Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Tujuan Umum Pembelajaran:


Mahasiswa mampu:
- Mengetahui dan mampu menjelaskan tentang persiapan pelaksanaan suatu
pekerjaan.
- Merencanakan/menerapkan prosedur pengalokasian pelaksanaaan pekerjaan.

Tujuan Khusus Pembelajaran :


Mahasiswa dapat :
- Merencanakan /merealisasikan pelaksanaan pekerjaan Jasa
Pemborongan.
- Merencanakan/melaksanakan pekerjaan Jasa Konsultansi.
- Mampu melakukan penyesuaian harga pada pelaksanaan pekerjaan.

Deskripsi Singkat :
Materi persiapan dan pelaksanaan pekerjaan meliputi ketentuan-ketentuan
umum, persiapan pelaksanaan pekerjaan, persiapan pelaksanaan pekerjaan jasa
pemborongan, persiapan pelaksanaan pekerjaan jasa konsultasi dan penyesuaian
harga kontrak.

A. KETENTUAN UMUM
1. Surat Perintah Mulai kerja (SPMK)
a. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal penanda tanganan kontrak,
pengguna barang/jasa sudah harus menerbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK);
b. Dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan kontrak yang
akan dinyatakan Pihak Kedua dalam pernyataan dimulainya pekerjaan;
c. Untuk kontrak sementara, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan sama dengan tanggal
penandatanganan kontrak.

2. Penggunaan Program Mutu


a. Program mutu pengadaan barang/jasa harus disusun oleh penyedia barang/jasa dan
disepakati pengguna barang/jasa pada saat rapat persiapan pelaksanaan kontrak dan
dapat direvisi sesuai dengan kondisi lapangan;
b. Program mutu pengadaan barang/ jasa paling tidak berisi :
- informasi pengadaan barang/jasa;
- organisasi proyek, pengguna barang/jasa dan penyedia barang/jasa;
- jadwal pelaksanaan;
- prosedur pelaksanaan pekerjaan;
- prosedur instruksi kerja;
- pelaksana kerja.

3. Mobilisasi
a. Mobilisasi paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkan SPMK.
b. Mobilisasi meliputi :
- mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan;
- mempersiapkan fasilitas seperti kantor, rumah, gedung laboratorium, bengkel,
gudang, dan sebagainya;
- mendatangkan personil-personil.
c. Mobilisasi peralatan terkait dan personil penyedia barang/jasa dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan.

4. Pemeriksaan Bersama
a. Pada tahap awal periode pelaksanaan kontrak pada pelaksanaan pekerjaan, pengguna
barang/jasa bersama-sama dengan penyedia barang/jasa melakukan pemeriksaan
bersama;
b. Untuk pemeriksaan bersama ini, pengguna barang/jasa dapat membentuk panitia
peneliti pelaksanaan kontrak;
c. Apabila dalam pemeriksaan bersama mengakibatkan perubahan isi kontrak mana
harus dituangkan dalam bentuk adendum kontrak.

5. Pembayaran Uang Muka


a. Penyedia barang/jasa terlebih dahulu mengajukan permohonan pengambilan uang
muka secara tertulis kepada pengguna barang/jasa disertai dengan rencana
penggunaan uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak;
b. Pengguna barang atau jasa menyelesaikan proses permohonan tersebut pada butir 1)
yang nilainya sesuai dengan yang ditetapkan dalam kontrak paling lambat 7 (tujuh)
hari setelah jaminan uang muka diterima dari penyedia barang/jasa;
c. Besarnya jaminan uang muka harus bernilai sekurang-kurangnya sama dengan
jumlah uang muka yang diberikan;
d. Jaminan uang muka harus diterbitkan oleh bank umum atau perusahaan asuransi
yang mempunyai program asuransi kerugian (surety bond) dan harus diasuransikan
kepada perusahaan asuransi luar negeri yang bonafit;
e. Pengembalian uang muka diperhitungkan berangsur-angsur secara proporsional pada
setiap pembayaran prestasi pekerjaan dan paling lambat harus lunas pada saat
pekerjaan mencapai 100% (seratus per seratus);
f. Nilai jaminan uang muka secara bertahap dapat dikurangi sesuai dengan pencapaian
prestasi pekerjaan

6. Pembayaran Prestasi Pekerjaan


a. Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dilakukan oleh pengguna
barang/jasa, apabila penyedia barang/jasa telah mengajukan tagihan disertai laporan
kemajuan hasil pekerjaan;
b. Pengguna barang/jasa dalam kurun waktu 7 (tujuh) hari harus sudah mengajukan
Surat Permintaan Pembayaran (SPP) untuk pembayaran prestasi kerja;
c. Pembayaran prestasi hasil pekerjaan yang disepakati dapat dilakukan dengan sistem
termin yang didasarkan pada prestasi pekerjaan sebagaimana tertuang dalam
dokumen kontrak;
d. Pembayaran bulanan/termin harus dipotong jaminan pemeliharaan, angsuran uang
muka, denda (jika ada), dan pajak;
e. Untuk kontrak yang mempunyai subkontrak, permintaan pembayaran kepada
pengguna barang/jasa harus dilengkapi bukti pembayaran kepada seluruh
subkontraktor sesuai dengan perkembangan (progress) pekerjaannya.

