Anda di halaman 1dari 9

JURNAL KEPERAWATAN,

Ika Rizki Anggraini P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

PERILAKU MAKAN ORANG TUA DENGAN KEJADIAN PICKY EATER PADA


ANAK USIA TODDLER

Parents’ eating behavior and picky eater case in toddler-aged children

Ika Rizki Anggraini

Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang


Jalan Bendungan Sutami 188A Malang 65145
e-mail: qfta_adew@ymail.com

ABSTRAK

Usia toddler (1-3 tahun) merupakan usia emas (golden period) dimana anak mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat cepat dan berada pada fase imitasi (meniru) perilaku orang terdekatnya.
Orang tua adalah role model bagi anak, sehingga perilaku orang tua dapat dicontoh oleh anak. Hal ini dapat
dilihat pada perilaku makan anak yang menunjukkan picky eater atau pilih-pilih makan. Penelitian ini
menggunakan metode Cross Sectional. Sampel dari penelitian ini adalah anak usia toddler dan ibunya.
Analisa data menggunakan Uji Spearman Rank Hasil menunjukkan bahwa perilaku makan orang tua memiliki
hubungan yang kuat dengan kejadian sulit makan (picky eater) pada anak usia toddler. Penelitian ini dapat
dijadikan informasi bagi UPTD Kesehatan Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar untuk menginformasikan
akan pentingnya memberi contoh makan yang baik khususnya bagi orang tua yang memiliki anak usia
toddler.

Kata Kunci: Perilaku Makan Orang Tua, Kejadian Sulit Makan (Picky Eater), Anak Usia Toddler

ABSTRACT

Toddler age (1-3 years old) is the golden age (golden period) which children has grown and
developed vastly. Children at this age are in an imitating phase or copying phase of the behavior of their
closest person. Parent is a role model for children, so parent’s behavior should become a model for their
children. This matter can be seen in children’s picky eating behavior. This research used Cross Sectional
method. Samples of this research are toddler-age children and their mother. Data analysis of this research
was using Spearman Rank Test. The findings of this research shows that parent’s eating behavior has a
relationship with picky eater case at toddler-age children. It can be concluded that parent’s eating
behavior has a relationship with picky eater case at toddler-age children .This research can be used as
an information for Health UPTD (Regional Technical Implementation Unit) Kepanjenkidul Village in
Blitar City to inform the others the importance of giving the children good examples of eating behavior
especially for parent that have toddler-age children.

Keywords: Parents’ Eating Behavior, Picky Eater Case, Toddler-Age Children.

LATAR BELAKANG pengasuh untuk menyediakan semua


kebutuhan dasar, terutama dalam hal makan
Usia toddler merupakan usia emas (Mascola et al, 2010).
(golden period) karena perkembangan anak Anak pada usia golden period ini
di usia ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami merupakan masa yang penuh tantangan
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat ditandai dengan perkembangan pesat, senang
cepat. Anak pada usia golden period ini mencoba hal baru dan meniru perilaku orang
merupakan masa yang penuh tantangan terdekatnya. Meskipun ia mulai mendirikan
ditandai dengan perkembangan pesat, senang kemerdekaannya, namun masih bergantung
mencoba hal baru dan meniru perilaku orang pada pengasuh untuk menyediakan semua
terdekatnya, namun masih bergantung pada kebutuhan dasar, terutama dalam hal makan

154 Juli 2014: 154 - 162


Versi online / URL:
Volume 5, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2344

