Anda di halaman 1dari 10

Studi Kasus Kaum Transgender: Penyebab dan Solusi untuk

Menanggulangi Probabilitas Transgender pada Anak

Irma Septiani, Neneng Khoirunnisa, Adibu Khoiril, Nur Wandiyah, Willien, Ana K

Irmasepti214@gmail.com,neneng22khoirun@gmail.com

Abstrak

LGBT (Lesbian Gay Biseksual dan Transgender) merupakan sekelompok orang yang
memiliki orientasi seksual yang berbeda dengan manusia pada umumnya. Transgender adalah orang
yang cara berperilaku atau penampilannya tidak sesuai dengan peran gender yang dimilikinya. Laki-
laki yang menyerupai perempuan disebut sebagai waria (wanita pria). Waria merupakan kaum
marjinal yang mendapatkan tekanan secara struktur dan kultur. Indonesia termasuk salah satu negara
dengan jumlah waria yang besar. Menurut data statistik yang dimiliki Persatuan Waria Republik
Indonesia, jumlah waria yang terdata dan memiliki Kartu Tanda Penduduk mencapai 3.887.000 jiwa
pada tahun 2007. Saat ini menurut Kementerian Sosial Republik Indonesia bahwa belum adanya data
yang akurat dan mutakhir tentang gambaran atau profil waria. Berdasarkan studi literatur yang telah
dilakukan, secara garis besar penyebab transgender ada dua, yaitu faktor bawaan (hormon atau gen)
dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat berupa pola asuh yang kurang tepat yang diberikan
oleh orang tua semasa kecilnya. Pada penelitian ini akan dligunakan metode penelitian kualiatif
deskriptif. Metode perolehan data dilakukan dengan cara melakukan study kasus tentang
permasalahan transgender. Setelah itu, data diolah dan dianalisis untuk mendapatkan solusi yang
tepat atas penyebab terjadinya pola transgender. Nantinya solusi ini akan disosialisasikan kepada
khalayak ramai terutama orang tua yang notabenenya menjadi lingkungan pertama seorang individu
tinggal. Harapannya agar tidak ada lagi individu yang merasa terjebak dalam raga yang salah,
sehingga mampu menjadi manusia yang seutuhnya.

Kata Kunci: LGBT, Transgender, Waria, Manusia Seutuhnya.