7. Perubahan kegiatan Pekerjaan


a. Untuk kepentingan pemeriksaan, pengguna barang/jasa dapat membentuk panitia
peneliti pelaksanaan kontrak;
b. Apabila terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi lapangan pada saat
pelaksanaan dengan gambar dan spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen
kontrak, maka pengguna barang/jasa bersama penyedia barang/jasa dapat melakukan
perubahan kontrak yang meliputi antara lain;
- Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak;
- Mengurangi atau menambah jenis pekerjaan;
- Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan;
- Melaksanakan pekerjaan tambah yang belum tercantum dalam kontrak yang
diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan.
c. Pekerjaan tambah dalam rangka penyelesaian pengadaan jasa pemborongan dan
barang/jasa lainnya dengan pertimbangan satu kesatuan tanggung jawab teknis
dengan nilai tidak lebih dari 10% (sepuluh per seratus) dari harga yang tercantum
dalam surat perjanjian/kontrak asal;
d. Perintah perubahan pekerjaan dibuat oleh pengguna barang/jasa secara tertulis
kepada penyedia barang/jasa, ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga
dengan tetap mengacu pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam kontrak
awal;
e. Hasil negosiasi tersebut dituangkan dalam berita acara sebagai dasar penyusunan
adendum kontrak.
8. Kontrak
a. Denda adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada penyedia barang/jasa dan atau
pengguna barang/jasa karena terjadinya cidera janji yang tercantum dalam kontrak;
b. Besarnya denda kepada penyedia barang/jasa atas keterlambatan penyelesaian
pekerjaan adalah 1/1000 (satu per seribu) dari harga kontrak atau bagian kontrak
untuk setiap hari keterlambatan. Besarnya denda maksimum adalah sebesar nilai
jaminan pelaksanaan;
c. Besarnya denda yang dibayar oleh pengguna barang/jasa atas keterlambatan
pembayaran sebesar bunga terhadap nilai tagihan yang terlambat dibayar,
berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada saat itu menurut ketetapan Bank
Indonesia, atau dapat memberikan kompensasi sesuai ketentuan dalam dokumen
kontrak;
d. Tata cara pembayaran denda dan atau kompensasi diatur dalam dokumen kontrak.

9. Pembayaran Kontrak dengan Perhitungan Penyesuaian Harga


a. Pembayaran kontrak dengan rumus penyesuaian harga dapat dilakukan apabila telah
tercantum di dalam dokumen kontrak;
b. Rumus penyesuaian harga diberlakukan terhadap kontrak jangka panjang (lebih dari
12 bulan).

10. Keadaan kahar (Force Majeur)


Apabila terjadi keadaan kahar maka penyedia barang/jasa memberitahukan dalam kurun
waktu 14 (empat belas) hari dari hari terjadinya keadaan kahar dengan menyertakan
pernyataan keadaan kahar dari instansi yang berwenang.

11. Penghentian dan Pemutusan Kontrak


a. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena pekerjaan sudah selesai;
b. Penghentian kontrak dilakukan karena tejadinya hal-hal diluar kekuasaan kedua
belah pihak, sehingga para pihak tidak dapat melaksanakan kewajiban yang
ditentukan di dalam kontrak antara lain:
- timbulnya perang;
- pemberontakan di wilayah Republik Indonesia;
- keributan, kekacauan dan huru-hara;
- bencana alam.
Dalam hal kontrak dihentikan, maka pengguna barang/jasa wajib membayar kepada
penyedia barang/jasa sesuai dengan prestasi atau kemajuan pelaksaan proyek yang
telah dicapai;
c. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana penyedia barang / jasa cidera janji, tidak
memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam kontrak.
Kepada penyedia barang / jasa dikenakan sanksi sesuai ketentuan dalam dokumen
kontrak.
d. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana para pihak terbukti melakukan kolusi,
kecurangan atau tindak korupsi baik dalam proses pengadaan maupun pelaksanaan
pekerjaan, dalam hal ini :
- Penyedia barang / jasa dapat dikenakan sanksi yaitu :jaminan pelaksanaan
dicairkan dan disetorkan ke kas negara/Daerah/ BUMN/ BUMD; Sisa uang
muka harus dilunasi oleh penyedia barang/jasa; Pengenaan daftar hitam untuk
jangka waktu tertentu.
- Penggunaan barang/jasa dikenakan sanksi berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
30 Tahun 1980 atau peraturan perundangan yang berlaku.

12. Keselamatan, Keamanan & Hubungan kerja.


a. Manajemen Resiko & Asuransi.
Manajemen resiko memainkan peranan penting di dalam pelaksanaan proyek konstruksi
yang memang kenyataannya penuh dengan berbagai resiko. Hal-hal yang berkaitan
dengan manajemen resiko merupakan permasalahan khusus dan amat luas cakupannya.
Praktek manajemen resiko meliputi beberapa langkah, salah satu diantaranya adalah
asuransi. Seperti diketahui , tidak semua resiko yang muncul dalam pelaksanaan
konstruksi dapat diasuransikan sehingga hanya beberapa produk asuransi saja yang
dikenal.

b. Keselamatan dan Keamanan Kerja.