(Mascola et al 2010). Hal ini dapat membentuk kebiasaan makan sehat sejak dini
menyebabkan sedikit masalah jika keinginan dalam kehidupan serta hubungan antara gizi
anak berbeda dari orang tua atau pengasuh. buruk dengan kondisi kesehatan yang
Perilaku ini paling jelas dalam pengembangan merugikan ser ta dapat menimbulkan
perilaku makan anak yaitu picky eater atau komplikasi dan gangguan tumbuh kembang
pilih-pilih makan. Kenyataan di negara kita lainnya pada anak.Salah satu keterlambatan
sangat sering dihadapkan dengan gugup dan penanganan masalah tersebut adalah
cemas orang tua menekankan kebutuhan pemberian vitamin tanpa mencari
untuk beberapa nafsu makan anak. Sebagian penyebabnya sehingga kesulitan makan
besar orang tua sangat khawatir tentang tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya
penampilan fisik dan pandangan anak, orang tua berpindah-pindah untuk mencari
meskipun pada pengukuran antropometrik, pengobatan tetapi masalah tersebut tidak
mereka dapat diklasifikasikan sebagai anak- membaik. Terlebih lagi pada anak usia
anak normal gizi (Potter 2005). toddler yang sedang menapaki tahapan
Fenomena sulit makan pada anak sering golden period, kekhawatiran orang tua
menjadi masalah bagi orang tua atau memuncak ketika anak menunjukkan sikap
pengasuh anak. Faktor kesulitan makan pada picky eater dalam masalah makan(Gibney
anak inilah yang sering dialami oleh sekitar & Michad, 2008).
25% pada usia anak. Sebuah tinjauan pustaka Menjadi picky eater (pilih-pilih makan)
menunjukkan bahwa 50% dari anak berusia adalah bagian dari fase hidup seorang toddler
18-23 bulan diidentifikasi sebagai picky eater. dan hal ini sebagai bagian dari normal. Dalam
Didapatkan prevalensi kesulitan makan masa pertumbuhan, anak mengembangkan
sebesar 33,6% pada anak usia toodler. kebutuhan fisiologis untuk lebih banyak nutrisi
Sebagian besar 79,2% telah berlangsung lebih yang diikuti dengan tahap neophobia yaitu
dari 3 bulan dan berlangsung lama sehingga keengganan untuk mencoba makanan baru
sering dianggap biasa dan akibatnya dapat atau tidak familiar ketika anak mencoba untuk
timbul komplikasi dan gangguan tumbuh menegaskan kemerdekaan dan otonomi pada
kembang pada anak (Mascola et al 2010). dirinya. Kenyataan bahwa anak usia toddler
Sejak Dasawarsa 1990-an, kata kunci selalu aktif bergerak, mereka tidak akan mau
pembangunan bangsa di Negara berkembang, duduk tenang dalam waktu lama untuk segala
termasuk di Indonesia adalah Sumber Daya jenis aktivitas, bahkan untuk aktivitas makan
Manusia (SDM). Dalam menciptakan SDM dan baru mau makan kalau diajak jalan-jalan,
yang bermutu, perlu ditata sejak dini yaitu serta memenuhi kebutuhan mereka dengan
dengan memperhatikan kesehatan anak-anak penganan kecil (snacks) sepanjang hari
usia dini. Salah satu unsur penting dari kelihatannya lebih cocok dengan gaya hidup
kesehatan adalah masalah gizi. Berdasarkan “para pejelajah cilik” ini, dibandingkan dengan
susenas tahun 2006 prevalensi status gizi meminta mereka untuk duduk manis
kurang pada balita 20,1% pada tahun 1999. menghabiskan menu makanan lengkapnya.
Tahun 2000 sebanyak 19,08%, dan terjadi Pada dasarnya, makan merupakan
peningkatan menjadi 21,1% pada tahun 2002, proses pembelajaran, sehingga mengenalkan
selanjutnya 20,59% pada tahun 2003 dan menu makanan pada anak harus dilakukan
21,5% pada tahun 2005. secara bertahap. Dimulai dari makanan yang
Mengacu pada data tersebut, masalah bertekstur paling halus sampai yang kasar,
sulit makan pada anak perlu ditangani dan dari lauk yang sederhana hingga yang komplit.
tentunya hal ini menjadi masalah tersendiri Kemudian di saat anak sudah mau
bagi orang tua karena orang tua menyadari melakukannya sendiri, orang tua perlu
betapa pentingnya kebutuhan untuk memotivasi. Dengan demikian anak akan

Perilaku Makan Orang Tua dengan Kejadian Picky Eater pada Anak Usia Toddler 155
JURNAL KEPERAWATAN,
Ika Rizki Anggraini P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

