Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK LABORATORIUM

Disusunoleh :
KELOMPOK 4
1. Aditya Pratama E.R (H3116002)
2. Anindya Nusara Abdi (H3116009)
3. Anita Nur Romadhoni (H3116010)
4. Fatima Puri Utami (H3116034)
5. Fitri Eviana (H3116036)

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2016
ACARA V
PEMBUATAN LARUTAN PENGENCER DAN MEDIA AGAR

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Makhluk hidup yang ada dibumi terdiri dari beraneka ragam,
ada yang dapat dilihat tanpa bantuan alat atau kasat mata, dan ada
yang dapat dilihat dengan bantuan alat atau tak kasat mata. Contoh
makhluk hidup yang dapat dilihat dengan alat adalah mikroorganisme
yang berukuan sangat kecil, sehingga dalam mengamati perlu teknik
dan peralatan khusus. Mikroorganisme dapat mempenaruhi hidup
manusia seecara langsung maupun tidak langsung. Mikroorganisme
dapat merugikan dan menguntungkan manusia, dapat dikatakan
merugikan misalnya mikroorganisme berbahaya yang dapat
mengontamonasi suatu hal yang dapat menyebabkan penyakit,
dikatakan menguntungkan karena mikroorganisme juga berperan
penting bagi kehidupan manusia, sehingga manusia melakukan
penelitian terhadap mikroorganisme, sebelum diteliti mikroorganisme
perlu ditanam karena mikrooba bekembang biak secara alami maupun
campur tangan manusia, dalam penanaman mikroorganisme
diperlukan media tanam, karena mikroorganisme merupakan makhluk
hidup, sehingga untuk memeliharanya dibutuhkan media yang harus
menggandung semua zat yang dipelukan untuk pertumbuhanya, antara
lain senyawa-seyawa organik seperti proein, karbohidrat, lemak,
mineral, dan vitamin, oleh karena itu agar media agar perlu
diersiapkan denggan melalui uju coba praktikum ini.

2. Tujuan
Tujuan Praktikum Pembuatan Larutan Pengencer Media Agar ini
adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu membuat larutan
pengencer.
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan mampu membuat media
agar.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Munir (2006), Media agar merupakan bahan nutrisi
yang disiapkan untuk pertumbuhan mikroba. Agar - agar merupakan
kompleks merupakan kompleks polisakarida, dihasilkan oleh alga laut dan
digunakan untuk pemadat pada makanan. Keunggulan agar yaitu mencair
pada suhu yang sama dengan air, namun tetap dalam keadaan cair sampain
suhu 40oC. Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dan dikembangkan pada
suatu substrat yang disebut medium. Medium yang digunakan untuk
menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus
sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang
bersangkutan. Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik pada medium
yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di
tambah sumber karbon organik seperti gula. Sedangkan mikroorganime
lainnya memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa
medium ditambahkan darah atau bahan - bahan kompleks lainnya.
Menurut Sutarma (2000), media adalah substansi yang terdiri
atas campuran zat-zat makanan yang dipergunakan untuk pemeliharaan
dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme juga merupakan
mahluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus
mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu
antara lain senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak,
mineral, dan vitamin). Medium digunakan untuk melihat gerakan dari
suatu gerakan mikroorganisme apakah bersifat motil atau non motil,
medium ini ditambahkan bahan pemadat 50%. Medium ada yang alami
dan ada yang merupakan buatan manusia, contoh medium buatan manusia
adalah medium cair, medium kental (padat) dan medium setengah padat.
Medium cair digunakan untuk menumbuhkan bakteri dan juga fermentasi.
Medium padat digunakan untuk menumbuhkan mikrobia pada permukaan
(Dwidjoseputro, 1994).
Menurut Sandjaja (1992), Larutan pengencer merupakan larutan
yang digunakan untuk mengencerkan larutan dengan perbandingan
pengenceran tertentu. Caranya adalah dengan menempatkan pada tabung
reaksi kemudian menentukan berapa perbandingan yang digunakan karena
tiap perbandingan memiliki ketentuan sendiri-sendiiri. Pengenceran
dengan larutan pengencer diperlukan agar nantinya diperoleh pertumbuhan
bakteri yang tidak konfluen hingga koloninya mudah untuk dihitung
Larutan pengencer/ larutan fisiologis adalah larutan yang digunakan untuk
mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan
untuk memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat
dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Pengenceran
biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000, dan seterusnya. Pengenceran
adalah melarutkan atau melepasan mikroba dari substratnya ke dalam air
sehingga lebih mudah penanganannya. Tujuan pengenceran yaitu untuk
mengurangi kepadatan kepadatan bakteri yang ditanam (Fais, 2009).
Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk menurunkan atau
memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat pelarut ke dalam
larutan sehingga volume larutan menjadi berubah (Nurohaianah et al,
2007).
Metode cawan petri Prinsipnya yaitu mendapatkan koloni yang
benar-benar terpisah dari koloni yang lain, sehingga mempermudah proses
isolasi. Cara ini dilakukan dengan membagi 3-4 cawan petri. Ose steril
yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat , kemudian
menggoreskan ose tersebut pada cawan petri berisi media steril. Goresan
dapat dilakukan 3-4 kali membentuk garis horisontal disatu cawan. Ose
disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah kering, ose tersebut digunakan
untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan ke dua. Langkah ini
dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores. (Adams, 2000). Metode
ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu.
Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan
menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan
untuk memperoleh biakan murni yaitu metode cawan gores metode ini
mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode
cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan
menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Metode
cawan tuang Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi
campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen dalam
medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan ( ±50 oC ) yang
kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam
spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di
antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan
ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun
tidak memerlukan keterampilan yang tinggi. Metode cawan gores
memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun
untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan
yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang
dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang
umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai mempelajari
mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan
sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme
menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum
terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan
(Hadioetomo, 1990).
Menurut Hadioetomo (1990) Sifat-sifat koloni pada agar-agar
lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Bentuk koloni
dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar,
serum kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul
melengkung, timbul mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah.
Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah,
ada yang bergerigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting.
Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan
tepi koloni dan sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa
pedang, serupa duri, serupa tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan
serupa akar. Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung
maupun cawan dan estelah inkubasi akan terlihat pertumbuhan bakteri
dengan berbagai macam bentuk, ukuran, sifat, dan berbagai ciri khas yang
lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat mikroba tersebut pada
media pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini sangat penting
untuk diperhatikan.