Upaya menjaga keselamatan manusia, peralatan, serta keamanan bagi seluruh kekayaan
proyek sebetulnya merupakan bagian dari manajemen resiko dan pengamatan terhadap
lingkungan. Karena upaya-upaya memperhatikan keselamatan dan keamanan yang
diperlukan dilapangan termasuk dalam langkah-langkah untuk menghindarkan dan
mengurangi resiko. Kesemuanya diadministrasikan secara khusus di bawah manajemen
konstruksi. Termasuk di dalamnya adalah petunjuk untuk selalu memperhatikan
keselamatan dan keseimbangan keadaan dan masalah-masalah dilingkungan pada
umumnya. Secara khusus pengendalian keselamatan kerja harus ditangani melalui
bagian organisasi yang dipimpin oleh seorang eksekutif senior fungsinya adalah
memberikan penyeliaan dan menjamin terlaksananya semua kegiatan selaras dengan
langkah-langkah keselamatan dalam rangka melindungi kehidupan manusia. Proyek
harus memiliki peraturan keselamatan kerja secara khusus sebagai pedoman
pelaksanaan bagi aparatnya, para kontraktor, dan semua pekerja yang terlibat di
dalamnya.

c. Peduli Terhadap Lingkungan.


Pada dasarnya pengamatan lingkungan merupakan upaya menjaring dan memeriksa
sejumlah informasi lingkungan dalam rangka mendekati kecenderungan sekaligus
menetapkan langkah antisipasinya. Kepedulian terhadap lingkungan merupakan
tanggung jawab bersama seluruh unsur yang terlibat dan diwujudkan melalui penerapan,
perencanaan, rekayasa, pengadaan, konstruksi, operasi dan administrasi. Pedoman
kepedulian lingkungan biasanya disusun dalam bentuk matriks tanggung jawab dengan
sekaligus menetapkan kelompok perhatian yang menjadi tanggung jawab masing-
masing aparat. Dengan cara demikian tampak bahwa departemen konstruksi harus
memberikan perhatian pada bagian terbesar dari masalah-masalah lingkungan yang
muncul. Sehingga jelas kiranya bahwa langkah-langkah untuk memperhatikan masalah
lingkungan termasuk menjadi elemen tanggung jawab manajemen konstruksi.
d. Hukum dan Tata Tertib dilapangan.
Munculnya permasalahan dilapangan yang berawal dari ketentuan-ketentuan hukum dan
tata tertib sebenarnya mencakup spektrum yang sangat luas, kompleks, dan bahkan
cenderung rumit. Dalam berhadapan dengan permaslahan tersebut, merupakan
kepentingan pihak pemberi tugas untuk dapat mengundang tindakan secara mangkus
dari pihak pemerintah. Akan tetapi disadari bahwa sepertinya muncul keengganan pihak
pemerintah untuk menanggapinya, yang mungkin berakar pada kerumitan permasaahan
yang harus dihadapi. Tetapi bagaimanapun situasinya, mengambil inisiatif untuk upaya-
upaya pencegahan merupakan bagian dari tanggung jawab manajemen konstruksi.
Sedangkan manajemen proyek atau manajemen puncak harus bergerak untuk berupaya
mengundang turun tangannya pihak pemerintah secara mangkus.

13. Hubungan Kerja.


a. Hubungan Pemberi Tugas dengan Kontraktor.
Hubungan pihak pemberi tugas dengan kontraktor pembangun merupakan faktor
penting yang sangat berperan dalam mencapai keberhasilan proyek. Karena
kedudukannya sebagai pejabat atau penguasa, para eksekutif pemberi tugas cenderung
memandang sebelah mata kepada kontraktor. Sehingga sering tidak memperlakukan
mereka pada posisi berdiri sama tinggi duduk sama rendah. Keadaan tersebut sangatlah
tidak menguntungkan, tetapi demikianlah kenyataan sifat eksekutif proyek dari lembaga
pemerintah pada umumnya. Seringkali sikap seperti itu bahkan mengabaikan kewajaran
untuk menghargai latar belakang pendidikan, pengalaman, dan senioritas kontraktor.
Berpijak pada hubungan demikian, bagaimana mengharapkan agar mereka dapat
bekerja sama secara erat, bahu membahu sebagai satu tim kerja, sehingga menghasilkan
kinerja yang terbaik? Sebagai sesama bagian dari tim konstruksi, para eksekutif proyek
hendaknya disadarkan pentingnya pemahaman cara memperlakukan para kontraktor
atau pemasok material dengan berdasarkan pada sikap saling menghargai yang sesuai
pada tempatnya. Hampir semua kontraktor pembangun membawahi sunber daya besar
yang dimilikinya sebagai pelayanan yang diberikan kepada pemberi tugas, yang kelak
kemudian akan dibayar. Karyawan mungkin terdiri dari personil dengan kualifikasi gaji
lebih tinggi ketimbang eksekutif pemberi tugas yang ditugaskan di proyek yang sama.
Seringkali pendapatan yang mereka terima tidaklah seimbang bila dibandingkan dengan
investasi dan upaya yang harus ditanamkannya. Kadang-kadang kontraktor terpaksa
harus menerima kontrak meskipun mendatangkan rugi, hanya karena ikatan moral agar
karyawannya tidak mengganggur . Harus disadarkan pula bahwa pada kenyataannya
kehadiran kontraktor pembangun mengurangi beban pemberi tugas dalam banyak cara.
Pada akhir dari kesemuanya itu muncul sebuah pertanyaan, apakah benar bahwa mereka
harus selalu melangkah lebih rendah dengan suasana mencekam dan mengerikan?
Sementara pemberi tugas harus memperlakukan segenap kontraktornya sebaik mungkin,
pada arah sebaliknya para kontraktor harus menghadapi dengan penuh pengertian dan
pertimbangan yang mendalam demi untuk mencapai tujuan fungsional proyek. Kerja
sama seutuhnya dengan pemberi tugas dalam suatu tim kerja harus dipraktekkan oleh
setiap kontraktor, dan dia harus tidak menempatkan dirinya sebagai musuh dalam
hubungannya dengan pihak pemberi tugas . Disadari ataupun tidak, seringkali begitu
tugas pelaksanaan konstruksi fisik diserahkan kepada kontraktor pembangun, eksekutif
pihak pemberi tugas langsung bersikap mengambil jarak. Antara lain dengan bersikap
bahwa sejak saat itu harus berhati-hati terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan
pekerjaan kontraktor, penyebab setiap kegagalan selalu ada pada konraktor dan karena
pihak lain. Sikap yang tidak pada tempatnya tersebut merupakan bentuk kekeliruan
tanggung jawab yang mungkin jadi sumber penyebab terlambatnya proyek. Pemberi
tugas yang bersungguh - sungguh dan bertanggung jawab selalu menginginkan agar
proyeknya benar-benar dapat dilaksanakan oleh kontraktor tanpa terjadi suatu
hambatan. Untuk itu dengan sendirinya diperlukan kondisi kerja yang memungkinkan
bagi kontraktor untuk dapat bekerja dengan sebaik-baiknya. Kontraktor bahkan harus
dibantu untuk mendapatkan barang-barang serta fasilitas yan disediakan dari pemberi
tugas tepat pada saatnya dan dalam jumlah yan cukup. Penyediaan fasilitas kerja tanpa
dipungut biaya harus dipahami secara yang lebih ekonomis, praktis, dan tak terkendali.
Karena kontraktor tidak usah lagi harus memasukkan ke dalam penawarannya, dan pada
kenyataannya pembiayaan segala fasilitas dibutuhkan tidak perlu untuk dipersaingkan.
Fasilitas kerja yang disediakan oleh pemberi tugas termasuk jalan masuk kelapangan,
ruang atau lahan kerja, tenaga listrik, air, udara bertekanan, fasilitas, pengujian,
dokumen serta gambar-gambar perencanaan, dan lain sebagainya. Tim konstruksi harus
merencanakan ulang semua fasilitas yang akan disediakan tersebut sedemikian sehingga
tidak mengakibatkan sebagai hambatan bagi kontraktor.

