Anda di halaman 1dari 87

ANALISIS PERILAKU EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF

DALAM PERENCANAAN KESEHATAN


DI KOTA LANGSA

TESIS

Oleh :
BAMBANG IRAWAN
067012003/AKK

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008

1
Bambang Irawan : Analisis Perilaku Eksekutif Dan Legislatif Dalam Perencanaan Kesehatan Di Kota Langsa, 2008
USU Repository © 2008
2

ABSTRAK

Perencanaan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan


kesehatan. Langkah-langkah perencanaan kesehatan meliputi analisis situasi,
perumusan masalah, penetapan prioritas masalah, penetapan tujuan, penyusunan
rencana operasional dan evaluasi. salah satu komponen yang terlibat dalam proses
perencanan kesehatan adalah komponen sumber daya manusia yaitu unsur legislatif
dan eksekutif. Penentuan arah kebijakan dan pelaksanaan perencanaan kesehatan
tidak terlepas dari peran dan perilaku eksekutif dan legislatif.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk menganalisis perilaku
eksekutif dan legislatif dalam proses perencanaan kesehatan di Kota Langsa.
Informan dalam penelitian ini adalah seluruh eksekutif dan legislatif yang terlibat
dalam perencanaan kesehatan sebanyak 15 orang. Pengumpulan data meliputi data
primer yang diperoleh melalui wawancara mendalam berpedoman pada kuesioner
dan data sekunder. Data dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis isi (contents
analisys).
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan informan tentang perencanaan
kesehatan masih rendah dilihat dari pengetahuan langkah-langkah perencanaan,
penanggung jawab perencanaan, dan peran masing-masing dalam perencanaan
kesehatan. Berdasarkan sikap menunjukkan secara umum sikap informn juga masih
kurang dilihat dari indikator keterlibatan eksekutif dan legislatif serta kebutuhan data
dalam perencanaan kesehatan. Berdasarkan persepsi menunjukkan persepsi informan
juga masih kurang dilihat dari persepsi terhadap wewenang, usulan anggaran dan
persepsi pengambilan keputusan, dan berdasarkan kepentingan menunjukkan secara
keseluruhan kepentingan informan hanya untuk kebutuhan masyarakat dalam
mengupayakan pembangunan di kota Langsa.
  Disarankan agar meningkatkan pemahaman anggota atau panitia anggaran,
petugas puskesmas, dinas kesehatan tentang perencanaan kesehatan, meningkatkan
akuntabilitas DPRD, meningkatkan koordinasi, sosialisasi, pembinaan, advokasi dan
mengakomodir masalah perencanaan di tingkat puskesmas dan dinas kesehatan,d an
menyediakan data terkini melalui peningkatan upaya pencatatan dan pelaporan.

Kata Kunci: Perilaku Eksekutif dan Legislatif, Perencanaan Kesehatan


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat Rahmat dan KaruniaNya

penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul ”Analisis Perilaku Eksekutif

dan Legislatif dalam Perencanan Kesehatan di Kota Langsa”. Dalam menyusun

tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan

penghargaan kepada Ibu Dr.Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku ketua komisi

pembimbing, dan Bapak dr. Jules H.Hutagalung, MPH sebagai anggota komisi

pembimbing yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dan pikiran serta

dengan penuh kesabaran membimbing penulis dalam penyusunan tesis ini.

Kepada Bapak Prof.dr.Chairuddin P.Lubis,DTM&H,DSAK selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara dan Ibu Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc. selaku

Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah menyediakan

fasilitas perkuliahan.

Kepada Bapak Zulkifli Zaionen selaku walikota Langsa, bapak Ir. Zulkarnean,

MS selaku kepala Bappeda Kota Langsa, bapak Aidil Fan, SE selaku ketua Komisi A

DPRD Kota Langsa, dan Ibu dr. Hj. Dahniar, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan

Kota Langsa yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, dukungan dan

bimbingan selama melakukan penelitian.

Terima kasih penulis ucapkan yang tak terhingga kepada isteri dan anak tercinta

yang telah memberikan motivasi untuk kuliah magister, dan dukungan doa dan dana
4

dalam menyelesaikan perkulaihan dan terima kasih juga kepada keluarga yang telah

memberikan dorongan bagi penulis untuk meniti karir dan motivasi untuk kuliah

magister.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan demi kesempurnaan tesis ini.

Medan, September 2008

Penulis
5

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Bambang Irawan yang dilahirkan di desa alue Dua


Kabupaten Aceh Timur pada tanggal 01 Maret 1973, anak kelima dari enam
bersaudara, beragama islam dan bertempat tinggal di alue Dua Rantau Panjang
Peurelak, Aceh Timur, dan sudah berkeluarga sejak tahun 2002 dan dikaruniai dua
orang anak.
Penulis menamatkan Madrasah Ibtidayah Negeri pada tahun 1985 di MIN
Rantau Panjang Peureulak, Aceh Timur Provinsi NAD, tahun 1998 menamatkan
pendidikan tingkat menengah pertama di rantau panjang Peureulak, Aceh imur
Provinsi NAD, dan kemudian pada tahun 1991 menamatkan Sekolah Perawat
Kesehatan di Langsa, Provinsi NAD, dan kemudian pada tahun 2002 peneliti
menamatkan kuliah jenjang sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Banda Aceh.
Penulis memulai karir tahun 1994 sebagai Pegawai Negeri Sipil di Puskesmas
rantau Panang Peureulak, kemudian tahun 2002 swebagai staf di Puskesmas Langsa
barat dan tahun 2004 menjadi staf Bina Program Dinas Kesehatan Kota Langsa
Sampai Sekarang.
6

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT.......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ x

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Permasalahan ..................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................ 10
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 11


2.1 Perencanaan Kesehatan ........................................................................ 11
2.2 Perilaku Legislatif dan Eksekutif dalam Perencanaan Kesehatan ........ 15
2.3 Teori Pengambilan Keputusan ............................................................. 19
2.4 Landasan Teori ..................................................................................... 22
2.5 Fokus Penelitian.................................................................................... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN....................................................................... 25


3.1. Jenis Penelitian .................................................................................... 25
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 25
3.3. Populasi dan Sampel ........................................................................... 25
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 26
3.5. Variabel dan Definisi Operasional ...................................................... 27
3.6. Metode Analisis Data .......................................................................... 28

BAB 4 HASILPENELITIAN ............................................................................. 29


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 29
4.2. Karakteristik Informan ...................................................................... 30
4.3. Pengetahuan Informan tentang Perencanaan Kesehatan ................... 31
4.4. Sikap Informan tentang Perencanaan Kesehatan .............................. 47
4.5. Persepsi Informan tentang Perencanaan Kesehatan .......................... 52
4.6. Kepentingan Informan dalam Perencanaan Kesehatan ..................... 59
7

BAB 5 PEMBAHASAN ...................................................................................... 69

5.1. Pengetahuan Eksekutif dan Legislatif Informan tentang


Perencanaan Kesehatan ..................................................................... 69
5.2. Sikap Eksekutif dan Legislatif dalam Perencanaan Kesehatan ......... 74
5.3. Persepsi Eksekutif dan Legislatif tentang Perencanaan Kesehatan .. 76
5.4. Kepentingan Eksekutif dan Legislatif dalam Perencanaan
Kesehatan .......................................................................................... 79

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 82


6.1. Kesimpulan ....................................................................................... 82
6.2. Saran................................................................................................... 84

DAFTAR PUSTAKA
8

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Perbedaan Usulan Anggaran Kesehatan dengan Persetujuan Anggaran


yang disetujui Legislatif di Kota Langsa Tahun 2007................................. 7
3.1. Jenis dan Jumlah Sampel Penelitian............................................................ 26
4.1. Distribusi Karakteristik Informan pada Kelompok Eksekutif dan
Legislatif...................................................................................................... 31
4.2. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Langkah-langkah
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 32
4.3. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Jenis dan Sumber Data
dalam Perencanaan Kesehatan .................................................................... 34
4.4. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Pentingnya Perencanaan
Kesehatan..................................................................................................... 36
4.5. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Penanggung Jawab
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 38
4.6. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Peran Puskesmas dalam
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 40
4.7. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Peran Dinas Kesehatan
dalam Perencanaan Kesehatan..................................................................... 41
4.8. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Peran Badan
Perencanaan Daerah (Bappeda) dalam Perencanaan Kesehatan ................. 43
4.9. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Peran DPRD dalam
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 45
4.10. Matrik Jawaban Pandangan Informan tentang Keterlibatan Eksekutif
dalam Perencanaan Kesehatan..................................................................... 47
4.11. Matrik Jawaban Pandangan Informan tentang Keterlibatan Legislatif
dalam Perencanaan Kesehatan..................................................................... 49
4.12. Matrik Jawaban Pandangan Informan tentang Pelaksanaan Kegiatan
dalam Perencanaan Kesehatan..................................................................... 50
4.13. Matrik Jawaban Pandangan Informan tentang Dukungan dan Kebutuhan
dalam Perencanaan Kesehatan..................................................................... 51
4.14. Matrik Jawaban Informan tentang Persepsi Wewenang Legislatif dan
Eksekutif dalam Perencanaan Kesehatan .................................................... 52
4.15. Matrik Jawaban Informan tentang Persepsi Usulan Anggaran dalam
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 54
9

4.16. Matrik Jawaban Informan tentang Persepsi Mekanisme Intervensi dalam


Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 56
4.17. Matrik Jawaban Informan tentang Persepsi Pengambilan Keputusan
dalam Perencanaan Kesehatan..................................................................... 57
4.18. Matrik Jawaban Informan tentang Kepentingan Puskesmas dalam
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 59
4.19. Matrik Jawaban Informan tentang Kepentingan Dinas Kesehatan dalam
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 61
4.20. Matrik Jawaban Informan tentang Kepentingan Bappeda dalam
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 62
4.21. Matrik Jawaban Informan tentang Kepentingan Bappeda dalam
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 63
4.22. Matrik Jawaban Informan tentang Keterlibatan Stakeholder dalam
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 65
4.23. Matrik Jawaban Informan tentang Keterlibatan Masyarakat dalam
Perencanaan Kesehatan ............................................................................... 67
10

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Landasan Teori Perilaku Eksekutif dan Legislatif Dalam Perencanaan


Kesehatan………………………………………………………………. 24
2.2 Fokus Penelitian………………………………………………………… 25
11

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara Mendalam ( Indep Interview)…………………….. 88


2. Surat Keterangan Izin Penelitian SPs USU………………………………. 90
3. Surat Keterangan Izin Penelitian dari Pemerintahan Kota Langsa………. 91
4. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian………………………… 92
12

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem kesehatan daerah mengamanahkan bahwa pembangunan kesehatan

akan berlangsung jika didukung oleh perencanaan yang baik. Perencanaan kesehatan

erat kaitannya dengan pembiayaan dan analisis situasi kesehatan. Implementasi

Undang-undang No 19 tahun 1999 tentang pemerintah daerah secara kongkrit

berdampak terhadap kewenangan pemerintah daerah termasuk dalam perencanaan

pembangunan kesehatan. Berdasarkan hasil survai Saefullah (2005) tentang dimensi

kebijakan kesehatan menunjukkan bahwa implementasi Undang-undang otonomi

daerah berimplikasi terhadap upaya pembangunan kesehatan dalam memelihara dan

meningkatkan status kesehatan masyarakat.

Menurut Bakri (2001), bahwa keberadaan UU No 32 tahun 2004 memberikan

otonomi seluas-luasnya kepada daerah termasuk dalam bidang kesehatan, yang

dikenal dengan desentralisasi kesehatan. Desentralisasi merupakan suatu proses

politik dan administratif yang dapat memberikan berbagai keuntungan dengan cara

menstimulasi peningkatan efisiensi dan efektivitas pelayanan kesehatan kepada

masyarakat melalui perencanaan kesehatan yang baik dan terarah serta mengacu pada

analisis situasi kesehatan.

Dampak dari implementasi kebijakan tersebut salah satunya adalah sistem

perencanaan kesehatan menjadi kurang efektif dalam mengakomodir kebutuhan dan


13

permasalahan kesehatan masyarakat setempat. Penyebab ketidakefektifan

perencanaan kesehatan adalah (1) masih lemahnya kemampuan petugas kesehatan

dalam berbagai aspek proses perencanaan, (2) belum adanya tim khusus yang

mengelola manajemen perencanaan kesehatan daerah, (3) minimnya keterlibatan

stakeholder dan pemberdayaan masyarakat serta kerangka perencanaan yang belum

mengacu pada model perencanaan yang baik (Bakri, 2001).

Komponen-komponen yang terlibat dalam perencanaan kesehatan tersebut

adalah pertama, input berupa data-data analisis situasi kesehatan masyarakat, sumber

daya manusia dalam hal ini unsur legislatif yaitu panitia anggaran di Dewan

Perkawilan Rakyat Daerah (DPRD), dan unsur eksekutif yaitu walikota/bupati, kepala

dinas kesehatan, petugas perencanaan di dinas kesehatan, kepala puskesmas, fasilitas

pendukung untuk proses perencanaan seperti form pengumpulan data, perangkat

keras misalnya komputer. Kedua komponen proses, yaitu proses-proses perencanaan

mulai dari proses pengumpulan data, sampai pada penyusunan dokumen perencanaan,

dan Ketiga, komponen output (keluaran), yaitu adanya dokumen perencanaan sebagai

acuan untuk pelaksanaan program atau kegiatan yang akan dilaksanakan (Depkes RI,

2002).

Keterlibatan ketiga unsur tersebut sangat penting dalam perencanaan

kesehatan, jika ketiga unsur tersebut tidak sinergis, maka perencanaan kesehatan

tidak akan efektif. Implikasi dari ketidak-efektifan perencanaan sektor kesehatan

menyebabkan derajat kesehatan masyarakat tidak tercapai secara optimal yang

tercermin dari pencapaian indikator-indikator kesehatan yang telah direkomendasikan


14

dalam konsep Indonesia Sehat 2010. Sebagai gambaran selama kurun waktu 5 tahun

terakhir terjadi perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi kepada penyakit non

infeksi yang dikenal dengan transisi epidemiologi, tidak meratanya sistem kesehatan

bagi kelompok sosial ekonomi, kinerja dan utilisasi pelayanan kesehatan sektor

kesehatan cenderung menurun dan sektor swasta telah menjadi sumber pelayanan

kesehatan, serta, pendanaan kesehatan cenderung rendah dan tidak merata (Harimurti

dan Marzuki, 2005).

Dalam proses perencanaan kesehatan juga tidak terlepas dari kebijakan-

kebijakan politis. Pengikutsertaan publik dalam proses penentuan kebijakan publik

dianggap sebagai salah satu cara yang efektif untuk menampung dan mengakomodasi

berbagai kepentingan. Terbukanya ruang intervensi publik melahirkan konsekuensi

terbukanya peluang masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan dalam

mempengaruhi keputusan yang diambil, sehingga keputusan tidak hanya ditentukan

oleh birokrat dan teknokrat semata, tetapi mulai memasuki ranah publik dan

masyarakat awam (Hardiansah, 2002).

Menurut Abdullah dan Asmara (2006), secara faktual peran legislatif dinilai

terlalu dominan dalam perencanaan dan penganggaran khususnya dalam pengesahan

anggaran. Dugaan adanya mis-alokasi anggaran mengarah kepada kepentingan

pribadi melalui pemanfaatan kekuasaan sebagai legislatif. Sedangkan peran dari

eksekutif hanya dalam melaksanakan proses perencanaan tersebut, namun dalam

pengambilan keputusan terhadap program-program dalam perencanaan tidak

dilibatkan, meskipun dalam forum penjelasan dan pertanggung jawaban terhadap


15

penyusunan program kegiatan dilibatkan, tetapi mengingat bahwa perencanaan

tersebut tidak terlepas dari kebijakan politis, maka cenderung argumentasi dari

eksekutif diabaikan.

Menurut Widyaningrum dan Thoha (2005), bahwa legislatif (birokrasi) dan

eksekutif merupakan dua elemen yang sama-sama terlibat dalam proses pembuatan

kebijakan publik. Tetapi peran kedua elemen tersebut berbeda. Dilihat dari indikator

materi kontribusi, eksekutif biasanya mengedepankan kepentingan, nilai-nilai, dan

sensivitas politik sedangkan legislatif cenderung mengedepankan fakta dan

pengetahuan. Kemudian jika dilihat dari indikator fokus perhatian, legislatif

cenderung menekankan artikulasi kepentingan-kepentingan yang tidak terorganisir

dengan baik sedangkan eksekutif mengartikulasi kepentingan yang terorganisir.

Menurut Widyaningrum dan Thoha (2005), bahwa hubungan eksekutif

dengan legislatif dengan nama self-interest model, artinya dalam suatu sistem

masing-masing pihak mempunyai tugas dan kepentingan. Legislators ingin dipilih

kembali pada masa pemerintahan selanjutnya dengan mencari program dan proyek

yang membuatnya popular di mata konstituen, dan birokrat ingin memaksimumkan

anggarannya, dan masyarakat ingin memaksimumkan utilitasnya. Birokrat

mengusulkan program-program baru karena ingin berkembang dan konstituen

percaya mereka menerima keuntungan dari pemerintah. Keadaan tersebut

menunjukkan bahwa dalam proses perencanaan maupun kebijakan publik lainnya

antara legislatif dengan eksekutif menunjukkan hubungan yang erat, dimana masing-
16

masing mempunyai kepentingan. Hal ini termasuk juga dalam perencanaan

kesehatan, dan hampir terjadi di semua daerah di Indonesia.

Kota Langsa merupakan salah satu bagian dari daerah otonom di Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam juga mempunyai permasalahan berkaitan dengan

masalah kesehatan masyarakat yaitu berkaitan dengan tingginya angka kesakitan dan

kematian akibat penyakit infeksi, rendahnya kualitas pelayanan kesehatan

masyarakat, minimnya tenaga kesehatan yang berkualitas, serta masih lemahnya

manajemen kesehatan masyarakat baik di unit pelayanan seperti puskesmas dan

rumah sakit juga pada organisasi struktural dalam hal ini dinas kesehatan. Keadaan

tersebut salah satunya disebabkan oleh lemahnya perencanaan kesehatan sebagai

akibat dari kurangnya advokasi dinas kesehatan dalam perencanaan program-program

kesehatan, yaitu adanya perbedaan yang menyolok antara usulan program dengan

program yang disetujui pengambil keputusan (Dinas Kesehatan Kota Langsa, 2007).

Berdasarkan proporsi anggaran yang dialokasikan pada bidang kesehatan dari

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) masih sangat minim. Tahun 2006

jumlah total APBD sebesar Rp. 303,3 milyar dan alokasi untuk bidang kesehatan 15

Milyar (5%), dan tahun 2007 dari 329,8 milyar, alokasi dana untuk bidang kesehatan

sebesar 16,1 milyar (5%). Hal ini menunjukkan bahwa proporsi anggaran dari APBD

keseluruhan untuk bidang kesehatan masih belum sesuai dengan target yang

diharapkan pemerintah yaitu 15% dari total APBD (Dinas Kesehatan Kota Langsa,

2008).
17

Secara umum gambaran perbedaan usulan anggaran dengan persetujuan

anggaran tahun 2007 khususnya pada anggaran untuk program-program kesehatan,

seperti pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1 Perbedaan Usulan Anggaran Kesehatan dengan Persetujuan


Anggaran yang disetujui Legislatif di Kota Langsa Tahun 2007

Jenis Anggaran Biaya Langsung Anggaran yang


Usulan Anggaran %
(Program) Disetujui
1. Promosi Kesehatan Rp. 553.022.030 Rp. 90.564.000 16,38
2. Kesehatan Keluarga Rp. 416.041.890 Rp. 167.136.000 38,36
3. Pencegahan Penularan Penyakit Rp. 1.069.051.640 Rp. 418.152.000 39,11
dan Lingkungan
4. Program Pelayanan Kesehatan Rp. 817.848.113 Rp. 313.700.000 38,35
Rata-rata 33,51%
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Langsa (data diolah) tahun 2007

Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat bahwa alokasi anggaran khusus untuk

program-program kesehatan seperti program promosi kesehatan, kesehatan keluarga,

pelayanan kesehatan dan program pencegahan penyakit dan lingkungan merupakan

porsi anggaran yang dominan tidak disetujui dari usulan anggaran, yaitu 39,11%.

Data menunjukkan proporsi anggaran yang dikurangi dari usulan rata-rata 33,51%.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perencanaan kesehatan melalui usulan program

kesehatan dan anggaran belum sesuai dengan harapan dari eksekutif sebagai

pengusul.

Penyebab keadaan ini diduga karena lemahnya advokasi dari perencana Dinas

Kesehatan Kota Langsa sebagai eksekutif, adanya penetapan jumlah pagu anggaran

dari Badan Perencanaan Kota, dan adanya kepentingan terselubung dari panitia

anggaran dan legislatif lainnya. Keterlibatan legislatif cenderung dominan


18

mengintervensi perencanaan dan penganggaran kesehatan. Intervensi tersebut

berdalih untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang tercermin dari

penetapan pagu anggaran setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) termasuk

Dinas Kesehatan Kota Langsa. Keadaan ini sesuai dengan hasil penelitian Syukriy

(2006), bahwa penganggaran di Indonesia didominasi perilaku mementingkan diri

sendiri oleh legislatif, dan penggunaan power legislatif untuk mengintervensi

penetapan jumlah anggaran di setiap SKPD. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa

perencanaan dan penganggaran kesehatan cenderung lebih didominasi oleh perilaku

eksekutif maupun pengambil keputusan (legialtif).

Sebagian besar penentuan anggaran setiap SKPD cenderung berdasarkan pagu

anggaran yang telah ditetapkan disamping kepentingan-kepentingan terselubung dari

pengambil keputusan (legislatif). Hal ini menunjukkan bahwa masih tingginya

perilaku oportunistik legislatif terhadap perencanaan dan penganggaran setiap SKPD.

Perubahan posisi legislatif yang menjadi powerfull menyebabkan legislatif

mempunyai kekuasaan untuk mengubah usulan anggaran yang diajukan eksekutif.

Birokrasi di Kota Langsa secara umum harus mengacu pada ketentuan-

ketentuan yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yaitu UU No 44

tahun 1999 tentang pelaksanaan Syariah Islam di Aceh. Birokrasi tersebut meliputi

sistematika pelaksanaan perencanaan, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsinya

masing-masing, namun hanya berbeda pada penambahan landasan hukum islam.

Birokrasi ini berlaku untuk legislatif, dan eksekutif. Dalam paradigma kebijakan dan

kegiatan Syariat Islam, legislatif sebagai bagian dari perencana suatu program
19

kesehatan harus memperhatikan Syariah Islam, baik dalam bentuk fisik seperti

rencana pembangunan puskesmas, maupun non fisik, demikian juga dengan legislatif

dalam pengambilan keputusan suatu perencanaan kesehatan juga berpedoman pada

ketentuan Syariah, sehingga secara tidak langsung diharapkan membentuk perilaku

birokrasi yang didominasi oleh nilai-nilai Islami (Abubakar, 2005).

Fenomena perencanaan kesehatan di Kota Langsa secara umum masih belum

menunjukkan perencanaan yang komprehensif dan berbasis masyarakat. Keadaan ini

diasumsikan oleh perilaku birokrasi pengambil keputusan yang tidak berpihak kepada

kepentingan masyarakat, sehingga dalam pelaksanaan program cenderung tidak tepat

sasaran disamping minimnya alokasi anggaran yang disetujui. Hal ini tercermin dari

rendahnya cakupan pelayanan kesehatan di Kota Langsa. Data tahun 2006 tercatat

Angka Kematian Bayi sebesar 61 per 1000 kelahiran hidup dan untuk Angka

Kematian Balita (AKBAL) yaitu 69 per 1000 kelahiran hidup, dan angka ini masih

jauh di atas rata-rata seluruh Indonesia yaitu 32 per 1000 kelahiran hidup untuk

Angka Kematian Bayi (AKB) dan 48 per 1000 kelahiran hidup untuk AKBAL, dan

Indikator Indonesia Sehat 2010, yaitu AKB sebesar 40 per 1000 kelahiran hidup, dan

AKBAL sebesar 48 per 1000 kelahiran hidup (Departemen Kesehatan RI, 2007).