BAB 1 PENDAHULUAN

Pada hakikat manusia itu diciptakan Tuhan memiliki jenis kelamin yang berbeda-beda,yaitu
perempuan dan laki-laki.Namun faktanya ada beberapa orang yang memiliki penyimpangan seksual
contohnya saja waria. Kita sudah tidak asing mendengar kata waria ( wanita pria) waria itu sendiri
adalah individu atau seseorang yang memiliki jenis kelamin laki-laki akan tetapi cenderung seperti
wanita.Penyebab seseorang mengalami kelainan seksual memiliki berbagai faktor salah satunya
disebabkan biologis. Hal ini karena hormon seksual prempuan yang terdapat pada pria lebih dominan,
sehingga mempengaruhi perilaku maupun berpenampilan. Faktor yang lain disebabkan oleh
psikogenik seseorang pria mengalami penyimpangan disebabkan oleh psikologis dari seseorang
tersebut ataupun dari lingkungan sekitar yang mendukung serta menyebabkan terjadinya
penyimpangan.
Dari segi ilmu psikologi ada beberapa gejala waria yang pertama yaitu Trans seksualitas
yang di mana seseorang yang jenis kelaminnya secara jasmani itu sempurna namun secara psikologis
cenderung menampilkan kebalikan dari jenis kelaminya atau bisa juga disebut gender identity
disorder. Gender identity disorder ada 2 yaitu gender nonconformity atau transgender identity dan
gender dysphoria. Gender nonconformity atau transgender identity terjadi ketika seseorang merasakan
keganjilan pada gender berdasarkan kromosom, hormon, organ, dan karakteristik seksual sekunder
yang didapat seseorang sejak lahir (Klarisa & Sampurna, 2017).Sedangkan Gender dysphoria hal ini
terjadi ketidak sesuaian identitas gender seseorang dengan yang dimilikinya yang disertai
ketidaknyamanan dan rasa penolakan terhadap gender eksternalnya,yang nantinya mengakibatkan
keinginan merubah bentuk agar sesuai dengan keingianannya.
Gejala yang kedua yaitu tranvetis atau transvestisme yaitu keinginan secara patologis untuk
memakai pakaian dari lawan jenis atau pun untuk mendapat kepuasan seks dengan memakai pakaian
dari seorang perempuan atau wanita. Penderita transvestisme yang terserang pada umumnya adalah
daya khayal mereka di mana dengan imajinasi dan intuisi melalui cara berpakaian lawan jenisnya ia
melaksanakan sebuah kenikmatan seksual bahkan seringkali hingga orgasme (Koeswinarno,
2004).Untuk mencapai orgasme tersebut penderita biasanya melakukan onani atau masturbasi,meski
tidak menutup kemungkinan juga melakukan hubungan dengan jenis kelamin yang sama.
Yang ketiga hermafrodit yang dimana seseorang yang mempunyai dua jenis kelamin atau
dapat dikatakan diantara 2 jenis kelamin tersebut sama artinya tidak berada di kedua-duanya. Pada
hermaphrodite terjadi keadaan ekstrem Interseksualitas dengan gangguan perkembangan pada proses
pembedaan kelamin apakah akan dibuat menjadi laki-laki atau perempuan (Koeswinarno, 2004). Kata
hermaphrodite ini berasal dari mitologi legenda dewa yunani yang diaman mempunyai kelamin ganda,
penamaan tersebut berasal dari penggabungan nama kedua orang tuanya yaitu Hermes dan Aphrodite.
Sedangkan dalam islam penyakit ini disebut khuntsa. Dengan kata lain waria ini memiliki berbagai
gejala maupun faktor mengapa mereka mengalami penyimpangan.
Waria bukan saja berasal dari satu negara saja akan tetapi sudah menyebarluas di berbagai
negara akan tetapi yang membedakannya yaitu cara sudut pandang serta kebebasan hak seseorang
waria negara tersebut. Di Indonesia sendiri masih menganggap keberadaan waria ini sangat tabu hal
ini penyebabnya adanya norma serta hukum yang berlaku,baik hukum maupun nornma agama di
Indonesia hanya mengakui laki-laki serta perempuan sebagai gender yang resmi.Hal ini menyebabkan
banyak masyarakat yang menganggap kaum waria adalah kaum yang melanggar kodrat sebagai
manusia sehingga masyarakat cenderung memberi label buruk kepada kaum waria. Bahkan
pemerintah secara sadar maupun tidak sadar memberikan diskriminasi kepada kaum waria, hal ini
disebabkan karena tidak jelasnya status gender kaum waria dalam data kependudukan (Palupi, 2017).