b. Hubungan Industrial.
Hubungan industrial adalah hubungan dalam industri antara pihak-pihak yang terlibat
dalam proses produksi. Dalam produksi, karyawan harus dianggap sebagai mitra dari
pengusaha dan manajemen, sebab tanpa karyawan proses produksi tidak mungkin dapat
berlangsung. Maka demi tercapainya keberhasilan proyek, upaya-upaya menciptakan
hubungan industrial yang harmonis dilapangan merupakan hal yang sangat penting.
Hubungan industrial yang buruk dengan sendirinya akan mengakibatkan terhambatnya
penyelesaian proyek. Pemeliharaan suasana hubungan industrial merupakan fungsi dari
manajemen konstruksi, meskipun keterlibatan departemen lain dari pihak pemberi
tugas, lembaga-lembaga terkait, bahkan kalangan pemerintahan setempat, sangat
penting dalam hal ini. Keterlibatan mereka pada pokoknya meliputi upaya tiga hal
penting sebagai berikut ini :
- menjamin tidak ada lembaga yang berlaku tidak jujur dalam praktek
praktek ketenagakerjaan,
- menghimbau kepada pihak politisi agar tidak menggunakan proyek untuk tujuan
kepentingan politiknya dengan cara melecut melalui agitasi dan upaya-upaya untuk
menghentikan pekerjaan atau mogok kerja,
- membentuk forum komunikasi para pekerja untuk mengupayakan dialog langsung
dengan pihak majikan dalam rangka upaya membahas keluhan-keluhan.
Penyelesaiannya dapat dilakukan melalu komisi kerja antar fraksi, mewakili para
pekerja dan manajemen, yang menjalankan fungsinya dalam suasana saling
percaya. Manajemen harus memperhatikan para karyawan harus menjalankan
tujuan bisnis dari majikan.