merasa nyaman dan jadi bersemangat untuk harus dilakukan secara bertahap. Namun
makan. Justru kenyataan yang terjadi biasanya dibalik kemudahan dan kebisaan ini, tanpa
orang tua atau orang-orang dewasa disadari perilaku pilih-pilih makan tersebut bisa
terdekatnya juga tergolong individu yang juga menjadi media untuk dicontoh anak dalam
cenderung pilih-pilih makanan, Terlebih lagi memilih makanan karena anak-anak usia
seperti saat ini ditunjang dengan tersedianya toddler merupakan sosok peniru dari orang-
makanan instan siap saji (fast food), lebih orang terdekatnya. Apapun yang ia lihat,
memudahkan orang tua tidak r epot dianggap bahwa hal itu adalah baik dan patut
mengolahnya. Namun dibalik kemudahan dan untuk dicontoh, namun terkadang orang tua
kebisaan ini, tanpa disadari perilaku pilih-pilih tidak sampai berfikir bahwa kebiasaannya
makan tersebut bisa menjadi media untuk yang dirasa biasa-biasa saja akan membawa
dicontoh anak dalam memilih makanan karena dampak bagi anaknya (Mascola, 2010).
anak-anak usia toddler merupakan sosok Dari hasil observasi yang dilakukan
peniru dari orang-orang terdekatnya. Apapun peneliti sebelumnya, 15 dari 20 anak usia
yang ia lihat, dianggap bahwa hal itu adalah toddler di posyandu Kelurahan Ngadirejo
baik dan patut untuk dicontoh, namun Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Kecamatan
terkadang orang tua tidak sampai berfikir Kepanjenkidul Kota Blitar memiliki masalah
bahwa kebiasaannya yang dirasa biasa-biasa sulit makan. Hal ini terlihat dari Kartu Menuju
saja akan membawa dampak bagi anaknya Sehat (KMS) yang menunjukkan berat badan
(Dubois, 2007). yang kurang normal sesuai dengan umur anak
Berdasarkan penelitian, picky eater usia toddler. Melihat kondisi ini dan dampak
terjadi pada usia 2,5 sampai 4,5 tahun dan yang dapat terjadi akibat sulit makan pada
beresiko dua kali lebih besar untuk anak yang dapat mempengaruhi tahap tumbuh
mempunyai berat badan rendah pada usia 4,5 kembangnya, peniliti bermaksud melakukan
tahun dibandingkan anak yang bukan picky penilitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah
eater. Selain itu anak yang picky eater (pilih- ada Hubungan Perilaku Makan Orang Tua
pilih makan) dalam waktu yang lama akan dengan Kejadian Sulit Makan (picky eater)
mengalami gangguan pertumbuhan yang Pada Anak Usia Toddler di Posyandu
ditandai dengan berat badan dan tinggi badan Kelurahan Ngadirejo Wilayah Kerja UPTD
kurang atau kesulitan untuk meningkatkan Kesehatan Kecamatan Kepanjenkidul Kota
berat badan. Selain itu picky eating yang Blitar.
ditandai asupan variasi makanan terbatas juga
menyebabkan pertumbuhan dan METODE
perkembangan yang lambat (Dubois, 2007;
Wright, 2008). Penelitian ini menggunakan
Masalah sulit makan pada anak perlu observasional analitik study. Penelitian ini
ditangani dan tentunya hal ini menjadi masalah menggunakan desain penelitian Cross
tersendiri bagi orang tua karena orang tua Sectional yang dilakukan di Posyandu
menyadari betapa pentingnya kebutuhan Kelurahan Ngadirejo Wilayah Kerja UPTD
untuk membentuk kebiasaan makan sehat Kesehatan Kecamatan Kepanjenkidul Kota
sejak dini dalam kehidupan serta hubungan Blitar. Pada penelitian ini sampling yang
antara gizi buruk dengan kondisi kesehatan digunakan adalah Total Sampling adalah
yang merugikan serta dapat menimbulkan tekhnik penentuan sampel bila semua anggota
komplikasi dan gangguan tumbuh kembang populasi digunakan sebagai sampel.
lainnya pada anak. Pada dasarnya, makan (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini
merupakan proses pembelajaran, sehingga adalah 25 anak usia toddler dan ibunya yang
mengenalkan menu makanan pada anak hadir di Posyandu Kelurahan Ngadirejo

156 Juli 2014: 154 - 162


Versi online / URL:
Volume 5, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2344

