju pengosongan lambung. Lambung merupakan suatu organ tubuh hewan
yang berperan dalam proses pencernaan, penyaringan makanan yang masuk ke dalam
tubuh, menetralisir racun yang ada dalam makanan, dan membuang zat-zat yang tidak
berguna bagi tubuh (Elliot, 1997). Kondisi lingkungan yang optimal pada pertumbuhan
ikan ditentukan oleh jumlah dan mutu pakan yang dikonsumsi. Pakan yang dikonsumsi
untuk dapat digunakan dalam proses biosintesis yang menghasilkan pertumbuhan harus
melalui proses pencemaan dan penyerapan pada saluran pencernaan terlebih dahulu.
bahan baku dalam proses biosintesis tersebut (Yandes et al. 2003). Semakin tinggi nilai
efisiensi pakan maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang
ditunjukkan dengan pertumbuhan ikan yang cepat (Hariyadi et al. 2005 dalam Arief et
al. 2014). Proses laju digesti dapat disebut pola dengan proses laju pengosongan
lambung. Proses digesti ikan dimulai dari lambung (pada ikan yang mempunyai
lambung) dan dilanjutkan di intestine yang akan berakhir di lubang pembuangan bahan
sisa. Proses digesti dimulai dari makanan masuk ke mulut, dicerna secara mekanik dan
dibantu oleh kelenjar saliva kemudian masuk ke faring, esofagus dan tertampung
Makanan yang telah menjadi molekul-molekul kecil kemudian masuk ke usus untuk
proses penyerapan atau absorpsi yang sisanya menuju rectum dan ke anus untuk
dibuang. Hasil digesti yang berupa asam amino, asam lemak dan monosakarida akan
diabsorpsi oleh epithel intestine kemudian diedarkan keseluruh tubuh oleh system
sirkulasi. Proses digesti di ikan juga ada yang berkaitan dengan penghambatan oleh
adanya ketersediaan pelarangan hukum. Artinya sumber untuk mendigesti yang harus
selalu dijaga dengan baik agar kondisi ikan baik internal maupun eksternalnya
(Gumisiriza, 2008).
Dalam praktikum acara laju digesti ikan nila, pertama ikan nila dianestesikan
mengetahui bobot lambung (dinyatakan sebagai bobot lambung awal). Kemudian ikan
yang sudah disediakan ditimbang dan diletakkan di dalam akuarium, lalu pakan
sebanyak 1% dari berat total tubuh diberikan. Kemudian ikan dianestesikan lalu dibedah
pakan). Wurtsbaugh et al. (1993), menyatakan bahwa mengukur laju digesti pada ikan
dapat dilakukan dengan mengukur kepadatan makanan pada lambung (bobot lambung).
terhadap hasil pengukuran bobot lambung. Meningkatnya suhu air akan meningkatkan
laju digesti ikan pada spesies tertentu. Hasil praktikum acara laju digesti pada ikan nila
lambung ikan nila setelah pemberian pakan dengan selisih waktu tertentu. Hasil rerata
bobot lambung ikan tanpa perlakuan didapatkan 1,475 %, 15 menit 1,045 %, 30 menit
0,785 %, 45 menit 1,6 %, dan pada 60 menit sebesar 0,845 %. Berdasarkan hasil yang
didapat bobot lambungnya tidak stabil karena adanya penurunan dan peningkatan yang
tidak sesuai dengan pustaka. Menurut Yuwonon (2001) bahwa semakin lama waktu
pengukuran setelah diberi pakan maka semakin kecil bobot lambung ikan. Hal ini
karena molekul besar telah banyak didigesti menjadi molekul yang lebih kecil dan telah
energi untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang. Faktor internal dan eksternal sangat
terjadi terus selama lambung didorong ke arah usus oleh konraksi lambung sehingga
lambat, tekanan osmose lambung meningkat maka pengosongan akan cepat. Viskositas
(Zonneveld, 1991).