B. PERSIAPAN PELAKSANAAN
1. Rencana Kerja dan Mobilisasi.
Pemberi tugas juga harus mempersiapkan rencana manajemen konstruksi secara lengkap
tanpa memperhatikan porsi yang menjadi tanggung jawab kontraktor. Tetapi kemudian
rencana kontraktor harus dikoordinasikan dan disesuaikan dengan rencana pemberi
tugas dalam rangka penerapan yang terintegrasi. Seperti yang telah dikemukakan, tahap
perencanaan konstruksi merupakan bagian terbesar dari keseluruhan rencana induk
pelaksanaan suatu proyek. Keseluruhan kegiatan di daftar sehubungan dengan
penyusunan rincian struktur pekerjaan dilengkapi dengan volume nyata, kemudian
disusun jadwal pelaksanaannya dalam rentang waktu yang dialokasikan menurut jadwal
induk. Penerapan langkah tersebut baik untuk cara bagan balok maupun metode
lintasan kritis, menggunakan tahapan penanggalan ( kalender ). Pada jadwal juga
menunjukkan penanggung jawab kegiatan dari setiap pekerjaan sehingga matriks
distribusi tanggung jawab kegiatan dapat disusun pula berdasarkan jadwal tersebut.
Tingkat cakupan mobilisasi yang harus dilakukan oleh pemberi tugas dilapangan sangat
tergantung pada lingkup yang sudah diselenggarakan kontraktor. Sebagai contoh, jika
kontraktor merencanakan membawa buldozer miliknya sendiri maka pemberi tugas
tidak perlu memobilisasi banyak buldoser untuk pekerjaan. Hal yang harus diingat,
sementara memobilisasi miliknya harus yakin pula bahwa kontraktor akan menepati
waktu dan mencukupi kebutuhan dalam mobilisasi. Disarankan agar tim proyek
menyiapkan daftar pemeriksaan untuk seluruh mobilisasi yang dibutuhkan,berupa
bagian matriks untuk menggambarkan distribusi tanggung jawab antara pemberi tugas,
kontraktor, dan penyewaan peralatan. Mungkin saja daftar akan memuat banyak sekali
kegiatan mobilisasi tergantung pada besarnya proyek. Tim proyek menyusun konsep
dengan terlebih dahulu menyiapkan kebutuhan masing-masing departemen fungsional
untuk kemudian dikonsolidasikan bersama. Daftar hasil konsolidasi kemudian
dibagikan kepada masing-masing departemen untuk digunakan sebagai pengaman
dalam melaksanakan kegiatan sesuai lingkup tugasnya. Demikian pula bagian yang
menjadi tanggung jawab kontraktor diserahkan kepada yang bersangkutan. Sebagai
bentuk pilihan lain, tim proyek dapat menyarankan kepada kontraktor menyiapkan
daftar rencana mobilisi untuk dibandingkan dengan kepunyaannya sekaligus
disesuaikan, diperiksa kelengkapan dan jadwalnya. Untuk keberhasilan suatu
konstruksi, perlu perencanaan mobilisasi dan fasilitas lapangan yang lengkap sesuai
dengan kebutuhan dan tepat waktu.

2. Fasilitas Sementara dan Persiapan Lapangan.


Kegiatan pokok yang pertama kali dikerjakan sesuai jadwal adalah pekerjaan
persiapan, berupa pembersihan dan perataan lapangan, drainasi, jalan kerja, instalasi air
kerja, dan pengerahan tenaga untuk menyiapkan semua fasilitas yang diperlukan untuk
masuk ke lapangan memulai pekerjaan. Mungkin termasuk jaga membuat bangunan
bersifat sementara seperti dinding penahan atau pagar, yang kelak setelah diyakini letak
tata bangunan tidak berubah lagi akan diganti dengan dinding pagar permanen.

3. Lahan Penimbunan dan Kantor Lapangan.


Tergantung pada besar kecilnya proyek, pemberi tugas biasanya perlu kantor
lapangan dan lahan penimbunan barang-barang dan material secukupnya. Kesemuanya
itu harus direncanakan, dikonstruksi, dan dilengkapi dengan peralatan. Persiapan
seluruhnya hendaknya dapat dilakukan tepat pada waktunya sehingga tidak mengganggu
kesangkilan pekerjaan konstruksi secara keseluruhan.

4. Barak dan Pemukiman Pekerja.


Pada saat dimulainya konstruksi fisik yang mana sudah mulai melibatkan
sejumlah pekerja untuk pekerjaan persiapan, pemberi tugas sudah memikirkan
kebutuhan pembangunan beberapa barak. Sekaligus sebagai persiapan di dalam
memenuhi kebutuhan pemukiman selanjutnya. Lahan tanah yang akan dikembangkan
disiapkan dengan memberi pagar secukupnya, titik sambungan sumber daya listrik, air,
dan hubungan jalan sementara. Hal tersebut akan mempermudah pelaksanaan tanggung
jawab kontraktor dalam membangun dan menyediakan pemukiman bagi pekerjanya.
Bahkan demi kecepatan dan kesangkilan, pemberi tugas mungkin dapat mendahului
membangun akomodasi didasarkan pada estimasi jumlah kebutuhan tenaga kerja
sebelum kontraktor ditetapkan . Kemudian dengan disertai penyesuaian aspek finansial,
tanggung jawab fasilitas akomodasi tersebut diserahkan kepada kontraktor. Cara-cara
demikian akan sangat bermanfaat, lebih-lebih pada situasi dimana penetapan kontrak
diperkirakan akan terlambat.

5. Akomodasi dan Perumahan bagi Staf.


Akomodasi dan perumahan bagi staf dari pihak pemberi tugas direncanakan
sekaligus baik untuk memenuhi tahap pelaksanaan konstruksi dalam arti kebutuhan
sementara maupun tahap produksi di kemudian hari yang lebih bersifat permanen.
Setiap proyek selalu diawali dengan kebutuhan yang hanya sedikit dibidang perumahan
stafnya. Sehingga jumlah perumahan yang dibangun hanyalah secukupnya saja
bersamaan dengan pekerjaan persiapan. Kebutuhan keseluruhan konstruksi akomodasi
selengkapnya biasanya merupakan tahapan tersendiri yang dijadwalkan dan dikerjakan
sebagai kegiatan khusus.