Wilayah Kerja UPTD Kesehatan Kecamatan hipotesis hubungan dua variabel bila data
Kepanjenkidul Kota Blitar. Waktu Penelitian kedua variabel berbentuk ordinal. Uji ini akan
dilaksanakan pada bulan Desember 2011- digunakan bila data didapatkan tidak
Januari 201. Lokasi penelitian di Posyandu berdistribusi normal. Uji ini menggunakan
Kelurahan Ngadirejo Wilayah Kerja UPTD pendekatan SPSS for windows versi 17.
Kesehatan Kecamatan Kepanjenkidul Kota
Blitar. Berdasarkan penelitian ini, maka HASIL DAN PEMBAHASAN
instrument yang akan digunakan adalah
kuisioner yang diberikan secara langsung Hasil
kepada responden. Adapun lembar
pengumpulan data (instrument) kuisioner Data Perilaku Makan Orang Tua
dalam penelitian yaitu: a) Kuisioner tentang
perilaku makan orang tua; b) Kuisioner Dari tabel 1 dapat diketahui bahwa dari
tentang kejadian sulit makan (picky eater) 25 responden yang diteliti, terdapat 8 orang
pada anak usia toddler.Analisa data yang (32%) yang memiliki perilaku makan sesuai
dilakukan untuk menilai hubungan Perilaku dengan 3J (Jadwal,Jenis, Jumlah), dan 17
makan orang tua dengan kejadian sulit makan orang (68%) yang memiliki perilaku makan
(picky eater) pada anak usia toddler adalah tidak sesuai dengan 3J (Jadwal,Jenis,
uji Kor elasi (Spearman Rank ) untuk Jumlah).
mencari hubungan dan membuktikan
Tabel 1. Data Perilaku Makan Orang Tua
Skor Perilaku Makan Orang Tua Jumlah (OrangTua) Prosentase (%)
Sesuai dengan 3J (Jadwal,Jenis, Jumlah) 8 32%
Tidak sesuai dengan 3J (Jadwal,Jenis, Jumlah) 17 68%
Total 25 100%

Data Kejadian Sulit Makan (Picky Eater) Dari tabel 2 diketahui bahwa 25
Pada Anak Usia Toddler responden yang diteliti, terdapat 18 anak
(72%) adalah picky eater, dan 7 anak
(28%)adalah non picky eater.

Tabel 2. Kejadian Sulit Makan (Picky Eater) Pada Anak Usia Toddler

Skor Kejadian Sulit Makan (Picky Eater) Jumlah (Anak) Prosentase (%)
Picky Eater (Pilih-pilih makan) 18 72%
Non Picky Eater 7 28%
Total 25 100%
Data Hubungan Perilaku Makan Orang kejadian sulit makan (picky eater) pada anak
Tua Dengan Kejadian Sulit Makan (Picky usia toddler karena data didapatkan tidak
Eater) Pada Anak Usia Toddler normal maka digunakan uji Korelasi non-
Untuk mengetahui adanya hubungan parametrik Spearman Rank.
antara perilaku makan orang tua dengan
Tabel 3. Data Hubungan Perilaku Makan Orang Tua Dengan Kejadian Sulit Makan (Picky Eater)
Pada Anak Usia Toddler
No. Variabel rhitung rtabel P value Kesimpulan
1. Perilaku Makan Orang Tua- 0,776 0,396 0,000 H1 diterima
Kejadian Sulit Makan (picky
eater) Pada Anak Usia
Toddler

Perilaku Makan Orang Tua dengan Kejadian Picky Eater pada Anak Usia Toddler 157
JURNAL KEPERAWATAN,
Ika Rizki Anggraini P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