Menyikapi hal tersebut, Dinas Kesehatan Kota Langsa melakukan analisis

situasi masalah kesehatan di masyarakat guna melahirkan suatu perencanaan yang

berbasis data (evidence based) dengan jumlah anggaran yang dibutuhkan secara

proprorsional dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan atau program kesehatan, namun

perencanaan tersebut kadang-kadang hanya berorientasi pada proyek atau program


20

(program oriented), dan bukan dijadikan sebagai langkah-langkah strategis dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan secara komprehensif bagi masyarakat

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul Analisis Perilaku Eksekutif dan Legislatif Dalam

Perencanaan Kesehatan di Kota Langsa, sehingga dapat dirumuskan strategi

peningkatan pelayanan publik khususnya pembangunan kesehatan di Kota Langsa

yang berbasis masyarakat.

1.2 Permasalahan

Perencanaan kesehatan di Kota Langsa masih belum terlaksana dengan baik

dan belum mengakomodir masalah-masalah kesehatan secara keseluruhan. Minimnya

alokasi anggaran dan jenis program yang disetujui oleh legislatif sebagai pengambil

keputusan terhadap program-program kesehatan yang disetujui oleh legislatif. Hal ini

diduga karena rendahnya pengetahuan, sikap dari legislatif dalam mengadvokasi

perencanaan tersebut dalam forum pengesahan program dan anggaran, demikian juga

dengan eksekutif yang dinilai tidak memahami tentang pentingnya program-program

kesehatan yang diusulkan, serta adanya faktor kepentingan eksekutif maupun

legislatif terhadap usulan program tersebut. Maka peneliti dapat merumuskan

permasalahan penelitian yaitu bagaimana perilaku eksekutif dan legislatif dalam

perencanaan kesehatan di Kota Langsa.


21

1.3 Tujuan Penelitian

Menganalisis perilaku eksekutif dan legislatif dalam perencanaan kesehatan di

Kota Langsa.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan kepada pemerintah daerah khususnya dinas kesehatan

dalam menyusun kepentingan perencanaan kesehatan dalam pembangunan

kesehatan di Kota Langsa.

2. Menambah khazanah ilmu pengetahuan kebijakan administrasi kesehatan dan

administrasi publik lainnya.

3. Menambah Wawasan dan Pengalaman Peneliti

4. Memberikan kontribusi terhadap penelitian selanjutnya


22

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Kesehatan

Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen/administrasi, berupa

menetapkan tujuan organisasi, peraturan dan pedoman pelaksanaan tugas, urutan

pelaksanaan, iktisar biaya yang diperlukan dan pemasukan uang yang diharapkan

akan diperoleh, serta rangkaian tindakan yang akan dilakukan di masa depan.

Menurut Robbin (2002) yang mengutip pendapat Koontz dan O'Donnel

bahwa perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkaitan dengan

pemilihan satu di antara berbagai alternatif untuk mencapai tujuan, melaksanakan

kebijaksanaan, prosedur dan program. Macam perencanaan dibedakan menurut

jangka waktu berlakunya rencana (perencanaan jangka panjang, menengah dan

pendek), frekuensi penggunaan (perencanaan yang digunakan satu kali, dan berulang

kali), tingkatan rencana (perencanaan induk, operasional dan harian), filosofi

perencanaan (perencanaan memuaskan, optimal dan adaptasi), waktu (perencanaan

yang berorientasi masa lalu-kini dan masa depan), serta menurut ruang lingkup

(perencanaan strategik, taktis, menyeluruh dan perencanaan terpadu)

Unsur dari perencanaan adalah rumusan misi, rumusan masalah, rumusan

tujuan umum dan tujuan khusus, rumusan kegiatan, asumsi perencanaan, strategi

pendekatan, kelompok sasaran, waktu, biaya, serta metode penilaian dan kriteria
23

keberhasilan. Proses perencanaan adalah menetapkan prioritas masalah dan

menetapkan prioritas jalan keluar.

Perencanaan kesehatan pada dasarnya adalah perencanaan pembangunan

kesehatan. Bentuk perencanaan kesehatan antara lain perencanaan kebijaksanaan

pembangunan kesehatan, perencanaan program pembangunan kesehatan, dan

perencanaan operasional/kegiatan pelaksanaan kesehatan. Semua bentuk perencanaan

tersebut mengacu pada tujuan masing-masing tingkat manajemen. Pendekatan

perencanaan kesehatan mengutamakan tiga hal, yaitu (1) pendekatan wawasan

nasional, pendekatan epidemiologi dan (3) pendekatan sumber daya manusia

(Wijono, 1997).

Langkah-langkah pokok perencanaan kesehatan meliputi (1) analisis situasi,

(3) perumusan masalah kesehatan, (3) penetapan prioritas masalah kesehatan, (4)

penetapan alternatif pemecahan masalah, (5) penyusunan rencana program, dan (6)

rencana penilaian (Wijono, 1997).

Secara umum perencanaan kesehatan juga melibatkan unsur politis, sedikitnya

ada lima sifat proses politik yang dapat dicatat sebagai ancaman-ancaman utama bagi

perencanaan kesehatan yang berhasil (Rinke, 1999):

1. Perubahan yang telah direncanakan selalu tidak disukai oleh mereka yang

mendapat pengaruh merugikan.

Pergeseran prioritas dalam rencana perubahan dimaksudkan untuk menghasilkan

manfaat kepada beberapa segmen populasi, tetapi sering dipandang sebagai

langkah mundur bagi kelompok lain. Bahkan pihak pengambil manfaat yang
24

potensial dapat mengadakan perlawanan akibat ketidakpastian dalam

mewujudkan hasil-hasil yang di rencanakan. Para perencana seharusnya mencoba

untuk membuat kompensasi bagi mereka yang mendapat pengaruh buruk dari

rencana tersebut, tetapi para perencana jarang memiliki kemampuan untuk

menawarkan inisiatif yang kuat atau menetapkan sangsi-sangsi yang efektif

sebagai cara untuk memastikan penerapan. Kebanyakan orang menerima

kebutuhan untuk merencanakan kegiatan-kegiatan mereka sendiri dan keberatan

untuk mengorbankan kebebasan mereka dengan membiarkan orang-orang lain

untuk merencanakan bagi mereka. Sebagai akibatnya, perencanaan tak dapat

dihindarkan lagi menjadi kontroversial, dan para perencana cenderung untuk

meremehkan derajat ketidaksenangan masyarakat dan politikus terhadap

perencanaan.

2. Sudut pandang kesehatan para pembuat keputusan politis cenderung tidak

mencerminkan prioritas masyarakat.

Perilaku terhadap kesehatan cenderung lenyap. Selama mereka tidak menderita

penyakit, individu-individu cenderung memberi prioritas yang lebih rendah bagi

masalah-masalah kesehatan dibandingkan dengan perhatian segera terhadap

makanan, papan, pekerjaan, dan lain-lain.

3. Para politikus lebih memilih usaha-usaha penyembuhan yang terlihat, sementara

para perencana, melihat potensi pelayanan-pelayanan pencegahan.

Suatu sarana pelayanan jelas dibaktikan untuk usaha-usaha penyelamatan hidup

merupakan monumen yang jauh lebih menarik sebagai prestasi politis ketimbang
25

suatu program kesehatan yang mencapai berbagai manfaat yang tidak terkatakan

bagi orang-orang yang tidak dikenal dalam waktu-waktu yang tidak menentu di

masa mendatang.

4. Para politikus harus menghadapi cakrawala jangka pendek, sementara manfaat

kesehatan cenderung terjadi lebih lanjut.

Karena para pemimpin politik selalu dimintai pertanggungjawabannya oleh

daerah-daerah pemilihan, kemajuan harus dibuat nyata dan cepat. Penurunan

angka kematian melalui perawatan penderita diare yang kritis merupakan salah

satu contoh tempat prioritas politik dan perhatian kesehatan yang tepat. Setelah

waktu berjalan, bagaimanapun juga program perbaikan lingkungan yang secara

drastis mengurangi kasus diare yang harus dirawat dapat menjadi lebih efektif

dalam biaya. Perencana harus terus-menerus berjuang untuk memastikan bahwa

pilihan ini dan pilihan jangka panjang lainnya yang melibatkan perubahan-

perubahan perilaku dan gaya hidup dapat memperoleh pertimbangan prioritas

yang layak didapatkan.

5. Konflik-konflik bawaan antar daerah-daerah pemilihan selalu ada tetapi selalu

berubah

Di masa lalu, para politikus dan masyarakat bersama-sama memperlihatkan rasa

hormat cukup besar terhadap profesi kesehatan dalam masalah-masalah yang

menyangkut perawatan kesehatan. Karena sifat teknis pengobatan, administrator

kesehatan mempunyai kebebasan dari pengaruh luar untuk mengatur sumberdaya

kesehatan yang langka dan telah disetujui oleh sektor-sektor lain.


26

Selama beberapa tahun ini dalam pelaksanaan perencanaan kesehatan, maupun

proses perencanaannya telah berubah. Perubahan tersebut antara lain adanya

keterlibatan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan perencanaan seperti proses

pengumpulan data melalui fokus diskusi grup, temu wicara dan lain sebagainya.

2.2 Perilaku Eksekutif dan Legisltaif dalam Perencanaan Kesehatan

Pelaksanaan perencanaan kesehatan juga tidak terlepas dari perilaku-perilaku

perencana maupun pelaksana serta pengambil keputusan. Perilaku eksekutif dan

legislatif merupakan salah satu bagian dari perilaku organisasi. Tanggapan terhadap

perilaku orang dalam berbagai struktur organisasi telah muncul sejak awal abad ke-20

sebagai reaksi dari ketimpangan, konflik serta persoalan-persoalan yang timbul akibat

interaksi antar individu pada setiap lapisan masyarakat, baik organisasi publik

maupun organisasi privat. Konflik-konflik antar bangsa, ras, pimpinan dan karyawan

yang muncul pada masa itu telah menggiring pemahaman masyarakat dan para ahli

bahwa masalah tersebut tidak dapat ditanggulangi hanya dengan kemampuan ilmu

dan tehnis saja. Akan tetapi itu, pemecahannya harus dicari secara mendasar ke dalam

struktur sosial masyarakat. Pemecahan ini menuntut kemampuan sosial, meliputi

kemampuan untuk memahami manusia sebagai sumber dari beragam persoalan yang

muncul. Dalam konteks ini makna dan telaah perilaku merupakan faktor penting

dalam rangkaian kajian tentang manusia.

Keseluruhan konsep perilaku secara teoritis dibentuk dari sikap, pendirian dan

raga. Perilaku manusia pada dasarnya terbentuk setelah melewati keseluruhan


27

aktivitas. Menurut Ndraha (1997) perilaku (behaviour) adalah operasionalisasi dan

aktualisasi sikap seseorang atau kelompok terhadap sesuatu (situasi dan kondisi)

lingkungan (masyarakat, alam, teknologi atau organisasi). Sementara sikap adalah

operasionalisasi dan aktualisasi diri pendirian. Menurut Hersey (1995), perilaku pada

dasarnya berorientasi pada tujuan, artinya perilaku orang tua pada umumnya

dimotivasi oleh keinginan untuk meraih tujuan-tujuan tertentu, tetapi tujuan tersebut

tidak selamanya diketahui secara sadar oleh yang bersangkutan.

Perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap situasi dan kondisi lingkungan

yang dapat berupa pernyataan lisan maupun tindakan nyata dan dapat diamati secara

umum. Dalam hubungannya dengan lingkungan kerjanya, maka sikap birokrat

merupakan reaksi dari lingkungan kerja itu sendiri yang didasarkan pada

pertimbangan pikiran dan perasaan yang selanjutnya diwujudkan melalui perilaku

birokrasi.

Orientasi birokrasi merupakan aplikasi dari perilaku aparat birokrasi yang

mengarah pada mentalitas pegawai berkenaan dengan penghayatannya sebagai aparat

birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam birokrasi

tradisional orientasi pelayanan yang diberikan pegawai lebih berorientasi kepada

pengusaha dan tidak berorientasi kepada masyarakat sebagai pihak yang harus

dilayani. (Dwiyanto, 1995).

Ketaatan aparat birokrasi (eksekutif dan legislatif) berorientasi pada prosedur

dan aturan sering menyebabkan tingkat fleksibilitas dan kecepatan pelayanan menjadi

berkurang pada satu pihak, di pihak lain sering digunakan oleh aparat birokrasi
28

sebagai wahana untuk memperoleh kepentingan pribadi dalam bentuk insentif.

Berkaitan dengan personal interest, menurut Ratminto dan Muhdiarta (2003),

membahas perilaku personal yang dikaitkan dengan persepsi tentang birokrasi yang

menganggap jabatan sebagai kekuasaan daripada sebagai fungsi pelayanan,

mengakibatkan pelayanan menjadi berkurang dan kekuasaanlah yang menonjol,

sehingga pelayanan menjadi timpang, selanjutnya orientasi diukur dari (1) sikap

petugas mengarah pada pengutamaan pelayanan masyarakat, (2) persepsi tentang

derajat dirinya, dan (3) sikap mental Personal Interest dalam pemberian pelayanan.

Model interaksi eksekutif dengan legislatif terdiri dari beberapa model. Model

tersebut bertitik tolak pada beberapa hal, yaitu berkenaan dengan kedudukan birokasi,

sejajar atau subkoordinasi antara eksekutif-legislatif. Ciri katagori model sublation

power adalah birokrasi dan eksekutif sama-sama terlibat dalam proses pembuatan

kebijakan publik tetap berbeda. Dilihat dari beberapa indikator materi kontribusi,

eksekutif biasanya mengedepankan kepentingan, nilai-nilai sensivitas politik,

sedangkan birokrasi mengedepankan fakta dan pengetahuan. Dilihat dari indikator

fokus perhatian, eksekutif cenderung menekankan artikulasi kepentingan-kepentingan

yang tidak terorganisir dengan baik, sedangkan birokrasi mengartikulasikan

kepentingan-kepentingan yang terorganisir dengan baik (Widyaningrum dan Thoha,

2005).

Menurut Widyaningrum dan Thoha (2005), ada beberapa model dalam

memahami kesejajaran eksekutif dan legislatif, antara lain model agency,model

Beureaucratic-politisc, dan model institutiobalisme. Model agency melihat hubungan


29

antara institusi politik dan birokrasi sebagai konflik kepentingan dimana pihak

birokrasi merupakan pihak yng menguasai informasi, akibatnya aliran informasi

bersifat asimetris. Fakta inilah yang menjadi sumber kekuatan tawar menawar

birokrasi ketika berinteraksi dengan lembaga politik. Disisi lain, lembaga politik

memiliki kekuasaan untuk menentukan otoritas agen-agen birokrasi dan pola insentif

mereka. Titik temu antara dua sumber kekuatan ini merupakan fenomena yang

menjadi kajian utama model agency dalam memahami interaksi lembaga politik

versurs birokrasi (Widyaningrum dan Thoha, 2005)

Model kedua, bureaucratic politics, melihat hubungan antara lembaga politik

dan birokrasi sebagai proses tawar menawar antar individu yang perilakunya

ditentukan oleh kehadiran afiliasi birokratis, partisan yang hadir dalam interaksi,

kontrol atas sumberdaya dan tingkat kemampuan persuasif. Selain mengandalkan

kekuasaan politik, masing-masing pelaku dipengaruhi oleh kepentingan masing-

masing mereka, persepsi masing-masing tentang kendala, prospek dan implikasi

kebijakan dimasa depan (Widyaningrum dan Thoha, 2005)

Model ketiga, institusional, menginterpretasikan pola-pola perilaku aktor

yang terlibat dalam proses interaksi tersebut berasal dari proses historis dan

kelembagaan tertentu. Asumsi mendasar model ini adalah bahwa kontruksi sosial dan

organisasi memainkan peran vital dalam proses rekrontruksi realitas sosial tersebut.

Teoritis institusional menganggap bahwa outcome organisasi bukan merupakan

konstruksi realitas sosial bukan merupakan hasil negosiasi (bargaining) antar

individu, tetapi merupakan output organisasi. Dengan demikian proses kebijakan


30

harus dikaitkan dengan bagaimana proses setiap aktor memposisikan diri dalam

sistem sosial dan berinteraksi dengan isi dan bentuk-bentuk proses kebijakan publik

yang ada (Widyaningrum dan Thoha, 2005)

2.3 Teori Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan suatu proses untuk memilih suatu

rangkaian tindakan dari dua atau lebih alternatif yang mencakup penentuan pilihan

dan pemecahan masalah. Pengambilan keputusan yang mengoptimalkan proses dan

hasil dalam membuat suatu keputusan adalah rasional, yaitu dia membuat pilihan-

pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam batasan tertentu. Pilihan-

pilihan tersebut mengikuti model enam langkah (Robbins, 2002), yaitu : (1)

Mendefinisikan masalah, (2) Mengidentifikasi kriteria keputusan, (3) Menimbang

kriteria, (4) Menghasilkan alternatif, (5) Menilai semua alternatif pada masing-

masing kriteria, dan (6) Menghitung keputusan optimal.

Terdapat dua pendekatan dalam pengambilan keputusan dalam organisasi,

yaitu didasari pada model rasional-ekonomi dengan maksud mempertahankan

keputusan yang ideal dan model administratif, yaitu dengan mengeksplorasi

keterbatasan-keterbatasan rasionalitas manusia. Beberapa hal yang mendasari

pengambilan keputusan dalam organiasi, yaitu (Rivai, 2004):

1. Rasionalitas Terbatas, yaitu kemampuan pikiran manusia untuk memformulasikan

dan menyelesaikan masalah yang rumit terlalu kecil untuk memenuhi tuntutan

bagi rasionalitas penuh, maka individu beroperasi pada rasionalitas terbatas.


31

2. Intuisi, yaitu suatu proses tak sadar yang diciptakan dari dalam pengalaman yang

tersaring. Intuisi ini berjalan beriringan atau saling melengkapi dengan analisis

rasional. Instusi adalah kekuatan diluar indera atau indera keenam. Seseorang

kemungkinan mengambil keputusan intuitif ini jika menghadapi pada delapan

kondisi, yaitu (1) bila ketidakpastian dalam tingkat tinggi, (2) bila variabel-

variabel kurang bisa diramalkan secara ilmiah, (3) bila ada sedikit preseden yang

diikuti, (4) bila fakta terbatas, (5) bila faka menunjukkan dengan jelas jalan untuk

diikuti, (6) bila data analitis kurang berguna, (7) bila ada beberapa penyelesaian

alternatif yang masuk akal untuk dipilih yang masing-masing memiliki argumen

yang baik, dan (8) bila waktu terbatas dan ada tekanan untuk segera diambil

keputusan yang tepat.

3. Identifikasi masalah, yaitu mengidentifikasi masalah-masalah penting sebelum

mengambil keputusan. Ada dua hal penting yang mempengaruhinya, yaitu (1)

masalah-masalah yang tampak cenderung memiliki probabilitas terpilih lebih

tinggi dibandingkan dengan masalah yang penting, dan (2) kepentingan pribadi

pengambil keputusan cenderung menang daripada masalah yang penting bagi

organisasi.

4. Pengembangan alternatif, yaitu keputusan yang diambil sering menghindari

tugas-tugas sulit dan mempertimbangkan altenatif –alternatif dari pada mencari

alternatif baru.
32

5. Membuat pilihan, yaitu keputusan yang diambil sering menghindari informasi

yang terlalu sarat dan mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian dalam

pengambilan keputusan.

6. Perbedaan individu. Perbedaan individu berpengaruh terhadap gaya pengambilan

keputusan. Riset tentang gaya pengambilan keputusan telah diidentifikasi terdapat

empat pendekatan individual yang didasarkan pada dua hal, yaitu cara berfikir

dan toleransi pribadi terhadap ambigiuitas.

7. Hubungan Organisasi, keputusan yang diambil cenderung dipengaruhi oleh

organisasi itu sendiri, berupa sistem penilaian kinerja, sistim imbalan, rutinitas

terprogram dan preseden histroris (keputusan masa lalu).

8. Perbedaan budaya. Pada kenyataannya pengambilan keputusan dipengaruhi oleh

latar belakang budaya. Latar belakang budaya membawa pengaruh yang besar

terhadap seleksi masalahnya, kedalaman analisis, arti penting yang ditempatkan

pada logika dan rasionalitas dan gaya pengambilan keputusan apakah diputuskan

secara otokratis dan demokratis.

Pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh kekuasaan (power). Menurut

Rivai (2004) yang mengutip pendapat Weber, kekuasaan adalah suatu kemungkinan

yang membuat seorang aktor didalam hubungan sosial berada dalam suatu hubungan

sosial dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang

mampu menghilangkan rintangan. Kekuasaan pada prinsipnya adalah suatu sumber

yang dapat atau tidak dapat dipergunakan. Penggunaan kekuasaan selalu


33

mengakibatkan perubahan dalam kemungkinan bahwa seseorang atau kelompok akan

mengangkat suatu perubahan perilaku yang diinginkan.

2.4 Landasan Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat disimpulkan beberapa konsep yang

dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini, yaitu:

Perencanaan kesehatan merupakan salah satu fungsi manajemen kesehatan

yang berkaitan dengan pemilihan satu diantara berbagai alternatif untuk mencapai

tujuan, melaksanakan kebijaksanaan, prosedur dan program. Unsur dari perencanaan

adalah rumusan misi, rumusan masalah, rumusan tujuan umum dan tujuan khusus,

rumusan kegiatan, asumsi perencanaan, strategi pendekatan, kelompok sasaran,

waktu, biaya, serta metode penilaian dan kriteria keberhasilan. Sedangkan proses

perencanaan adalah menetapkan prioritas masalah dan menetapkan prioritas jalan

keluar (Wijono, 1997).

Keterlibatan eksekutif dan legislatif dalam perencanaan berbeda. Eksekutif

terlibat mulai tahap pengumpulan data untuk analisis situasi sampai pada penyusunan

dokumen perencanaan dalam bentuk uraian program dan anggaran. Sedangkan

legislatif hanya pada tahap pengesahan anggaran guna melaksanakan rencana-rencana

yang terkandung dalam dokumen perencanaan. Keterlibatan kedua elemen tersebut

tidak terlepas dari perilaku organiasi itu sendiri.

Menurut Nraha (1997), perilaku merupakan kombinasi dari kepentingan,

manajemen, lingkungan, dan fungsi. Menurut Natoadmodjo (1997) batasan perilaku

menurut pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
34

bersangkutan, yang terdiri dari pengetahuan, sikap, persepsi dan tindakan. Jadi

perilaku manusia pada hakekatnya adalah aktivitas dari manusia itu sendiri. Untuk

kepentingan analisis perilaku perlu diketahui apa yang dikerjakan oleh organisme

tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Berkaitan dengan penelitian ini perilaku tersebut diarahkan kepada perilaku

eksekutif dan legistlatif dalam membuat perencanaan sampai pada pengambilan

keputusan terhadap program-program kesehatan yang akan dilaksanakan. Secara

skematis perilaku eksekutif dan legislatif dalam perencanaan dapat digambarkan

seperti pada Gambar 2.1

Proses Perencanaan
PERILAKU (1) Analisis Situasi
EKSEKUTIF –LEGISLATIF (2) Rumusan Masalah
1. Pengetahuan (3) Penetapan Prioritas Masalah
2. Sikap (4) Penetapan Tujuan
3. Persepsi (5) Penyusunan Rencana Operasional
4. Kepentingan (6) Penilaian
5. Manajemen
6. Fungsi

OUTPUT
Dokumen Perencanaan
Kesehatan

Gambar 2.1. Landasan Teori Perilaku Eksekutif dan Legislatif Dalam


Perencanaan Kesehatan

Gambar 2.1. menunjukkan bahwa perilaku eksekutif dan legislatif merupakan

penjabaran dari konsep perilaku secara umum yang berpengaruh terhadap proses

perencanaan kesehatan.
35

2.5 Fokus Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan tujuan penelitian, maka peneliti menetapkan

fokus penelitian yaitu:

Pengetahuan

Sikap
Perencanaan
Kesehatan
Persepsi

Kepentingan

Gambar 2.2. Fokus Penelitian


36

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk mendapatkan

informasi perilaku eksekutif dan legislatife dalam perencanaan kesehatan di Kota

Langsa. Pendekatan kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang menggunakan

data berupa kalimat tertulis atau lisan, perilaku, fenomena, peristiwa, pengetahuan

atau objek studi (Moelong, 2004).