6. Tansportasi.
Dalam mengelola proyek konstruksi baik pemberi tugas maupun kontraktor harus
memberikan perhatian secukupnya pada fasilitas transportasi bagi staf daan segenap
karyawannya. Seringkali letak kawasan proyek sulit dicapai karena tidak terjangkau
oleh sistem transportasi umum. Kondisi demikian akan menyulitkan bagi para staf dan
karyawan , dan tentunya juga masyarakat disekitar proyek. Sehingga kadang-kadang
diharapkan juga perhatian dan patisipasi dari pihak pemerintahan setempat berkaitan
dengan masalah transportasi ini . Apalagi jika kehadiran proyek akan meningkatkan
penerimaan pendapatan dan menjadi aset penting bagi daerah. Pihak pemerintahan
setempat diharapkan dapat membantu dalam penyediaan fasilitas transportasi dan
prasarana umum lainnya secukupnya sehingga kesejahteraan umum disekitar proyek
meningkat. Akan tetapi agar terhindar dari pemborosan yang tidak perlu, kesemua
upaya tersebut tetap harus didasarkan pada efisiensi konstruksi sebagai tujuan
utamanya. Pengaturan transportasi termasuk antara lain (1) mengelola kelompok
transportasi di bawah koordinasi penanggung jawab yang operasinya didasarkan pada
pedoman tertentu ; (2) pengaturan kendaraan sewa, dengan menetapkan daftar eksekutif
yang berhak menyewa : (3) pengaturan penggunaan kendaraan pribadi dari staf, yang
biasanya diberikan penggantian biaya operasi atau bahan bakar ; dan(4)pengaturan tata
cara pemeliharaan dan servis kendaraan.

7. Komunikasi.
Pengelolaan komunikasi di lapangan termasuk juga sebagai bagian tugas dari
manajemen konstruksi, yang antara lain terdiri dari : (1) komunikasi antar personil atau
bagian fungsional organisasi; (2) antara anggota tim proyek dengan berbagai agen
perusahaan, pemasok, penyewaan dan sebagainya; (3) antara kantor pusat dan
lapangan;(4) antara proyek dengan lembaga pemerintah atau masyarakat umum
setempat; dan sebagainya. Penyelenggaraan komunikasi yang lancar sudah tentu akan
menghasilkan kesangkilan yang bermanfaat bagi konstruksi.

8. Kantin.
Selama pelaksanan konstruksi, termasuk menjadi tanggung jawab dari manajemen
konstruksi adalah memikirkan penyediaan beberapa kantin dalam jarak jangkauan
tertentu dari tempat pekerjaan. Harap diperhatikan bahwa dalam peraturan
ketenagakerjaan terdapat ketentuan yang mensyaratkan keharusan untuk menyediakan
kantin dan beberapa fasilitas kesejahteraan lainnya dilapangan.

C. JASA PEMBORONGAN

1. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK)


Selambat – lambatnya 14 (empat belas) hari sejak tanggal penanda tanganan kontrak,
pengguna barang/jasa sudah harus menerbitkan Surat Peritah Mulai Kerja (SPMK)
yang sebelumnya didahului dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima
Lapangan besama – sama dengan penyedia barang/jasa.

2. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak.


a. Sebelum pelaksanaan kontrak, pengguna barang/jasa bersama – sama dengan
penyedia barang/jasa, unsur perencanaan, dan unsur pengawasan, terlebih dahulu
menyusun rencana pelaksanaan kontrak;
b. Pengguna barang/jasa harus menyelenggarakan rapat persiapan pelaksanaan
kontrak selambat – lambatnya 7 (tujuh) hari sejak tanggal diterbitkan SPMK;
c. Beberapa hal yang dibahas dan disepakati dalam rapat persiapan pelaksanaan
kontrak adalah;
- organisasi kerja;
- tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan;
- jadwal pelaksanaan pekerjaan;
- jadwal pengadaan bahan, mobilisasi peralatan dan personil;
- penyusunan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan lapangan;
- pendekatan kepada masyarakat dan pemerintah daerah setempat mengenai
rencana kerja;
- penyusunan program mutu proyek.

3. Laporan Hasil Pekerjaan


a. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan, seluruh
aktivatas kegiatan pekerjaan di lapangan dicatat didalam buku harian sebagai
laporan harian pekerjaan berupa rencana dan realisasi pekerjaan harian.
b. Laporan harian berisi :
- kuantitas dan macam bahan yang berada di lapangan ;
- Penempatan tenaga kerja untuk tiap macam tugasnya;
- jumlah, jenis dan kondisi peralatan;
- kuantitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan;
- keadaan cuaca yang termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam
lainnya yang berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan;
- catatan – catatan lain yang berkenan dengan pelaksanaan.
c. Laporan harian dibuat oleh penyedia barang/jasa, bilamana perlu diperiksa oleh
konsultan, dan disetujui oleh pengguna barang/jasa.
d. Laporan mingguan dibuat setiap minggu yang terdiri dari rangkuman laporan
harian dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu minggu, serta
hal – hal penting yang perlu ditonjolkan;
e. Laporan bulanan dibuat setiap bulan yang terdiri dari rangkuman laporan
mingguan dan berisi hasil kemajuan fisik pekerjaan dalam periode satu bulan,
serta hal – hal penting yang perlu ditonjolkan;
f. Uutuk merekam kegiatan pelaksanaan proyek, pengguna barang / jasa membuat
foto – foto dokumentasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
4. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan
a. Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh pengguna barang/jasa atas
pertimbangan yang layak dan wajar.
b. Yang dimaksud hal – hal yang layak dan wajar untuk perpanjangan waktu
pelaksanaan adalah sebagai berikut:
- pekerjaan tambah;
- perubahan desain;
- bencana alam;
- keterlambatan yang disebabkan oleh pihak pengguna barang jasa;
- masalah yang timbul diluar kewenangan penyedia barang / jasa;
- Keadaan kahar (force majeur).
c. Pengguna barang / jasa dapat menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan atas
kontrak setelah melakukan penelitian dan evaluasi terhadap usulan tertulis yang
diajukan penyedia barang / jasa;
d. Persetujuan perpanjngan waktu pelaksanaan dituangkan di dalam adendum
kontrak.