lingkungan, musim, waktu siang dan malam, intensitas cahaya, ritme internal dan
kualitas pakan yang dikonsumsi (Halver, 1989). Menurut Mujiman (1984), laju digesti
juga dipengaruhi oleh zat kimia yang terdapat dalam perairan, yaitu kandungan O2, CO2,
H2S, pH dan alkalinitas. Biasanya semakin banyak aktivitas ikan, maka akan semakin
makanan yang lebih banyak jumlahnya. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan
bahwa semakin lama waktu, maka isi lambung semakin berkurang. Laju pengosongan
lambung dipengaruhi juga oleh pakan yang dikonsumsi oleh ikan, jika pakan yang
dicerna adalah berasal dari pakan ikan yang nabati maka laju pengosongan ikan akan
tergantung pada seberapa besar ikan tersebut memakan pakan yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan (Lagler, 1977). Pakan yang diberikan pada ikan dinilai baik tidak hanya dari
komponen penyusun pakan tersebut melainkan juga dari seberapa besar komponen yang
terkandung dalam pakan mampu diserap dan dimanfaatkan oleh ikan dalam
kehidupannya (Ratna, 2012). Singh et al. (2013) menyatakan bahwa Proses fisiologi
ikan yang meliputi konsumsi makanan, digesti, kekebalan tubuh dan lain-lain sangat
menjamin kelangsungan hidup, distribusi dan metabolisme yang normal pada ikan
disimpulkan bahwa Laju digesti ikan nila pada waktu pengamatan tanpa perlakuan
didapatkan 1,475 %, 15 menit 1,045 %, 30 menit 0,785 %, 45 menit 1,6 %, dan pada 60
IV.2. Saran
Pada saat pemotongan lambung ikan sebaiknya dilaukan dengan hati-hati agar
DAFTAR PUSTAKA
Dellman, H.D., and E.M. Brown. 1989. Textbook of Veterinary Histology 3rd Edition.
Philadelphia: Lea & Febiger
Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional: Makassar.
Gwither D and DJ Groves. 1981. Gastric emptying in Limanda limanda L. and return of
appetite. J. Fish Biol. 18 (3): 245-259.
Halver, J,.A. 1989. Fish Nurition. Academy Press: New York.
Kay,I. 1998. Intoduction to Animal Physiology. Bioscientific Publisher. Springer Verley:
New York.
Lagler,K., F.J Bardach., R.R. Miller and D.R.W Passino. 1977. Ichtiology. Jhon Wiley
and Sons Inc: New York
Mujiman,A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya: Jakarta.
Purwanto A. 1992. Pengaruh pemberian pakan dengan frekuensi yang berbeda
terhadap pertumbuhan ikan Gold saum (Aequidens sp). Skripsi. Fakultas
Perikanan, IPB.
Ruli A., Ade D.W., Yulismani. 2014. Konversi Pakan, Laju Pertumbuhan, Kelangsungan
Hidup dan Populasi Bakteri Benih Ikan Gabus (Channa striata) yang Diberi Pakan
dengan Penambahan Probiotik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2(1): 55-66.
Santoso, B. 1994. Petunjuk Praktis Budidaya Lele Dumbo Dan Lokal. Kanisius:
Yogyakarta.
Singh, S.P., J.G Sharma., T. Ahmad., R. Chakrabarti. 2013. Effect of Water Temperature
on The Physiologycal of Asian Catfish Clarias batrachus (Linaeus, 1977). Asian
Fisheries Science. 5(2): 26-28.
Yuwono,E. 2001. Fisiologi Hewan 1. Fakultas Biologi Unsoed: Purwokerto.
Wurtsbaugh , W.A. dan E, He,. 1993. Gastric evacuation rates in fish: An empirical
model of the effects of temperature and prey size, and an analysis of digestion in
piscivorous brown trout. Trans. Am. Fish. Soc. 122: 717-730.
Zonnoveld,N. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
LAMPIRAN
Oleh :
diantara intra sel dan ekstrasel dan diantara ekstrasel dengan lingkungan secara kolektif.
Mekanisme osmoregulasi meliputi volume air, kandungan zat terlarut dan distribusi zat
hidup untuk mempertahankan kekonstanan volume air dalam tubuhnya, dimana jumlah
air yang masuk harus sama dengan jumlah air yang keluar.