Dari uji Spearman Rank didapatkan untuk memenuhi keseimbangan zat dalam
correlation coefisient 0,776 dan p value= tubuh kita untuk mencapai kehidupan yang
0,000 Karena p value < 0,05 yaitu 0,000 r optimal. Or ang tua yang kurang
=0,396 Maka Ho ditolak dan H1 diterima memperhatikan jadwal makan dan kecukupan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada gizi yang terkandung dalam makanan, secara
hubungan antara perilaku makan orang tua tidak langsung akan terbentuk pola makan
dengan kejadian sulit makan (picky eater) anak melalui kebiasaan makan orang tua
pada anak usia toddler. Koefisien Korelasi sehari-hari karena contoh yang baik
sebesar 0,776 yang berar ti tingkat datangnya dari orang tua dalam wujud yang
hubungannya adalah kuat. nyata tidak dalam bentuk kata-kata atau
ucapan semata.
Pembahasan Hal ini sesuai dengan pendapat Sunaryo
(2004) yang menyatakan bahwa antara
Perilaku Makan Orang Tua perilaku yang satu ada kaitannya dengan
perilaku yang lain, perilaku sekarang adalah
Makan adalah suatu kegiatan yang kelanjutan perilaku sebelumnya. Perilaku
dilakukan sehari-hari untuk mempertahankan manusia tidak pernah berhenti pada suatu
kelangsungan hidup seseorang. Persepsi saat. Perilaku pada masa lalu merupakan
setiap orang dalam hal makan dipengaruhi persiapan bagi perilaku kemudian dan perilaku
oleh budaya dan norma yang berlaku di merupakan kelanjutan dar i perilaku
masyarakat. Kegiatan makan tersebut sebelumnya. Perilaku makan terbentuk dari
berlangsung setiap hari dan akan terbentuk kebiasaan makan sehari-hari untuk memenuhi
sebuah perilaku makan. Adanya anggapan kebutuhan tubuh akan zat gizi. Tubuh disebut
dari masyarakat di daerah yang diteliti bahwa sehat apabila metabolisme yang terjadi
yang dinamakan makan adalah makan berjalan secara seimbang. Keseimbangan
makanan pokok (nasi), dapat mempengaruhi metabolisme terjadi ketika ada kecukupan
persepsi seseorang dalam hal makan. energi. Energi cukup apabila penyerapan
Akhirnya, kenyataan yang terjadi adalah makanan optimal. Dan penyerapan baru
seringnya tidak sarapan dan menunda waktu optimal jika pencernaan berjalan secara
makan karena tergesa-gesa dengan aktivitas efektif dan efisien. Agar pencernaan berjalan
bekerja. Padahal, dengan sepotong roti atau secara efektif dan efisien, maka pencernaan
makanan lain yang mengandung karbohidrat harus bekerja secara wajar dan natural.
dan zat gizi lain dapat juga menggantikan nasi Pola makan harus disesuaikan dengan
untuk memenuhi kebutuhan makan siklus pencernaan dan kemampuan fungsi
seseorang. Perilaku makan orang tua seperti pencernaan. Untuk mendapatkan manfaat
ini juga dapat mempengaruhi konsumsi makan yang optimal bagi keseimbangan dan
bagi anak. Sebagian besar pendidikan orang kesehatan, maka perilaku makan seseorang
tua responden adalah SMA dan bekerja dalam mengkonsumsi makanan harus
sebagai wiraswasta. Usia dari responden memperhatikan 3J, yaitu: 1) jadwal makan
yang berkisar antara 26-30 tahun merupakan harus disesuaikan dengan cardiac rhytm
usia yang sangat produktif untuk bekerja. (irama biologis). Cardiac rhytm mempunyai
Padatnya aktivitas bekerja membuat orang jam kerja tetap dan sistematis dalam 24 jam.
tua lebih sering mengkonsumsi makanan siap Selain itu juga perlu dipadukan dengan
saji, misalnya mie instant. Segala yang parameter pencernaan yang bisa dirasakan
berkaitan dengan pengaturan makan (pola manusia terkait dengan lapar dan kenyang
makan dan pengaturan jenis makanan beserta yaitu prinsip Rasulullah makan makan
kandungan gizi suatu zat makan) bertujuan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang.

158 Juli 2014: 154 - 162


Versi online / URL:
Volume 5, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2344