Akan tetapi ini tidak memutus akar dari keberadaan waria akan tetapi malah menambah jumlah
keberadaannya. Hal ini dibuktikan adanya peningkatan bahkan di indonesia sendiri sudah merajalela
seperti yang diungkapkan Yulianus Rettoblaut selaku ketua forum waria Indonesia pada survei 2008 di
Indonesia terdapat sekitar 7 juta kaum waria sementara khusus di Jakarta terdapat sekitar 8 ribu waria
(tribunnews,2015).
Pada kalangan awam banyak orang berpikir bahwa waria seperti halnya homoseksual akan
tetapi secara harfiah mereka berbeda walaupun dalam batas batasan tertentu keduanya masih bisa
digolongkan penyimpangan seksual. Keberadaan waria ini di Indonesia memunculkan berbagai
permasalahan lain yang dilihat dari sudut pandang hak asasi manusia, hal ini masih diperdebatkan
karena waria memiliki jumlah yang sangat besar, akan tetapi juga memiliki dampak yang negatif yang
cukup besar pula. Disebabkan karena sebagian besar dari waria bekerja sebagai Pekerja Seks
Komersial atau disingkat PSK meskipun ada juga yang tidak. Hal ini bisa terjadi sebab waria tidak
diterima sebagai pekerja dikarenakan identitas yang tidak terakui tersebut. Permasalahan ini bukan
hanya terbatas di bidang Ketenagakerjaan saja namun di bidang pendidikan kesehatan maupun yang
lainnya. misalkan saja di kehidupan sehari-hari kebanyakan waria di Indonesia masih merasa
kebingungan atau pun merasa terkucilkan sebab waria tidak mendapatkan penempatan toilet tersendiri
sebab kebanyakan daerah ataupun tempat-tempat di Indonesia masih memiliki toilet dengan 2 jenis
kelamin yang terakui (laki-laki dan perempuan) .
Banyak hal lain mengapa waria tidak dapat diterima atau sulit diterima di negara kita hal ini
karena dari sudut pandang agama, norma serta hukum yang telah diatur di Indonesia tidak
memberikan kebebasan secara total kepada seseorang untuk untuk memilih jenis kelamin yang ia
inginkan sebagai identitasnya. Yang pada dasarnya hal tersebut merupakan hak sepenuhnya dari
seorang manusia.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan yang menyebabkan
seseorang bisa mengalami penyimpangan seksual (Waria). Sehingga nantinya masyarakat luas mampu
memahami serta tidak memandang waria sebelah mata,serta mampu bekerjasama tanpa memandang
gender. Selain itu melalui penelitian ini ada pengharapan yang sangat besar agar nantinya waria di
Indonesia mempunyai pekerjaan yang layak sehingga tidak ada lagi permasalahan yang ditimbulkan
akibat adanya waria.
BAB 2 METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan dengan metode perbandingan literatur yang dimana
membandingkan kenyataan yang ada. Hal ini bertujuan agar dapat mengetahui secara mendalam yang
nantinya dapat mengetahui konsep serta faktor apa saja yang melatarbelakangi seseorang menjadi
waria. Langkah awal peneliti melakukan survei tempat yang dimana tempat tersebut diduga sebagi
tempat perkumpulan waria. Selanjutnya terjun langsung kelapangan untuk mengadakan penelitian,
akan tetapi disebabkan mendekati bulan puasa, peneliti hanya dapat melakukan survei lapangan saja
sebab saat mendekati bulan puasa waria sudah mulai menepi. Sehingga peneliti hanya menyampaikan
sesuai keadaan lapangan, yang kemudian membandingkan literatur yang ada.
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Menyadari identitas sebagai seorang waria tidak dimulai sejak mereka kecil. Kebanyakan
kesadaran itu muncul saat mereka beranjak dewasa. Ada yang sulit menerima identitas barunya ada
yang mudah menerimanya begitu saja. Penciptaan identitas menjadi seorang waria merupakan suatu
proses yang berkesinambungan. Setiap waria tentunya tidak memiliki latar belakang yang sama.
Sebenarnya, apabila dilihat dari literatur, beberapa dari waria tersebut mengaku ingin merubah dirinya
menjadi laki-laki seutuhnya. Bahkan beberapa ada yang ingin membangun keluarga dan memiliki istri