Hewan dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kemampuan osmoregulasinya
dipindahkan ke suatu habitat akan beradaptasi dan bila tidak mampu beradaptasi akan
mati . Proses pengaturan regulasi pada tubuh hewan berbeda-beda. Misalnya saja pada
ikan air tawar, karena tubuhnya hipertonik terhadap medium maka ikan air tawar akan
mengeluarkan urin yang encer karena kelebihan air di dalam tubuhnya. Kelebihan air ini
disebabkan karena adanya air lingkungan masuk ke dalam tubuh melalui difusi. Ikan air
tawar bila dipindahkan ke air laut maka keadaan tubuhnya akan menjadi hipotonik
terhadap lingkungan. Keadaan ini menyebabkan air keluar dari tubuh sehingga kadar
garam di dalam tubuh akan meningkat. Seiring meningkatnya kadar garam dalam tubuh,
ikan yang melakukan mekanisme ini disebut euryhalin, sedangkan yang tidak
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara Osmoregulasi adalah akuarium,
stopwatch, hand counter dan refraktometer.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara Osmoregulasi adalah ikan Nila,
ikan Nilem dan air.
2.2. Metode
Disiapkan terlebih dahulu medium air tawar dan air laut dengan salinitas 0 ppt,
15 ppt dan 30 ppt, kemudian dilakukan pengenceran sehingga salinitas 15 ppt. Ketiga
akuarium diisi air bersalinitas yang telah ditentukan. Dimasukkan pada akuarium
masing masing 1 ikan tiap akuarium. Setelah itu diamati tingkah laku selama 15 menit
3.1. Hasil
Tabel 2. Hasil pengamatan osmoregulasi pada ikan Nila (Oreochromis niloticus) dan
ikan Nilem (Ostechilus hasselti)
Jumlah Buka Tutup
Operkulum
Kelompok Jenis Ikan Keterangan
(kali)
3.2. Pembahasan
penyeimbangan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme
hidup. Proses osmoregulasi ini sangat diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi
cairan tubuh dengan lingkungan di sekitarnya. Jika sel menerima terlalu banyak air
maka ia akan menggembung dan pecah. Begitupun sebaliknya, jika terlalu sedikit air,
maka sel akan mengkerut dan mati. Osmoregulasi juga memiliki fungsi ganda yaitu
untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.
internal (H2O dan ion dalam tubuh organisme) dan lingkungan eksternal (Kay, 1998).
Berdasarkan kemampuannya bertahan hidup pada salinitas tertentu, maka hewan dibagi
menjadi hewan eurihalin dan stenohalin. Hewan eurihalin merupakan hewan yang
sangat besar. Hewan eurihalin juga dapat dikatakan sebagai hewan yang mampu hidup
dalam salinitas yang cukup luas. Contoh hewan eurihalin adalah ikan Salmon, ikan
Sidat, ikan Nila, dsb. Sedangkan hewan stenohalin merupakan hewan yang tidak dapat
mentolerir perubahan yang sangat besar dalam osmolaritas eksternal atau hewan yang
hanya mampu hidup dalam salinitas yang sempit. Contoh hewan stenohalin ialah ikan
Disiapkan terlebih dahulu medium air tawar dan air laut dengan salinitas 0 ppt, 15
ppt dan 30 ppt, kemudian dilakukan pengenceran sehingga salinitas 15 ppt. Ketiga
akuarium diisi air bersalinitas yang telah ditentukan. Dimasukkan pada akuarium
masing masing 1 ikan tiap akuarium. Setelah itu diamati tingkah laku selama 15 menit
dan hitung laju operkulum selama 15 menit. Pada dasarnya regulator hiperosmotik menghadapi
dua masalah fisiologik (1) Air cenderung masuk ke dalam tubuh hewan, sebab kosentarsi zat terlarut
dalam tubuh hewan lebih tinggi dari pada dalam mediumnya (2) zat terlarut cenderung keluar tubuh
sebab kosentrasi didalam tubuh. Di samping itu pembuangan air sebagai penyeimabang air masuk juga
membawa zat terlarut di dalamnya. lebih tinggi dari pada di luar tubuh (meningkatkan permeabilitas
dinding tubuh) atau mengeluarkan kelebihan air yang ada dalam tubuh (lewat urin dan feses) sebaliknya
terhadap zat terlarut, hewan harus (1) Mengurangi jumlah air yang masuk kedalam tubuhnya. (2)
memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya (lewat makan dan minum) atau mempertahankan zat
terlarut dalam tubuhnya (Evans, 1998). Sebaliknya pada regulator hipoosmotik menghadapi masalah
fisiologik (1) Air cenderung keluar tubuh, sebab kadar air dalam tubuh tinggidari pada mediumnya, dan
(2) zat terlarut cenderung masuk ke dalam tubuh,sebab kadar zat terlarut didalam tubuh (dalam
medium) lebih tinggi dari pada dsalam cairan tubuhnya. Untuk menghadapi hal tersebut maka regulator
hipoosmotik harus (1) menghambat keluarnya air dari dalam tubuh atau mempertahankan air yang ada
dalam tubuh, sebaliknya terhadap zat terlarut, hewan harus (2) Berusaha mencegah masuknya garam
kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garan yang masuk tubuh (Evans, 1998).