Hal ini dibutuhkan kesadaran secara utuh yang mengatasinya. Anak usia toddler tersebut
langsung dipraktekkan oleh pelakunya; 2) memiliki kebiasaan mengkonsumsi snack atau
Jenis makanan yang dikonsumsi tubuh makanan ringan yang mengandung bahan
sebaiknya makanan alamiah yang pengawet. Kebiasaan tersebut tidak mudah
mengandung zat-zat kimia organik dan bukan untuk dikendalikan orang tua, karena jika
zat-zat kimia sintetik. Zat-zat kimia sintetik dilarang, justru anak akan rewel dan tidak
tanpa disadari dalam jangka panjang dapat mau makan. Akhirnya orang tua lebih
membahayakan tubuh; Jumlah makanan khawatir anaknya rewel daripada harus
sesuai dengan Ibnu Qayyim, dibagi dalam tiga berusaha melakukan variasi sajian makanan
tingkatan, yaitu: a) tingkatan kebutuhan untuk meningkatkan nafsu makan anak serta
orientasinya pada nilai gizi, bukan sekedar kurang memperhatikan dampak yang
memenuhi perut dengan makanan. Orientasi diakibatkan dari mengkonsumsi makanan
utama makan adalah kecukupan energi dan ringan (snack). Mayoritas pendidikan orang
gizi yang mendukung aktivitas dan ibadah; tua responden adalah SMA. Pengetahuan
b)Tingkatan cukup ini adalah mengisi akan pentingnya memperkenalkan variasi
sepertiga perut untuk makanan, sepertiga makanan kepada anak sejak dini masih
untuk minuman, dan sepertiga untuk udara kurang, sehingga anak mengalami
yang dibutuhkan untuk bernafas. Ini adalah keterlambatan mengenal berbagai macam
tingkatan optimal dari segi jumlah bagi makanan yang sesuai dengan umur anak usia
seseorang karena perut memiliki kapasitas toddler.
terbatas. Jika semuanya dipenuhi dengan Perlunya untuk mengetahui awal mula
makanan, maka tidak ada lagi ruang untuk anak mengalami sulit makan (picky eater)
minuman dan udara; c)Tingkatan berlebih adalah untuk menentukan implementasi yang
adalah ketika batas maksimum tingkatan tepat dalam mengatasi sulit makan (picky
cukup di atas. Tingkatan ini tanpa disadari bisa eater) agar tidak terjadi komplikasi yang
membahayakan pelakunya. Orang yang dapat mempengaruhi pertumbuhan anak pada
menderita penyakit diabetes, obesitas, jantung, saat dewasa kelak. Orang tua responden
dan stroke seringkali disebabkan oleh cenderung lebih suka mengkonsumsi
pengaturan pola makan yang salah dan makanan ringan atau camilan dan makanan
berlebihan dalam mengkonsumsi makanan yang dikonsumsi adalah yang disukai saja
(Indra Kusumah, 2007). tanpa memperhatikan kandungan zat gizi yang
diperlukan bagi tubuh. Kebiasaan tersebut
Kejadian Sulit Makan (Picky Eater) Pada dapat menyebabkan kebosanan yang akan
Anak Usia Toddler menurunkan konsumsi makan anak. Hal
tersebut dilakukan hampir setiap hari, dan
Memasuki 1-2 tahun, kemauan anak seiring dengan usia orang tua responden yang
untuk mencoba jenis makanan baru yang mayoritas berusia 26-30 tahun dan baru
berbeda akan menurun. Kondisi ini sering memiliki 1 orang anak, sehingga orang tua
disebut dengan neophobia, atau ketakutan berada pada tahap adaptasi dengan kehadiran
untuk mencoba segala sesuatu yang baru yang anak khususnya pola makan anak. Bukan
biasanya muncul di usia-usia awal seorang sesuatu hal yang mudah untuk memenuhi
anak. Mereka ini menolak jenis makanan kebutuhan makanan yang disukai oleh anak
tertentu. Mereka hanya menyukai rasa dengan mempertimbangkan kandungan gizi
tertentu, dan hanya menyantap sejumlah kecil yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang.
makanan yang tentu tak sebanding dengan Kondisi tersebut dapat menjadi masalah
kebutuhan tubuh mereka. Maka dari itu orang tersendiri bagi orang tua karena setiap orang
tua juga harus punya str ategi untuk tua pasti menginginkan yang terbaik untuk

Perilaku Makan Orang Tua dengan Kejadian Picky Eater pada Anak Usia Toddler 159
JURNAL KEPERAWATAN,
Ika Rizki Anggraini P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