dan anak. Akan tetapi mereka mengaku tidak sanggup dan pasrah agar Tuhan sendiri yang merubah
perasaan mereka, baru mereka bisa merubah penampilan mereka.
Dari study literatur yang telah dilakukan., secara garis besar penyebab transgender ada dua,
yaitu faktor bawaan (hormon atau gen) dan faktor lingkungan. Dapat diperluas lagi faktor penyebab
seseorang menjadi waria yaitu, latar belakang keluarga, faktor gen atau bawaan sejak lahir, trauma,
lingkungan tempat tinggal, dan kebutuhan materi.
Faktor penyebab yang pertama adalah keluarga. Keluarga merupakan proses sosialisasi yang
paling pertama. Anak pertama kali mengenal lingkungannya dari keluarga. Dalam permasalahan ini,
bagaimana perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya sangat
mempengaruhi kondisi psikis anak. Pembentukan sikap dan perilaku anak sangat dipengaruhi
bagaimana anak itu di didik oleh orang tuanya. Entah itu kebiasaan yang dilakukan orang tuanya,
nasihat, teguran, perintah, omongan, teguran dari orang tua kepada anaknya. Dari beberapa literatur,
terbukti bahwa keluarga besar perannya dalam mempengaruhi pembentukan kepribadian individu.
Misalnya saja, apabila orang tuanya sering memakaikan baju perempuan pada anaknya yang laki-laki,
sering membelikan mainan perempuan, sering mendandani, dan sering memperlakukan anaknya
sebagai perempuan maka besar kemungkinan anak laki-laki tersebut akan menyukai hal-hal yang
dipakai atau kebiasaan perempuan. Selain itu, sebagai anak laki-laki, akan lebih tepat bahwa anak laki-
laki lebih dekat dengan ayahnya sebagai panutan dan cerminan bagaimana kelak si anak akan tumbuh.
Jadi, disini orang tua sebisa mungkin mulai membiasakan anak sedari kecil untuk berperilaku sebagai
seorang laki-laki seutuhnya dn jangan sekali-kali mengarahkan untuk menjadi seperti perempuan.
Adapula pola asuh orang tua yang salah, yakni kasih sayang berlebihan dan akhirnya malah
mendukung dan membiarkan begitu saja anaknya menjadi waria. Berdasarkan pengakuan narasumber
pada literatur, dia menjadi waria dan tidak mendapat tentangan dari keluarganya. Keluarganya
menerimanya apa adanya dikarenakan terlalu sayang padanya, karena sejak kecil sudah ditinggal
ibunya dan merupakan anak bungsu. Bahkan dia sering diundang di acara keluarga dan berpenampilan
layaknya perempuan. Saudaranya juga memujinya cantik. Hal ini membuat dia senang dan percaya
diri. Dengan perasaan bahwa dia diterima dikeluarganya membuat dia terus hidup menjadi waria.
Faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi waria yang kedua adalah faktor gen atau
bawaan sejak kecil. Pemikiran bahwa dia memiliki jiwa perempuan yang terjebak di dalam raga laki-
laki menjadi hal yang utama. Selain itu juga dia memakai pakaian perempuan dan merasakan perasaan
perempuan. Dalam hal ini, sudah merasa bahwa dia menyukai seorang laki-laki lainnya. Sebagian
besar waria mengaku bahwa mereka terjebak dalam fisik yang salah. Mereka mengaku memiliki
perasaan sebagai perempuan tetapi raganya adalah laki-laki sehinga mereka merasa tidak nyaman
dalam menjalani hidunya dan memilih merubah penampilan menjadi perempuan.
Faktor yang ketiga adalah trauma. Beberapa literatur menyebutkan bahwa waria tersebut
awalnya merupakan korban dari pelecehan seksual sodomi yang mereka alami saat masih di sekolah
dasar oleh tetangga dekat mereka dan terjadi berulang kali. Mereka mengaku mengalami trauma yang
luar biasa dan tidak berdaya untuk sekedar meminta bantuan pada keluarganya. Kejadian tersebut
terjadi terus menerus sehingga mereka menjadi terbiasa dengan apa yang mereka alami. Saat mereka
beranjak dewasa, mereka tidak sadar bahwa mereka mulai menyukai sesama jenisnya. Mereka mulai
menolak kenyataan tersebut akan tetapi tak kuasa untuk keluar dari hal tersebut dan akhirnya
memasrahkan diri akan kondisi yang mereka alami.
Hubungan sebab akibat berubahnya orientasi seksual pada anak laki-laki yang selanjutnya
membentuk anak tersebut menjadi gay/waria dapat dijelaskan menggunakan teori psikologi,