Hasil praktikum acara Osmoregulasi dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Gambar 2. Grafik jumlah buka tutup operkulum pada ikan Nila (Orechromis niloticus)
dan ikan Nilem (Osteochilus hasselti)
Hasil percobaan nilai kapasitas osmoregulasi ikan Nila yang diperoleh dari
praktikum kali ini dengan salinitas 0 ppt, 15 ppt, dan 30 ppt, berturut-turut adalah
549, 605 dan 645. Pada salinitas 0 ppt, ikan berenang di dasar dan tidak agresif.
Pada salinitas 15 ppt, ikan berenang di dasar dan sedikit agresif. Pada salinitas 30
ppt, ikan berenang di tengah, dan agresif. Menurut Hickman (1972), lisisnya sel
plasma ikan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti ikan yang terluka saat
pengambilan darah, ikan yang stress, ketidaktepatan dalam pengambilan darah
ikan,dsb. Berdasarkan grafik yang dibuat dari hasil yang telah diperoleh, bentuk
grafik sangat berfluktuasi. Hal ini tidak sesuai dengan referensi. Menurut Gordon
(1982), semakin tinggi salinitas maka nilai osmolalitas medium semakin tinggi atau
semakin tinggi salinitas maka kapasitas osmoregulasi juga semakin tinggi. Ikan
Nila mempunyai tingkat osmolalitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri sampai salinitas yang cukup tinggi.
Semakin tinggi salinitasnya maka semakin tinggi pula nilai osmolalitas plasma dan
medianya. Lingkungan luar pada organisme air tawar sangat hipoosmotik terhadap
cairan tubuh internal hewan air tawar, dan hewan ini harus menghadapi
kecenderungan air untuk masuk melalui cara difusi ke dalam tubuhnya, terutama ke
4.1. Kesimpulan
1. Ikan Nilem merupakan hewan stenohalin yang mampu hidup pada lingkungan
dengan salinitas yang luas, sedangkan ikan Nila termasuk hewan eurihalin, yang
2. Ikan Nila dapat hidup dengan baik pada salinitas hingga 645. Hal ini
ditunjukkan dengan masih hidup dan bergerak aktif pada salinitas tersebut.
4.2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih kondusif lagi pada saat berlangsungnya praktikum agar
Evans, D.H. 1998. A Putative Role for Natriuretic Peptides in Fish Osmoregulation.
News Physiol. Sci. 7:15-19.
Evans, D.H. 1998. A Putative Role for Natriuretic Peptides in Fish Osmoregulation.
News Physiol. Sci. 7:15-19.
Gordon, M.S. 1982. Animal Physiology Principles. New York: MacMillan Pub. Co.
Kay, Ian. 1998. Introduction to Animal Physiology. New York: Bios Scientific Publisher.
Susilo, U., dan S. Sukmaningrum. 2010. Osmoregulasi Ikan Sidat Anguilla bicolor
McCelland Pada Media Dengan Salinitas Berbeda. Sains Akuatik 10 (2):111-
119, Purwokerto.
LAMPIRAN
Oleh :
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara ………. adalah:
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara ……….. adalah…….. (sesuaikan
dengan yang kalian pakai ketika praktikum)
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara …………. adalah……..
(sesuaikan dengan yang kalian pakai ketika praktikum)
2.2. Metode
sesuaikan dengan yang kalian lakukan ketika praktikum, dibuat paragraf dengan
kalimat petunjuk bukan perintah, contoh ikan dianastesikan menggunakan air es lalu
diletakan ……..
3.1. Hasil
Tabel 2. Hasil perhitungan Glukosa darah pada ikan….. (nama latin) dan
ikan….. (nama latin
Nilai
Ikan Glukosa
(satuan)
Nilem 1
dst
Nila 1
dst
3.2. Pembahasan
Glukosa darah dalam tubuh ikan merupakan sumber energi utama dan sumber
pasokan bahan bakar dan substrat esensial untuk metabolisme sel terutama sel otak.