anaknya. Perbedaan jenis kelamin anak juga mendukung tumbuh kembangnya. Kecukupan
mempengaruhi orang tua dalam memberi gizi bagi anak tidak hanya menyehatkan tetapi
makan pada anak. Umumnya, anak laki-laki juga dapat membantu meningkatkan
lebih kuat menolak dibandingkan anak kecerdasan anak. Orang tua mempunyai
perempuan dalam hal makan. Terlebih lagi peran besar dalam memberikan dan mengatur
kebanyakan orang tua mereka bekerja pola makan anak. Tentunya setiap orang tua
sebagai wiraswasta, sehingga waktu untuk menginginkan yang terbaik untuk anaknya,
mengurus anak dibarengi dengan pekerjaan namun harus disadari bahwa tidak semua
mereka. Anak usia toddler yang memiliki makanan yang disajikan orang tua akan
mobilitas sangat tinggi sulit jika harus makan disukai oleh anak. Anak usia 1 sampai 3 tahun
dengan duduk manis dan porsi yang besar, lebih suka makanan yang dipegang (finger
sehingga sangat membutuhkan perhatian food) seperti snack dan suka meniru apa
khusus dari orang tua dalam memberikan yang dilihat dari orang terdekatnya.
makan dengan porsi yang kecil tetapi sering. Sebaiknya terlebih dahulu orang tua
memperhatikan cara makan diri sendiri
Hubungan Perilaku Makan Orang Tua sebelum mengaplikasikan kepada
Dengan Kejadian Sulit Makan (Picky anaknya(Chatey & Gaylord, 2004).
Eater) Pada Anak Usia Toddler Mengadopsi dari teori model keperawatan
Florence Nigthtingale yang menyatakan
Dari Uji Spearman Rank di dapat bahwa lingkungan dapat mempengaruhi
correlation coefficient 0,776 dan p value kehidupan dan perkembangan individu, maka
= 0,000 karena p value < 0,05 yaitu 0,000 r = perlu dilakukan upaya untuk merubah/
0,396 maka H0 ditolak H1 diterima sehingga memodivikasi lingkungan dalam keluarga
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan khususnya per ilaku makan orang tua.
antara perilaku makan orang tua dengan Diharapkan dengan merubah perilaku makan
kejadian sulit makan (picky eater) pada anak orang tua, secara tidak langsung akan
usia toddler. terbentuk pula pola makan yang sehat pada
Dari hasil penelitian ini didapatkan anak karena seorang anak cenderung akan
adanya hubungan yang bermakna antara meniru perilaku orang terdekatnya.Jika hal
perilaku makan orang tua dengan kejadian tersebut berlangsung secara berulang-ulang,
sulit makan (picky eater) pada anak usia maka anak akan menganggap bahwa hal yang
toddler. Perilaku makan seseorang tidak dilihat tersebut adalah sebuah kebenaran yang
terlepas dari kebiasaan yang dilakukan sehari- akan dibawa hingga dewasa kelak. Hal
hari. Dan setiap orang memiliki persepsi yang tersebut berkaitan dengan peran orang tua
berbeda-beda terhadap makanan yang sebagai role model bagi anak, sehingga perlu
dikonsumsi. Perbedaan persepsi adalah hal diberikan contoh perilaku makan yang sehat
wajar, namun perlu diperhatikan bahwa agar kebutuhan gizi dan zat yang penting bagi
makan adalah salah satu kebutuhan fisiologis tubuh dapat terpenuhi (Mascola etal, 2010).
untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat Hal tersebut sesuai dengan pendapat
gizi (Peck, 2004). Jika dalam mengkonsumsi Maria & Gaylord (2008) yang menyatakan
makanan tidak memperhitungkan kandungan bahwa Usia toddler merupakan usia emas
zat gizi bagi tubuh, maka akan mengakibatkan (golden period) karena perkembangan anak
asupan nutr isi kur ang optimal. Tidak di usia ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami
terkecuali bagi seorang anak yang berusia pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
antara 1 sampai 3 tahun yang sedang cepat. Sehingga apabila di usia toddler ini
menapaki fase keemasan (golden periode), mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
makanan yang sehat sangat diperlukan untuk perkembangannya maka akan berpengaruh

160 Juli 2014: 154 - 162


Versi online / URL:
Volume 5, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2344