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Langsa dengan pertimbangan kota Langsa

merupakan salah satu kota di Provinsi NAD yang mempunyai alokasi anggaran

bidang kesehatan termasuk rendah bila dibandingkan dengan indiaktor Indonesia

Sehat 2010 yaitu hanya 5% dari total APBD , dan masih tingginya mis-alokasi

anggaran dalam perencanaan kesehatan. Penelitian ini membutuhkan waktu selama 8

bulan terhitung bulan Januari sampai dengan Agustus 2008.

3.3 Informan

Informan dalam penelitian ini adalah seluruh informan dari eksekutif dan

legislatif yang terlibat dalam proses perencanaan kesehatan di Kota Langsa yang

berjumlah 15 orang dan sekaligus menjadi sampel penelitian, seperti pada Tabel 3.1:
37

Tabel 3.1 Jenis dan Jumlah Informan


No Sampel Penelitian Jumlah
1. Eksekutif
1) Walikota Langsa 1 orang
2) Kepala Bappeda Kota Langsa 1 orang
3) Kepala Dinas Kesehatan Kota Langsa 1 orang
4) Kasubbag Perencanaan Program dan Laporan 1 orang
5) Kepala Bidang Kesehatan Keluarga 1 orang
6) Kepala Bidang P2 dan PL 1 orang
7) Kepala Bidang Promkes 1 orang
8) Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan 1 orang
9) Kepala Sub Bag Kepegawaian dan Keuangan 1 orang
10) Kepala Puskesmas se Kota Langsa 4 orang

2. Legislatif
1) Komisi A DPRD Kota Langsa (Ketua dan Sekretaris) 2 orang

Total 15 orang

3.4 Metode Pengumpulan data

Metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam (Indepth Interview)

berpedoman pada instrumen wawancara yang telah dipersiapkan dan dibantu oleh

peralatan tape recorder. Dethp interview, adalah sebuah wawancara yang cukup

panjang (sekitar 30 menit sampai 1 jam) dan tidak terstruktur antara responden

dengan pewawancara, yang meminimalisasi partisipasi pewawancara tersebut dalam

diskusi setelah menjabarkan secara umum tema wawancara.

Untuk membantu analisa masalah dan hasil penelitian diperlukan data

sekunder yang diperoleh dari dokumen Bappeda, dan Dinas Kesehatan seperti

Dokumen Rencana Kerja Anggaran selama 2 tahun terakhir, dan data cakupan

pelayanan kesehatan.
38

3.5 Fokus Penelitian

1. Perilaku Eksekutif dan Legislatif adalah tindakan nyata, pernyataan lisan, respon

aparat legislatif dan eksekutif di jajaran pemerintahan kota Langsa dalam proses

perencanaan kesehatan, dengan indikator:

a. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh eksekutif dan legislatif

tentang langkah-langkah perencanaan sampai pada pengambilan keputusan

terhadap program kesehatan yang akan dilaksanakan.

b. Sikap adalah tanggapan atau respon oleh eksekutif dan legislatif tentang

langkah-langkah perencanaan sampai pada pengambilan keputusan terhadap

program kesehatan yang akan dilaksanakan.

c. Persepsi adalah segala sesuatu reaksi terhadap perencanaan kesehatan

berdasarkan pengamatan, informasi, dan pengalaman eksekutif dan legislatif.

d. Kepentingan adalah segala sesuatu kebutuhan atau unsur kepentingan lain

yang diharapkan oleh eksekutif dan legislatif dalam perencanaan kesehatan

2. Perencanaan Kesehatan adalah serangkaian kegiatan sistematis dalam

perencanaan bidang kesehatan yang dilakukan oleh eksekutif dan legislatif

meliputi analisis situasi, perumusan masalah, penetapan masalah, penetapan

tujuan, penyusunan rencana operasional kegiatan, penetapan jenis-jenis program

dan jumlah alokasi anggaran


39

3.6 Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, maka analisis data

dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan editing data, mengorganisir data sesuai

dengan variabel penelitian kemudian dilakukan analisis.

Analisis data penelitian ini menggunakan analisis isi (Content Analysis), yaitu

menguraikan jawaban-jawaban berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian dibuat

matrik-matrik yang menjelaskan pengkategorisasian terhadap hasil yang ditemukan di

lapangan dan dibandingkan dengan teori yang ada.


40

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Langsa merupakan salah satu kota yang ada di Propinsi Nanggroe Aceh
Darussalam. Secara administratif berbatasan dengan wilayah: sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Bayeun Kabupaten Aceh Timur dan Selat Malaka,
sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh
Tamiang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten
Aceh Timur dan Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang, dan sebelah
Barat berbatasan dengan Kecamatan Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur
Jumlah penduduk Kota Langsa Tahun 2008 sebanyak 130.189 jiwa yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 65.115 jiwa, dan perempuan sebanyak 65.074 jiwa.
Berdasarkan luas wilayah.
Kota Langsa mempunyai luas 162,41 Km2 dengan jumlah kelurahan sebanyak
51 kelurahan, dan jumlah rumah tangga sebanyak 27.871 RT.
Berdasarkan analisis situasi derajat kesehatan di Kota Langsa selama tahun
2007, diketahui angka kematian bayi di Kota Langsa sebanyak 34 orang (10,3 per
1000 kelahiran hidup), angka kematian balita 2 orang (0,18 per 1000 kelahiran
hidup), dan jumlah kematian ibu bersalin sebanyak 2 orang 56,9 per 100.000
kelahirna hidup. Hal tersebut menunjukkan secara umum derajat kesehatan
masyarakat di Kota Langsa masih menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Berdasarkan angka kesakitan, diketahui jumlah penyakit terbanyak yang
dilaporkan oleh puskesmas se Kota Langsa adalah penyakit infeksi saluran pernafsan
akut yaitu sebanyak 9.763 kasus (22,30%), dan kasus diare sebanyak 3.684 kasus
(23,8 per 1000 penduduk), selain itu masih ditemukan 50 kasus balita dengan status
gizi buruk (1,3%), masih ada 16 bayi berat lahir rendah (BBLR).
Berdasarkan pembiayaan kesehatan, diketahui anggaran tahun 2006 sebesar
15.000.000.000 (5% dari total APBD yaitu Rp. 303,3 milyar), dan tahun 2007
menjadi 16.100.000.000 dari 329,8 milyar. Keadaan ini menunjukkan persentase
alokasi anggaran bidang kesehatan masih rendah dibandingkan dengan indikator yang
diharapkan yaitu 15% dari total Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

4.2. Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini meliputi unsur eksekutif dan legislatif yang
terlibat dalam perencanaan kesehatan di kota Langsa. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari hasil perhitungan kelas interval kelompok umur dengan menggunakan
metode sturgess, maka diketahui sebagian besar informan berusia antara 38 – 48
41

tahun sebanyak 10 orang (66,7%), dan umumnya sebanyak 13 orang (86,7%)


berpendidikan Sarjana (S-1) dan mayoritas mempunyai masa kerja antara 3-14 tahun
yaitu sebanyak 8 orang (53,3%). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Informan pada Kelompok Eksekutif dan


Legislatif

Jumlah
No Karakteristik Informan Persentase (%)
(orang)
01 Umur
27 - 37 2 13,3
38 - 48 10 66,7
49 - 59 3 20,0
Total 15 100
02 Pendidikan
SLTA 1 6,7
D- III 1 6,7
S- I 13 86,7
Total 15 100.0
03 Masa Kerja
03 - 14 8 53,3
15 - 26 6 40,0
27 - 38 1 6,7
Total 15 100

4.3. Pengetahuan Informan Tentang Perencanaan Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pemahaman tentang


perencanaan kesehatan sesuai dengan tingkat pengetahuannya masing-masing, sesuai
dengan item pertanyaan. Adapun jawaban informan dapat dilihat pada Tabel 4.2.

1. Langkah-langkah Perencanaan Kesehatan


42

Tabel 4.2. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Langkah-langkah


Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 E.....dalam hal ini...kita...pemerintah kota langsa..telah memberi wewenang kepada
dinas kesehatan untuk membuat perencanaan kesehatan setiap tahunnya....,nah
mungkin teknis pelaksanaannya..atau..e...langkah-langkahnya...itu mereka yang
lebih tau.....ya.
Eksekutif 2 E......Selama ini yang kita jalankan adalah dengan melihat keadaan
dilapangan..ya..mungkin kalau dinas kesehatan ya...harus melihat kondisi
masyarakatnya gimana.., apakah ada yang sakit atau ..apa-apa yang dibutuhkan
dalah hal pelayanan kesehatan..ya..karena kalau masalah kesehatan...ya pasti dinas
kesehatanlah yang lebih banyak mengetahuinya.
Eksekutif 3 Langkah-langkah yang kita tempuh dalam membuat sebuah perencanaan adalah kita
memulai dengan pengumpulan data dasar kemudian ditambah juga dengan data
pendukung, kemudian kita survey lapangan untuk mengetahui kebutuhan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan, kemudian kita menetapkan masalah-
masalah apa saja yang ada di masyarakat tersebut, setelah itu barulah kita dapat
menyusun rencana kerja.
Eksekutif 4 Eem.....Perencanaan kesehatan selama ini dapat berjalan karena adanya dukungan
data, baik dari puskesmas maupun dari lapangan langsung, sehingga perencanaan
dapat terlaksanan dengan baik
Eksekutif 5 Mengumpulkan data dengan cara survey kelapangan yang kemudian kita
menetapkan semua masalah-masalah yang ada.kemudian baru kita menyusun
rencana kerja. Dalam menyusun rencana kerja ini kita harus membuat skala prioritas
yang mana yang harus diutamakandari beberapa masalah yang didapatkan tadi
Eksekutif 6 Ya.....em........selama ini di kota langsa..dalam hal perencanaan .ya..kita yang
bertanggung jawab ya.., nah...dalam semuanya ..ini untuk merencanakan kegiatan
tentu kita pertama sekali harus ada data..ya, setelah ada data..kemudian kita
analisa...dan juga kita perlu untuk survey kelapangan....sehingga kita bisa melihat
apa bener data yang kita dapat ini dan apakah benar terjadi dilapangan...setelah itu
kita menganalisa masalah-masalahnya yang ada..ya,....e..dan setelah itu baru kita
nanti...tindakan apa yang kita ambil untuk mencegah....,e...menindak lanjuti
masalah-masalah yang ada...,kemudian barulah kita menyusun rencana kerja kita
Eksekutif 7 Langkah-langkah perencanaan di dinas kesehatan kota langsa, terutama di bidang
P2P ya..., itu di mulai dari kita mengumpulkan data-data dan memperhatikan
e....analisis lingkungan .seperti e...lingkungan internal dan eksternal dari
organisasi dinas kesehatan..e...kemudian dari analisis lingkungan tersebut..e...kita
analisis dengan cara analisis Swot, sehingga didapatkan hasil suatu program-
program kegiatan perencanaan
Eksekutif 8 M......yang saya ketahui selama ini..e...adalah pertama-tama kita harus dapat
mengetahui dulu apa permasalahan yang ada di lapangan..baru kita bisa membuat
perencanaan..atau laporan-laporan dari bidan desa tentang yang terjadi di
masyarakat
Eksekutif 9 Mengumpulan Data mengenai Kesehatan,menyusun rencana kerja, menetapkan
masalah-masalah yang ada, kemudian survey lapangan untuk mendukung langkah-
langkah Dalam Perencanaan, misalnya mengadakan survey lapangan ke
Puskesmas,Polindes dan Bidan Desa langsung berhubungan dengan masyarakat..
Tabel 4.2. Lanjutan
Informan Jawaban
43

Eksekutif 10 Yang pertama yang kita lakukan ya....e..seperti biasa kita harus menyusun dulu..apa
yang akan kita lakukan...setelah itu dari yang telah kita susun itu..e...kita
tatapkan,,kira-kira yang bakal muncul itu nanti apa..,dari rencana kita
itu..e...masalahnya..setelah itu nanti kita survei ke lapangan....baru nanti terakhir
pengumpulan data..! e....setelah data itu ada kita buat suatu laporan
Eksekutif 11 Mungkin yang pertama-tama kita harus mengetahui situasi dan kondisi di lapangan
dulu..ya, kemudian kita menganalisis situasiatau keadaan yang terjadi di masyarakat
..ya...misalnya permasalahan apa yang terjadi dimasyarakat..., baru kemudian kita
dapat membuat suatu perencanaan kesehatan.
Eksekutif 12 E.....kalau menurut saya....pertama-tama kita harus survei lapangan untuk melihat
apa yang menjadi masalah kesehatan, kemudian kita mengumpulakn data-data
pendukung dari masalah tersubut, dan kemudian kita buat satu dokumen berupa
perencanaan kesehatan, kemudian kita juga harus menetapkan prioritas masalah
yang ada, sehingga menjadi satu dokumen perencanaan yang baik, yang kemudian
kita serahkan ke dinas Kesehatan kota langsa
Eksekutif 13 Em....kalau yang selama ini yang kami buat...tentunya pertama-tama...em..kami
harus mengetahui dulu apa kebutuhan-kebutuhan yang ada di masyarakat kota
langsa, baru kemudian kami bisa membuat usulan perencanaan puskesmas ke dinas
kesehatan kota langsa
Legislatif 1 Yang saya tau selama ini..e...perencanaan kesehatan itu dibuat oleh dinas kesehatan
kota langsa...e...yang terus di usulkan kepemerintah kota langsa...,kemudian ada
juga rapat-rapat anggran tentang pengesahan anggaran yang telah di usulkan oleh
dinas masing-masing....
Legislatif 2 Kalau itu yang lebih tahu ya..kepala dinas kesehatan ya..., tapi secara umum
mungkin ...e.....dokumen perencanaanlah ya..., nanti dokumen perencanaan itu kan
akan kita tinjau kembali...

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, maka dapat diketahui ada 10 (sepuluh)


informan yang mengemukakan bahwa perencanaan kesehatan diawali dari
pengumpulan data, analisis data dan penyusunan program-program kemudian
disahkan oleh panitia anggaran, sementara 5 (lima) orang lainnya menjawab bahwa
langkah-langkah perencanaan kesehatan diawali dari dinas kesehatan, dan kebutuhan
dinas kesehatan yang diperoleh dari jawaban sebagai berikut”
“Kalau itu yang lebih tahu ya..kepala dinas kesehatan ya..., tapi secara umum
mungkin ...e.....dokumen perencanaanlah ya..., nanti dokumen perencanaan
itu kan akan kita tinjau kembali..”

“Em....kalau yang selama ini yang kami buat...tentunya pertama-


tama...em..kami harus mengetahui dulu apa kebutuhan-kebutuhan yang ada
di masyarakat kota langsa, baru kemudian kami bisa membuat usulan
perencanaan puskesmas ke dinas kesehatan kota langsa”

“Yang saya tau selama ini..e...perencanaan kesehatan itu dibuat oleh dinas
kesehatan kota langsa...e...yang terus di usulkan kepemerintah kota
langsa...,kemudian ada juga rapat-rapat anggran tentang pengesahan
anggaran yang telah di usulkan oleh dinas masing-masing”
44

E.....dalam hal ini...kita...pemerintah kota langsa..telah memberi wewenang


kepada dinas kesehatan untuk membuat perencanaan kesehatan setiap
tahunnya....,nah mungkin teknis pelaksanaannya..atau..e...langkah-
langkahnya...itu mereka yang lebih tau.....ya”.

E......Selama ini yang kita jalankan adalah dengan melihat keadaan


dilapangan..ya..mungkin kalau dinas kesehatan ya...harus melihat kondisi
masyarakatnya gimana.., apakah ada yang sakit atau ..apa-apa yang
dibutuhkan dalah hal pelayanan kesehatan..ya..karena kalau masalah
kesehatan...ya pasti dinas kesehatanlah yang lebih banyak mengetahuinya”

2. Sumber Data Perencanaan Kesehatan

Berdasarkan sumber data dalam perencanaan kesehatan secara umum


informan menjawab dengan variasi pemahaman. Adapun jawaban informan dapat
dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Jenis dan Sumber
Data dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Mungkin...data-data yang berhubungan dengan penyakit..ya,..seperti bila ada
kejadian wabah..., nah mungkin kita sangat memerlukan data..., contohnya dua
bulan terakhir..di daerah sungai pauh..itu ada kasus demem
berdarah...ya....mungkin dinas kesehatanlah yang sangat membutuhkan data.
Eksekutif 2 Kalau data-data tentang kesehatan ya..dinas kesehatanlah yang lebih tau...ya.
Eksekutif 3 Seperti yang saya sebutkan tadi , kita memulai dengan data-data dasar yang dapat
mendukung, seperti data jumlah penduduk, kemudian data jumlah sasaran bayi,
balita,batita kemudian jumlah ibu hamil, ibu nifas kemudian data usila, data jumlah
kematian dan data kesakitan, kemudian untuk sarana kesehatan kita juga harus
melihat, berapa sarana kesehatan yang kita miliki seperti jumlah puskesmas,
PUSTU, Polindes, poskesdes, kemudian kita juga perlu melihat jumlah kinjungan
ke sarana kesehatan itu.
Tabel 4.3. Lanjutan
Informan Jawaban
Eksekutif 4 Banyak.....seperti Jumlah angka kematian dan angka kesakitan, kemudian jumlah
sarana kesehatan yang ada dan yang belum ada di suatu daerah tersebut. Kemudian
jumlah kunjungan di puskesmas, kunjungan bayi, balita dan Lain-lain
Eksekutif 5 Sesuai dengan tolak ukur keberhasilan kesehatan, yaitu adalah Jumlah angka
kematian dan angka kesakitan, kemudian jumlah sarana kesehatan yang ada dan
yang belum ada di suatu daerah tersebut. Kemudian jumlah kunjungan di
puskesmas, kunjungan puskesmas ini terbagi 2 yaitu kunjungan rutin dan tidak
rutin, kermudian kunjungan bayi, balita dan batitaini
Eksekutif 6 Banyak..datanya ya....,misalnya jumlah angka kematian, angka
kesakitan...ya,..e..terus jumlah sarana kesehatan kita..., sarana kesehatan,
prasarananya.. maupun petugas itu sendiri..ya.., staf-staf kita ..,terus jumlah balita,
45

bayi..,ada juga jumlah ibu hamil..jumlah kunjungan di puskesmas..., kemudian kita


perlu juga meminta data ke rumah sakit untuk mendapatkan data ini.
Eksekutif 7 Datanya..terutama data demografi, data situsi kesehatan e....permasalahan-
permasalahan yang di dapat dari laporan-laporan dari puskesmas..kemudian data
sarana dan prasarana e.....isu-isu aktual yang sedang berkembang dimasyarakat..ya.
Eksekutif 8 Ya...pastinya data-data ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, usila dan data-data
lainlah yang bisa mendukung kita dalam menbuat perencanaan..
Eksekutif 9 Data Jumlah Penduduk/jiwa, data Jumlah angka Kelahiran,kematian dan angka
kesakitan, data Jumlah sarana kesehatan yang ada dan yang belum ada seperti
polindes,PUSTU dan Posyandu, jumlah kunjungan di puskesmas, jumlah bayi,
Balita, Batita dan lain-lainl.
Eksekutif 10 Ya....tentu saja data yang berhubungan dengan kesehatanlah...seperti data jumlah
kematian, kelahiran, ibu hamil, balita, usila....pokoknya banyak lagi lainnyalah...!
Eksekutif 11 Ya...yang sesuailah...misalnya dalam membuat perencanaan program gizi..ya....
sudah pasti kita harus mengetahui berapa yang terkena gizi buruk dan yang tidak
yang ada diwilayah kerja kita...begitu juga dengan program-program yang lain
Eksekutif 12 Yang jelas yang sering kit lakukan selama ini dalah mencari data emografi, karena
kita harus mengetahui wilayah kerja kita, kemudian jumlah angka kematian,
kesakitan, kelahiran dan jumlah bayi,kemudian kita juga perlu melihat jumlah
kunjungan di puskesmas.
Eksekutif 13 Data yang kami butuhkan ...em....adalah data penduduklah...misalnya jumlah
angka kematian, kesakitan dan banyak lagi....pokoknya yang dapat mendukung
dalam proses perencanaan puskesmas
Legislatif 1 Em......kalau masalah kesehatan tentunya dinas kesehatanlah yang mengetahui apa
saja yang mereka butuhkan untuk perencanaan, ya..terutama data-data tadi...kalau
kami kan..hanya mengetahui perencanaan yang mereka buat sudah dalam bentuk
dokumen usulan
Legislatif 2 E.....mungkin data-data yang berkaitan dengan kesehatan..ya..., e....orang dinas
kesehatanlah yang lebih tau..ya.

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa secara keseluruhan mampu


menjawab dengan baik data-data yang dibutuhkan dalam perencanaan kesehatan.
Data tersebut meliputi data demografi seperti jumlah penduduk, data-data penyakit,
data-data masalah kesehatan lainnya seperti data balita gizi buruk, data jumlah tenaga
dan sarana pelayanan kesehatan.

3. Pentingnya Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.4. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Pentingnya


Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Ya...penting..ya,..karena setiap kita hendak melaksanakan sesuatu pasti kita perlu
data....ya..! lebih-lebih masalah kesehatan...kita tidak boleh sembarangan dalam
membuat perencanaan, karena imbasnya nanti pasti kemasyarakat juga, jadi baik-
tidaknya suatu pekerjaan tentu harus didukung oleh perencanaan yang baik pula..ya.
46

Eksekutif 2 E.....Perencanaan itu perlu kita lakukan .., karena dengan adanya perencanaan..,
kita dapat mengetahui sejauh mana perkembangan yang sudah kita lakukan
terutama setahun kebelakang dan apa rencana kita setahun kedepan...!
Eksekutif 3 Perencanaan kesehatan sangat-sangat penting, pertama kita dapat melihat tujuan
dari setiap perencanaan kesehatan itu, kemudian kita dapat menghindari tumpang
tindih dalam perencanaan kesehatan yang kita buat, kemudian setiap perencanaan
yang kita buat tidak salah arah dan sesuai dengan yang kita harapkan.
Eksekutif 4 Penting......karena agar perencanaan yang dilakukan dapat sesuai dengan yang
dibutuhkan, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam perencanaan dan agar tujuan
perencanaan kesehatan tidak menjadi salah arah
Eksekutif 5 Penyusunan perencanaan kesehatan itu penting, karena setiap program yang ada di
dinas Kesehatan harus membuat suatu perencanaan kegiatan kedepan dan dapat
berjalan sesuai dengan kebutuhan, kemudian agar tidak terjadi tumpang tindih
dalam perencanaan kesehatan misalnya antara perencanaan puskesmas dengan
perencanaan yang di buat di dinas kesehatan sendiri dan tidak salah arah.
Eksekutif 6 E...tentu penting ya...terutama..kita untuk mengetahui keadaan di kota langsa
ini...kita kan.... harus tau datanya.., keadaannya begini..kedepan e..kita harus tau
untuk merencanakannya..terus dengan adanya yang kita rencanakan itu tidak terjadi
tumpang tindih kegiatan.., tidak usah jauh...kita di dinas kesehatan ini ada beberapa
bidang..., ada bidang promkes, p2P.., sebenarnya bidang promkes dan p2p
ini..kadang-kadang mereka sama-sama ada mengadakan penyuluhan...nah..dengan
adanya perencanaan kesehatan kita dapat mencegahnya
Eksekutif 7 Perencanaan kesehatan itu menurut saya sangat penting..dengan adanya
perencanaan dapat mengarahkan pelaksanaan dari suatu kegiatan program-
program..sehingga nantinya dapat terarah, terkoordinasi dan terpadu secara
keseluruhan
Eksekutif 8 Kalau ditanya mengapa..ya....karena...kalau kita tidak menyusun suatu perencanaan
kesehatan...bagaimana kita dapat mengetahui apa yang mau kita jalankan..iyakan...!