5. Kerjasama antar penyedia barang/jasa dan sub kontraktor


a. Penyedia barang / jasa yang mempunyai harga kontrak diatas Rp.
25.000.000.000,00 (dua puluh lima milyar rupiah) wajib bekerja sama dengan
penyedia barang / jasa golongan usaha kecil / koperasi kecil di daerah
kabupaten/kota setempat, yaitu dengan mensubkontrakan sebagian pekerjaan yang
bukan pekerjaan utama;
b. Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan tersebut harus diatur dalam kontrak dan
disetujui terlebih dahulu oleh pengguna barang/jasa;
c. Penyedia barang/jasa tetap bertanggung jawab atas bagian pekerjaan yang
disubkontrakkan tersebut;
d. Ketentuan – ketentuan dalam sub kontrak harus mengacu kepada kontrak serta
menganut prinsip kesetaraan.

6. Serah Terima Pekerjaan


a. Setelah pekerjaan selesai 100% (seratus per seratus), penyedia barang/jasa
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pengguna barang/jasa untuk
penyerahan pekerjaan;
b. Pengguna barang/jasa melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan yang telah
diselesaikan oleh penyedia barang/jasa. Bilamana terdapat kekurangan –
kekurangan dan atau cacat hasil pekerjaan, penyedian barang/jasa wajib
memperbaiki/menyelesaikannya;
c. Pengguna barang/jasa menerima penyerahan pekerjaan setelah seluruh hasil
pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kontrak;
d. Pembayaran dilakukan sebesar 95% (sembilan puluh lima persen) dari nilai
kontrak, sedangkan yang 5% (lima persen) merupakan retensi selama masa
pemeliharaan atau pembayaran dilakukan sebesar 100% (seratus perseratus) dari
nilai kontrak dan penyedia barang / jasa harus menyerahkan jaminan bank sebesar
5% (lima per seratus) dari nilai kontrak yang ditertibkan oleh Bank umum atau
oleh perusahaan asuransi yang mempunyai program asuransi kerugian (surety
bond) dan direasuransikan kepada perusahaan asuransi di luar negeri dan bonafid;
e. Penyedia barang/jasa wajib memelihara hasil pekerjaan selama masa
pemeliharaan sehingga kondisi tetap seperti pada saat penyerahan pertama
pekerjaan;
f. Setelah masa pemeliharaan berakhir, penyedia barang/jasa mengajukan
permintaan secara tertulis kepada pengguna barang/jasa untuk penyerahan akhir
pekerjaan;
g. Pengguna barang/jasa menerima penyerahan akhir pekerjaan setelah penyedia
barang/jasa melaksanakan semua kewajibannya selama masa pemeliharaan
dengan baik dan wajib melakukan pembayaran sisa nilai kontrak yang belum di
bayar;
h. Apabila penyedia barang/jasa tidak melaksanakan kewajiban pemeliharaan
sebagaimana mestinya maka pengguna barang/jasa menggunakan uang jaminan
pemeliharaan untuk membiayai perbaikan/pemeliharaan.

D. JASA KONSULTASI

1. Persiapan Pelaksanaan Kontrak


Pengguna jasa besama penyedia jasa melakukan persiapan pelaksaan kontrak mencakup
penyusunan organisasi, mobilisasi, rencana pengadaan peralatan, bahan,waktu, dan tata
cara pelaksanaan pekerjaan serta pelaporan kemajuan pekerjaan.

2. Pemeriksaan Personil dan Peralatan


a. Pemeriksaan (inspeksi) peralatan dan tenaga kerja harus dilaksanakan setelah
personil atau peralatan tiba di lokasi pekerjaan dan dibuatkan berita acara hasil
inspeksi/pemeriksaan yang ditandatangani oleh pengguna barang/jasa dan penyedia
jasa;
b. Bila hasil inspeksi/pemeriksaan personil dan peralatan ternyata belum memenuhi
persyaratan namun tidak mengganggu kelancaran operasi, maka penyedia jasa
dapat melanjutkan pekerjaan dengan catatan personil dan peralatan yang belum
memenuhi syarat harus segera diganti sesuai dengan waktu yang disepakati
bersama;
c. Pada waktu penyedia jasa mulai melaksanakan tugasnya pengguna barang/jasa
harus melakukan pengecekan apakah personil yang dimobilisasi sesuai dengan
kontrak.

3. Perubahan Personil dan Peralatan yang diajukan oleh penyedia jasa


a. Penyedia jasa tidak dibenarkan, melakukan penggantin personil dan atau peralatan
tanpa persetujuan pengguna barang/jasa;
b. Apabila personil dan atau peralatan dari penyedia jasa tersebut akan diganti maka
penyedia jasa harus mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada pengguna
barang/jasa sebelum melaksanakan penggantian personil dan atau peralatan
tersebut;
c. untuk mengajukan permohonan penggantian personil, penyedia jasa di wajibkan
melampirkan riwayat hidup/pengalaman kerja personil yang diusulkan dan disertai
alasan penggantian personil yang tidak dapat melaksanakan tugas sebagaimana
tertuang dalam kontrak.