khususnya dalam kajian konstruksi emosional dan proses kognitif behavioural. Dalam kajian
konstruksi emosional dijelaskan bahwa setiap kejadian meninggalkan jejak emosi pada setiap orang
yang selanjutnya memiliki dampak kognitif behavioural yang membentuk pola pikir dan kebiasaan
yang selanjutnya dalam jangka panjang akan membentuk kepribadian seseorang. Jika diselidiki lebih
lanjut, berubahnya orientasi seksual pada anak laki-laki yang mengalami trauma karena menjadi
korban kekerasan seksual tidak selalu diikuti dengan berubahnya kepribadian menjadi wanita yang
selanjutnya membentuk kepribadian mereka menjadi waria. Berubahnya kepribadian mereka menjadi
waria merupakan salah satu dampak ‘tambahan’ yang terkait dengan masalah kenyamanan mereka
dalam mengaktualisasikan identitas mereka sebagai penyuka sesama jenis.
Faktor yang keempat adalah lingkungan sosial atau tempat hidup. Lingkungan tempat
bertumbuh kembang juga dapat menjadi penyebab seseorang menjadi waria. Lingkungan bermain
waktu kecil misalnya. Dari literatur ditemukan bahwa seseorang yang menjadi waria pada masa
kecilnya sering bermain dengan perempuan. Dia lebih nyaman bermain dengan perempuan dan
memainkan mainan perempuan daripada laki-laki. Selain itu, apabila seseorang sudah menjadi waria
dan ia tingal di lingkungan waria, maka ia akan lebih sulit untuk merubah dirinya menjadi laki-laki
seutuhnya. Dia akan merasa punya teman senasib dan lebih nyaman dengan kehidupannya.
Faktor yang kelima adalah kebutuhan materi. Menurut pengakuan beberapa waria pada
literatur, menjadi waria merupakan cara yang tepat untuk menunjukkan diri mereka kepada
lingkungan sekitarnya. Dengan ini, seseorang yang menjadi waria dapat terbebas dari pekerjaan-
pekerjaan yang sifatnya kasar dan menguras tenaga, serta ingin meniti karier yang lebih baik dan
mudah, misalnya membuka salon atau yang lainnya. Kaum waria disuatu tempat bahkan percaya
bahwa dengan menjadi waria adalah cara terbaik untuk aktualisasi diri. Banyak waria yang membuka
salon, menjadi tukang jahit, dan lain sebagainya agar bisa meningkatkan taraf kehidupan waria
tersebut. Selain itu, banyak dari waria berpendapat bahwa mereka menjadi waria dikarenakan mereka
tidak dapat membohongi hati, mengendalikan nalurinya, dan tidak mampu mengelola hasrat seksual
dengan baik atau dengan kata lain, mereka menganggap bahwa menjadi waria merupakan sebuah
takdir dimana mereka diciptakan menjadi laki-laki akan tetapi perasaan dan hasrat menyerupai
perempuan. Pemikiran ini menyebabkan mereka kehilangan kepercayaan diri menjadi laki-laki dan
tidak mampu membawa identitasnya sebagai laki-laki karena mereka gagal dalam memahami kondisi
psikis dan identitas mereka yang sebenarnya.
Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab seseorang menjadi waria, maka akan dianalisis
bagaimana solusi untuk faktor penyebab tersebut. Solusi dari permasalahan-permasalahan tersebut
tidak terlepas dari campur tangan keluarga dan kemauan dari diri sendiri. Seseorang bisa berubah
berkat dorongan dari diri sendiri dan orang sekitarnya, yakni keluarga. Sehingga solusi dari penyebab
terjadinya transgender atau waria adalah bersumber dari diri sendiri dan keluarga. Adapun hasil
analisisnya akan diuraikan sebagai berikut ini.
Faktor penyebab yang pertama, yakni faktor keluarga. Keluarga harus mengambil perannya
sebagai orang terdekat dengan subjek untuk melakukan pencegahan sejak dini agar anaknya tidak
terjebak dan terlibat dalam dunia waria. Adapun peran keluarga yang harus dilakukan. Pertama, orang
tua harus memberikan kasih sayang pada anak-anaknya secara utuh, orang tua perlu memahami apa
yang menjadi kebutuhan anaknya. Seorang anak yang tidak mendapatkan kasih sayang dari orang
tuanya dari kecil akan lebih memilih untuk mendapatkan kasih sayang dari orang lain. Itulah sebabnya
perilaku waria itu muncul, mereka mencari kasih sayang dari orang yang mereka anggap mengerti