Tabel 4.4. Lanjutan


Informan Jawaban
Eksekutif 9 Perencanaan merupakan suatu ujung tombak , karena dengan adanya perencanaan
kita dapat mewaspadai agar tujuan perencanaan dapat berjalan sesuai dengan
kebutuhan, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam perencanaan Kesehatan
misalnya dinas kesehatan merencanakan program Sementara instansi lain
merencanakan hal yang sama, dengan adanya perencanaan kita dapat membahas
bersama , duduk bersama untuk membahas hal tersebut dan memilah-milah agar
tidak terjadi tumpang tindih dalam perencanaan.
Eksekutif 10 Pentinglah...dari mana kita tahu angka kelahiran bayi berapa ..! Ibu hamil berapa?
Sudah itu darimana kita tahu orang yang sehat itu berapa...?yang meninggal ada apa
tidak..?jadi semua itu harus kita lakukan ....tapi kita tidak bisa melakukannya
sendiri..makanya kita ada Pustu , Polindes untuk membantu kita...ada juga bidan
desa yang bergerak didesa..!
Eksekutif 11 Ya...penting sekalilah...karena dengan perencanaan itulah kita menjalankan semua
kegiatan-kegiatan,...kalau tanpa perencanaan yang mau menjalankan apa..!semua
pasti harus dengan perencanaan dulu.
Eksekutif 12 Yaa..jelas sangat penying..karena tanpa perencanaan tentu kita tidak akan bisa
menentukan anggaranyang kita butuhkan, dan dengan perencanaan ita dapat
menjalankan kegiatan dengan baik.
47

Eksekutif 13 Kalau ditanya itu....ya...sangat pentinglah.....karena kalau tidak ada perencanaan


bagaimana kita bisa menjalankan kegiatan...!
Legislatif 1 Saya rasa memang penting ya..karena hidup kita inikan penuh dengan rencana-
rencana...hm...kalau tanpa ada rencana apa-apa..kan ..bisa gawat hidup
kita...he..he...he...!, ya..itu tadi dinas kesehatan memang harus..selalu bisa
membuat perencanaan kesehatan setiap tahunnya..ya...kalau bisa yang memang
benar-benar bisa menyentuh masyarakatlah...., jangan membuat usulan-usulan yang
jauh dari kebutuhan masyarakat..iyakan.....!
Legislatif 2 Penting..ya.., karena kalau kita sudah merencanakan berarti kita kan sudah tau apa
yang akan kita harapkan kedepan

Berdasarkan Tabel 4.4. secara keseluruhan pemahaman pentingnya


perencanaan kesehatan adalah sebagai langkah pertama untuk dapat melakukan
kegiatan atau program kesehatan di masa akan datang, dan sebagai dasar dalam
memantau situasi kesehatan dimasa akan datang.

4. Penanggungjawab terhadap Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.5. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Penanggung


Jawab Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Selain...e...pemerintah daerah sendiri..ya sudah tentu dinas kesehatan..ya, karena
dinas merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah kota langsa...e..terutama
untuk menangani masalah-masalah kesehatan yang terjadi di kota langsa.
Eksekutif 2 Ya...dinas kesehatan..ya..tapi kalau secara umum..e....ya..semua kita harus
bertanggung jawab..ya..lebih-lebih masalah kesehatan
Eksekutif 3 Dalam hal perencanaan kesehatan ini bukan dinas kesehatan saja yang terlibat,
tetapi pihak pembangunan pemerintah kota langsa , kemudian DPR dan Bappeda
kota langsa juga ikut terlibat didalamnya
Eksekutif 4 Banyak pihak-pihak yang terlibat, seperti Wali Kota Langsa, DPRD Kota Langsa itu
sendiri dan langsung yang berperan seperti Kepala Dinas Kesehatan dan BAPPEDA
Kota Langsa
Eksekutif 5 Yang jelas di daerah ini sebagai penanggung jawab utama adalah Wali Kota Langsa
sebagai penguasa daerah dan setelah itu DPRD Kota Langsa yang menyetujui
perencanaan yang telah ditetapkan dan Kepala Dinas Kesehatan yang
menjalankanprogram-program kesehatan tersebut, setelah itu BAPPEDA Kota
Langsa yang merencanakan dan mengakomodir semua perencanaan yang ada di
kota Langsa.
Eksekutif 6 Ya...kalau masalah perencanan ya..tentu saja kita..dinas kesehatan..ya.,setelah itu
perangkat yang lain..lah..,Wali kotanya, DPR juga...e...terus Bappeda.., jkalau untuk
kesehatannya sendiri masyarakat juga harus bertanggung jawab...
Eksekutif 7 E....semua kita bertanggung jawab...mulai dari tingkat puskesmas barangkali
sebagain unit pelaksanaan teknis...yang sangat mendasar..kemudian dinas kesehatan
juga..pihak eksekutif dan legislatif.
Eksekutif 8 Kalau menurut saya yang bertanggung jawab disini..adalah dinas kesehatan kota
48

langsa, karena dinas merupakan instansi yang langsung menangani masalah yang
terjadi dimasyarakat kota langsa...., selain itu mungkin Walikota langsa juga ya..
Eksekutif 9 Yang pertama-tama Dinas Kesehatan Kota Langsa sendiri selanjutnya Wali Kota
Langsa, DPRD Kota Langsa, Kepala Dinas Kesehatan karena dia yang lebih tau
msalah kesehatan di kota langsa dan masyarakatnya, BAPPEDA Kota Langsa dan-
Masyarakat Kota Langsa itu sendiri
Eksekutif 10 E...yang pertama...ya dari Dinas kesehatan sendiri..,ya semualah yang meliputi
orang-orang kesehatan..,terus yang kedua kita..kalau tidak didukung oleh wali kota
tentu tidak akan bisa berjalan...,kemudian juga dari jajaran pererintah kita juga harus
saling mendukung..terus dari lintas sektoral..seperti..e...kepolisian.. ,.sudah itu dari
masyarakat itu sendiri....e..kalau masyarakat tidak mau berperan dalam
kesehatannya sendiri bagaimana kita bisa melaksanakannya
Eksekutif 11 Mungkin yang pasti dinas kesehatan ya..., tapi puskesmas juga turut bertanggung
jawab dalam hal perencanaan dan pelayanan kepada masyarakt.
Eksekutif 12 Sudah pasti Kepala Dinas Kesehatanlah.....Diakan.. sebagai penanggung jawab
kesehatan di wilayah kota langsa, selain itu juga Wali kota langsa, DPRD dan Lintas
sektor lainnya. seperti Bappeda, kepolisian,dan asyarakat Kota Langsa.

Tabel 5.5 Lanjutan


Informan Jawaban
Eksekutif 13 Yang saya tau selama ini adalah....Dinas Kesehatan itu sendirilah karena setiap
usulan perencanaan puskesmas kami antar ke dinas kesehatan kota langsa,
dan...selanjutnya mungkin dinas akan melanjutkan ke Pemko langsa...dan itupun
setelah di rekap dulu oleh dunas kesehatan....
Legislatif 1 Sudah pasti dinas kesehatan ya..karena memang mereka yang bertanggung jawab
penuh dalam perencanaan kesehatan..khususnya masalah pelayanan kesehatan
masyarakat.
Legislatif 2 Yang pasti kepala dinas kesehatan ya...

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan pemahaman informan tentang


penanggung jawab perencanaan kesehatan bervariasi. Ada 11 (sebelas) informan
mengatakan bahwa penanggung jawab perencanaan kesehatan adalah Dinas
Kesehatan, sementara lainnya mengemukakan bahwa seluruh komponen terlibat
sebagai penanggungjawab perencanaan kesehatan di kota Langsa seperti jawaban
berikut ini:
”Banyak pihak-pihak yang terlibat, seperti Wali Kota Langsa, DPRD Kota
Langsa itu sendiri dan langsung yang berperan seperti Kepala Dinas
Kesehatan dan BAPPEDA Kota Langsa”

”Yang jelas di daerah ini sebagai penanggung jawab utama adalah Wali
Kota Langsa sebagai penguasa daerah dan setelah itu DPRD Kota Langsa
yang menyetujui perencanaan yang telah ditetapkan dan Kepala Dinas
Kesehatan yang menjalankanprogram-program kesehatan tersebut, setelah
itu BAPPEDA Kota Langsa yang merencanakan dan mengakomodir semua
perencanaan yang ada di kota Langsa”
49

”Yang pertama-tama Dinas Kesehatan Kota Langsa sendiri selanjutnya Wali


Kota Langsa, DPRD Kota Langsa, Kepala Dinas Kesehatan karena dia yang
lebih tau msalah kesehatan di kota langsa dan masyarakatnya, BAPPEDA
Kota Langsa dan- Masyarakat Kota Langsa itu sendiri”

Bahkan ada informan yang mengemukakan bahwa penanggung jawab utama dalah
puskemas, seperti jawaban berikut ini:
”E....semua kita bertanggung jawab...mulai dari tingkat puskesmas
barangkali sebagai unit pelaksanaan teknis...yang sangat
mendasar..kemudian dinas kesehatan juga..pihak eksekutif dan legislatif”

5. Peran Puskesmas dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.6. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Peran Puskesmas


dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Ini...mungkin yang lebih tau dinas kesehatan..ya, tapi menurut saya..., karena
puskesmas berhibungan langsung dengan masyarakat dalam
pelayanan...ya...harus..sangat berperan..ya
Eksekutif 2 Mungkin dinas yang lebih tau ya.., tapi mungkin...e...menurut saya puskesmas juga
harus berperan dalam perencanaan kesehatan..ya
Eksekutif 3 Karena puskesmas itu ujung tombak pelayanan kesehatan, memang perencanaan
kesehatan itu kita mulai dari puskersmas, apa-apa saja kebutuhan dari puskesmas,
karena puskesmaslah yang melakukan pelayanan kepada masyarakat kota langsa di
setiap harinya, kemudian puskesmas itu sendiri merupakan sumber informasi bagi
dinas kesehatan dalam membuat suatu perencanaan kesehatan.
Eksekutif 4 Ya....musti berperan..karena puskesmas adalah sumber informasi dari data-data
pelayanan kesehatan
Eksekutif 5 Memang perencanaan kesehatan ini harus dari bawah,diantaranya permasalahan
yang ada saai ini, jadi sumber informasi dan data-data itu adalah dari puskesmas
yang dikumpulkan oleh bidan desa.
Eksekutif 6 E......yang kita taukan puskesmas itu ujung tombak kita ...Dinas kesehatan...,
merekalah ujung tombaknya..terus merekalah yang berperan.., baik dari
pengumpuilan data..karena merupakan pusat informasi bagi Dinas kesehatan
Eksekutif 7 Kalau menurut saya peran puskesmas seperti yang saya sampaikan tadi...dimana
puskesmas..e....suatu pelayanan yang langsung berhubungan dengan
masyarakat,sehingga puskesmas dapat menampung aspirasi dari
masyarakat....jadikan kita dapat usulan dari bawah keatas...atau Baten Up...ya...dan
puskesmas dapat menyampaikan kedinas kesehatan.
Eksekutif 8 Em......Saya rasa peran mereka selama ini sudah baik ya..karena setiap tahun
mereka selalu mengusulkan apa-apa yang dibutuhkan di masyarakat yang ada
disekitar wilayah kerja mereka
Eksekutif 9 Disini Puskesmas sangat berperan, karena permasalahannya menyangkut dengan
masyarakat yang berada diwilayah puskesmas, jadi puskesmas itu adalah sumber
informasi dari masyarakat.
50

Eksekutif 10 E.....e.....pentinglah..., karena ibaratnya puskesmas ini perpanjangan dari dinas..,


ya...untuk kemasyarakat..dari judulnya saja pusat kesehatan masyarakat..jadi sangat
penting,..!.
Tabel 4.6. Lanjutan
Eksekutif 11 Sejauh ini yang saya ketahui....,kami mengusulkan kegiatan-kegiatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat...kemudian kami sampaikan ke dinas kesehatan..nah
mungkin dinaslah yang merekap dan menjadikan satu dokumen untuk di bahas
bersama-sama di DPR.
Eksekutif 12 Em.....saya rasa Puskesmas hanya sebatas memberikan data-data tentang kebutuhan
masyarakat terutama yang menyangkut dengan kesehatan masyarakat, misalnya
datadata yang dibutuhkan oleh dinas untuk membuat perencanaan kesehatan, namun
demikina puskesmas juga mempunyai tangguang jawab terhadap pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat.
Eksekutif 13 Ya.....selama ini kami sudah cukup berperanlah...karena setiap tahunnya dinas
kesehatan selalu meminta data-data usulan peerencanaan kesehatan ke
puskesmas...jadi dalam hal ini kami sangat berperanlah.....
Legislatif 1 Mungkin dalam hal ini ...e.....yang lebih tau adalah Dinas kesehatan ya..karena
puskesmas..kan..ada di bawah dinas kesehatan.ya..kepala dinaslah yang lebih tau...
Legislatif 2 Kalau itu saya kurang tau..ya..,karena kitakan menerima dan membahas dokumen
perencanaan yang sudah dibuat oleh dinas kesehatan..., tapi ya...puskesmaspun saya
rasa harus berperanlah
Berdasarkan Tabel 4.6, diketahui seluruh informan mengemukakan bahwa
peran puskesmas dalam perencanaan kesehatan sebatas menyediakan data-data yang
dibutuhkan untuk analisis perencanaan kesehatan yang dibuat oleh Dinas Kesehatan,
artinya perencanaan program-program kesehatan tidak diusulkan dari puskesmas.

6. Peran Dinas Kesehatan dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.7. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Peran Dinas


Kesehatan dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 E....dalam hal ini memang Dinas kesehatanlah yang harus banyak berperan dalam
bidang kesehatan.., kalau kami pemerintah kota langsa selalu mendukung kegiatan-
kegiatan yang di lakukan oleh dinas kesehatan.
Eksekutif 2 Ya...sudah baik sekali ya...
Eksekutif 3 Karena kita tahu..perencanaan kesehatan itu yang membuat adalah dinas kesehatan
dengan berkoordinasi dengan puskesmas, jadi sangat-sangat penting bagi dinas
kesehatan dalam membuat perencanaan, oleh karenanya dinas kesehatan itu sendiri
harus benar-benar banyak berperan dalan membuat suatu perencanaan kedepan
terutama di kota langsa

Tabel 4.7. Lanjutan


Eksekutif 4 Tentu lebih sangat berperan....... karena Dinas Kesehatanlah yang membuat atau
menentukan sebuah perencanaan kesehatan
51

Eksekutif 5 Dinas Kesehatan sangat berperan karena Dinas Kesehatanlah yang menyusun
semua pelaksanaan yang ada di kota langsa sehingga dinas itui dapat menjalankan
program-program yang dibutuhkan oleh masyarakat dikota langsa.
Eksekutif 6 Ya...berperan sekali..., karena kita harus membuat dan menyusun semua
perencanaan kesehatan untuk kegiatan-kegiatn program kesehatan yang
berhubungan dengan masyarakat secara matang...
Eksekutif 7 Dinas kesehatan setelah mendapat usulan-usulan dari puskesmas-
puskesmas..kemudian dinas kesehatan menyusun suatu program..kemudian
menyampaikan kepada tim anggaran kepada pihak legislatif dan eksekutif
Eksekutif 8 Dalam hal ini....Dinas kesehatan harus sangat berperan...selain usulan-usulan yang
telah diajukan oleh puskesmas...dinas sendiri harus turun langsung untuk melihat
keadaan kesehatan di masyarakat, baik itu posyandunya, penyuluihannya ...dan
mungkin melihat sarana kesehatan apa lagi yang masih dibutuhkan oleh
masyarakat...
Eksekutif 9 Dinas Kesehatan harus sangat berperan karena mulai dari penyusunan draf sampai
dengan pelaksanaan kegiatan adalah Dinas kesehatan, misalnya Dinas Kesehatan
yang mengajukan ke Wali Kota, berarti Dinas Kesehatan itu sendiri harus bisa
mempertahankan apa yang telah di ajukan oleh Dinas kesehatan.
Eksekutif 10 E..penting juga...karena disatu sisi puskesmas kita kan tunduknya kedinas, jadi
semua itu dinas yang mengatur kemana-kemana, apa yang harus
dilakukan...makanya itu kita sebut puskesmas perpanjangan dari dinas,jadi yang
melakukan itu puskesmas..tapi ada juga perpanjangan dari puskesmas....yaitu
polindes, pustu..!
Eksekutif 11 Sudah sangat baik ya..., karena dinas juga bertanggung jawab penuh terhadap
kesehatan yang ada di kota langsa ini.., jadi perannya sudah baiklah...
Eksekutif 12 Dalam hal ini....em..... Dinas Sangat bertanggung jawab, dan harus berperan aktif
dan cepat tanggap dengan kesehatan yang terjadi di masyarakat kota langsa, kalau
bukan dinas kesehatan dan puskesmas yang peduli dengan kesehatan kota langsa
siapa lagi...
Eksekutif 13 Kalau yang saya tau....e....dinas kesehatan yang merekap usulan kegiatan
perencanaan kesehatan...yang mungkin kemudian akan diteruskan ke Wali Kota
Legislatif 1 Ya..harus berperanlah....memang selama ini dinas sudah cukup baik....dalam
membuat perencanaan ...tapi..kadang-kadang ada kegiatan yang menurut kami tidak
langsung menyentuh ke masyarakat....misalnya pelatihan-pelatihan kader, bidan
desa..pokoknya menurut kami mubajir saja kegitan itu..
Legislatif 2 Sudah pasti harus berperan ya...,karena dinas kesehatan yang lebih tau tentang
kebutuhan kesehatan
Berdasarkan Tabel 4.7. di atas, secara keseluruhan informan mengemukakan
bahwa pemahaman informan tentang peran dinas kesehatan adalah sebagai penyusun
rencana program-program kesehatan dalam perencanaan kesehatan sampai pada
pelaksanaanya di masyarakat.
7. Peran Bappeda dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.8. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Peran Badan


Perencanaan Daerah (Bappeda) dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
52

Eksekutif 1 Bappeda juga ikut berperan ya.., karena dalam menyusun dokumen perencanaan
daerah...e...Bappedalah yang melakukannya.
Eksekutif 2 Dalam hal ini...Bappeda sudah bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku...dan
kita selalu mengkoordinasikan segala kejanggalan-kejanggalan yang ada pada
usulan yang dibuat oleh dinas-dinas lain ...mungkin...contohnya dari dinas
kesehatanlah
Eksekutif 3 Dalam hal ini Peran bapeda terhadap perencanaan kesehatan adalah memberikan
masukan atau saran-saran dalam membuat perencanaan kesehatan, sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam perencanaan
Eksekutif 4 BAPPEDA selama ini sudah cukup baik...karena meraka banyak memberikan
masukan dan arahkan,kemudian mengkaji ulang terhadap perencanaankota langsa
juga telah adanya koordinasi
Eksekutif 5 BAPPEDA hanya memberikan masukan dan saran mereka dan mengkaji ulang
rencana kerja agar tidak terjadi kesalahan dalam perencanaan dan disini juga
disesuaikan dengan anggaran yang ada di kota langsa, jadi kalau kita merencanakan
sesuatu tetapi anggaran tidak ada , jadi kita mengambil jalan skala prioritas tadi.
Eksekutif 6 Mereka ikut berperan juga.., dalam perencanaan kesehatan
Eksekutif 7 Selama ini bappeda membahas usulan-usulan yang telah diajukan oleh dinas
kesehatan e.....untuk mengidentifikasi ..e...mana usulan yang...lebih
prioritas...sehingga nantinya dapat dibahas dengan tim anggaran di DPRK...
Eksekutif 8 Selama ini yang saya tau mereka adalah sama seperti dinas kesehatan kota
Langsa..yaitu sama-sama membuat perencanan kesehatan kedepan.
Eksekutif 9 Peran BAPPEDA sangat penting, karena usulan yang telah kita buat jangan sampai
tidak disetujui dan Bappeda sendiri harus selektif dalam memilih kegiatan yang
sangat di butuhkan oleh dinas Kesehatan
Eksekutif 10 E..Bappeda ya...! kalau bisa dibilang bappedahanya sebatas..e...sewaktu kita
membutuhkan misalnya sarana..prasarana..itukan kitakan mengajukannya ke
Bappeda ya.., jadi hanya sebatas itu..Cuma..e....dan juga mereka itu harus bisa
memahami..misalnya gini...apa yang kita ajukan itu harus paham.., e..untuk apa..!
Eksekutif 11 Mungkin Bappeda bersama-sama dengan dinas kesehatanlah dalam membuat
perencanan untuk kota langsa....,tapai kalau peran Bappeda secara khusus..e...saya
tidak tau pasti.
Eksekutif 12 Peran bapeda terhadap perencanaan kesehatan adalah saling mengingatkan dan
membantu dalam hal kegiatan-kegiatan yang di usulkan oleh dinas kesehatan, agar
perencanaan kesehatan dapat lebih mengarah kepada yang lebih baik dan sesuai
dengan kebutuhan pemerintah kota langsa.
Eksekutif 13 Emm.......yang saya tau.... setiap usulan kegiatan yang sudah kami buat....akan kami
sampaikan ke dinas kesehatan, kalau bappeda itu sendiri kami tidak pernah
berhubungan langsung..jadi kami tidak mengetahui perannya terhadap perencanaan
kesehatan selama ini..

Tabel 4.8. Lanjutan


Legislatif 1 Ya...yang selama ini kita tau Bappeda juga berperan dalam perencanan yang ada di
kota langsa
Legislatif 2 Mungkin dalam hal ini bappeda juga membuat perencanaan bersama-sama dengan
dinas kesehatan..ya, jadi nanti tidak terjadi tumpang tindih dalam perencanaan.
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui ada 6 (enam) informan mengemukakan
bahwa peran Bappeda adalah ikut serta dalam penyusunan perencanaan kesehatan di
53

Kota Langsa. Selain itu ada 7 (tujuh) informan juga yang mengemukakan bahwa
peran Bappeda dalam perencanaan kesehatan adalah sebagai lembaga
untukmengoreksi, menyesuaikan, dan memberikan masukan-masukan bagi penyusun
rencana program kesehatan untuk dijadikan sebagai dokumen perencanaan sebelum
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Selain itu ada 1 (satu) informan yang mempunyai pemahaman yang berbeda
tentang peran Bappeda, diantaranya bahwa bappeda tidak mempunyai hubungan
langsung dengan perencanaan kesehatan dan dinas kesehatan. Jawaban ini diperoleh
dari informan sebagai berikut:
”Emm.......yang saya tau.... setiap usulan kegiatan yang sudah kami
buat....akan kami sampaikan ke dinas kesehatan, kalau bappeda itu sendiri
kami tidak pernah berhubungan langsung..jadi kami tidak mengetahui
perannya terhadap perencanaan kesehatan selama ini”

Informasi lain tentang pemahaman tentang peran Bappeda dalam perencanaan


kesehatan merupakan penyusun tunggal untuk perencanaan kesehatan. Hal ini
diperoleh dari jawaban informan sebagai berikut:
”Bappeda juga ikut berperan ya.., karena dalam menyusun dokumen
perencanaan daerah...e...Bappedalah yang melakukannya”

8. Peran DPRD dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.9. Matrik Jawaban Informan Tentang Pengetahuan Peran DPRD


dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Mungkin...e...mereka juga ikut berperan..., misalnya kita selalu duduk bersama
dalam membahas anggaran kegiatan-kegiat yang di usulkan oleh instansi-instansi
yang ada di pemerintah kota langsa.
Eksekutif 2 Mereka juga ikut berperan..ya.., karena nantinya mereka yang mengesahkan semua
anggaran yang kita usulkan....
Eksekutif 3 Disini DPRD juga berperan, karena kita juga ikut melibatkan anggota DPRD yaitu
di komisi A, selain menjadi wakil dari rakyat dalam perencanaan kesehatan mereka
juga ikut mengawasi pelaksanaan-pelaksanaan program kesehatan yang telah kita
buat, kemudian mereka juga yang nantinya akan menyetujui usulan anggaran yang
telah dibuat oleh Bappeda dan dinas kesehatan
Eksekutif 4 Juga turut berperan.......pertama dalam mengawasi perencanaan kesehatan yang
telah dibuat oleh dinas kesehatan, kemudian memang mereka juga telah menyetujui
anggaran yang telah dibuat oleh Bappeda dan dinas Kesehatan, juga memberi
masukan pada dinas kesehatan kota langsa
Eksekutif 5 Peranan DPRD dikota Langsa adalah masalah pelaksanaan program kesehatan yang
telah dibuat oleh dinas kesehatan dan sebelumnya juga mengetahui perencanaan
tersebut sehingga dia dapat mengerti dan mengawasi pelaksanaan program tersebut
54

Eksekutif 6 Perannya..,.mereka membantu kita ya..,terutama meraka juga mengawasi kegiatan


program kita ..ya,..e....semua usulan yang telah kita usulkan bersama-sama dengan
bappeda
Eksekutif 7 DPR sama dengan eksekutif tadi...e...sama-sama membahas....bersama eksekutif
sehingga nantinya berhasil menyimpulkan suatu kesepakatan yang dapat dituangkan
kedalam kebijakan umum anggaran
Eksekutif 8 Menurut saya peran DPRD selama ini..e.....belum begitu baik karena mereka tidak
mau turun langsung kelapangan untuk melihat keadaan kesehatan di
masyarakat...kalaupun ada mereka hanya melihat sambil lewat....gitu...!
Eksekutif 9 DPRD Kota Langsa harus tanggap dengan Kesehatan, karena Pemerintah telah
mencanangkan Indonesia Sehat Tahun 2010, dan DPRD Kota Langsa juga harus
mendukung semua kegiatan kesehatan untuk kemajuan kesehatan.
Eksekutif 10 O..kalau DPR sangat penting..., sangat pentingnya...e...jadi mereka itu harus tau
berapa banyak yang sehat, berapa banyak yang sakit..!, yang lahir..., jadi mereka
waktu kita mengajukan sesuatu itu tidak hanya...manasih ininya..datanya...e...jadi
mereka juga harus tau, jadi sebenarnya penting sekali DPR ini ..karena dia yang
mendukung...a....kegiatan-kegiaatn ...terutama anggaran
Eksekutif 11 Ya...mungkin mereka hanya bertugas mengesahkan anggaran ya...,walau ada
masukan-masukan dari mereka ..tapi pada dasarnya harus diserahkan kembali
kepada dinas yang bersangkutan
Eksekutif 12 DPRD sebagai salah satu wakil masyarakat kota langsa harus sangat berperan
dalam perencanaan kesehatan, karena DPRD telah menjadi wakil rakyat, sudah
sepantasnya memperjuangkan hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat terutama
masalah kesehatan.

