Anda di halaman 1dari 1

LARUT

Dalam samar redup yang fana..

Mereka berjalan dalam tidurnya.... berderap!, tegap!, tapi... terlelap......

Hanya satu – dua pasang mata yang mampu terbuka

Dan hampir tak ada suara yang berani mereka bunyikan....

Ketika bertanya menjadi “kenistaan”....

Ketika meragu menjadi “penghianatan”

Tubuh-tubuh itu....

bagaikan tongak-tongak bambu berarak...

Tegak.... Kaku...... Kering dan Rapuh.....

Menyusur sungai yang berliku...

Mendaki gunung yang terjal....

dan Lembah yang curam....

Batang-batang bambu itu..... patah... retak.... dan berserak......

Ketika nurani tak lagi didengar

Ketika logika tak lagi diperlukan..

Dan Cinta tak lagi dirasa......

Dalam deras nya arus yang menyambar......

Menggulung semua yang dilewati!

Mehempas semua cita dan cipta yang mungkin bisa terukir!

Membelenggu tubuh-tubuh terlelap dan terhanyut.......

Tak ada waktu untuk merenung...

Taka ada jawab mengapa harus terlarut

Ketika bertanya menjadi “kenistaan”

Ketika meragu menjadi “penghianatan”

(Nila, Balikpapan, 3 January 2018, menyesali saat suara nurani; jawaban logika; dan rasa cinta harus
terbelenggu)

Anda mungkin juga menyukai