4. Penggantian Personil Penyedia Jasa yang Dimintakan Pengguna Jasa


a. Apabila pengguna barang/jasa menilai bahwa personil dari penyedia arang/jasa
tersebut tidak mampu atau tidak dapat melakukan pekerjaan dengan baik atau
berkelakuan tidak baik, pengguna jasa harus segera memerintahkan kepada
penyedia jasa untuk mengganti personil dengan kualifikasi yang sama;
b. Dalam waktu tidak lebih dari 15 (lima belas) hari penyedia jasa mengganti personil
dengan keahlian yang setara atau lebih baik tanpa penambahan biaya;
c. Apabila waktu 15 (lima belas) hari terlampaui, maka penyedia jasa harus
melaporkan kepada pengguna barang/jasa.

5. Pembayaran Uang Muka


Uang muka diberikan untuk membiayai mobilisasi peralatan dan personil dan
pengeluaran bulan pertama. Besaran uang muka maksimum 20% (dua puluh per seratus)
dari nilai kontrak untuk penyedia jasa golongan usaha kecil, uang muka maksimum
sebesar 30% (tiga puluh per seratus) dari nilai kontrak. Uang muka diberikan setelah
penyedia jasa yang bersangkutan menyerahkan jaminan uang muka senilai uang muka
yang diminta.

6. Penyelesaian Pekerjaan
Pekerjaan dinyatakan selesai apabila penyedia jasa telah menyerahkan laporan akhir
pekerjaan dan diterima oleh pengguna barang/jasa.

E. PENYESUAIAN HARGA (Eskalasi)

1. Persyaratan penggunaan rumusan penyesuaian harga.


a. Penyesuaian harga diberlakukan bagi kontrak yang masa pelaksa-
naannya lebih dari 12 (dua belas ) bulan.
b. Penyesuaian harga satuan berlaku bagi seluruh kegiatan kecuali komponen
keuntungan dan biaya overhead.
c. Penyesuaian harga satuan diberlakukan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang
tercantum dalam kontrak. Bagian kontrak atau pekerjaan yang terlambat
dilaksanakan karena kesalahan rekanan, penyesuaian harga satuan dan nilai kontrak
menggunakan indeks harga sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan
pada kontrak awal.
d. Penyesuaian harga satuan bagi pekerjaan yang berasal dari luar negeri dan dibayar
dengan valuta asing menggunakan indeks penyesuaian harga dari negara dimana
barang tersebut berasal.
e. Penyesuaian harga satuan tidak diberlakukan pada bagian kontrak atau pekerjaan
senilai uang muka, sepanjang uang muka diterima rekanan kurang dari tiga puluh
bulan setelah pemasukan penawaran.
2. Rumusan penyesuaian harga satuan.
Hn = Ho ( a+b. Bn/Bo + c. Cn/Co + d. Dn/Do + ……)
Hn = Harga satuan barang/jasa pada saat pekerjaan dilaksanakan
Ho = Harga satuan barang/jasa pada saat penyusunan harga penawaran (28 hari
sebelum pemasukan penawaran)
a = Koefisien tetap yang terdiri keuntungan dan overhead.
Besaran koefisien tetap (a) adalah 0,15.
b,c,d = Koefisien komponen kontrak seperti tenaga kerja, bahan, alat kerja dsb.
Penjumlahan a+b+c+d+…dst. Adalah 1,00.
Bn,Cn,Dn = Indeks harga komponen pada saat pekerjaan dilaksanakan
Bo,Co,Do = Indeks harga komponen pada saat penyusunan harga penawaran (28 hari
sebelum pemasukan penawaran).
Catatan : 1. Indeks harga yang digunakan bersumber dari penerbitan Badan Pusat
Statistik (BPS). Jika indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan BPS,
maka digunakan indeks harga yang disiapkan oleh departemen teknis
atau indeks asosiasi yang disetujui departemen teknis terkait.
2. Penetapan koefisien komponen kontrak pekerjaan dilakukan oleh
Kantor Menteri Negara Pekerjaan Umum/departemen teknis yang
bersangkutan.

3. Rumusan penyesuaian nilai kontrak:


Pn = (Hn1 x V1) + (Hn2 x V2) + (Hn3 x V3) +………dst
Pn = Nilai kontak setelah dilakukan penyesuaian harga satuan barang/jasa
Hni = Harga satuan baru setelah penyesuaian harga menggunakan rumusan
penyesuaian satuan harga
Vi = Volume pekerjaan yang dilaksanakan.

D. LATIHAN SOAL

1. Sebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh Pelaksana Konstruksi maupun oleh
Pengawas Konstruksi pada tahap persiapan pelaksanaan pekerjaan.
2. Syarat-syarat apa sajakah yang dapat dilakukan untuk penyesuaian harga (eskalasi).
3. Bagaimanakah menerapkan prosedur pengalokasian pelaksanaaan pekerjaan.
4. Hal – hal apa sajakah yang bisa untuk mengajukan permohonan perpanjangan waktu
pelaksanaan pekerjaan
5. Bagaimana prosedur serah terima pekerjaan 100%

Anda mungkin juga menyukai