Tabel 4.9. Lanjutan


Eksekutif 13 Mungkin...ini....e.....sama juga dengan Bappeda tadi...,.kami tidak berhubungan
langsung dengan mereka...mungkin mereka hanya berhubungan dengan dinas
kesehatan...jadi kami tidak tau sejauh mana peren mereka terhadap perencanaan
kesehatan.
Legislatif 1 Ya...bagaimana....ya...., kalau kami tidak berperan..nanti..katanya tidak mau
memperjuangkan kebutuhan masyarakat kota langsa.., karena kami juga banyak
masukan-masukan....e....... dari masyarakat..ya......tentunya.,..misalnya....masalah
pembangunan-pembangunan polindeslah
Legislatif 2 Dalam hal ini..e...kami juga ikut terlibat...,karena kami juga kan punya hak untuk
mengetahui apa-apa saja yang akan dilakukan dalam perencanaan kesehatan ya.

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui pemahaman informan tentang peran DPRD


dalam perencanaan kesehatan cenderung bervariasi. Ada 5 (lima) informan
mengemukakan bahwa peran DPRD dalam perencanaan kesehatan adalah sebagai
pengawas dalam setiap pelaksanaan program yang telah disetujui. Selain itu ada 4
(empat) informan mengemukakan bahwa peran DPRD adalah sebagai penentu atau
lembaga yang mengesahkan setiap usulan program-program kesehatan dalam
perencanaan kesehatan. Sedangkan 6 (enam) informan lain cenderung memahami
peran DPRD sangat penting dalam memperjuangkan hak-hak atau kebutuhan-
kebutuhan masyarakat dalam perencanaan kesehatan. Hal ini diperoleh dari jawaban
informan sebagai berikut:
55

”DPRD sebagai salah satu wakil masyarakat kota langsa harus sangat
berperan dalam perencanaan kesehatan, karena DPRD telah menjadi
wakil rakyat, sudah sepantasnya memperjuangkan hal-hal yang berkaitan
dengan masyarakat terutama masalah kesehatan”

”DPRD Kota Langsa harus tanggap dengan Kesehatan, karena Pemerintah


telah mencanangkan Indonesia Sehat Tahun 2010, dan DPRD Kota Langsa
juga harus mendukung semua kegiatan kesehatan untuk kemajuan
kesehatan”

9. Sikap Informan Tentang Perencanaan Kesehatan

a. Pandangan Keterlibatan Eksekutif dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.10. Matrik Jawaban Pandangan Informan tentang Keterlibatan


Eksekutif dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Seperti yang saya katakan tadi...., Bappeda bersama-sama dengan kami dalam
membahas persetujuan anggaran daerah.., oleh karenanya mereka sangat terlibat
dalam proses perencanaan...ya
Eksekutif 2 Sudah baik...ya.., in dapat kita lihat dari adanya usulan-usulan yang dibuat oleh
setiap instansi di jajaran pemerintah kota langsa setiap tahunnya...ya..terutama dinas
kesehatan itu sendiri ya.
Eksekutif 3 Didalam perencanaan kesehatan, biasanya setelah dinas kesehatan membuat usulan-
usulan kegiatan perencanaan kesehatan, mereka akan melihat apakah usulan yang
telah kita buat...ada tersedia dana dari pemerintah kota langsa, kemudian mereka
juga akan melihat apakah selain dana dari APBD, seperti dana dari APBN dan juga
mereka akan melihat apakah ada terjadi tumpang tindih dana antara APBD dengan
APBN dalam perencanaan kesehatan.yang jelas antara eksekutuf dan legislatif
saling mendukung dalam perencanaan kesehatan
Eksekutif 4 E.......kalau keterlibatan Eksekutif..mereka hanya merekap dan
mengkoordinasikan program-program agar tidak terjadi tumpang tindih
perencanaan dalam bidang kesehatan
Eksekutif 5 Eksekutif dalam perencanaan kesehatan merekap dan mengkoordinasikan kegiatan
yang ada agar tidak terjadi tumpang tindih dalam perencanaan kesehatan, karena
kalau kita lihat sekarang ini banyak program-program yang harus kita rencanakan
sesuai dengan maksud dari masyarakat dan maksud dari LSM baik dari Puskesmas
itu kita rekap dan jangan terjadi tumpang tindih.
Eksekutif 6 Ya...harus saling mendukunglah, bekerja sama....
Eksekutif 7 Bappeda keterlibatannya seperti yang saya sebutkan tadi..e...membahas mana-mana
program yang menjadi prioritas tapi e...yang menyusunnya dari dinas kesehatan.
Eksekutif 8 Ya...kan ..sudah saya bilang tadi...mereka bersama-sama dengan dinas kesehatan
dan mungkin..secara khusus meraka lebih bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di pemerintah kota langsa
Eksekutif 9 Eksekutif merupakan suatu instansi untuk mengontrol kegiatan kesehatan agar
semua kegiatan yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik, dan saling
56

mendukung juga berdampingan dengan Dinas Kesehatan Kota Langsa dan bekerja
sama dalam perencanaan kesehatan kota Langsa agar semua rencana
pembangunan kesehatan dapat berjalan dengan lancar.
Eksekutif 10 Kalau saya bilang masih kurang..., jadi begini... masih kurangnya..e..tidak
mendalami..hanya tau hasil..akan tetapi tidak mau tau pekerjaannya seperti
apa....apabila salah menurut mereka...ya..salah lah..., padahal belum tentu seperti
itu..!
Eksekutif 11 Semua...saya rasa harus terlibat ya..., karena kesehatan ini kan bukan milik dinas
kesehatan atau puskesmas saja.., tapi milik kita semua.

Tabel 4.10. Lanjutan


Eksekutif 12 Sejauh ini saya hanya mengetahui Bappeda itu adalah mitra kerja Dinas
Kesehatan Kota Langsa dan sering mengadakan rapat-rapat kerja pembangunan
daerah ya...mungkin saja semua program-program kesehatan sudah menjadi
sebagian agenda pelaksanaan pembangunan kesehatan kota Langsa oleh Bappeda.
Eksekutif 13 Kalau menurut saya.....mungkin mereka juga terlibat..tapi saya tidak mengetahui
sejauh mana keterlibatannya di dalam perencanaann kesehatan.
Legislatif 1 Ya...memang harus terlibatlah semuanya...!..e.....mereka kan yang membuat dan
mengusulkan kepada kami yang kemudian kita bahas dalam anggran.
Legislatif 2 Kalau eksekutif..mungkin mereka lebih mengarah kepada pelaksanaan teknis ya...

Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa ada 6 (enam) informan yang
mempunyai pandangan bahwa keterlibatan eksekutif dalam perencanaan kesehatan
adalah berkaitan dengan dalam merekapitulasi, dan mengkoordinasikan setiap usulan-
usulan program-program kesehatan dalam perencanaan kesehatan, serta menyeleksi
setiap program-program kesehatan yang dianggap prioritas.
Selain itu ada juga informan yang mengemukakan bahwa pandangan informan
tentang keterlibatan eksekutif hanya dalam tehnis pelaksanaan setiap program yang
telah diusulkan. Hal ini diperoleh dari jawaban informan sebagai berikut:
”Kalau eksekutif..mungkin mereka lebih mengarah kepada pelaksanaan teknis ya..”

b. Pandangan Keterlibatan Legislatif dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.11. Matrik Jawaban Pandangan Informan tentang Keterlibatan


Legislatif dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 E...selama ini dalam membahas anggaran perencanaan ...e...kita selalu melibatkan
mereka..., karena mereka juga yang nantinya menyetujui dan mengesahkan
anggaran yang di usulkan baik oleh dinas kesehatan maupun dinas – dinas lainnya..
Eksekutif 2 Sebenarnya mereka juga harus terlibat ya...karena kan nantinya mereka yang
mengesahkan anggaran kita yakan...!.

Tabel 4.11. Lanjutan


57

Eksekutif 3 Keterlibatan legislatif dalam perencanaan...memang mereka sebatas mengawasi dan


menyetujui..tetapi juga mereka memberika saran dan masukan dalam perencanaan
kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat kota langsa.
Eksekutif 4 Kalau Legislatif.......mereka hanya sebatas mengawasi, menyetujui dan
mengesahkan anggaran yang telah di usulkan oleh eksekutif
Eksekutif 5 Keterlibatan Legislati,f sebatas mengawasi dan mengesahkan anggaran yang telah
diusulkan oleh eksekutif jadi dalam hal ini tidak terjadi salah arah dalam
perencanaan dan bisa berjalan menurut relnya dan dapat memberikan masukan dan
saran yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat kota langsa karena DPR itu
adalah wakil dari masyarakat, jadi masyarakat menyampaikan pada DPR kemudian
DPR menyampaikan lagi pada kita
Eksekutif 6 Ya...mereka..selain mengesahkan usulan-usulan yang telah kita usulkan.., mereka
ada juga memberikan masukan-masukan....
Eksekutif 7 E...sama..! sama-sama membahas...!
Eksekutif 8 Mungkin sama dengan Bappeda tadi..., seharusnya mereka bersama-sama
membahas apa kendala-kendala yang terjadi dimasyarakat apabila pembangunan
kesehatan tidak berjalan dengan baik..saya rasa itu..
Eksekutif 9 Legislatif juga harus mendukung semua pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan
yang telah di rencanakan oleh Dinas Kesehatan, dan Legislatif juga dapat
memberikan saran dan masukan dalam perencanaan kesehatan terutama yang
berkaitan dengan kesehatan masyarakat kota langsa.
Eksekutif 10 E...sama..! Masih..kurang..kurang......!
Eksekutif 11 Ya...mereka juga harus terlibat, karena mereka kan wakil rakyat...jadi harus tau juga
tentang apa-apa yang terjadi di masyarakatnya.
Eksekutif 12 Kalau menurut pandangansay dan yang saya ketahui....Legislatif sangat peduli dan
terlibat terhadap kersehatan masyarakat kota langsa demi terwujudnya masyarakat
kota langsa yang sehat dan bersih,.namun tidak juga kita pungkiri masih ada
sebagian oknum-oknum anggota dewan yang mengambil kesempatan dari
perencanaan kesehatan yang tyelah disetujui.... ya....saya tidak mungkin
menyebutkan hal itu....!
Eksekutif 13 Emmmm...ini mungkin sama juga dengan eksekutif tadi..!
Legislatif 1 Kan sudah saya katakan tadi..kami juga mau-tidak mau harus terlibat..,!.Ya.....kami
juga kan harus tau apa-apa yang akan direncanakan oleh eksekutif, mungkin disini
adalah seperti dinas dinas kesehatankota langsa.
Legislatif 2 Kalau kami ya...selain mengesahkan anggaran yang telah di bahas...ya..kami juga
wajib memberikan saran kepada semua instansi di pemerintah kota langsa ini karena
kami juga kan wakil dari masyarakat.

Berdasarkan Tabel 4.11 secara keseluruhan informan memandang keterlibatan


legislatif dalam perencanaan kesehatan adalahh sebagai penentu, atau lembaga yang
mengesahkan usulan-usulan program kesehatan dari Dinas Kesehatan.

c. Pandangan Pelaksanaan Kegiatan Dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.12. Matrik Jawaban Pandangan Informan tentang Pelaksanaan


Kegiatan dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
58

Eksekutif 1 Yang...kita tahu..selama ini...e....perencanaan kesehatan itu dibuat oleh dinas


kesehatan sendiri...., mulai dari menyusun sampai pelaksanaannya merekalah yang
bertanggung jawab.., namun kita akui juga ..e...tidak semua usulan mereka di setujui
oleh DPR..itu juga mungkin karena keterbatasan dana PAD kita yang minim...,..,
e..mungkin...disini kita harus lebih banyak belajar lagi dari pengalaman yang
sudah-sudah...kenapa kegiatan-tidak disetujui..., ya....mungkin Dinas kesehatanlah
yang lebih tau...ya.
Eksekutif 2 Ya...sudah baiklah...walau tidak semuanya usulan yang disetui tapi...setidaknya
akan kita usahakan ditahun berikutnya...
Eksekutif 3 Yang sudah-sudah kita laksanakan...biasanya kegiatan itu....e....kita merencanakan
memang ...akan tetapi didalam perjalanannya sering pihak eksekutif atau legislatif
itu...e...kurang memahami...mungkin disini juga kesalahan dari kita sendiri,
mungkin mereka bukan tidak menyetujui.....hanya mereka kurang mengerti tentang
program kesehatan yang kita tawarkan, jadi disini dinas kesehatan perlu melakukan
sosialisasi atau advokasi ke pihak eksekutif dan legislatif,sehingga dengan
mengertinya mereka terhadap program kesehatan yang kita tawarkan...dengan
sendirinya mereka akan menyetujuinya.
Eksekutif 4 Selama ini......memang belum berjalan seperti yang diharapkan, mungkin ini di
ebabkan masih kurangnya pemahaman TIM Eksekutif dan Legislatif tentang
program-program kesehatan
Eksekutif 5 Belum berjalan seperti yang diharapkan, mungkin ini di sebabkan masih
kurangnya pemahaman TIM Eksekutif dan Legislatif tentang program- program
kesehatan yang di tawarkan.disini dapat kita liat banyak tim eksekutif dan
legislatif yang lebih mengutamakan pengobatan dari pada pencegahan, karena
kalau kita liat pencegahan lebih murah dari pada pengobatan
Eksekutif 6 E...masih..kurang ya...,memang ada kerja sama..tapi ..kadang-kadang ada kegiatan-
kegiatan kita yang kurang mereka pahami.....
Eksekutif 7 Didinas kesehatan kota langsa saya rasa sudah limayan baik ya...karena semua
dimulai dari bawah..yaitu dari puskesmas
Eksekutif 8 Kalau yang saya lihat selama ini sudah berjalan dengan baik....ya...mungkin 80
persenlah... sudah baik...., namun demikian masih ada kekurangan disana_- sini
....baik dalam perencanaannya maupun dalam pelsanaannya .
Eksekutif 9 Walaupun kita sudah membuat suatu perencanaan dengan cukup data dan bukti
tapi belum berjalan seperti yang diharapkan, mungkin ini di sebabkan masih
kurangnya pemahaman TIM Eksekutif dan Legislatif tentang program-program
kesehatan yang di tawarkan, dan masih kurangnya koordinasi antara TIM
pengambil keputusan dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan.
kesehatan,disinilah kita pihak Dinas Kesehatan perlu duduk untuk merundingkan
perencanaan kesehatan untuk masyarakat kota langsa di masa depan.

Tabel 4.12. Lanjutan

Eksekutif 10 Em.....sebenarnya ..kalau bisa dikatakan..sudah berjalan.., Cuma belum sepenuhnya


maksimal.....e...sebenarnya gini...itulah tadi..e...yang terlibat itu tadi..dari
masyarakat itu sendiri masih kurang...peduli..dan baru sesudah kejadian baru
melaporkan...mungkinpun kita selama ini dari kesehatan kurang masih
kurang...kurangnya penyuluhan ya.., kurang sosialisasi ke masyarakat bisa juga.
59

Eksekutif 11 Sudah baik ya....karena sudah banyak yang mengarah kepada kepentingan
masyarakat..misalnya dengan adanya bangunan fisik..seperti polindes..,pokoknya
sudah baiklah...
Eksekutif 12 Menurut saya ....... sebagian sudah terlaksana dengan baik, ini dapat kita lihat dari
jumlah pembangunan sarana pelayanan kesehatan seperti: polindes, poskesdes dan
posyandu yang hampir seluruh desa sudah terlaksanan dengan baik dalam
pembangunannya, ini kan tidak terlepas dari perencanaan yang dilakukan oleh dinas
kesehatan dan dukungan dari eksekutif dan legislatif.
Eksekutif 13 Kalau yang saya tau...setelah kami usulkan kedinas kesehatan...kemudian kami
tinggal menunggu pelaksanaannya, semua keputusan ada pada dinas
kesehatanlah...apakah usulan kegiatan kami disetujui atau tidak..
Legislatif 1 Ya....sebagian sudah baik...namun masih ada juga beberapa kegiatan yang belum
bisa kita setujui...karena..ya..seperti tadi..., mungkin apa yang diusulkan tidak
bermanfaat bagi masyarakat
Legislatif 2 Saya rasa sudah baik ya...!

Berdasarkan Tabel 4.12 di atas diketahui bahwa secara keseluruhan informan


mempunyai pandangan bahwa kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah
menunjukkan hasil dari perencanaan kesehatan, meskipun belum secara sempurna.

d. Pandangan Dukungan Data dan Kebutuhan Dalam Penyusunan


Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.13. Matrik Jawaban Pandangan Informan tentang Dukungan dan


Kebutuhan dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Ya...harus ya..!
Eksekutif 2 Saya rasa harus ya....! tanpa data pasti kita tidak bisa merencanakan sesuatu.
Eksekutif 3 Dalam membuat sebuah perencanaan...data itu adalah sangat-sangat penting, karena
dalam membuat suatu perencanaan itu harus didukung oleh data-data yang bisa
dipertanggung jawabkan, karena dengan adanya data yang baik..sebuah perencanaan
itu akan bisa berjalan dengan baik juga.
Eksekutif 4 Ya.......harus karena tanpa data kita tidak akan bisa membuat suatu perencanaan
kesehatan

Tabel 4.13. Lanjutan


Eksekutif 5 O...ya..itu sangat penting ...dengan data itulah kita dapat merencanakan sesuatu dan
agar dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.
Eksekutif 6 Ya...betul..terutama sekali memang harus data yang harus ada...
Eksekutif 7 E...saya kira sangat penting itu e...karena kita membuat suatu perencanaan program
tanpa data sama saja dengan bohong ..gitu ya..! karena segala harus dari data.
Eksekutif 8 Ya...pastilah...gimana sih.....! kan tanda data kita tidak akan bisa berbuat apa-apa...
Eksekutif 9 Dimana-mana Data itu sangat berperan... dengan adanya data kita dapat membuat
perencanaan kesehatan karena tanpa data kita tidak akan bisa membuat suatu
perencanaan dengan baik, tetapi dengan adanya data kita dapat mengetahui dan
60

memprediksikan semua kebutuhan yang ada di masyarakat kota langsa


Eksekutif 10 Harus..., e..harus ya..,karena dari mana kita buat perencanaan kalau tidak ada data.
Eksekutif 11 Ya .....pasti harus didukung oleh data ya...! data kan merupakan sumber informasi
kita dalam membuat suatu perencanaan kesehatan.
Eksekutif 12 Ya...harussah....karena data itu ibarat nyawa..karena tanpa nyawa kita tidak akan bisa
bernafas, nah..begitu juga dengan perencanaa kesehatan, tanpa data kita mau buat
apa...karena semua serba tidak jelas.
Eksekutif 13 Ya...ialah.....karena data itu paling penting dalam membuat laporan-laporan ataupun
perencanaan kesehaatn...!
Legislatif 1 Saya rasa perlu ya.....! tapi yang lebih jelasnya kesehatanlah yang lebih tau....
Legislatif 2 Ya .....lah....data itu penting.
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui bahwa secara keseluruhan informan
mempunyai pandangan bahwa data-data tentang analisis kesehatan dan situasi
kesehatan sangat dibutuhkan dalam perencanaan kesehatan. Selain itu perencanaan
kesehatan yang dibuat harus mengacu pada analisis kebutuhan masyarakat.
10. Persepsi Informan Tentang Perencanaan Kesehatan

a. Persepsi Wewenang Legislatif dan Eksekutif dalam Perencanaan


Kesehatan
Tabel 4.14. Matrik Jawaban Informan tentang Persepsi Wewenang Legislatif
dan Eksekutif dalam Perencanaan Kesehatan
Informan Jawaban
Eksekutif 1 Sejauh ini yang kita tau...e...kita selalu mengkoordinasikan kegiatan perencanaan
yang di buat oleh dinas kesehatan..., apabila ada ketidak pahaman dari kegiatan
program yang di ajukan..,sehingga semua yang di usulkan dapat dipertanggung
jawabkan...nanti sewaktu pembahasan anggaran di DPR..
Eksekutif 2 Dalam hal ini wewenang kita adalah merekap dan menyusun semua usulan-usulan
instansi dari dinas – dinas yang ada di pemerintah kota langsa ini...yang sudah
dibuat dalam bentuk dokumen usulan kegiatan program, namun demikian kita juga
akan mengkoordinasikan bila terdapat kekeliruan dalam proses pembuatan tersebut
Tabel 4.14. Lanjutan
Eksekutif 3 Wewenang mereka dalam hal ini hanya sebatas mengkoordinasikan semua kegiatan-
kegiatan yang dianggap tidak dimengerti, kemudian mereka akan
mengkoordinasikan ke kita pihak dinas kesehatan, kemudian mereka akan
mengawasi segala kegiatan-kegiatan yang telah di setujui.
Eksekutif 4 Ya...mereka hanya mengkoordinaskan kegiatan-kegiatan yang dianggap belum
mengerti dan mengawasi semuapelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah
disetujuidan menyetujuai setiap anggaran yang telah di sampaikan oleh dinkes
Eksekutif 5 Sebenarnya wewenang dari legislatif adalah mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
yang dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kemudian legislatif
mengawasi semua kegiatan-kegiatan yang telah usulkan dan mendukung kegiatan-
kegiatan kesehatan yang telah disusun melalui program-program yang ada di dinas
kesehatan kota langsa, karena banyak dan sering kali terjadi usulan-usulan yang
dibuat oleh pihak dinas kesehatan tidak di setujui, ini semua mungkin karena pihak
eksekutif dan legislatif masih kurang pemahammanya tentang program kesehatan
61

yang di usulkan

Eksekutif 6 Mereka sangat berperan...karena kan nanti mereka yang menyetujui usulan itu ya,
setidaknya mereka juga harus mengerti program kita.
Eksekutif 7 Kalau persepsi saya...wewenang mereka ya..sudah sesuai seperti apa yang
dituangkan dalam undang-undang...e...undang-undang pengelolaan keuangan daerah
Eksekutif 8 Yang saya tau selama ini wewenang mereka selama ini hanya membantu menyusun
dan mendukung semua kegiatan yang telah dibuat oleh dinas kesehatan itu sendiri.
Eksekutif 9 Eksekutif/Legislatif harus ikut bersama-sama duduk dalam membuat suatu
perencanaan sehingga apabila ada hal-hal yang tidak dipahami yang berkaitan
dengan masalah kesehatan dapat di bahas dengan Dinas Kesehatan demi tercapainya
kesehatan masyarakat yang optimal din Kota Langsa
Eksekutif 10 Sebenarnya ...kalau wewenangnya tu...apa ya..., seharusnya..ya..harus tau.., dan
pedulilah..dan bukannya diantara harus tau tidak..tapi memang harus-harus peduli...,
karena sekarang daerah kalau tidak didukung oleh orang-orang yang sehat
Eksekutif 11 Seharusnya..e...mereka tidak terlalu ikut serta dalam proses perencanaan, misalnya
begini...untuk kegiatan program-program kesehatan kan yang mengetahui adalah
orang kesehatan.., jadin kalaupun tidak setuju atau tidak mengerti jangan langsung
dicvoret programnya..,tapi koordinasikan dululah dengan dinas ataupun
puskesmas..,karena selama ini yang terjadi banyak program-program yang kami
usulkan seperti program promoso kesehatan semua di coret....kan ini berdampak
kepada pelayanan kesehatan kepad masyarakat juga nantinya
Eksekutif 12 Sejauh ini yang saya tau......... wewenang eksekutif /legislatif hanya mendukung,
memberikan saran dan masukan kepada dinas kesehatan tentang usulan-usulan
program kegiatan yang dibuat oleh dinas kesehatan kota langsa, sedangkan yang
lebih tau mengenai program kesehatan itu sendiri adalah Dinas kesehatan.
Eksekutif 13 Nah.....em...kalau itu saya kurang begitu mengerti ya....mungkin karena kami
sifatnya hanya melayani masyarakat jadi kami kurang memahami hal itu..!
Legislatif 1 Kalau ditanya wewenang...e....ya...kami jugakan punya wewenang untuk
meningkatkan pembangunan kesehatan dikota langsa....! kami juga ingin
masyarakat kota langsa kesehatannya jadi lebih baik lagi
Legislatif 2 Wewenang eksekutif mungkin sebatas membuat perencanaan dan melaksanakan
semua kegiatan-kegiatan yang telah disetujui..., tapi kalau kami anggota dewan
mungkin..wewenangnya...e....selain mengesahkan anggaran kami juga wajib
mengawasi jalannya semua kegiatan yang dilakukan oleh eksekutif.
Berdasarkan Tabel 4.14 secara keseluruhan informan mempunyai persepsi
bahwa wewenang eksekutif dan legislatif berbeda. Eksekutif mempunyai wewenang
sebagai penyusun rencana-rencana program kesehatan dalam perencanaan kesehatan
dengan melakukan analisis situasi, menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam
penyusunan rencana program kesehatan.
Wewenang legislatif hanya sebatas memberikan masukan, saran dan
pemantauan terhadap proses penyusunan program kesehatan serta melakukan
evaluasi dan pengesahan terhadap program kerja yang telah diusulkan.