keadaan mereka, sehingga mereka pun terjerumus dalam homoseksual, penyuka sesama jenis.
Kedua, orang tua harus menanamkan disiplin dalam keluarga, disiplin dalam bentuk aturan-
aturan yang mengarahkan anak pada hal-hal yang benar menjadi seorang yang berkarakter, disiplin
yang diberikan membuat seorang anak tidak akan melakukan apa saja sesuai dengan keinginannya,
namun dengan adanya disiplin dalam keluarga seorang anak akan tahu membedakan mana yang benar
dan mana yang salah.
Ketiga, orang tua perlu memberikan teladan kerohanian pada anak-anaknya. Dimulai dengan
ibadah dalam keluarga, berdoa bersama, dan sebagainya. Bagaimana seorang anak dapat menghargai
dirinya sebagai ciptaan Tuhan, tidak akan mengubah apa yang Tuhan ciptakan, mengajarkan
keagamaan, dan pemahaman mengenai seks, orang tua perlu memberikan penjelasan yang benar
tentang seks, sehingga anak bisa mengerti dan menjaga anggota tubuhnya dengan baik. Kelima, orang
tua harus mengarahkan anak-anaknya sesuai gender, jika anaknya laki-laki maka orang tua harus
mendidiknya selayaknya anak laki-laki pada umumnya, dalam hal berpakaian, pemilihan jenis
permainan, dan teman bergaul.
Solusi dari faktor penyebab kedua, yakni gen atau bawaan sejak lahir. Solusi yang paling
tepat adalah kemauan dari diri sendiri untuk berubah. Jika tidak dimulai dari diri sendiri, maka akan
sulit untuk memulainya untuk perubahan lebih baik. Kedua, keluarga dapat memotivasi dan
mendukung untuk terus berjuang merubah dari penampilannya terlebih dahulu dan perlahan-lahan cara
berperilaku dan kebiasaan-kebiasaan. Ketiga, memperkuat pengetahuan agama. Agama yang kuat
akan menghindari seseorang berbuat yang keluar dari jalur semestinya, yakni menyalahi ketentuan
Tuhan. Dan selain itu, jika waria tersebut sudah merasa mencintai sesama jenisnya, dia bisa
menghindari orang tersebut atau bisa berkonsultasi kepada psikolog.
Solusi dari faktor penyebab ke tiga yakni trauma. Dalam hal ini peran keluarga sangat perlu
diperhatikan. Orang tua harus peka apa perubahan yang terjadi pada anaknya. Jika orang tua
mengetahui ada hal buruk yang terjadi pada anaknya, hal ini menjadikan pencegahan awal agar anak
tidak mengalami trauma. Orang tua dapat membawa anaknya pergi untuk berkonsultasi kepada
psikolog untuk diberikan solusi yang tepat. Keluarga perlu mendampingi anak yang mengalami
trauma lebih ekstra lagi, sehingga anak akan merasa terlindungi dan merasa lebih aman lagi. Keluarga
perlu membuat anak melupakan traumanya dengan cara pindah rumah, liburan, atau cara-cara lainnya.
Faktor penyebab keempat, yaitu lingkungan tempat bermain atau tinggal. Solusi pertama,
orang tua harus mengarahkan anak-anaknya sesuai gender, jika anaknya laki-laki maka orang tua
harus mendidiknya selayaknya anak laki-laki pada umumnya, baik dalam hal berpakaian, pemilihan
jenis permainan, dan teman bergaul. Orang tua perlu mengawasi dan diberikan pengertian mengenai
pergaulan anak, dengan siapa ia bermain, permainan apa yang dilakukan , dan sebagainya. Kedua,
Apabila seorang sudah dewasa, ia haruslah menjauhi tempat-tempat yang menyebabkan ia menjadi
waria. Misalnya salon, kost atau tempat tinggal waria, dan lingkungan dimana banyak waria
disekitarnya. Dengan cara ini, dia setidaknya tidak akan terlalu dipengaruhi dan tertarik dengan gaya
hidup waria.
Faktor yang kelima, yaitu kebutuhan materi. Sebagai seorang laki-laki, tentunya memiliki
kodrat lebih kuat daripada perempuan. Sehingga, perlunya kesadaran untuk tidak perlu takut untuk
bekerja keras sebagai seorang laki-laki. Selain itu, pekerjaan yang mudah bukan hanya dengan cara
menjadi waria saja, tetapi masih banyak pekerjaan yang cukup mudah untuk dilakukan laki-laki. Peran
keluarga juga diperlukan. Orang tua diharapkan dapat menyekolahkan anaknya sampai setinggi-
tingginya. Dengan pendidikan yang tinggi, kelak anak akan lebih mudah mendapat pekerjaan dengan
gaji yang cukup.
SIMPULAN