B. METODOLOGI
1. Alat
a. Autoclave
b. Cawan petri
c. Erlenmeyer
d. Jarum Ose
e. Kapas
f. Rak
g. Tabung Reaksi dan Tutup
2. Bahan
a. Garam fisiologis
b. PDA (Potato Dextrose Agar)
D. PEMBAHASAN
Menurut Fais (2009), larutan pengencer atau larutan fisiologis
adalah larutan yang digunakan untuk mengencerkan contoh pada analisis
mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk memperoleh contoh dengan
jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu antara 30 sampai 300
sel mikroba per ml. Pengenceran biasanya dilakukan 1:10, 1:100, 1:1000,
dan seterusnya. Pengenceran adalah melarutkan atau melepasan mikroba
dari substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya.
Tujuan pengenceran yaitu untuk mengurangi kepadatan kepadatan bakteri
yang ditanam. Pengenceran merupakan proses yang dilakukan untuk
menurunkan atau memperkecil konsentrasi larutan dengan menambah zat
pelarut ke dalam larutan sehingga volume larutan menjadi berubah
(Nurohaianah et al, 2007).
Menurut Sutarma (2000), media adalah substansi yang terdiri atas
campuran zat-zat makanan yang dipergunakan untuk pemeliharaan dan
pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme juga merupakan mahluk
hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus mengandung
semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu antara lain
senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan
vitamin). Medium digunakan untuk melihat gerakan dari suatu gerakan
mikroorganisme apakah bersifat motil atau non motil, medium ini
ditambahkan bahan pemadat 50%. Medium ada yang alami dan ada yang
merupakan buatan manusia, contoh medium buatan manusia adalah
medium cair, medium kental (padat) dan medium setengah padat. Medium
cair digunakan untuk menumbuhkan bakteri dan juga fermentasi. Medium
padat digunakan untuk menumbuhkan mikrobia pada permukaan
(Dwidjoseputro, 1994).
Menurut Hadioetomo (1993) media adalah suatu substrant dimana
mikroorgnisme dapat tubuh yang disesuaikan dengan lingkungan
hidupnya. Media kultur berdasarkan konsitensinya dibedakan menjadii
tiga macam, yaitu :
1. Media agar cair atau disebut dengan liquid medium addalah
medium berbentuk cair yang daat digunakan untuk tujuan
menumbuhkan atau membiakkan mikroba, penelaah
fermentasi, dan uji-uji lain. Contohnya : Nutrient Broth (NB),
Lactose Broth (LB), dan Kaldu sapi.
2. Media semi padat atau disebut juga dengan sem solid
medium,biasanya digunakan untuk uji mortalitas atau
pergerakan miktoorganisme dan kemampuan fermentasi
3. Media padat atau solid medium adalah medium yang
berbentuk paadat yann dapat digunakan untuk menumbuhkan
mikroba diermukaan sehingga membentuuk koloni yang dapatt
dilihat, dihitung , dan diisolasi. Contohnya : Nutrien Agar
(NA), Plate Count Agar (PCA), Potato Dextrose Agar
(PDA), gelati, silika gel, dan beberapa limbah pertanian.
Menurut Sandjaja (1992), larutan pengencer merupakan larutan
yang digunakan untuk mengencerkan larutan dengan perbandingan
pengenceran tertentu. Caranya adalah dengan menempatkan pada tabung
reaksi kemudian menentukan berapa perbandingan yang digunakan karena
tiap perbandingan memiliki ketentuan sendiri-sendiiri. Pengenceran
dengan larutan pengencer diperlukan agar nantinya diperoleh pertumbuhan
bakteri yang tidak konfluen hingga koloninya mudah untuk dihitung.
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan
untuk memperoleh biakan murni yaitu metode cawan gores metode ini
mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode
cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan
menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Metode
cawan tuang Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi
campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen dalam
medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan ( ±50 oC ) yang
kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam
spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di
antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan
ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun
tidak memerlukan keterampilan yang tinggi. Metode cawan gores
memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun
untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan
yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang
dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang
umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai mempelajari
mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan
sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme
menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum
terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan.
Menurut Sandjaja (1992), Agar nutrient miring berfungsi untuk
menumbuhkan dan menumbuhkan dan menyimpan biakan murni sebagai
stok biakan murni. Agar nutrient miring diletakan miring karena berfungsi
untuk memperluas permukaan sehingga banyak bakteri yang tumbuh
bahan pembuatan untuk agar nutrient miring adalah agar nutrient
merupakan bahan umum. Setelah agar nutrient mendidih harus siap
diletakan 6 ml ke dalam tiap tabung reaksi dengan cepat agar menghindari
agar cepat beku supaya tidak sulit ketika dimasukan. Media agar miring
digunakan sebagai tempat peremajaan bakteri kelebihannya media agar
tidak mudah pecah namun kelemahannya bakteri lebih sulit diamati
apabila menggunakan media agar miring karena bidang permukaannya
sempit, sedangkan media agar cawan petri berfungsi untuk mempermdah
perhitungan koloni mikrooganime kelebihana bakteri lebih mudah diamati
karena bidang permkaannya luas, ttapi kelemaha media agar cawan petri
mudah pecah (Singkoh. 2011)
Menurut Ammi (2014) cara pembuatan media potato Dextrose
Agar secara teori dengan cara :
1. Menimbang komponen media denganmenggunakan timbangan
analitis untuk voluume yang diinginkan sesuai komposisi
berikut : ketang 3gr, peptone 5 r, agar 1 gr, aquadest 1000ml.
2. Mrebus kentang dalam aquadest selama 1-3 jam sampai lunak,
kemudian ambil estraknya dengan menyaring dan memerasnya
menggunakan kertas saring lalu hasik estrak ditampung dalam
beaker glass.
3. Kemudian agar dilarutkan kedalam hot plate stirrer dalam 500
ml aquadest, etelah laut lal ditambahkan dextrose dan
dihomogenkan lagi.
4. Setelah semua campurran homogen, kemudiab mengatur pH
mda menjadi 5-6 dengan menetskan HCL atay NaOH.
5. Media dituang kedalam erlenmeyer atau ke tabung reaksi
kemudian siap di sterilkan.
Karena didalam laboratorium sudah tersedia potato Dextrose Agar
(PDA), maka kita tidak perlu merebus kentang. Secara praktek pembuatan
media potato Dextrose Agar adalah dengan cara :
1. Mempersiapkan bahan yaitu 19,5 gr untuk 500 ml aquadest
2. PDA yang telah ditimbang dimasukkan kedalam beaker glass,
kemudian ditambahkan aquadest 500 ml
3. Kemudian campuran DA dn aquadest dipanaskan sambbil
diaduk dengan hot plate stirrer pada suhu 105◦C dengan
putaran 7 hingga mendidih.
4. Setelah larut dimaukkan kedalam erlenmeeyer den disterilka
dengan autoclave selama 15 menit ada suhu 121◦C dan tekanan
1-2 atm.
5. Setelah itu keluarkan dari autoclave.
6. Wadahi dengan cawan petri atau tabung reaksi proses ini
dilakukan didalam laminai air flow.
7. Kemudian didinginkan dan dimasukkan kedalam lemari
pendingin.