Untuk berfungsinya otak secara kontinyu dibutuhkan glukosa secara terus menerus
(Steward 1991 dalam Hastuti et al., 2003). Volume darah pada ikan berkisar 1,5-3 %
dari bobot tubuh. Kadar glukosa darah ikan yang normal mengandung 40-90 mg/dl,
kandungan glukosa darah tersebut hampir sama dengan glukosa darah pada manusia
paragraf 2. jelaskan cara kerja sesuai dengan yang kalian lakukan ketika praktikum, lalu
tuliskan cara penentuan glukosa darah pada ikan menurut referensi. Hasil praktikum
latin)
paragraf 3. jelaskan hasil dari grafik, lalu cari tahu faktor apa saja yang mempengaruhi
hasil tersebut disertai pustaka. Dan jelaskan mengapa Glukosa darah dapat sebagai
Rahardjo, M. F., Sjafei, D. S., Affandi, R., & Sulistiono (2011). Ikhtiologi. Jakarta :
LubukAgung.
LAMPIRAN
(OSTEOCHILUS HASSELTI)
Oleh :
secara internal. Kemampuan ikan dalam fertilisasi yaitu mampu mengeluarkan telur dan
menghasilkan anakan dalam jumlah yang sangat banyak bisa mencapai puluhan bahkan
ratusan. Kemampuan ikan ini sebenarnya terjadi karena adanya rangsangan dalam
ovulasi melalui sekresi hormonal dalam tubuh ikan tersebut. Kemampuan ikan dalam
ovulasi dan pemijahan sangat bergantung sekali dengan kadar hormon dan efek
hormonal dari dalam tubuhnya, jika ikan dalam keadaan stress maka kadar hormonal
tujuan terbuahinya sel telur ikan betina oleh spermatozoa ikan jantan. Pembuahan ikan
pada umumnya terjadi di luar tubuh. Salah satu teknik pemijahan yaitu teknik hipofisasi
melalui pemberian suntikan hormon pada tubuh ikan. Pemijahan hipofisasi merangsang
pemijahan induk ikan dengan menyuntikkan kelenjar hipofisis (Muhammad dan Irfan,
2003).
Ada 3 cara penyuntikkan hipofisasi yaitu intramuscular, intracranial dan
intraperineal. Kelenjar hipofisis ikan terdapat di bawah otak sebelah depan. Kelenjar ini
menempel pada infundibulum dengan satu tangkai yang pendek, agak panjang atau
pipih tergantung pada jenis ikannya. Suatu lekukan tulang pada lantai otak yang disebut
cella turcica melindungi kelenjar ini. Pengambilan kelenjar ini yaitu dengan membuka
tulang tengkorak dan otak diangkat, biasanya butir kelenjar hipofisis akan tertinggal di
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum acara pemijahan buatan pada ikan nilem adalah:
1. Untuk mengetahui, memahami, dan melakukan bagaimana teknik pemijahan
ditentukan
II. MATERI DAN METODE
2.1. Materi
2.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum acara pemijahan buatan pada ikan nilem
adalah bak permanen/aquarium, mangkok/baskom, bulu ayam, kakaban/nampan, spuid,
ember, serokan induk, lap dan aerator.
2.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara pemijahan buatan pada ikan
nilem adalah induk ikan nilem jantan dan betina, aquades, larutan NaCl.
2.2. Metode
Pertama, alat dan bahan disiapkan. Ikan nilem jantan dan betina dinestesi
dahulu untuk menentukan kadar ovaprim yang akan diberikan. Hormon ovaprim
diambil menggunakan spuit sebanyak 0,5 (ml/kg bobot ikan) untuk betina sedangkan
untuk ikan jantan sebanyak 0,3 (ml/kg bobot ikan). Hormon ovaprim dicampur dengan
akuades sebanyak 0,5 ml dengan spuit hingga warnanya menjadi putih. Hormon
ovaprim disuntikkan di daerah lima jari-jari lemah kebawah dua sisik dengan sudut 45º.