Faktor penyebab seseorang menjadi waria yaitu, latar belakang keluarga, faktor gen atau
bawaan sejak lahir, trauma, lingkungan tempat tinggal, dan kebutuhan materi. Solusi dari
permasalahan-permasalahan tersebut tidak terlepas dari campur tangan keluarga dan kemauan dari diri
sendiri. Seseorang bisa berubah berkat dorongan dari diri sendiri dan orang sekitarnya, yakni keluarga.
Sehingga solusi dari penyebab terjadinya transgender atau waria adalah bersumber dari diri sendiri dan
keluarga. Sehingga, keluarga sangat besar perannya dalam menghindarkan anak dari perilaku
menyimpang waria atau transgender atau LGBT.
DAFTAR PUSTAKA

Arridho, Ali., Dkk. 2017. Fenomena Waria Dan Dampak Jangka Panjang Gangguan Psikis Korban
Kekerasan Seksual Anak. Jurnal Penelitian & PKM. Vol. 4 No. 2

Depilori. 2014. Penyebab Krisis Identitas Waria. Jurnal Jaffray. Vol. 12 No. 1

Ibrahim., dkk. 2015. Pembentukan Identitas Kaum Waria Kecamatan Bulukumpa. Jurnal Equilibrium.
Vol. 3 No. 1

Klarisa.,dan Sampurna.B.2017. Kepastian Hukum Perubahan Jenis Kelamin di Indonesia


Ulasan Artikel. Prosiding Pertemuan Ilmiah. ISBN: 978-602-50127-0-9

Koeswinarno.2004. Hidup Sebagai Waria. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta

Palupi.A.P.P.,dan Tobing.D.H.2017. Penyesuaian Diri pada Waria Adjusted di Bali. Jurnal Psikologi
Udayana. Vol.4 , ISSN: 2354 5607. No.2, 290-304.

Ruhghea, Sara., dkk. 2014. Studi Kualitatif Kepuasan Hidup Pria Transgender (Waria) Di Banda
Aceh. Jurnal Psikologi Undip. Vol.13 No.1

Tribunews (2015, Maret). Ada 7 Juta Waria di Indonesia.


http://www.tribunnews.com/metropolitan/2015/03/02/ada-7-juta-waria-di-indonesia.20 Mei
2018.

Anda mungkin juga menyukai