Deskripsi Singkat :
Materi persiapan dan pelaksanaan pekerjaan meliputi ketentuan-ketentuan
umum, persiapan pelaksanaan pekerjaan, persiapan pelaksanaan pekerjaan jasa
pemborongan, persiapan pelaksanaan pekerjaan jasa konsultasi dan penyesuaian
harga kontrak.
A. KETENTUAN UMUM
1. Surat Perintah Mulai kerja (SPMK)
a. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal penanda tanganan kontrak,
pengguna barang/jasa sudah harus menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);
b. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak yang
akan dinyatakan Pihak Kedua dalam pernyataan dimulainya pekerjaan;
c. Untuk kontrak sementara, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan sama dengan tanggal
penandatanganan kontrak.
3. Mobilisasi
a. Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkan SPMK.
b. Mobilisasi meliputi :
- mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
- mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel,
gudang, dan sebagainya;
- mendatangkan personil-personil.
c. Mobilisasi peralatan terkait dan personil penyedia barang/jasa dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan.
4. Pemeriksaan Bersama
a. Pada tahap awal periode pelaksanaan kontrak pada pelaksanaan pekerjaan, pengguna
barang/jasa bersama-sama dengan penyedia barang/jasa melakukan pemeriksaan
bersama;
b. Untuk pemeriksaan bersama ini, pengguna barang/jasa dapat membentuk panitia
peneliti pelaksanaan kontrak;
c. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak mana
harus dituangkan dalam bentuk adendum kontrak.
b. Hubungan Industrial.
Hubungan industrial adalah hubungan dalam industri antara pihak-pihak yang terlibat
dalam proses produksi. Dalam produksi, karyawan harus dianggap sebagai mitra dari
pengusaha dan manajemen, sebab tanpa karyawan proses produksi tidak mungkin dapat
berlangsung. Maka demi tercapainya keberhasilan proyek, upaya-upaya menciptakan
hubungan industrial yang harmonis dilapangan merupakan hal yang sangat penting.
Hubungan industrial yang buruk dengan sendirinya akan mengakibatkan terhambatnya
penyelesaian proyek. Pemeliharaan suasana hubungan industrial merupakan fungsi dari
manajemen konstruksi, meskipun keterlibatan departemen lain dari pihak pemberi
tugas, lembaga-lembaga terkait, bahkan kalangan pemerintahan setempat, sangat
penting dalam hal ini. Keterlibatan mereka pada pokoknya meliputi upaya tiga hal
penting sebagai berikut ini :
- menjamin tidak ada lembaga yang berlaku tidak jujur dalam praktek
praktek ketenagakerjaan,
- menghimbau kepada pihak politisi agar tidak menggunakan proyek untuk tujuan
kepentingan politiknya dengan cara melecut melalui agitasi dan upaya-upaya untuk
menghentikan pekerjaan atau mogok kerja,
- membentuk forum komunikasi para pekerja untuk mengupayakan dialog langsung
dengan pihak majikan dalam rangka upaya membahas keluhan-keluhan.
Penyelesaiannya dapat dilakukan melalu komisi kerja antar fraksi, mewakili para
pekerja dan manajemen, yang menjalankan fungsinya dalam suasana saling
percaya. Manajemen harus memperhatikan para karyawan harus menjalankan
tujuan bisnis dari majikan.
B. PERSIAPAN PELAKSANAAN
1. Rencana Kerja dan Mobilisasi.
Pemberi tugas juga harus mempersiapkan rencana manajemen konstruksi secara lengkap
tanpa memperhatikan porsi yang menjadi tanggung jawab kontraktor. Tetapi kemudian
rencana kontraktor harus dikoordinasikan dan disesuaikan dengan rencana pemberi
tugas dalam rangka penerapan yang terintegrasi. Seperti yang telah dikemukakan, tahap
perencanaan konstruksi merupakan bagian terbesar dari keseluruhan rencana induk
pelaksanaan suatu proyek. Keseluruhan kegiatan di daftar sehubungan dengan
penyusunan rincian struktur pekerjaan dilengkapi dengan volume nyata, kemudian
disusun jadwal pelaksanaannya dalam rentang waktu yang dialokasikan menurut jadwal
induk. Penerapan langkah tersebut baik untuk cara bagan balok maupun metode
lintasan kritis, menggunakan tahapan penanggalan ( kalender ). Pada jadwal juga
menunjukkan penanggung jawab kegiatan dari setiap pekerjaan sehingga matriks
distribusi tanggung jawab kegiatan dapat disusun pula berdasarkan jadwal tersebut.