b. Persepsi Usulan Anggaran dalam Perencanaan Kesehatan


62

Tabel 4.15. Matrik Jawaban Informan tentang Persepsi Usulan Anggaran dalam
Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Ya...kadang-kadang memang masih ada.., e...program-program yang sama sekali
kita tidak mengerti sehingga kegiatan tersebut kita pending dulu.., ya...mungkin
juga dari pihak dinas kurang memberikan pemahaman tentang programnya...tadi.
Eksekutif 2 Ya...memang masih ada program-program kesehatan yang belum semuanya
disetujui..ini juga munghkin ..dari pihak dinas kesehatan itu sendiri yang belum bisa
mempertahankan apa yang sudah dibuat.., sehingga pihak DPR tidak
menyetujuinya.
Eksekutif 3 Disini memang kita melihat..semua kegiatan-kegiatan yang kita usulkan sudah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat kota langsa...hanya saja kadang-kadang kita
terkendala dengan anggaran...kita butuh misalnya dengan kegiatan A, B, C...tetapi
anggaran yang tersedia di pemerintah kota langsa tidak tercukupi,sehingga program-
program kesehatan yang diusulkan tidak disetujui.
Eksekutif 4 Usulan anggaran yang telah setiap tahun kita buat ..... masih belum Dapat terlaksana
seluruhnya mungkin karena banyaknya perogram-program kegiatan
kesehatan,sehingga dengan anggaran kesehatan yang sangat minim di pemko
langsa.
Eksekutif 5 Usulan anggaran yang setiap tahun kita buat masih belum dapat Terlaksana
seluruhnya dengan optimal, ini dikarenakan masih banyak perogram-program
kegiatan kesehatan yang tidak di setujui oleh pihak legislatif , ya...seperti yang saya
katakan tadi ...munghkin mereka belum begitu paham dengan program-peroram
kesehatan’ oleh karenanya sudah seharusnya kita memberikan pengetahun kepada
legislatif tentang bagaimana pentingnya kesehatan program-program kesehatan bagi
masyarakat kota langsa.
Tabel 4.15. Lanjutan

Eksekutif 6 Ini...e...memang karena APBD kita kurang..ya, jadi kita terbatas ya...karena
naggarannya sedikit.., PAD kita kurang...kecil....
Eksekutif 7 Usulan anggaran memang selama ini mungkin karena kondisi ya...kondisi
pemerintah daerah kita yang sedang defisit anggaran..jadi...ya..banyaklah anggaran
kita yang dipangkas ...jadi kita tidak dapat menjalankan program secara optimal.
Eksekutif 8 E...masih ada usulan-usulan yang tidak disetujui....e....ini kita tidak tau
kenapa...entah mungkin kita yang kurang mengkoordinasikan program-program
kita...atau memang mereka yang sudah tidak mau mengerti dan peduli dengan
program kesehatan yang di usulkan.
Eksekutif 9 Sebagaimana yang saya ungkapkan tadi..Usulan anggaran yang setiap tahun kita
buat, masih belum dapat terlaksana seluruhnya dengan optimal, ini dikarenakan
masih banyak perogram-program kegiatan kesehatan yang tidak di pahami oleh
masyarakat kota langsa dan terkesan masih mengabaikan perencanaan kesehatan
Eksekutif 10 A...masih banyak yang tertahan.., ya..misalnya kemarin itu dari puskesmas langsa
kota ada mengusulkan pelatihan...tapi mungkin karena PAD ..kurang ya..jadi
ya..dicoret..ha..ha..!
Eksekutif 11 Ya...seperti yang saya katakan tadi.., masih banyak program yang kita usulkan tidak
disetuai oleh Dewan.., ya...memang kadang kita akui juga PAD kita kecil.., tapikan
bisa disisihkan sedikit untuk program kesehatan yang sangat penting bagi
masyarakat.
63

Eksekutif 12 Selama ini....em... yang saya dengar masih banyak usulan program kesehatan yang
tidak disetujui, ya..ini mungkin saja karena pihak dewan yang belum paham dengan
semua program kesehatan, sudah seharusnya pihak dinas kesehatan mengadakan
sosialisasi tentang program-program kesehatan yang direncanakan agar mereka
mengerti dan paham dengan program-progran kesehatan yang diajukan tersebut.
Eksekutif 13 Seperti yang saya katakan tadi...em....setelah kami memberikan usulan-usulan
perencanaan kesehatan kepada dinas kesehatan.......em...kemudian kami tinggal
menunggu apa hasilnya....memang ada perogram-program yang sama sekali tidak
disetujui.....misalnya program promosi kesehatan....sehingga kami tidak bisa
melaksanakannya kepada masyarakat.
Legislatif 1 Mungkin saya harapkan...kepada dinas kesehatan ...kedepan agar..e..melihat-lihat
dululah...usulan-usulan yang diajukan...,kalau bisa jangan asal buat
aja..kan...sebelumnya bisa di koordinasikan atau di sosialisasikan kepada
kami..tentang apa-apa yang mau dibuat dalam perencanaan kesehatan..., jadi
kamipun tidak bingung..saat mendengar program-program kerja yang di buat oleh
dinas...
Legislatif 2 Ya...seperti sepertinya usulan-usulan sudah baik..ya..,tapi karena dana kita yang
terbatas , sehingga tidak semua program dapat kita setujui..

Berdasarkan Tabel 4.15 diketahui bahwa ada 14 (empat belas) informan


mempunyai persepsi bahwa usulan anggaran terhadap program kesehatan yang telah
diusulkan cenderung tidak semua disetujui dan disahkan oleh legislatif, mengingat
terbatasnya alokasi anggaran dari APBD atau APBN dan jumlah PAD yang relatif
kecil, sehingga tidak mampu mengakomodir seluruh usulan-usulan program
kesehatan dalam perencanaan kesehatan dari dinas kesehatan. Selain itu bahkan ada 1
(satu) informan mengemukakan bahwa usulan anggaran dari dinas kesehatan
cenderung tidak dilakukan koordinasi terlebih dahulu, dan tidak dilakukan sosialisasi,
sehingga ada kegiatan atau program kesehatan tidak disetujui sama sekali. Hal ini
diperoleh dari jawaban informan sebagai berikut:
”Mungkin saya harapkan...kepada dinas kesehatan ...kedepan
agar..e..melihat-lihat dululah...usulan-usulan yang diajukan...,kalau bisa
jangan asal buat aja..kan...sebelumnya bisa di koordinasikan atau di
sosialisasikan kepada kami..tentang apa-apa yang mau dibuat dalam
perencanaan kesehatan..., jadi kamipun tidak bingung..saat mendengar
program-program kerja yang di buat oleh dinas...”

c. Persepsi Mekanisme Intervensi dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.16. Matrik Jawaban Informan tentang Persepsi Mekanisme Intervensi


dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Ya....tentu ada ya...tapi ..kalau semua itu untuk kemajuan pemerintah kota langsa..,
e..kita setuju aja.
Eksekutif 2 Saya rasa selama ini tidak ada intervensi dari pihak manapun juga..ya.
64

Eksekutif 3 Intervensi itu bisa saja dilakukan...apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai, atau
bertentangan dengan program-progran kesehatan, tapi disini biasanya kita
mengusulkan setiap kegiatan itu sesuai dengan kebutuhan...tapi kalau itu juga tidak
sesuai dan di kritik kita selalu terima
Eksekutif 4 Boleh dilakukan.... apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai.... atau bertentangan
dengan program-program kesehatan lainnya.
Eksekutif 5 Intervensi dapat dilakukan apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan program-program kesehatan lainnya
Eksekutif 6 E....apabila ada perencanaan yang tidak sesuai..kita dapat menerima intervensi.
Eksekutif 7 Intervensi ini maksudnya intervensi dari mana...?(secara umum)..selama ini kita
e.....kalau untuk perencanaan e....hanya dari eksekutif dan legislatif gitu ya...! dari
LSM selama ini mungkin belum ada...
Eksekutif 8 Kalau menurut saya belum ada yang mengintervensi kegiatan pelaksanaan
kesehatan terlalu jauh, karena yang mengetahui tentang kesehatan ..kan sudah pasti
orang-orang kesehatan...jadi untuk apa orang luar yang tidak tau tentang kesehatan
mengintervensi kita...iya kan...!

Tabel 4.16. Lanjutan

Eksekutif 9 Intervensi dapat dilakukan apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai atau
bertentangan dengan program-program kesehatan lainnya.
Eksekutif 10 Mungkin selama ini dalam membuat perencanan..kalau di puskesmas sendiri tidak
ada intervensi dari mana-mana..tapi saya juga tidak tau kalau di dinas kesehatan itu
sendiri ya..!
Eksekutif 11 Ya...mereka..selalu mengintervensi ya.....walau tidak semua..,buktinya ada dana-
dana program kegiatan yang tidak disetujui pada saat pembahasan.
Eksekutif 12 Seharusnya intervensi perencanaan kesehatan tidak terlalu banyak dilakukan
,namun demikian apabila terdapat ketidak sesuai dalam perencanaan kesehatan
yang dilakukan oleh dinas kesehatan kota langsa, sudah seharusnya diberi
masukandan teguran agar pelaksanaan kegiatanprogram kesehatan dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
Eksekutif 13 Maksudnya...mekanismenya....ya....!.....mungkin...kalau dari pihak luar
ada..misalnyaselalu ada masukan-masukan yang sifatnya untuk pembangunan
sarana kesehatan misalnya polindes..akan tetapi tanahnya aja tidak ada.....!
Legislatif 1 Saya rasa sejauh ini belum ada.....!
Legislatif 2 Saya rasa...intervensi dari pihak luar tidak ada ya.....

Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui bahwa secara keseluruhan dalam


perencanaan kesehatan, seluruh informan mengemukakan bahwa dalam perencanaan
kesehatan tidak ada intervensi dari pihak manapun, dan kalau pun ada hanya dalam
bentuk saran dan masukan bukan intervensi terhadap penyusunan maupun intervensi
dalam pelaksanaan program kesehatan.

d. Persepsi Pengambilan Keputusan Terhadap Program Kesehatan

Tabel 4.17. Matrik Jawaban Informan tentang Persepsi Pengambilan


Keputusan dalam Perencanaan Kesehatan
65

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Pengambilan keputusan..e....memang kita akui masih ada yang belum
terealisasi...tapi kita akan terus berusaha mencari jalan keluar agar ...kedepan
semua program kegiatan dapat terlaksana.
Eksekutif 2 Ya...seperti yang saya katakan tadi..., ya..masih ada kegiatan-kegiatan program dari
dinas kesehatan yang belum disetujui oleh DPR...ya...bisa saja karena keterbatasan
dana, atau dinas kesehatan sendiri yang masih kurang advokasi dalam proses
perencanaannya

Tabel 4.17. Lanjutan

Eksekutif 3 Untuk pengambilan keputusan ....disini memang masih banyak sekali yang harus
dipertimbangkan..ini dapat kita lihat dengan masih banyaknya program-program
kegiatan kesehatan yang tidak terealisasi dalam pengambilan keputusan..mungkin
ini juga dikarenakan dengan keterbatasan anggaran yang ada di pemerintah kota
langsa
Eksekutif 4 Ya.....disana-sini masih banyak yang harus di pertimbangkan, ini dapat dilihat dari
masih banyaknya program-program kesehatan yang tidak terealisasi dalam
pengambilan keputusan
Eksekutif 5 Masih banyak yang harus di pertimbangkan, ini dapat dilihat dari masih
banyaknya program-program kesehatan yang tidak terlaksana dalam
pengambilan keputusan
Eksekutif 6 E...banyak yang harus dipertimbangkan...ya, karena masih banyak program kita
yang tidak terrealisasi
Eksekutif 7 Pengambilan keputusan ini dari top menejer ya..barangkali iya.....dari kepala
dinas kesehatan..saya kira sangat mendukung tentang perencanaan kesehatan
selama ini
Eksekutif 8 Dalam pengambilan keputusan hendaknya di koordinasikan terlebih dahulu....jadi
tidak ada yang dirugikan...terutama dinas kesehatan..yang imbasnya nanti
kemasyarakat kota langsa sendiri.
Eksekutif 9 Walaupun tidak puas ya...kita harus dapat menerima..walau tidak bisa seratus
persen. Mungkin juga keadaan ini didukung dengan minimnya PAD daerah Kota
Langsa Saat ini dan juga masih ada masih banyak yang harus di pertimbangkan,
ini dapat dilihat dari masih banyaknya, program-program kesehatan yang tidak
terealisasi dalam pengambilan keputusan.
Eksekutif 10 Ya...seperti yang saya katakan tadi...dalam mengambil suatu keputusan dalam
perencanaan..hendaknya ada koordinasi dulu ..dan jangan langsung
...coret..mungkin saja yang di coret itu sangat-sangat penting bagi masyarakat.,,iya
kan...!
Eksekutif 11 Pengambilan keputusan..selama ini saya rasa...harus melihat ke hati yang paling
dalam lah...,jadi pada saat mengambil suatu keputusan tidak hanya asal setuju.., tapi
dahulukanlah kepentingan masyarakat...ya terutama masalah kesehatan
Eksekutif 12 Pengambilan keputusan tentang program-program kesehatan selama ini saya
rasa........ belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak dinas
kesehatan, karena saya sering mendengar banyak program- program kesehatan
yang tidak disetujui.
Eksekutif 13 Ya...keputusan kan ada di dinas kesehatan...jadi kami ya...menerima apa
66

adanyalah....
Legislatif 1 Pada dasarnya kami akan menyetujui semua anggaran yang menurut kami sudah
tapat sasarannya....tetapi kalau belum jelas keberadaannya...maka kami akan
mempertimbangkannya lagi..sampai program itu sendiri menjadi jelas.
Legislatif 2 Kami akan selalu mengusahakan semua usulan dapat kami setujui..tapi dengan
syarat..kegiatan itu bisa dan hasilnya akan dirasakan langsung dengan
masrakat..khususnya masyarakat kota langsa.

Berdasarkan Tabel 4.17 di atas, diketahui bahwa ada 13 (tiga belas) informan
mempunyai persepsi bahwa pengambilan keputusan dalam perencanaan kesehatan
harus didasari berbagai pertimbangan-pertimbangan. Pertimbangan tersebut berupa
pertimbangan keterbatasan anggaran, alokasi dana, jenis program-program yang
diusulkan. Sedangkan sisanya, informan mempunyai persepsi bahwa pengambilan
keputusan harus dikoordinasikan terlebih dahulu, bukan tanpa ada landasan
pemikiran yang real. Hal ini diperoleh dari jawaban informan berikut ini:
”Pengambilan keputusan..selama ini saya rasa...harus melihat ke hati yang paling
dalam lah...,jadi pada saat mengambil suatu keputusan tidak hanya asal setuju.., tapi
dahulukanlah kepentingan masyarakat...ya terutama masalah kesehatan”

”Ya...seperti yang saya katakan tadi...dalam mengambil suatu keputusan


dalam perencanaan..hendaknya ada koordinasi dulu ..dan jangan langsung
...coret..mungkin saja yang di coret itu sangat-sangat penting bagi
masyarakat.,,iya kan...!”

11. Kepentingan terhadap Perencanaan Kesehatan

a. Kepentingan Puskesmas dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.18. Matrik Jawaban Informan tentang Kepentingan Puskesmas


dalam Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Mungkin...e....untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat
secara lebih baik lagi ya.
Eksekutif 2 E...mungkin ujung-ujungnya ya untuk kesehatan masyarakat juga ya...
Eksekutif 3 Ya...kalau untuk puskesmas....dengan adanya perencanaan kesehatan yang baik
itu....sudah pasti mereka akan dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat
dengan lebih baik lagi dan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh
masyarakat..terutama masyarakat kota langsa
Eksekutif 4 Ya.....Untuk dapat memenuhikebutuhan masyarakat kota langsa secara baik dan
benarlah
Eksekutif 5 Jelas...Perencanaan kesehatan itu adalah sebagai standart dari pada pelayanan yang
baik, karena kalau tidak ada perencanaan maka semua program kesehatan itu akan
kacau balau, tidak tau kemana arahnya dan usulan yang sudah di ajukan baik dari
puskesmas itu sendiri tidak akan dapat berjalan, dengan adanya perencanaan yang
baik tentu hasilnya akan baik juga.
67

Eksekutif 6 Ya..mereka tentu sangat penting....,karena mereka kan yang melakukan pelayanan
langsung kepada masyarakat

Tabel 4.18. Lanjutan


Eksekutif 7 Kalau puskesmas sangat e...mempunyai kepentingan yang besar ....karena seperti
e..apa yang kita bicarakan tadi ..saudara bambang...bahwa..e...puskesmas itu
merupakan unit pelayanan yang teknis mendasar..e..merekalah yang langsung
berhubungan dengan masyarakat..jadi mereka yang menerima isu-isu.dari
masyarakat sehingga merekalah e... yang juga dapat membuat perencanaan untuk di
usulkan ke dinas kesehatan
Eksekutif 8 Puskesmas ya....sangat pentinglah....kan puskesmas juga akan membuat perencanaan
kesehatan untuk pelayanan dimasyarakat.
Eksekutif 9 Setiap kita merencanakan sesuatukan tentunya ada maksudnya terutama untuk
dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat secara baik
dan optimal dan juga kita perlu memikirkan kesejahteraan dari petugas-petugas di
Puskesmas
Eksekutif 10 Ya..kalau itu penting...karena apa....karena dari puskesmas perpanjangan tanganya
ke polindes.., maksudnya adanya kerjasama..., kalau tidak ada puskesmas..e...dinas
tidak mungkin langsung ke polindes..., jelasnya puskesmas itu ..kecilnya dinas..!
Eksekutif 11 Ya...Yang jelas untuk terlaksananya pelayanan kesehatan secara baik dan benar-
benar menyentuh kepada kesehatan masyarakat ya...!
Eksekutif 12 Kepentingan puskesmas disini adalah...e...... agar pelayanan yang diberikan oleh
puskesmas kepada masyarakat akan lebih baik dan dapat membuat masyarakat kota
langsa merasa lebih nyaman.
Eksekutif 13 Disini perencanaan sangat penting bagi puskesmas.....kann sudah saya sebutkan
tadi....puskesmas itu langsung berhuibungan dengan masyarakat...sudah tentu segala
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat harus diberikan seoptimal
mungkin...nah...kalaun tidak ada perencanaan kesehatan bagaimana.....!
Legislatif 1 Mungkin ini danas yang lebih tau...ya..., tapi kalau menurut saya....e...ya..agar apa-
apa kebutuhan yang ada di puskesmas....dapat di usulkanke dinas.
Legislatif 2 Nah...mungkin yang lebih tau adalah puskesmas itu sendiri ya..