Ikan bisa digunakan setelah 12 jari dari penyuntikkan hormon ovaprim.Setelah selesai
penyuntikan, ikan betina dan ikan jantan distripping, kemudian sel telur dan sperma
dicampur dalam baskom pemijahan menggunakan bulu ayam. Setelah itu dimasukkan
ke dalam akuarium yang telah diberi aerasi. 24 jam kemudian telur diamati dan dihitung
Tabel 5. Hasil perhitungan hatcing rate pada ikan nilem (Osteochilus hasselti)
Hatcing Rate
Kelompok
(%)
1 30 %
2 30 %
3 30 %
4 30 %
5 30 %
6 10 %
7 10 %
8 10 %
9 10 %
10 10 %
3.2. Pembahasan
Pemijahan merupakan proses perkawinan antara ikan jantan dan betina yang
mengeluarkan sel telur dari betina, sel sperma dari jantan dan terjadi di luar tubuh ikan
(eksternal) (Yuatiati et al. 2015). Ovulasi adalah proses keluarnya sel telur (oosit) yang
telah mengalami pembelahan meiosis pertama dari folikel dan masuk ke dalam rongga
ovarium atau rongga perut (Knight & Van Der Kraak, 2015 dalam Jamalaay et al.
2016). Fertilisasi adalah bergabungnya inti sperma dengan inti sel telur dalam
sitoplasma hingga membentuk zigot. Pada dasarnya fertilisasi adalah merupakan satuan
atau fusi sel gamet jantan dan gamet betina untuk membentuk sel zigot. (Effendie,
1978). Ciri-cirinya telur terbuahi memiliki warna kuning bening dan inti sel terlihat utuh
atau sempurna sebaliknya telur tidak terbuahi memiliki warna putih susu dan inti sel
telur terlihat tidak utuh atau tidak sempurna (Fitrani, 2013). Pemijahan adalah salah satu
fase dari reproduksi, pada proses pemijahan induk betina bertelur 12 jam setelah proses
penyuntikan. Telur-telur yang dikeluarkan lalu dibuahi. Setelah itu, telur-telur tersebut
dan pemijahan karena hormon yang diberikan dapat langsung mempercepat tersedianya
(1997) manipulasi hormonal dapat dilakukan antara lain dengan menstimulasi hipofisis
atau gonad untuk menghasilkan hormon yang dapat mempercepat kematangan gonad,
ovulasi dan pemijahan. Semakin cepat kematangan gonad, ovulasi dan pemijahan ikan
nilem maka pemenuhan konsumen akan cepat terpenuhi. Hormon reproduksi ikan yang
ovulasi yang pada akhirnya merangsang induk betina untuk memijah. Kelenjar hipofisa
akan menghasilkan hormon yang berperan dalam kegiatan seksual dan gonadotropin
(Gutenberg et al. 2009). Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti
untuk kematangan gonad ikan (Simanjuntak, 1985). Ovaprim adalah campuran analog
adalah hormon yang berfungsi untuk merangsang dan memacu hormon gonadothropin
pada tubuh ikan sehingga dapat mempercepat proses ovulasi dan pemijahan, yaitu pada
proses pematangan gonad dan dapat memberikan daya rangsang yang lebih tinggi,
menghasilkan telur dengan kualitas yang baik serta menghasilkan waktu laten yang
relatif singkat juga dapat menekan angka mortalitas (Sukendi, 1995 dalam Sinjal,
2014). Hormon ini juga dapat bekerja pada organ target yang lebih tinggi pada ikan
dahulu untuk menentukan kadar ovaprim yang akan diberikan. Hormon ovaprim
diambil menggunakan spuit sebanyak 0,5 (ml/kg bobot ikan) untuk betina sedangkan
untuk ikan jantan sebanyak 0,3 (ml/kg bobot ikan). Hormon ovaprim dicampur dengan
akuades sebanyak 0,5 ml dengan spuit hingga warnanya menjadi putih. Hormon
ovaprim disuntikkan di daerah lima jari-jari lemah kebawah dua sisik dengan sudut 45º.
Ikan bisa digunakan setelah 12 jari dari penyuntikkan hormon ovaprim.Setelah selesai
penyuntikan, ikan betina dan ikan jantan distripping, kemudian sel telur dan sperma
dicampur dalam baskom pemijahan menggunakan bulu ayam. Setelah itu dimasukkan
ke dalam akuarium yang telah diberi aerasi. 24 jam kemudian telur diamati dan dihitung
Hasil praktikum acara pemijahan buatan pada ikan nilem dapat dilihat pada grafik
berikut ini:
paragraf 3. jelaskan hasil dari grafik, jelaskan definisi hatching rate (referensi), lalu cari
tahu faktor apa saja yang mempengaruhi hasil tersebut disertai pustaka
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran