Anda di halaman 1dari 6

GUMUK PASIR PARANGTRITIS

KONVERSI VERSUS KONSERVASI


( Sebuah Tinjauan Penggunaan Lahan dengan Model Dinamik)

Lestario Widodo
Peneliti di Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta

Abstrak
Tulisan ini mencoba mengulas tentang adanya fenomena alam yang sangat
langka dan unik berupa gumuk pasir tipe "barchan", yang terbentuk sebagai
akibat adanya ekosistem Parangtritis yang khas. Pantai Parangtritis khususnya
dan pantai selatan Yogyakarta umumnya saat ini telah berkembang sangat
cepat di dalam pemanfaatan potensi sumber daya alam di lahan pesisir
sehingga banyak pihak berkeinginan untuk memanfaatkan lahan pantai
berbagai keperluan, sehingga mengancam keberadaan gumuk pasir. Dengan
segala keunikan, karakteristik dan potensi pantai yang khas tersebut, maka
potensi terjadinya konflik kepentingan antar sektor akan semakin besar.
Gambaran konflik dan akibat yang akan ditimbulkan apabila terus dibiarkan
dapat mengancam kelestarian gumuk pasir di Parangtritis tersebut. Dengan
model sistem dinamik maka upaya untuk melestarikan keberadaan gumuk pasir
dapat dimungkinkan melalui skenario pembangunan berkelanjutan yaitu
menyeimbangkan atau mengendalikan laju pengurangan lahan dengan laju
penambahan wilayah gumuk.

Kata kunci: Gumuk pasir, konservasi, model dinamik

1. PENDAHULUAN alam dilahan pesisir sehingga banyak pihak


berkeinginan untuk memanfaatkan lahan
Lingkungan pantai merupakan suatu pantai untuk berbagai keperluan yang secara
kawasan yang spesifik, dinamik, memiliki khusus merupakan daerah tujuan wisata.
kakayaan habitat yang beragam, serta saling Dengan segala keunikan, karakteristik
berinteraksi antar habitat dan banyak sekali dan potensi pantai yang khas tersebut, maka
manfaatnya bagi masyarakat maupun
potensi terjadinya konflik kepentingan antar
pemerintah(1). Luas lahan kawasan pantai sektor akan semakin besar. Gambaran
sangat terbatas, padahal pemanfaatannya konflik dan akibat yang akan ditimbulkan
semakin lama semakin meningkat sehingga
apabila terus dibiarkan dapat mengancam
sering terjadi konflik kepentingan antar sektor kelestarian gumuk pasir di Parangtritis
yang membutuhkannya seperti yang terjadi di tersebut.
pantai selatan Yogyakarta, khususnya pantai
Parangtritis di Kabupaten Bantul. Salah satu
2. MODEL DINAMIK GUMUK PASIR
daya tarik di pantai Parangtritis ini adalah
adanya fenomena alam yang sangat langka
Seperti telah disebutkan sebelumnya
dan unik berupa gumuk pasir tipe barchan(2), bahwa di pantai Parangtritis dapat dijumpai
yang terbentuk sebagai akibat adanya adanya fenomena alam yang langka dan unik
ekosistem parangtritis yang khas yaitu "suplai
berupa gumuk pasir tipe barchan. Untuk itu
pasir", bentuk tebing disebelah timur, angin didalam pemodelan dinamik gumuk pasir,
serta ombak laut yang dinamis. Disamping itu penulis mencoba membuat gambaran yang
pantai parangtritis berkaitan erat dengan
sederhana mengenai fenomena tersebut dan
upacara ritual keraton dengan latar belakang bagaimana upaya pengelolaannya.
cerita atau legenda yang sangat terkenal di
kalangan masyarakat Jawa. Perkembangan Pada hakekatnya siklus perubahan,
yang sangat cepat di Parangtritis terutama dalam hal ini gumuk pasir Parangtritis
dalam pemanfaatan potensi sumber daya dipengaruhi oleh adanya perubahan "suplai

J.Tek.Ling. P3TL-BPPT. 4 (1): 21-26 21


pasir", keberadaan tebing di sebelah timur, tidak dimasukkan. Sedangkan faktor atau
perubahan angin ( arah dan kecepatan ) serta variabel yang dapat mengurangi gumuk pasir
ombak/arus di laut selatan. Untuk itu maka dalam model ini adalah pengurangan lahan
perlu dibuat hubungan struktural yang gumuk pasir. Perubahan variabel ini
menggambarkan perilaku variabel-variabel ditentukan akibat dari variabel penggunaan
yang mempengaruhinya. Penggambaran lahan gumuk, baik untuk perumahan atau
perilaku ini diharapkan mencerminkan pertanian serta penggunaan lahan gumuk
hubungan logis antar sistem yang terlibat di untuk kegiatan penambangan pasir. Selain itu
dalamnya(6). variabel pengurangan lahan gumuk pasir juga
Dalam mensimulasikan dinamika akibat dari adanya abrasi/akresi yang didalam
perubahan gumuk pasir akibat perubahan model ini diasumsikan abrasi normal.
variable yang mempengaruhi, digunakan Di dalam sub model perumahan,
metode system dynamics. Model dinamik ini ditentukan atau akibat dari laju pembangunan
dibuat dalam hubungan sebab akibat perumahan serta laju penggusuran. Apabila
(causality) dari seluruh faktor pembentuk laju pembangunan perumahan lebih besar
sistem sebagai dasar mengenali dan dari laju penggusuran maka akan terjadi
memahami tingkah laku dinamis sistem(5). kecenderungan adanya konversi lahan, dalam
Ramalan perilaku sistem di masa yang akan hal ini wilayah gumuk pasir menjadi
datang akan bergantung pada kemampuan perumahan (aspek ekspansi), sebaliknya
menggambarkan keadaan sistem. apabila laju penggusuran lebih besar maka
Sasaran kebijaksanaan yang dituju potensi wilayah gumuk pasir akan semakin
luas. Pengurangan lahan gumuk pasir ini juga
dalam pemodelan ini adalah kebijaksanaan
mengenai pengelolaan gumuk pasir agar ditentukan atau akibat dari adanya pengaruh
dapat dipertahankan keberadaannya kegiatan penambangan. Adanya kegiatan
penambangan akan mengurangi lahan gumuk
sekaligus dapat dimanfaatkannya sumber
daya berupa pasir, dan lingkungan sekitarnya pasir di lokasi penambangan tersebut sampai
untuk kawasan wisata, pertanian pantai atau habis ditambang. Kemudian apabila setelah
selesai ditambang lahan tersebut akan
perikanan oleh masyarakat setempat atau
untuk pemukiman penduduk. kembali membentuk gumuk pasir sesuai
fungsi waktu. Sub model perumahan ini
Pemodelan dinamik gumuk pasir diasumsikan sekaligus untuk penggunaan
dibuat secara sederhana (penyederhanaan lahan pertanian pantai.
faktor-faktor berpengaruh), dimana ditentukan
faktor yang dapat meningkatkan atau Pengurangan lahan wilayah gumuk
memperluas baik areal maupun volume pada model ini ditentukan oleh adanya
abrasi/akresi dan penggunaan lahan untuk
gumuk pasir serta faktor yang dapat
menurunkan atau mengurangi luas atau kegiatan lain atau konversi lahan.
volume gumuk pasir. Faktor atau variabel Penggunaan lahan atau konversi yang
mungkin dapat dilakukan adalah: penggunaan
yang dapat meningkatkan gumuk pasir di
dalam model ini disebut Laju Penambahan untuk pemukiman, pertanian pantai (termasuk
Wilayah Gumuk, dimana ditentukan oleh perikanan/tambak), dan penambangan pasir.
Sedangkan laju penambahan lahan wilayah
ketersediaan lahan pasir, serta batas wilayah
pantai. gumuk pada model ini ditentukan oleh harga
konversi lahan, sedangkan parameter suplay
Ketersediaan lahan pasir dalam pasir yang sampai ke muara dan kondisi
model ini mencerminkan besarnya pasokan angin baik arah dan kecepatan relatif normal
pasir akibat dari intensitas atau aktifitas dari dan tidak dimasukkan dalam model ini.
Gunung Merapi serta curah hujan di daerah Dengan demikian angka koefisien laju
atas (Kabupaten Sleman / daerah hulu) penambahan wilayah gumuk pada model ini
sehingga dengan demikian menghasilkan yang merupakan fungsi waktu tidak dapat
pasir sampai ke hilir (muara) melalui Sungai diketahui secara eksplisit. Kondisi
Opak dan Sungai Progo. Selain itu laju keseimbangan pada model gumuk pasir ini
penembahan wilayah gumuk juga ditentukan dapat dicapai apabila laju pengurangan lahan
oleh atau akibat dari adanya tebing disebelah sama dengan laju penambahan wilayah
timur, dikombinasikan dengan kecepatan dan gumuk. Artinya bahwa peruntukan lahan yang
arah angin yang terjadi sehari-hari. Namun merupakan konversi lahan (perumahan,
demikian untuk menyederhanakan model, pertanian, atau penambangan pasir) adalah
dalam model ini faktor atau variabel tersebut batas wilayah dikurangi dengan gumuk pasir.

22 Widodo L., 2003: Gumuk Pasir Parangtritis Konversi Versus Konservasi….


Data rujukan pada simulasi ini dimulai Skenario Konversi adalah skenario yang
pada tahun ke1960. Data ini meliputi variabel merubah kondisi gumuk pasir menjadi
eksogenus, endogenus, dan variabel yang peruntukan lain. Konversi yang mungkin
diabaikan (omitted). Variabel endogenus dapat dilakukan adalah untuk kegiatan
adalah variabel yang telah dimodelkan dalam perumahan yang menunjang wisata, kegiatan
sistem seperti pengurangan lahan, laju pertanian termasuk usaha perikanan tambak,
penambahan wilayah gumuk, perumahan dan serta usaha penambangan pasir. Pada
fraksi lahan. Variabel eksogenus adalah skenario ini sesuai fungsi waktu maka kondisi
variabel yang bersifat konstan terhadap gumuk pasir terancam punah, karena
perubahan waktu seperti abrasi normal, batas kecenderungan konversi lahan yang tidak
wilayah, efek penggunaan lahan harga terkendali. Skenario ini dapat dilihat pada
konversi lahan. Variabel yang diabaikan pada Grafik 4.1 dan 4.2 yang mana gumuk pasir
sistem ini dimaksudkan untuk membatasi terus mengalami penurunan, sedangkan disisi
bahasan sistem. Variabel tersebut seperti lain konversi lahan yang dalam hal ini
arah dan kecepatan angin, laju pasokan pasir direpresentasikan parameter peruntukan
yang sampai ke muara dan lain-lain. lahan terus meningkat untuk kegiatan
pariwisata, pertanian atau kegiatan
3 MODEL DINAMIK PENGGUNAAN LAHAN penambangan pasir sehingga pada akhirnya
GUMUK PASIR gumuk pasir mengalami kepunahan (laju
penambahan wilayah gumuk yang semakin
Pada model ini ada tiga kemungkinan menurun).
skenario yang dapat dilakukan oleh
pengambil keputusan, ketiga skenario
tersebut adalah :

Grafik 4.1. Model Hipotesis Pengelolaan Lingungan Grafik 4.2. Model Hipotesis lain Pengelolaan
Gumuk Pasir yang Tidak Berkelanjutan Lingungan Gumuk Pasir yang Tidak
Berkelanjutan

Grafik 5. Model Konservasi Gumuk Pasir Grafik 2. Peruntukan Lahan Sekitar


DI.Yogyakarta Gumuk Pasir

° skenario konversi
° skenario konservasi
° skenario pembangunan berkelanjutan

J.Tek.Ling. P3TL-BPPT. 4 (1): 21-26 23


diperlihatkan dengan terkendalinya luas
wilayah gumuk pasir dilihat dari fungsi waktu.
Sedangkan ruang wilayah yang dapat
dimanfaatkan untuk peruntukan lain tersedia
sampai batas wilayah diluar gumuk pasir.
Peruntukan lahan atau konversi lahan ini
dapat dimanfaatkan untuk bangunan rumah
dalam rangka menunjang pengembangan
wisata pendidikan, kegiatan penambangan
pasir secara terkendali, atau kegiatan lain
seperti pertanian pantai. Dengan
Grafik 1. Fenomena Gumuk Pasir DI. Yogyakarta
terkendalinya wilayah gumuk pasir dan
kemungkinan pemanfaatan sumberdaya
Model ini diperlihatkan seperti pada Grafik 5 pantai di Parangtritis seperti kegiatan
dimana dengan melakukan konservasi gumuk pariwisata, penambangan pasir secara
pasir maka luas wilayah gumuk pasir semakin terbatas, budidaya pertanian pantai serta
mendekati batas wilayah, sehingga ruang untuk keperluan pemukiman, maka konsep
untuk lahan konversi tidak tersedia. Grafik ini pembangunan berkelanjutan yang merupakan
menunjukkan upaya konservasi gumuk pasir. kompromi antara konservasi dan konversi
Konservasi ini diartikan bahwa keberadaan dapat dilaksanakan.
gumuk pasir harus tetap dipertahankan dan
tidak ada kegiatan lain yang mengganggu Sedangkan pada Grafik 2
atau dengan kata lain tidak ada konversi diperlihatkan ruang wilayah yang dapat
lahan untuk kegiatan lain. Kondisi ini digunakan oleh program konversi lahan, baik
diperlihatkan oleh grafik dengan semakin untuk perumahan, pertanian maupun untuk
meningkatnya wilayah gumuk sesuai fungsi penambangan pasir. Sedangkan Grafik 3
waktu serta mendekati batas wilayah. memperlihatkan model keseimbangan secara
menyeluruh, dimana sesuai fungsi waktu
Skenario Pembangunan Berkelanjutan pelestarian gumuk pasir dapat terlaksana
adalah skenario "kompromi" antara dua dengan diperlihatkannya grafik gumuk pasir
skenario sebelumnya. Artinya bahwa gumuk yang konstan, disisi lain kegiatan yang
pasir yang merupakan fenomena langka sifatnya eksploitasi secara terkendali dapat
tersebut dapat dilestarikan pada kondisi dilaksanakan melalui kegiatan konversi lahan
tertentu, disisi lain dikembangkan program menjadi perumahan, pertanian, atau
konversi lahan disekitar gumuk pasir menjadi penambangan secara terbatas. Agar
kegiatan yang dapat menciptakan nilai keseimbangan tersebut dapat dicapai maka
tambah terutama bagi penduduk setempat. perlu informasi atau data yang dapat
Konversi lahan yang mungkin dapat digunakan untuk acuan konversi lahan gumuk
dikembangkan adalah untuk kegiatan pasir menjadi lahan untuk peruntukan lainnya.
perumahan yang menunjang wisata Salah satu informasi yang perlu diketahui
pendidikan (wisata alam) yang mana para ahli adalah angka koefisien laju penambahan
geografi mengintrodusir gumuk pasir tersebut wilayah gumuk sesuai wungsi waktu. Hal ini
sebagai laboratorium alam (aspek sangat penting untuk dapat menyusun
konservasi), kemudian kegiatan pertanian rencana kegiatan konversi lahan untuk
pantai (termasuk perikanan tambak), serta penambangan pasir, sehingga dapat diketahui
kegiatan penambangan pasir secara sejauh mana kegiatan penambangan dapat
terkendali. Agar skenario tersebut dapat ditoleransi, agar keberadaan gumuk pasir
tercapai maka diperlukan keseimbangan tetap terjaga. Demikian pula konversi lahan
model yang dalam hal ini apabila parameter lainnya seperti penggunaan untuk pertanian,
laju penambahan wilayah gumuk jumlahnya atau perumahan dan bangunan untuk
sama dengan parameter pengurangan lahan. menunjang laboratorium alam.
Pada Grafik 1 diperlihatkan upaya
pengendalian wilayah gumuk pasir, dimana 4. PENGELOLAAN LINGKUNGAN GUMUK
sesuai fungsi waktu wilayah gumuk pasir PASIR PARANG TRITIS
mengalami perkembangan yang relatif
konstan, dalam arti tercapainya pelestarian Dasar-dasar ilmiah kebumian
gumuk pasir pada tingkat kondisi tertentu. terhadap wilayah pesisir tersebut (wilayah
Pelestarian gumuk pasir pada model ini sekitar Kompleks Gumuk Parangkusumo -

24 Widodo L., 2003: Gumuk Pasir Parangtritis Konversi Versus Konservasi….


Parangtritis) perlu diatur dalam sebuah adalah sebagai cagar ilmiah (area
perangkat manajemen yang baik untuk natural scientific interest/ANSI) 3).
mengantisipasi permasalahan yang akan Formulasi tujuan perlindungan
datang di sekitar wilayah tersebut. Degradasi
lingkungan gumuk barchan-transversal
lingkungan fisik gumuk pasir secara umum sebagai cagar llmiah gumuk pasir
maupun hilangnya kekhasan morfologi gumuk Parangkusumo adalah :
merupakan prediksi yang kemungkinan dapat
terjadi, bila tidak ada upaya zonasi • Mempertahankan gumuk pasir dan
manajemen yang mengikat perangkat ekosistemnya (habitat flora yang
kelembagaan institusi akademik, LSM, tokoh hidup di dalamnya) dalam kondisi
masyarakat, investor, dan unsur birokrasi proses alaminya.
pemerintahan daerah. Degradasi lingkungan • Mempertahankan keanekaragaman
fisik geomorfologi gumuk pasir dapat terjadi geologis dan ekologis di Propinsi
bila peran perangkat kebijakan tingkat daerah Yogyakarta (khususnya di wilayah
tidak mampu menjabarkan zonasi pantai selatan Yogyakarta).
pengelolaan lingkungan gumuk pasir yang
berkelanjutan dan partisipasi masyarakat • Menyediakan pendidikan, penelitian,
secara lokal diabaikan. dan pemantauan lingkungan fisik bagi
ilmu kebumian dan ekologi pesisir.
Tujuan pengelolaan lingkungan
gumuk barchan ini adalah : • Melindungi obyek pesisir
Parangkusumo - Parangtritis
Mengoptimalkan fungsi gumuk pasir
Parangendog sebagai open-space
pantai tropis untuk pengembangan
perpaduan keindahan alam tempat
lingkungan binaan dan konservasi
warisan kebumian (bukit
pantai, dengan memperhatikan kondisi
Parangendog gumuk Parangkusumo
geomorfologi gumuk pasir, proses
- aliran lava Parangkusumo -
geologi aktual dan tutupan lahan yang
dinamika ombak tepian pantai dan
berkembang;
angin yang menerbangkan sebagian
Menghindari pengembangan sarana pasir halus di wilayah gumuk)
prasarana fisik wisata yang akan sebagai geological site’s heritage
mengubah fungsi permukaan gumuk serta budaya secara lokal/ nasional(4)
menjadi tidak alamiah atau menurunkan
stabilitas migrasi pasir di kompleks • Penertiban status rumah-rumah dan
gumuk pasir. kejelasan aspek legasisasi yang
berdiri di atas foredune sebelah barat
Mengoptimalkan fungsi lahan kering di Cepuri Parangkusumo hingga zona
atas gumuk pematang pantai untuk gumuk barkhan – transversal (untuk
pengembangan lingkungan fisik yang menjaga stabilitas proses
produktif dan sesuai dengan kondisi fisik pembentukan gumuk).
lahan maupun tanah yang terbentuk.
Upaya perlindungan gumuk pasir yang 5. PENUTUP
“khas” ini tidak lagi ditawarkan dan
disosialisasikan melalui forum diskusi Agar skenario pelestarian sekaligus
ilmiah, tetapi harus masuk dalam action pemanfaatan secara berkelanjutan terhadap
dan kebijakan hukum (aspek legalitas) gumuk pasir dapat tercapai maka diperlukan
yang mengaturnya. Adanya perangkat keseimbangan model yang dalam hal ini
hukum perlindungan lingkungan apabila parameter laju penambahan wilayah
kawasan gumuk barchan di gumuk jumlahnya mendekati dengan
Parangkusumo melalui perda/ perangkat parameter pengurangan lahan. Seperti terlihat
hukum lainnya, secara tidak langsung pada Grafik 1 pengendalian wilayah gumuk
akan memberikan perlindungan hukum pasir, sesuai fungsi waktu wilayah gumuk
dan sosio-kultural dari kegiatan wisata pasir mengalami perkembangan yang relatif
ritual/ budaya dan tata guna tanah lokal konstan, dalam arti tercapainya pelestarian
serta ekosistem yang telah berkembang gumuk pasir pada tingkat kondisi tertentu,
di sekitar Parangkusumo. Status yang serta tersedia ruang wilayah yang dapat
direkomendasikan berdasarkan kategori digunakan oleh program konversi lahan, baik
International Union for Conservation of untuk perumahan, pertanian maupun untuk
Nature and Natural Resources (IUCN) penambangan pasir secara terbatas. Alat

J.Tek.Ling. P3TL-BPPT. 4 (1): 21-26 25


utama untuk dapat melaksanakan skenario 3. Dahuri, R., dkk, 1996, Pengelolaan Sumber Daya
tersebut adalah adanya seperangkat hukum Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu,
yang harus ditaati bersama dalam rangka Pradnya Paramita, Jakarta
perlindungan wilayah konservasi 4. Setiyono, H., 1996, Kamus Oseanografi, Gadjah
(perlindungan hukum untuk pelestarian Mada University Press, Yogyakarta.
gumuk pasir) sekaligus pemanfaatan wilayah 5. Tasrif, Mohammad 1995 Analisis Kebijak-sanaan
sekitarnya untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan Model Sistem Dinamik, Modul Pelatihan –
Pusat Penelitian Material dan Energi ITB.
DAFTAR PUSTAKA 6. Thomas, R.W. and R.J. Huggett, 1980, Modelling
1. Anonim, 1994, Kursus Evaluasi Sumber Daya in Geography, a mathematical approach, Barnes &
Lahan (Angkatan IV), Fakultas Geografi - UGM, Noble Books, New Jersey
Yogyakarta
2. Anonim, 1999, Mengenal Ekosistem Gumuk Pasir
Pantai, Yayasan KAPPALA Indonesia dan
Yayasan KEHATI, Yogyakarta

26 Widodo L., 2003: Gumuk Pasir Parangtritis Konversi Versus Konservasi….

Anda mungkin juga menyukai