besar pada kehidupan anak selanjutnya. akan tertarik mencobanya juga (Cathey &
Orang tua adalah role model bagi anak, Gaylord 2004; Peck 2004).
sehingga diperlukan kesabaran dan perhatian
khusus dari orang tua dalam memberikan KESIMPULAN DAN SARAN
makan untuk anak dan menciptakan
lingkungan yang nyaman sehingga anak Dari hasil analisis data dan pembahasan,
merasa senang pada saat makan. Namun maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
setiap orang tua memiliki persepsi yang 1) Sebagian besar orang tua yang memiliki
berbeda mengenai makanan yang anak usia Toddler memiliki kebiasaan perilaku
dikonsumsi. Perbedaan persepsi ini sangat makan yang tidak sesuai dengan 3J (Jadwal,
dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang jenis, jumlah); 2) angka kejadian sulit makan
berlaku di masyarakatnya, norma menjadi pada anak usia toddler di posyandu
kebiasaan dari tiap individu belajar sesuai kelurahan Ngadirejo wilayah kerja UPTD
dengan cara-cara dan norma lingkungan dan Kesehatan Kecamatan Kepanjenkidul Kota
berlangsung melalui proses meniru dan sistem Blitar; 3) dari data observasi dan analisa data
ganjaran dan hukuman. Proses meniru terjadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
bila anak melihat dan mengikuti apa yang antara perilaku makan orang tua dengan
dilaksanakan oleh orang tuanya. kejadian sulit makan (picky eater) pada anak
Pada umur 1-2 tahun kebiasaan makan usia toddler di Posyandu Kelur ahan
mulai terbentuk. Kebiasaan makan dalam Kecamatan Kepanjenkidul Kota Blitar.
keluarga perlu ditelaah untuk mengevaluasi Saran yang dapat diberikan yaitu: 1)
cukup tidaknya nutrien dalam makanan. sebagai masukan bagi tenaga kesehatan,
Selera makan anak di usia ini juga naik turun. khususnya bidang keperawatan untuk
Anak makan makanan jika sedang menyukai melakukan sosialisasi kepada seluruh lapisan
makanan tertentu atau tidak mau makan jika masyarakat akan pentingnya mengatur pola
seler a makannya menur un. Tentunya makan sesuai dengan konsep 3J (jadwal, jenis,
kebiasaan menyukai makanan tertentu saja jumlah) dan membuat tips mengatasi anak
bisa menyebabkan anak kekurangan zat gizi sulit makan dengan membuat daftar variasi
karena konsumsi makanan yang monoton, makanan bergizi yang menarik sehingga dapat
apalagi jika kondisi ini berlangsung lama. meningkatkan nafsu makan anak. 2)
Menurut Mildred Horodynski, peneliti dari diharapkan orang tua dapat mengetahui
Michigan State University’s College of bahwa masalah sulit makan pada anak perlu
Nursing, salah satu cara untuk mendorong diatasi dengan cara melakukan variasi
anak makan lebih sehat, menurut adalah terhadap makanan sesuai dengan kandungan
mengubah perilaku makan orang tuanya. gizi yang dibutuhkan oleh anak, serta dijadikan
Maksudnya, jika orang tua terbiasa mengasup informasi bahwa perilaku makan orang tua
makanan sehat, anak biasanya akan dapat dicontoh oleh anak sehingga perlu
mengikuti. Apa yang dimakan anak-anak diberikan contoh perilaku makan yang baik
mencerminkan pola makan orang tuanya, sejak dini sesuai dengan 3J (Jadwal, jenis,
namun kebanyakan yang terjadi justru orang jumlah) untuk mendukung tumbuh kembang
tua juga jarang makan sayur atau buah. anak secara optimal.
Supaya anak mencintai makanan sehat, ibu
atau ayah seharusnya tidak hanya DAFTAR PUSTAKA
menghidangkannya, tapi juga makan
bersama-sama dengan anak. Bila melihat Bulan Febry, Ayu. 2008. Buku Pintar Menu
orang tua mencoba sesuatu makanan, anak Balita. Jakarta: Wahyu Medika.

Perilaku Makan Orang Tua dengan Kejadian Picky Eater pada Anak Usia Toddler 161
JURNAL KEPERAWATAN,
Ika Rizki Anggraini P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900

Chathey M., & Gaylord N. 2004. ‘Picky


Eater: A Toddler ’s Approach to
Mealtime’. Pediatric Nurs. 30 (2).
Dubois L 2007. ‘Longitudinal Study in
Quebec’. International Jornal of
Behavioraal Nutrition And Physical
Activity, 1:7-9, 10-12,13-14
Barasi, Mary. 2007. At a Glance Ilmu Gizi.
Jakarta: Erlangga.
Gibney, J, Michael, et al.. 2008. Gizi
Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Kusumah, I. 2007. Diet Ala Rasulullah.
Jakarta: Qultum Media.
Maria, C, & Gaylord, N. 2004, ‘Picky eating:
a toddler ‘approach to mealtime:
recommendations for the picky eater’,
Peditr nurs 30 (2): 101-109.
Mascola, AJ, Bryson, SW, & Agras, WS 2010,
Picky eating during childhood: a
longitudinal study study to age 11 years,
Eating Behaviours, Vol. 11, Issue 4.
Notoatmojdo, Soekidjo.2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Peck, P. 2004. ‘Nature not nurture is force
driving some picky eaters’. Medscape
Medical News, 1-2.
Potter, PA. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, proses, dan
Praktik. Edd/4 Vol.1. Jakarta: EGC.
Proverawati, A. 2010. Buku Ajar Gizi untuk
Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika.
Riwidikdo, H. 2009. Statistik Kesehatan
Belajar Mudah Teknik Analisis Data
dalam Penelitian Kesehatan (Plus
Aplikasi Software SPSS). Jogjakarta:
Mitra Cendikia Press
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

162 Juli 2014: 154 - 162

Anda mungkin juga menyukai