Berdasarkan Tabel 4.18 diketahui bahwa secara keseluruhan informan


mengemukakan bahwa kepentingan perencanaan kesehatan bagi puskesmas adalah
terakomodirnya seluruh kebutuhan-kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
di wilayah kerjanya, dan pelayanan kesehatan akan lebih baik.

b. Kepentingan Dinas Kesehatan dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.19. Matrik Jawaban Informan tentang Kepentingan Dinas Kesehatan


dalam Perencanaan Kesehatan
Informan Jawaban
Eksekutif 1 E....mungkin secara umum untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat...ya,
terutama masyarakat kota langsa.
68

Eksekutif 2 Ya....sangat penting ya..karena dinas kesehatanlah yang lebih mengetahui apa-apa
yang harus direncanakan kedepan...ya.
Eksekutif 3 Ya..sangat-sangat penting..karena dinas kesehatan yang bertanggung jawab terhadap
pelayanan kesehatan yang ada di kota langsa
Eksekutif 4 Ya..... sangat penting karena Dinas Kesehatanlah tau tentang perencanaan kesehatan
Eksekutif 5 Ooo.... sangat penting ya,karena Dinas Kesehatan yang membuat semua
perencanaan kesehatan dapat berjalan sesuai dengan Relnya, sehingga dia harus
sangat bertanggung jawab dalam perencanaan kesehatan
Eksekutif 6 E...karena kita bertanggung jawab ya.,terutama untuk program pelayanan kesehatan
Eksekutif 7 Kepentingan dinas kesehatan disini....ya...sangat-sangat penting..e...mengingat dinas
kesehatanlah yang nantinya bertanggung jawab dengan masalah kesehatan
Eksekutif 8 Kalau saya lihat selama ini bukan hanya untuk kepentingan dinas semata..tapi..yang
jelas semua yang dilakukan oleh dinas kesehatan adalah untuk kepentingan
masyarakat banyak..ya..terrutama masyarakat kota langsa.
Eksekutif 9 Dinas Kesehatanlah yang menentukan maju tidaknya pelaksanaan kegiatan yang
dilakukan, Dinas Kesehatanlah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
program pelayanan kesehatan di masyarakat kota langsa
Eksekutif 10 Ya....sebenarnya ujung tombaknya untuk ke atas ya....misalnya ke DPR,Walikota
itu dinas....jadi dinaslah yang mengusulkan apa yang dibutuhkan..oleh masyarakat
itu supaya hidupnya sehat..,apa yang dibutuhkan..pokoknya semua kembali kepada
kebutuhan masyarakat.
Eksekutif 11 E....mungkin ya...untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kta langsa
ya..,karena dinas kesehatan lah..yang bertanggung jawab
Eksekutif 12 Kepentingan Dinas Kesehatan disini..... saya rasa..... secara umum untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kota langsa menjadi lebih baik dari
sebelumnya, kemudian dengan perencanaan kesehatan Dinas Kesehatan akan lebih
mudah dalam menjalankan semua program yang telah direncanakan
Eksekutif 13 Mungkin....ya....untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kota langsa
ya....karena dinas kesehatan ini kan...yang bertanggung jawab penuh dengan
kegiatan perencanan kesehatan di kota langsa...
Legislatif 1 Ya.....penting sekali...kan dinas bertanggung jawab dalam membuat perencanaan
kesehatan ke depan....
Legislatif 2 Saya rasa tujuan dari dinas kesehatan atau kepentingan dinas kesehatan adalah..agar
masyarakat kota langsa bisa hidup terbebas dari penyakit..itu munghkin ya...
Berdasarkan Tabel 4.19 di atas diketahui secara keseluruhan informan
mengemukakan kepentingan bagai dinas kesehatan adalah kepentingan menyeluruh,
artinya perencanaan yang telah dibuat diarahkan untuk kepentingan masyarakat
khususnya dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kota Langsa.
c. Kepentingan Bappeda dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.20. Matrik Jawaban Informan tentang Kepentingan Bappeda dalam


Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Mungkin..sama juga ya...!
69

Eksekutif 2 Kalau kepentingan kami disini adalah ...e...agar semua kegiatan pembangunan
dikota langsa ini dapat berjalan sesuai dengan yang kita butuhkan ya...., ya...bisa
saja masalah pembangunan sarana kesehatan yang dibuat oleh dinas
kesehatan..ya..kan nantinya untuk masyarakat kota langsa juga yakan...!
Eksekutif 3 Menurut saya kepentingan Bappeda dalam hal ini agar semua perencanaan yang
telah dibuat dan disusun bersama-sama dapat terlaksanan sesuai dengan yang
diharapkan
Eksekutif 4 Bappeda membuat pelaksanaan kegiatan pembangunan kota langsa....... agar dapat
semua yang telah direncanakan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
yang kita harapkan
Eksekutif 5 Ooo.... sangat penting ya,karena Dinas Kesehatan yang membuat semua
perencanaan kesehatan dapat berjalan sesuai dengan Relnya, sehingga dia harus
sangat bertanggung jawab dalam perencanaan kesehatan
Eksekutif 6 E...mereka kan untuk perencanaan daerah... jadi perlu bagi mereka agar
sesuai...dengan yang direncanakan
Eksekutif 7 Ya..bappeda sebagai e.....sebagai..e....wakil dari pada pemerintah daerah sendiri,
mereka kan harus memilah-milah mana yang jadi prioritas gitu.., sehingga dana
tidak terlalu membengkak tapi dapat dibagi-bagi ke semua unit organisasi
Eksekutif 8 Ya..sebenarnya begini...Bappeda dan dinas itu sama-sama mempunyai kepentingan
dalam membangun kota langsa kedepan..jadi..kalau tidak adanya kerja sama yang
baik maka pemerintah kota langsa ini tidak akan pernah bisa maju..
Eksekutif 9 Bappeda merupakan perpanjangan Tangan Wali Kota, dalam hal pelaksanaan
program kesehatan yang telah diajukan oleh Dinas Kesehatan agar dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan.
Eksekutif 10 Ya..sebenarnya begini...Bappeda dan dinas itu sama-sama mempunyai kepentingan
dalam membangun kota langsa kedepan..jadi..kalau tidak adanya kerja sama yang
baik maka pemerintah kota langsa ini tidak akan pernah bisa maju..
Eksekutif 11 Seperti saya katakan tadi.., sesuai dengan namanya Badan perencanaan daerah....,ya
mereka harus tau apa-apa yang akan direncankan oleh dinas kesehatan..ya, terutama
mengenai bangunan fisiknya saya rasa ya.
Eksekutif 12 Saya rasa....em.... agar semua kegiatan pembangunan di kota langsa dapat
terkoordinir dengan baik.
Eksekutif 13 Ya....mungkin...e....agar pembangunan kesehatan di kota langsajadi lebih baik lagi
dari sebelumnya.
Legislatif 1 Kalau Bappeda saya rasa e....mereka hanya merekap segala usulan-usulan dari
dinas kesehatan...yang nantinya untuk di ajukan kepada kami...!..
Legislatif 2 Kepentingan Bappeda dalam hal ini adalah...agar semua pembangunan di kota
langsa ini tertata dengan baik....!

Berdasarkan Tabel 4.20 diketahui secara keseluruhan informan


mengemukakan kepentingan Bappeda dalam perencanaan kesehatan adalah
terakomodirnya seluruh pembangunan di Kota Langsa khususnya dalam
pembangunan kesehatan.

d. Kepentingan DPRD dalam Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.21. Matrik Jawaban Informan tentang Kepentingan Bappeda dalam


Perencanaan Kesehatan
70

Informan Jawaban
Eksekutif 1 E....saya rasa sama...seperti kita..untuk dapat memberikan yang terbaik untuk
masyarakat kota langsa...ya..terutama dibidang kesehatan...ya
Eksekutif 2 Saya rasa sama ya dengan kita ..pada dasarnya kepentingan mereka adalah ...agar
kegiatn-kegiatn yang sudah direncanakan akan dapat dilaksanakan sesuai dengan
yang telah direncanakan...
Eksekutif 3 E....disini juga kita dapat melihat ..baik bawasda, Bpk dan Lsm dalam pengawasan
pelaksanaan kegiatan program kesehatan sudah cukuip baik, mereka selalu
mendukung dan mengawasi semua program-program kesehatan yang kita
laksanakan setiapm tahunya
Eksekutif 4 DPRD juga harus tau program-program apa yang lebih sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang ada di kota langsa
Eksekutif 5 Sesuai dengan tugas DPR adalah wakil dari rakyat yaitu jelas mengarah kepada
kebutuhan masyarakat kota langsa terutama di bidang kesehatan
Eksekutif 6 Mereka kan wakil dari masyarakat..jadi kalau kebutuhan masyarakat itu
terpenuhi..jadi mereka ikut senang..
Eksekutif 7 Saya kira sama...juga..! tujuannya samanya..!
Eksekutif 8 Saya rasa mereka tidak punya kepentingan.....e... dalam hal ini...yang menyangkut
dengan perencanaan..ya....,.tapi kalau proyek mungkin ada ya...walaun itu tidak
semua.
Eksekutif 9 DPRD itu merupakan wakil dari rakyat yang harus mengerti dengan keadaan
masyarakat kota langsa dan harus bisa mengusulkan segala kebutuhan
masyarakatnya terutama di bidang kesehatan kepada Dinas Kesehatan misalnya
tentang pelayanan kesehatan masyarakat
Eksekutif 10 Kepentinggannya...maksudnya supaya mereka dapat hidup sehat.., Cuma
kepentingan mereka untuk kesehatan ini...ini...e..untuk mendukung lah.., karena
semua itu..kita ..dinas kesehatan ini..tidak akan bisa berjalan tanpa adanya
dukungan dari mereka.., karena yang menentukan itu ke DPR..nah yang kita ajukan
kan..Bappeda..

Tabel 4.23. Lanjutan


Eksekutif 11 Mungkin kalau ditanya apa kepentingan mereka..., sudah tentu untuk kepentingan
masyarakat...tapi ...apa betul semua untuk masrakat....?nah...mari kita tanyakan pada
diri kita masing-masing...hm...
Eksekutif 12 Disini kepentingan DPRD mungkin saja agar semua perencanaan yang di buat
oleh dinas kesehatan dapat menyentuh masyarakat yang ada di kota langsa, karena
mereka adalah wakil dari masyarakat kota langsa.
Eksekutif 13 Kepentingan DPRD itu pasti ada.......sekarang tinggal kita saja yang
menilai...apakah mereka memang mementingakan masyarakat atau mementingkan
diri sendiri ...iya kan....!.
Legislatif 1 Em........pada dasarnya ...kalau secara pribadi..DPRD tidak mempunyai kepentingan
apa-apa dalam perencanaan kesehatan..., namun DPR wajib menyampaikan dan
memperjuangkan aspirasi masyarakat..terutama yang berkaitan dengan kesehatan..
Legislatif 2 Karena DPRD itu wakil dari rakyat ...e..ya...harus mengetahuilah apa-apa yang
direncanakan oleh dinas kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat banyak ya...!
71

Berdasarkan Tabel 4.21 di atas, diketahui ada 13 (tiga belas) informan


mengemukakan bahwa kepentingan DPRD dalam perencanaan kesehatan semata-
mata untuk kepentingan masyarakat khususnya kesehatan masyarakat di Kota
Langsa. Namun ada 2 (dua) informan mengemukakan bahwa selain kepentingan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakatjuga diselingi oleh kepentingan proyek
anggota DPRD. Hal ini diketahui dari jawaban informan sebagai berikut:
”Saya rasa mereka tidak punya kepentingan.....e... dalam hal ini...yang
menyangkut dengan perencanaan..ya....,.tapi kalau proyek mungkin ada
ya...walaun itu tidak semua”

”Kepentingan DPRD itu pasti ada.......sekarang tinggal kita saja yang


menilai...apakah mereka memang mementingakan masyarakat atau
mementingkan diri sendiri ...iya kan....!.”

e. Keterlibatan Stakeholder Dalam Pengawasan Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.22. Matrik Jawaban Informan tentang Keterlibatan Stakeholder dalam


Perencanaan Kesehatan
Informan Jawaban
Eksekutif 1 Ya...memang harus terlibat...ya, karena memang sudah tugas mereka..ya.
Eksekutif 2 Selama ini saya rasa sudah baik..ya...
Eksekutif 3 Sangat baik, mereka selalu mendukung dan mengawasi semua kegiatan program
kesehatan yang dilaksanakan setiap tahunnya
Eksekutif 4 Pengawasan dari masyarakat atau keterlibatan masyarakat sudah sangat baik dan
juga sudah peduli dengan kegiatan yang dilakukan oleh dinas kesehatan, terutama
yang berkaitan dengan Pembangunan sarana kesehatan maupun program-program
yang dilakukan oleh dinas kesehatan dan juga mereka selalu memberikan laporan-
laporan bila ada kejanggalan atau ketidak sesuaian dalam pembangunan kesehatan..
Eksekutif 5 Sangat baik, mereka selalu mendukung dan mengawasi semua kegiatan program
kesehatan yang dilaksanakan setiap tahunnya akan dapat berjalan sesuai dengan
yang telah kita rencanakan
Eksekutif 6 Mereka perlu turunlah...untuk mengawasi kita...apa yang sudah kita laksanakan,
bagaimana relisasinya apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan.
Eksekutif 7 Kalau dalam proses perencanaan..e...stakeholder dalam hal ini belum begitu
terlibat ..gitu ya...! kecuali bawasda...gitu ya...tapi kalau LSM dan Bpk nanti
72

e....setelah .pada waktu pelaksanaan disiapkan atau pada evaluasi kegiatan.


Eksekutif 8 Sudah ada...tapi kalau bisa jangan terjadi tumpang tindih pemeriksaan, misalnya
dalam satu tahun ada tiga kali pemeriksaan ....bagaimana itu...., kalau memang ada
temuan bolehlah...tapi kalau tidak ada untuk apa berulang-ulang ....!
Eksekutif 9 Mereka selalu mendukung dan mengawasi semua program kesehatan yang kita
lakukan setiap tahunnya, bahkan ada saran-saran dari mereka untuk kemajuan
kesehatan selanjutnya.
Eksekutif 10 Masih kurang....! karena saya belum pernah melihat mereka turun langsung ke
lapangan..
Eksekutif 11 Ya...sudah baiklah...tapi kalau bisa...jangan hanya kami saja yang diperiksa..tapi
ya...kontraktornya pun di lihat kinerjanya..jadi pembangunannya bisa lebih baik dan
tahan lama.
Eksekutif 12 Sudah cukup baik....... karena mereka juga....e.... selalu mengawasi setiap kegiatan
program kesehatan yang dilaksanakan setiap tahunnya.Ini dapat kita lihat dari
adanya pemeriksaan pada Dinas Kesehatan setiap Tahunnay oleh Bawasda, baik
bawasda kota maupun bawasda propinsi.
Eksekutif 13 Menurut saya....em...keterlibatan meraka sudah baik..karena mereka juga sudah bisa
bekerja......yang menurut saya ..ya...sesuai lah dengan tupoksi mereka.
Legislatif 1 Mereka harus terlibat...lah.., karena akan mengetahui apakah yang dilakukan oleh
dinas kesehatan sudah benar dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah...
Legislatif 2 Ya...sudah baiklah...
Berdasarkan Tabel 4.22, diketahui bahwa keterlibatan stakeholder dalam
perencanaan kesehatan dari 14 (empat belas) informan mengemukakan keterlibatan
mereka sudah baik, dan dalam bentuk pengawasan dan pemantauan terhadap
pelaksanaan program kerja yang telah direncanakan dalam perencanaan kesehatan.
Namun ada 1 (satu) informan mengemukakan bahwa selama ini keterlibata
stakeholder dalam perencanaan kesehatan belum menunjukkan peran yang penting.
Hal ini diperoleh dari jawaban informan sebagai berikut:
”Masih kurang....! karena saya belum pernah melihat mereka turun langsung
ke lapangan.”.

f. Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengawasan Perencanaan Kesehatan

Tabel 4.23. Matrik Jawaban Informan tentang Keterlibatan Masyarakat dalam


Perencanaan Kesehatan

Informan Jawaban
Eksekutif 1 Sudah baik.....ya..masyarakat juga sudah tau mana kegiatan yang mereka
perlukan..terutama yang berkaitan dengan kesehatan.
Eksekutif 2 Sejauh ini masyarakat juga ikut membantu kita dalam proses perencanaan ,terutama
untuk masalah pwembangunan sarana kesehatan...mereka terlibat didalamnya.., baik
dari mulai mencari lokasi pembangunan sampai pelaksanaannya mereka juga sangat
berperan..ya..
Eksekutif 3 Sudah baik, karena mereka juga akan selalu memberikan laporan-laporan yang
73

tejadi dilapangan apabila tidak sesuai dengan program perencanaan yang ditentukan

Eksekutif 4 Sangat baik, dengan adanya posyandu, gerakan sayang ibu, juga masukan dari
masyarakt , dan juda sebagian besar pembangunan kesehatan yang ada di kota
langsa ini adalah karena bantuan dari masyarakat yang ikut membantu agar
pembangunan kesehatan dikota langsa dapat berjalan dengan baik
Eksekutif 5 Mereka perlu turunlah...untuk mengawasi kita...apa yang sudah kita laksanakan,
bagaimana relisasinya apakah sudah sesuai dengan yang direncanakan
Eksekutif 6 E....mereka mungkin dengan memberi laporan-laporan ya, apabila terjadi ketidak
sesuaian kegiatn, baik pembangunan fisik maupun non fisik.
Eksekutif 7 Saya kira masyarakat selama ini pun...sudah..e...kreatif..gitu ya, masyarakat sudah
banyak memberi usulan-usulan ...gitu..terhadap perencanaan kesehatan ,jadi saya
kira peren masyarakat itu sangat baik selama ini.
Eksekutif 8 Sudah sangat baik....mereka sudah peduli dengan pembangunan-pembangunan
sarana kesehatan..seperti polindes...tapi kadang-kadang ada gak..enaknya...kalau
masalah bangunan tersebut...ujung-ujungnya.proyek.
Eksekutif 9 Masyarakat sudah banyak berperan, karena masyarakat kita sekarang ini sudah lebih
banyak mengerti dan ada arahan-arahan dari Dinas Kesehatan tentang perlunya
kesehatan, sepeerti posyandu yang sudah berjalan dengan baik, dan program-
program yang langsung menyentuh kemasyarakat Kota Langsa.
Tabel 4.23. Lanjutan
Eksekutif 10 Masih kurang juga..misalnya...nah..itulah..kan dari masyarakat..,
contoh..ya..misalnya posyandu...,....posyandu itukan punyanya masyarakat..kita
ingin yang terlibat itu seperti ibu geucik.., dan kader-kader yang memang sudah kita
latih.., maunya ibu-ibunya tau tentang kesehatan..kalau di suatu desa itu ada 50 bayi
tapi yang datang keposyandu hanya 10 bayi... berarti kan ada 40 bayi yang tidak
dibaya ke posyandu...nah..inilah peran ibu-ibu..untuk mengajak peranserta
masyarakatnya.
Eksekutif 11 Yang saya tau masyarakat hanya bisa memberikan laporan dan masukan-
masukan..ya,,terutama kepada kami pihakm puskesmas.., tapi kalau secara khusus
saya resa mereka belum bisa terlalu jauh ikut dalam pengawasan perencanaan.
Eksekutif 12 Dalam hal ini.......masyarakat juga sudah peduli dengan kegiatan yang dilakukan
oleh dinas kesehatan, terutama yang berkaitan dengan Pembangunan sarana
kesekatan misalnya mereka selalu memberikan laporan-laporan apabila terdapat
kejanggalan dalam pembangunan kesehatan, ya.....contohnya pembangunan
polindeslah.....!
Eksekutif 13 Yang saya tau selama ini...mereka cukup respon dengan apa yang sudah kita
laksananakan..terutama dalam hal pembangunan sarana kesehatan... mereka selalu
mengawasi perkembangan pembangunan fisik seperti puskesmas dan polindes.
Legislatif 1 Dalam hal ini....banyak...ya.., masyarakat secara tidak langsung sudah banyak
mengawasi segala kegiatan yang dilakukan oleh dinas kesehatan...., ini dapat saya
beri contoh..., ada polindes yang dalam pelaksanaannya asal jadi..., nah mereka
dengan cepat mengadu kepada kami.., sehingga kami dapat mengkoordinasikan
yang terjadi dengan kepala dinas kesehatan
Legislatif 2 Masyarakat juga harus terlibat didalamnya.., karena nanti masyarakat yang akan
menggunakan segala kegiatan yang sudah dibuat oleh dinas kesehatan kota langsa.

Berdasarkan Tabel 4.23, diketahui bahwa ada 14 (empat belas) informan


mengemukakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam perencanaan kesehatan sudah
sangat baik. Keterlibatan tersebut diimplementasikan melalui pemberitahuan, laporan
74

dan partisipasi dalam perencanaan kesehatan, pemberian informasi tentang kebutuhan


mereka di lingkungan masing-masing, serta melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang diimplementasikan oleh dinas kesehatan maupun
puskesmas di Kota Langsa.
Namun masih ada satu informan yang mengemukakan bahwa keterlibatan
masyarakat dalam perencanaan program kesehatan maupun pelaksanaan kegiatan-
kegiatan dalam rencana kesehatan masih belum optimal. Hal ini diperoleh dari
jawaban informan sebagai berikut:
”Masih kurang juga..misalnya...nah..itulah..kan dari masyarakat..,
contoh..ya..misalnya posyandu...,....posyandu itukan punyanya
masyarakat..kita ingin yang terlibat itu seperti ibu geucik.., dan kader-kader
yang memang sudah kita latih.., maunya ibu-ibunya tau tentang
kesehatan..kalau di suatu desa itu ada 50 bayi tapi yang datang keposyandu
hanya 10 bayi... berarti kan ada 40 bayi yang tidak dibaya ke
posyandu...nah..inilah peran ibu-ibu..untuk mengajak peranserta
masyarakatnya”
75

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pengetahuan Eksekutif dan Legislatif dalam Perencanaan Kesehatan

Pengetahuan dalam penelitian ini merupakan salah satu indikator dari perilaku
birokrasi eksekutif dan legislatif dalam perencanaan kesehatan. Pengetahuan tersebut
meliputi pengetahuan tentang langkah-langkah perencanaan, jenis dan sumber data
untuk perencanaan kesehatan, pentingnya perencanaan kesehatan, penanggung jawab
perencanaan kesehatan, peran puskesmas, dinas kesehatan, Bappeda dan DPRD
dalam perencanaan kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 informan, ada 10 informan yang
mengetahui secara pasti langkah-langkah perencanaan kesehatan. Langkah-langkah
tersebut adalah diawali dengan pengumpulan data, analisis data, kemudian dibuat
rencana program dan usulan anggaran sampai pada penyusunan dokumen
perencanaan, demikian juga dengan jenis data, secara keseluruhan mengetahui data-
data apa saja yang dibutuhkan dalam perencanaan kesehatan.
Kurangnya pemahaman informan terhadap langkah perencanaan kesehatan
tersebut disebabkan oleh terbiasanya mereka terhadap rutinitas dalam setiap
perencanaan setiap tahunnya. Perencanaan yang ada biasanya tidak mengacu pada
mekamisme perencanaan yang sesuai dengan konsep perencanaan dan penganggaran
kesehatan terpadu (P2KT) yang telah direkomendasikan oleh Departemen Kesehatan,
maupun usulan perencanaan dari Lembaga Administrasi Negara. Langkah tersebut
seyogyanya diawali dari : (1) analisis situasi yaitu melalui pengumpulan data yang
meliputi data demografi, data cakupan pelayanan kesehatan sebelumnya, data sarana
pelayanan kesehatan, dan menganalisis data tersebut dalam bentuk informasi dengan
metode Strenght, Weakness, Oppurtunity, and Treaths (SWOT) Analisys, (2)
merumuskan tujuan perencanaan, (3) menetapkan tujuan, (3) menentukan alternative
tujuan, (4) menenetapkan prioritas tujuan, (5) membuat rencana kegiatan dan rencana
anggaran, (6) menyusun program kerja dalam bentuk dokumen perencanaan.
Serangkaian langkah-langkah tersebut cenderung hanya dipahami oleh
penyusun rencana dari dinas kesehatan saja, sedangkan unsur eksekutif lainya seperti
puskesmas, dan pemerintah kota cenderung tidak memahami, apalagi dari unsur
legislatif.
Indikator pengetahuan yang lain adalah dari pemahaman informan tentang
pentingya perencanaan kesehatan, penanggung jawab perencanaan kesehatan, dan
peran unsur eksekutif dan legislatif dalam perencanaan kesehatan. Hasil penelitian
menunjukkan secara keseluruhan menyatakan bahwa perencanaan kesehatan sangat
76

penting dalam pembangunan kesehatan mewujudkan derajat kesehatan masyarakat


yang optimal di kota Langsa.
Namun dalam penelitian ini ditemukan perbedaan pemahaman tentang
penanggung jawab perencanaan kesehatan. Data menunjukkan 11 informan
mengemukakan perencanaan kesehatan semata-mata tanggung jawab dinas kesehatan,
sedangkan sisanya mengemukakan perencanaan kesehatan adalah tanggung jawab
seluruh elemen masyarakat.
Berdasarkan keadaan tersebut, diindikasikan bahwa masih ada pemahaman
informan bahwa perencanaan kesehatan adalah tugas dan wewenang dari dinas
kesehatan, sehingga memberikan implikasi terhadap tanggungjawab seutuhnya dalam
pembangunan kesehatan di Kota Langsa, seyogyanya pembangunan kesehatan adalah
tanggung jawab dari masyarakat seluruhnya baik dari jajaran pemerintah kota
maupun masyarakat biasa. Hal tersebut berguna untuk keberlangsungan program-
program kesehatan dimasa akan datang, artinya pembangunan kesehatan akan
berkelanjutan dimasa-masa akan datang guna menciptakan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Adanya perbedaan pemahaman tersebut diasumsikan karena pada masyarakat
secara umum sudah mempuyai suatu pola pikir bahwa segala sesuatu yang berkenaan
dengan kesehatan adalah tanggung jawab dinas kesehatan dan unit pelayanan
tehnisnya seperti rumah sakit dan puskesmas, sehingga perencanaan yang ditanggapi
secara parsial oleh masyarakat.
Indikasi tersebut terlihat dari adanya perbedaan persepsi dari peran masing-
masing unsur dalam perencanaan kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peran puskesmas hanya sebatas menyediakan data-data untuk perencanaan kesehatan,
seharusnya puskesmas wajib mengusulkan rencana-rencana program pada masing-
masing puskesmas berdasarkan analisis kebutuhan program kesehatan di wilayah
kerjanya, kemudian direkapitulasi oleh dinas kesehatan dan dimusyarawarahkan
kembali sebelum disusun secara komprehensif dalam bentuk dokumen perencanaan
dan usulan anggaran, sehingga secara bertahap akan mengakomodir permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Indikasi lainnya adalah pemahamanan
yang berbeda tentang peran dinas kesehatan. Hasil penelitian juga menunjukkan
secara keseluruhan peran dinas kesehatan adalah penyusun rencana kegiatan setiap
tahunnya, seyognya dinas kesehatan adalah konseptor sekaligus sebagai pelaksana
tehnis dari unsur pemerintah daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, artinya peran dinas kesehatan dalam
perencanaan kesehatan bukan semata-mata berdiri sendiri tetapi terintegrasi dengan
SKPD lainnya dan unit tehnis dibawah dinas kesehatan.
Demikian juga dengan pemahaman informan tentang peran Bappeda juga
mempunyai perbedaan pemahaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7
(tujuh) informan juga yang mengemukakan bahwa peran Bappeda dalam perencanaan
kesehatan adalah sebagai lembaga untukmengoreksi, menyesuaikan, dan memberikan
masukan-masukan bagi penyusun rencana program kesehatan untuk dijadikan sebagai
dokumen perencanaan sebelum disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
77