Tingkat cakupan mobilisasi yang harus dilakukan oleh pemberi tugas dilapangan sangat
tergantung pada lingkup yang sudah diselenggarakan kontraktor. Sebagai contoh, jika
kontraktor merencanakan membawa buldozer miliknya sendiri maka pemberi tugas
tidak perlu memobilisasi banyak buldoser untuk pekerjaan. Hal yang harus diingat,
sementara memobilisasi miliknya harus yakin pula bahwa kontraktor akan menepati
waktu dan mencukupi kebutuhan dalam mobilisasi. Disarankan agar tim proyek
menyiapkan daftar pemeriksaan untuk seluruh mobilisasi yang dibutuhkan,berupa
bagian matriks untuk menggambarkan distribusi tanggung jawab antara pemberi tugas,
kontraktor, dan penyewaan peralatan. Mungkin saja daftar akan memuat banyak sekali
kegiatan mobilisasi tergantung pada besarnya proyek. Tim proyek menyusun konsep
dengan terlebih dahulu menyiapkan kebutuhan masing-masing departemen fungsional
untuk kemudian dikonsolidasikan bersama. Daftar hasil konsolidasi kemudian
dibagikan kepada masing-masing departemen untuk digunakan sebagai pengaman
dalam melaksanakan kegiatan sesuai lingkup tugasnya. Demikian pula bagian yang
menjadi tanggung jawab kontraktor diserahkan kepada yang bersangkutan. Sebagai
bentuk pilihan lain, tim proyek dapat menyarankan kepada kontraktor menyiapkan
daftar rencana mobilisi untuk dibandingkan dengan kepunyaannya sekaligus
disesuaikan, diperiksa kelengkapan dan jadwalnya. Untuk keberhasilan suatu
konstruksi, perlu perencanaan mobilisasi dan fasilitas lapangan yang lengkap sesuai
dengan kebutuhan dan tepat waktu.
6. Tansportasi.
Dalam mengelola proyek konstruksi baik pemberi tugas maupun kontraktor harus
memberikan perhatian secukupnya pada fasilitas transportasi bagi staf daan segenap
karyawannya. Seringkali letak kawasan proyek sulit dicapai karena tidak terjangkau
oleh sistem transportasi umum. Kondisi demikian akan menyulitkan bagi para staf dan
karyawan , dan tentunya juga masyarakat disekitar proyek. Sehingga kadang-kadang
diharapkan juga perhatian dan patisipasi dari pihak pemerintahan setempat berkaitan
dengan masalah transportasi ini . Apalagi jika kehadiran proyek akan meningkatkan
penerimaan pendapatan dan menjadi aset penting bagi daerah. Pihak pemerintahan
setempat diharapkan dapat membantu dalam penyediaan fasilitas transportasi dan
prasarana umum lainnya secukupnya sehingga kesejahteraan umum disekitar proyek
meningkat. Akan tetapi agar terhindar dari pemborosan yang tidak perlu, kesemua
upaya tersebut tetap harus didasarkan pada efisiensi konstruksi sebagai tujuan
utamanya. Pengaturan transportasi termasuk antara lain (1) mengelola kelompok
transportasi di bawah koordinasi penanggung jawab yang operasinya didasarkan pada
pedoman tertentu ; (2) pengaturan kendaraan sewa, dengan menetapkan daftar eksekutif
yang berhak menyewa : (3) pengaturan penggunaan kendaraan pribadi dari staf, yang
biasanya diberikan penggantian biaya operasi atau bahan bakar ; dan(4)pengaturan tata
cara pemeliharaan dan servis kendaraan.
7. Komunikasi.
Pengelolaan komunikasi di lapangan termasuk juga sebagai bagian tugas dari
manajemen konstruksi, yang antara lain terdiri dari : (1) komunikasi antar personil atau
bagian fungsional organisasi; (2) antara anggota tim proyek dengan berbagai agen
perusahaan, pemasok, penyewaan dan sebagainya; (3) antara kantor pusat dan
lapangan;(4) antara proyek dengan lembaga pemerintah atau masyarakat umum
setempat; dan sebagainya. Penyelenggaraan komunikasi yang lancar sudah tentu akan
menghasilkan kesangkilan yang bermanfaat bagi konstruksi.
8. Kantin.
Selama pelaksanan konstruksi, termasuk menjadi tanggung jawab dari manajemen
konstruksi adalah memikirkan penyediaan beberapa kantin dalam jarak jangkauan
tertentu dari tempat pekerjaan. Harap diperhatikan bahwa dalam peraturan
ketenagakerjaan terdapat ketentuan yang mensyaratkan keharusan untuk menyediakan
kantin dan beberapa fasilitas kesejahteraan lainnya dilapangan.
C. JASA PEMBORONGAN
D. JASA KONSULTASI
6. Penyelesaian Pekerjaan
Pekerjaan dinyatakan selesai apabila penyedia jasa telah menyerahkan laporan akhir
pekerjaan dan diterima oleh pengguna barang/jasa.
D. LATIHAN SOAL
1. Sebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Pelaksana Konstruksi maupun oleh
Pengawas Konstruksi pada tahap persiapan pelaksanaan pekerjaan.
2. Syarat-syarat apa sajakah yang dapat dilakukan untuk penyesuaian harga (eskalasi).
3. Bagaimanakah menerapkan prosedur pengalokasian pelaksanaaan pekerjaan.
4. Hal – hal apa sajakah yang bisa untuk mengajukan permohonan perpanjangan waktu
pelaksanaan pekerjaan
5. Bagaimana prosedur serah terima pekerjaan 100%