suzuran serizawa rikoudo sennin rasengan amaterasu


DAFTAR PUSTAKA

Adams, M. R. dan M. O. Moss. 2000. Food Microbiology. 2 nd ed. Royal


Society of Chemistry, Athenaeum Press Ltd, University of Surrey.
Guildford : UK.
Ammi., Yanti H., Kusnandi.2014. Pembuaan Media Agar Dan Sterilisasi.
Vol 1 No 1
Dwidjoseputro, D. 2002. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Malang.
Fais,2009. Metode penanaman. Bandung
Hadioetomo, R. S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek : Teknik dan
Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta.
Nurohaianah et al, 2007. Media. UI Press : Jakarta
Sutarma. 2000 . Jurnal Teknik Pembuatan Kultur Media Bakteri
Sandjaja, B. 1992. Isolasi dan Identifikasi Mikrobakteria. Widya Medika :
Jakarta
Singkoh, Marina Flora Oktvanie. 2011. Aktivittas Anti Bakteri Ekstrak
Alga Laut Dari Perairan Pulau Nain. Jurnal Perrikanan Dan
Kelata Tropis. Vol 7
Nurohaianah et al, 2007. Media. UI Press : Jakarta
Waluyo, Lud. Drs.M.Kes. 2004. Mikrobiologi Umum. Universitas
Muhammadiyah Press : Malang

Anda mungkin juga menyukai