Selain itu ada 1 (satu) informan yang mempunyai pemahaman yang berbeda
tentang peran Bappeda, diantaranya bahwa bappeda tidak mempunyai hubungan
langsung dengan perencanaan kesehatan dan dinas kesehatan. Sedangkan peran
DPRD justru hanya sebagai pengesah atau lembaga yang menyetujui usulan-usulan
program kesehatan yang telah diusulkan.
Berdasarkan analisis tersebut, diketahui secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa pemahaman tentang perencanaan kesehatan baik menyangkut langkah-langkah
perencanaan kesehatan, peran masing-masing elemen yang terlibat dalam
perencanaan kesehatan maupun pentingnya sebuah perencanaan masih dinilai kurang
pada eksekutif dan legislatif di Kota Langsa. Rendahnya pemahaman tentang
perencanaan kesehatan akibat kurangnya pelatihan-pelatihan tentang perencanaan.
Data dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (LAKIP) dari dinas
kesehatan Kota Langsa, diketahui pelatihan bagi tenaga perencana baik di dinas
kesehatan maupun puskesmas selama kurun waktu 1 tahun hanya sekali dilaksanakan
selebihnya cenderung dialokasikan pada pelatihan tehnis seperti pelatihan bidan desa,
pelatihan penyuluhan kesehatan masyarakat maupun pelatihan fungsional lainnya.
Rendahnya pemahaman tersebut berimplikasi terhadap kualitas dari rencana
kerja dalam perencanaan kesehatan yang akan disusun dan disahkan, dan dampak
jangka panjangnya adalah tidak terakomodirnya permasalahan-permasalahan
kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Selain itu dampak dari rendahnya
pemahaman sumber daya manusia tentang perencanaan kesehatan adalah minimnya
kemampuan petugas perencana dalam melakukan advokasi pada lembaga legislatif
maupun badan perencana daerah dalam menentukan prioritas program dalam
penyusunan perencanaan kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sukarna, dkk (2006), bahwa
rendahnya kualitas SDM perencana dinas kesehatan berpengaruh terhadap
kemampuan negosiasi dan argumentasi anggaran kepada Bappeda, demikian juga
dengan penelitian Bakri (2001), bahwa Secara umum, lemahnya kemampuan
sebagian petugas kesehatan dalam berbagai aspek proses perencanaan khususnya
pada kabupaten/kota di Sulawesi Selatan juga merupakan salah satu kendala dalam
implementasi desentralisasi di bidang kesehatan. Walaupun telah diadakan Pelatihan
Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT) bagi para petugas Dinas
Kesehatan kabupaten/kota serta pelatihan Problem Oriented Action Research
(PROAR) bagi para petugas Puskesmas dan beberapa petugas Dinas Kesehatan
kabupaten/kota, namun masih dijumpai berbagai kekurangan dalam hal intensitas,
metode, jangka waktu pelatihan,serta ruang lingkup materi pelatihan.
Berdasarkan analisis tersebut di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
pemahaman eksekutif dan legislatif sangat penting dalam mewujudkan perencanaan
kesehatan yang baik di Kota Langsa. Upaya yang harus ditempuh adalah peningkatan
pengetahuan melalui pelatihan-pelatihan bagi tenaga perencana puskesmas dan dinas
kesehatan, melakukan minilokarya dengan melibatkan unsur legislatif dan eksekutif
lainnya dalam penyusunan perencanaan kesehatan.
78

5.2 Sikap Eksekutif dan Legislatif dalam Perencanaan Kesehatan

Sikap dalam penelitian ini adalah tanggapan atau respon oleh eksekutif dan
legislatif tentang langkah-langkah perencanaan sampai pada pengambilan keputusan
terhadap program kesehatan yang akan dilaksanakan. Indikator sikap dalam penelitian
ini adalah sikap dari eksekutif dan legislatif terhadap perencanaan kesehatan, dan
sikap terhadap kebutuhan data dalam penyusunan perencanaan kesehatan di Kota
Langsa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 6 (enam) informan yang mempunyai
pandangan bahwa keterlibatan eksekutif dalam perencanaan kesehatan adalah pada
saat merekapitulasi, dan mengkoordinasikan setiap usulan-usulan program-program
kesehatan dalam perencanaan kesehatan, serta menyeleksi setiap program-program
kesehatan yang dianggap prioritas. Selain itu ada juga informan yang mengemukakan
bahwa pandangan informan tentang keterlibatan eksekutif hanya dalam tehnis
pelaksanaan setiap program yang telah diusulkan.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa sikap eksekutif dalam perencanaan
kesehatan masih terbatas merekapitulasi dan mengkoordinasi usulan program
kesehatan saja. Hal diindikasikan karena masih terbatasnya pemahaman informan
tentang siapa saja yang termasuk dalam unsur eksekutif, sehingga berdampak
terhadap pandangan informan terhadap tugas pokok dan fungsinya dalam
perencanaan kesehatan.
Demikian juga dengan pandangan informan terhadap peran legislatif dalam
perencanaan kesehatan, hanya sebagai penentu dan pengambil keputusan terhadap
jenis program kesehatan yang telah direncanakan, sehingga secara keseluruhan
serangkaian perencanaan kesehatan tidak sebagaimana mestinya.
Menurut Harimurti dan Marzuki (2005), bahwa tidak sinergisnya peran
masing-masing unsur dalam pemerintahan baik eksekutif dan legislatif berdampak
terhadap kesesuaian dalam pengambilan keputusan terhadap jenis program-program
dalam suatu organisasi.
Demikian juga menurut Widyaningrum dan Thoha (2005) yang mengutip
pendapat Aberbach, et.al.,(1982), bahwa legislatif dan eksekutif merupakan dua
elemen yang sama-sama terlibat dalam proses pembuatan kebijakan publik. Tetapi
peran kedua elemen tersebut berbeda. Legislators ingin dipilih kembali pada masa
pemerintahan selanjutnya dengan mencari program dan proyek yang membuatnya
popular di mata konstituen, dan birokrat ingin memaksimumkan anggarannya, dan
masyarakat ingin memaksimumkan utilitasnya.

5.3 Persepsi Eksekutif dan Legislatif dalam Perencanaan Kesehatan

Persepsi dalam penelitian ini adalah segala sesuatu reaksi terhadap


perencanaan kesehatan berdasarkan pengamatan, informasi, dan pengalaman
eksekutif dan legislatif. Indikator persepsi eksekutif dan legislatif dilihat dari persepsi
79

wewenang legislatif dan eksekutif, mekanisme intervensi, usulan anggaran, dan


persepsi terhadap pengambilan keputusan dalam perencanaan kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan informan
mempunyai persepsi yang sama terhadap wewenang eksekutif dan legislatif dalam
perencanaan kesehatan. Eksekutif mempunyai wewenang sebagai penyusun rencana-
rencana program kesehatan dalam perencanaan kesehatan dengan melakukan analisis
situasi, menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam penyusunan rencana program
kesehatan, dan wewenang legislatif hanya sebatas memberikan masukan, saran dan
pemantauan terhadap proses penyusunan program kesehatan serta melakukan
evaluasi dan pengesahan terhadap program kerja yang telah diusulkan.
Persepsi tersebut relatif sama dengan sikap dari informan terhadap peran
eksekutif dan legislatif. Keadaan tersebut dapat dipahami karena ada kecenderungan
minimnya pemahaman tentang peran dan fungsi masing-masing dalam perencanaan
kesehatan disebabkan oleh rendahnya pengetahuan mereka, yang diakibatkan oleh
rutinitas yang telah turun temurun dalam birokrasi perencanaan kesehatan, sehingga
ada perbedaan porsi kegiatan dalam proses penyusunan perencanaan.
Persepsi eksekutif dan legislatif terhadap usulan anggaran dalam perencanaan
secara umum mengatakan bahwa usulan anggaran terhadap program kesehatan yang
telah diusulkan cenderung tidak semua disetujui dan disahkan oleh legislatif,
mengingat terbatasnya alokasi anggaran dari APBD atau APBN dan jumlah PAD
yang relatif kecil, sehingga tidak mampu mengakomodir seluruh usulan-usulan
program kesehatan dalam perencanaan kesehatan dari dinas kesehatan. Selain itu
bahkan ada 1 (satu) informan mengemukakan bahwa usulan anggaran dari dinas
kesehatan cenderung tidak dilakukan koordinasi terlebih dahulu, dan tidak dilakukan
sosialisasi, sehingga ada kegiatan atau program kesehatan tidak disetujui sama sekali.
Persepsi tersebut didasari dari kenyataan yang ada, yaitu semua usulan yang
diajukan oleh SKPD di pemerintahan Kota Langsa secara umum tidak disetujui
semuanya oleh legislatif, termasuk usulan anggaran dalam perencanaan kesehatan
dari dinas kesehatan. Penyebab tidak disetujui program tersebut disebabkan oleh
terbatasnya alokasi anggaran untuk bidang kesehatan karena ada sistem penetapan
pagu anggaran untuk masing-masing SKPD di pemerintah Kota Langsa, maupun
adanya unsur kepentingan yang terselubung untuk memprioritaskan beberapa
program kerja dari dinas kesehatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sukarna, dkk (2006), bahwa
besarnya pembiayaan kesehatan dalam era desentralisasi tergantung pada daerah.
Oleh karena itu, diperlukan kemampuan dinas kesehatan (dinkes) agar dapat
menetapkan prioritas program kesehatan, serta memiliki kemampuan advokasi
kepada pemerintah daerah dan lembaga legislatif dalam upaya mendapatkan political
commitment peningkatan alokasi anggaran. Diperlukan juga kemampuan tenaga
kesehatan untuk melakukan perencanaan program dan anggaran, implementasi, dan
evaluasi program.
80

Rendahnya alokasi anggaran yang diperoleh Dinas Kesehatan Kota Langsa


dimungkinkan karena terdapat beberapa kegiatan yang diusulkan dalam anggaran
tetapi tidak mendapat persetujuan dari eksekutif. Ada dua faktor yang memungkinkan
terjadinya hal tersebut, yaitu: 1) rendahnya pengetahuan tim anggaran eksekutif
tentang kesehatan, sehingga kebijakan eksekutif dalam mengalokasikan anggaran
APBD tidak didasarkan pada kebutuhan dinkes, 2) ketidakmampuan SDM perencana
dinkes dalam meyakinkan eksekutif tentang pentingnya pengalokasian anggaran
untuk kegiatan tersebut.
Kenyataan tersebut terwujud dari persepsi eksekutif dan legislatif dalam
terhadap pengambilan keputusan dalam perencanaan kesehatan. Secara umum
informan mengemukakan bahwa keputusan terhadap jenis program dan jumlah
anggaran yang dialokasikan untuk dinas kesehatan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tertentu, seperti disebutkan di atas, yaitu pertimbangan kecukupan
anggaran pemerintah daerah, kesesuaian jumlah penerimaan pendapatan asli daerah
setiap tahunnya.

5.4 Kepentingan Eksekutif dan Legislatif dalam Perencanaan Kesehatan

Kepentingan dalam penelitian ini dimaksudkan adalah segala sesuatu


kebutuhan atau unsur kepentingan lain yang diharapkan oleh eksekutif dan legislatif
dalam perencanaan kesehatan. Kepentingan eksekutif dan legislatif tersebut dilihat
berdasarkan kepentingan puskesmas, dinas kesehatan, bappeda, dan DPRD dalam
perencanaan kesehatan, dan keterlibatan stakeholder serta masyarakat dalam
perencanaan kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan informan
mengemukakan bahwa peran puskesmas dalam perencanaan kesehatan adalah
sebagai ujung tombak masyarakat dalam menyediakan data dan informasi tentang
kebutuhan program kesehatan bagi masyarakat. Kepentingan dinas kesehatan dan
bappeda adalah untuk menwujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, dan
kepentingan DPRD adalah mewujudkan akuntabilitas publik yang baik khususnya
dalam peningkatan dan pembangunan kesehatan masyarakat di Kota Langsa.
Hal tersebut secara de jure menunjukkan bahwa kepentingan eksekutif dan
legislatif secara normatif menyebutkan untuk kepentingan masyarakat yaitu
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Namun secara de facto kondisi ini
cenderung tidak normatif, artinya ada kepentingan terselubung terhadap perencanaan
kesehatan khususnya berkaitan dengan kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini
terindikasi dari adanya informan yang mengemukakan bahwa penilaian terhadap
kepentingan mereka dapat terlihat dari sejumlah kegiatan atau program yang
diaplikasikan setiap tahun anggarannya, dan juga ada unsur kepentingan untuk
proyek-proyek tertentu, biasanya program kerja yang berhubungan dengan pengadaan
barang dan jasa.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Widyaningrum dan Thoha (2005)
yang mengutip pendapat Johnson (1994) bahwa hubungan eksekutif dengan legislatif
81

dengan nama self-interest model. Legislators ingin dipilih kembali, birokrat ingin
memaksimumkan anggarannya, dan konstituen ingin memaksimumkan utilitasnya.
Agar terpilih kembali, legislators mencari program dan projects yang membuatnya
popular di mata konstituen. Eksekutif mengusulkan program-program baru karena
ingin berkembang dan konstituen percaya mereka menerima keuntungan dari
pemerintah. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa dalam proses perencanaan
maupun kebijakan publik lainnya antara legislatif dengan eksekutif menunjukkan
hubungan yang erat, dimana masing-masing mempunyai kepentingan. Hal ini
termasuk juga dalam perencanaan kesehatan, dan hampir terjadi di semua daerah di
Indonesia.
Demikian juga dengan pendapat Dwiyanto (1999), bahwa ketaatan aparat
birokrasi (eksekutif dan legislatif) berorientasi pada prosedur dan aturan sering
menyebabkan tingkat fleksibilitas dan kecepatan pelayanan menjadi berkurang pada
satu pihak, di pihak lain sering digunakan oleh aparat birokrasi sebagai wahana untuk
memperoleh kepentingan pribadi dalam bentuk insentif. Hal ini menunjukkan bahwa
secara implisit unsur legislatif dan eksekutif mempunyai kepentingan tersendiri baik
dari perencanaan kesehatan, sedangkan masyarakat dan stakeholder tidak
mengharapkan kepentingan tidak menuai kepentingan dalam perencanaan kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan stakeholder hanya sebatas
pengawas atau pemantau terhadap program kerja yang telah dilaksanakan, sedangkan
dalam proses usulan program dan anggaran cenderung tidak dilibatkan. Sedangkan
pada masyarakat sebagai sasaran atau objek dari pelaksanaan perencanaan hanya
memperoleh hasil dari perencanaan, seperti pembangunan sarana kesehatan, namun
kepentingan lain tidak ada.

5.5 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu:


1. Penelitian ini menggunakan tehnik kualitatif dengan kuesioner terbuka, serta

menggunakan informan dari unsur eksekutif dan legislatif, sehingga

membutuhkan waktu yang lama, dan mengalami kesulitan untuk menjumpai

informan.

2. Penelitian ini mengkaji tentang perilaku birokrasi, dan kajian ini masih

terbatas penelitiannya di Indonesia, sehingga sedikit perbandingan penelitian

di daerah lain, namun peneliti membandingkannya dengan penelitian-


82

penelitian lain yang relevan dengan tujuan penelitian, khususnya perilaku

birokrasi pada organisasi publik.


83

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai


berikut:
1. Pengetahuan eksekutif dan legislatif terhadap perencanaan kesehatan masih

tergolong rendah yang terindikasi dari rendahnya pemahaman informan

tentang langkah-langkah perencanaan, penanggung jawab perencanaan

kesehatan, pentingnya perencanaan dan peran masing-masing unsur yang

terlibat dalam perencanaan kesehatan.

2. Sikap eksekutif dan legislatif terhadap perencanaan kesehatan relatif kurang

yang dilihat berdasarkan sikap informan tentang keterlibatan eksekutif,

legislatif dan pandangan terhadap kebutuhan data dalam perencanaan

kesehatan.

3. Persepsi eksekutif dan legislatif terhadap perencanaan kesehatan juga masih

kurang yang terlihat dari persepsi terhadap wewenang masing-masing,

persepsi usulan anggaran, dan persepsi pengambilan keputusan dalam

perencanaan kesehatan.

4. Kepentingan eksekutif dan legislatif secara keseluruhan untuk kepentingan

masyarakat umum, yaitu peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Kota

Langsa dan mengupayakan keberlangsungan pembangunan di kota Langsa.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat disarankan sebagai berikut:


84

1. Bagi DPRD Kota Langsa

a. Disarankan agar meningkatkan pemahaman anggota atau panitia anggaran

tentang program-program kerja bidang kesehatan, sehingga dalam

pengambilan keputusan terhadap usulan anggaran dan program dari dinas

kesehatan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan.

b. Disarankan agar meningkatkan akuntabilitas DPRD kota Langsa melalui

transparansi dalam penentuan dan pengambilan keputusan terhadap usulan

program-program kerja dari SKPD di Kota Langsa khususnya bidang

kesehatan.

2. Bagi pemerintah Kota Langsa

a. Disarankan bagi petugas di pemerintahan kota Langsa yang mengakomodir

masalah perencanaan SKPD untuk meningkatkan pengetahuannya melalui

pelatihan maupun lokakarya perencanaan kesehatan.

b. Diasarankan agar Bappeda meningkatkan koordinasi dengan SKPD dalam

penyusunan usulan program dan anggaran agar tidak melebihi pagu yang

telah ditetapkan pada masing-masing SKPD.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Langsa

a. Disarankan perlu peningkatan pengetahuan bagi tenaga perencana dinas

kesehatan dan puskesmas guna menghasilkan perencanaan kesehatan yang

baik dan akuntable.

b. Disarankan agar perencanaan kesehatan yang dibuat setiap tahunnya lebih

intensif disosialisasi dengan sub bidang-bidang dalam dinas kesehatan dan


85

puskesmas guna mengidentifikasi program-program prioritas yang akan

diajukan dalam dokumen perencanaan kesehatan sebelum disahkan.

c. Disarankan perlu peningkatan pengetahuan SDM Dinas Kesehatan dalam

melakukan advokasi pada pemerintah kota Langsa terhadap setiap usulan

kegiatan dan program kerja bidang kesehatan.

d. Perlu dilakukan pembinaan bagi puskesmas dalam menyusun program

kerja tahunan untuk dialokasikan dalam perencanaan kesehatan setiap

tahun anggaranya.

4. Bagi Puskesmas

a. Disarankan agar menyediakan data terkini melalui peningkatan upaya

pencatatan dan pelaporan setiap triwulan dan menyampaikan kepada

bagian informasi dan pelaporan dinas kesehatan agar masalah-masalah

kesehatan yang dihadapi puskesmas dapat diidentifikasi secara dini.


86

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, A, Yasa, 2005. Syariat Islam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam:


Paradigma, Kebijakan dan Kegiatan, Dinas Syariah Islam Provinsi NAD.

Bakri, H, 2001. Strengtening Decentralied Health Planning at District Level in South


Sulawesi Province, MA Dissertation, University Leeds.

________, 2001. Penguatan Sistem Perencanaan Kesehatan Kabupaten/Kota,


Modul pelatihan P2KT Kabupaten/Kota Sulawesi Selatan tahun 2001.

Chandra, 2004. Pengaruh Perilaku Birokrasi terhadap Kualitas Pelayanan Publik.


(Studi di Kecamatan Medan Tembung Kota Medan) Tesis Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Dinas Kesehatan Kota Langsa, 2007. Profil Kesehatan Kota Langsa. Dinas
Kesehatan Kota Langsa.

Dinas Kesehatan Kota Langsa, 2008. Rencana Kerja Anggaran (RKA) Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Kesehatan Kota Langsa.

Depkes RI, 2002. Perencanaan dan Penganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT),


Jakarta

Dwiyanto, Agus, 1995. Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik. Makalah


Seminar Sehari Kinerja Organisasi Publik, 20 Mei 1995. Jurusan FISIP,
UGM Yogyakarta.

Efendi, Sofyan, 1993. Strategi Administrasi dan Pemerataan Akses pada


Pelayanan Publik di Indonesia, Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.

Badan Perencanaan Kesehatan Daerah, 2006. Dokumen Rencana Kerja Anggaran


(RKA) Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota
Langsa.

Hardiansah C, Erikana. Ambilavelensi Dimensi Politik dalam Perencanaan :


Sebuah Kajian Teoritik Konstektual, (Online) http://www.fftm.org,
akses tanggal 27 Januari 2008.

Harimurti, dan Marzuki, 2005. Reformasi Sektor Kesehatan di Indonesia: Tantang


dan Langkah Masa Depan. (online) http://www.desentralisasi-
indonesia.co.id, Akses tanggal 02 Februari 2008.
87

Moeloeng, L, 2004. Metode Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Rosda, Bandung.

Rasyid, Ryaam 1996. Makna Pemerintahan: Tinjauan dari Segi Etika dan
Kepemimpinan, Yarsif Watampone, Jakarta

Ratminto, Utomo W, dan Muhdiarta U, Ryaam, 2003. Kualitas Pelayanan


Kesehatan Puskesmas, Jurnal Sosiohumanika, No 16.

Rivai, Veithzal, 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan


dari Teori dan Praktek, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Robins, S.P. 2002. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi,Aplikasi, Jilid I,


Edisi Bahasa Indonesia, Alih Bahasa Hadyana Pujaatmaka,Prenhalindo,
Jakarta.

Rienke. William, dan Thomas. R, 1999. Aspek-aspek Politis Perencanaan,


Binarupa, Jakarta

Saefullah, Avip, 2004. Relevansi Pembangunan Kesehatan Daerah terhadap


Kebijakan Kesehatan Nasional di Era Otonomi. (online)
http://www.desentralisasi-indonesia.co.id, Akses tanggal 02 Februari 2008.

Syukriy, Abdullah, 2006. Perilaku Opportunistik Legislatif dalam Penganggaran


Daerah. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.

Syafiie, K, Inu, 2004. Birokrasi Pemerintah Indonesia. Mandar Maju, Bandung.

Thoha, M, 1991. Perpektif Perilaku Birokrasi, Rajawali Press, Jakarta

Utama, A.Gede, 2004. Pengaruh Perilaku Birokrasi terhadap Kualitas Pelayanan


Publik (Studi pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar).
Tesis Program Studi Magister Administrasi Publik Konsentrasi
Manajemen Publik. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Widodo, Jamaluddin, 2006. Membangun Birokrasi Berbasis Kinerja, Bayumedia,


Malang

Wijono. Djoko, 1997. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Kesehatan.


Airlangga University Press. Surabaya

Widyaningrum, A. dan Thoha, 2005 Interaksi Eksekutif-Birokrasi di Kota Bandar


Lampung. Jurnal Sosiosains No 18.

Anda mungkin juga menyukai