Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN MENENNGAH 2


“KEWAJIBAN LANCAR”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK I
1. MUH. SYARIF (16-320-014)
2. FADALDIN (16-320-016)
3. NARMI (16-320-022)
4. ONA ALFIYANTI (16-320-028)
5. ARIFUDDIN (16-320-030)
6. LA JUMAI (16-320-051)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAUBAU
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Kewajiban Lancar” yang merupakan salah satu syarat dari mata kuliah Akuntansi Keuangan
Menengah 2.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Baubau, April 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

SAMPUL ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2


A. Pengertian Kewajiban Lancar ........................................................................ 2
B. Jenis-Jenis Kewajiban Lancar ........................................................................ 2
C. Taksiran Utang ............................................................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 12


A. Kesimpulan .................................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 13


BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Dalam akuntansi, utang didefinisikan sebagai pengnorbanan manfaat ekonomi
di masa yang akan datang yang mungkin terjadi akibat kewajiban suatu badan usaha
pada masa kini untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa pada badan usaha lain
di masa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu. Utang-
utang yang menjadi kewajiban suatu perusahaan dikelompokkan dalam 2 kelompok
yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang.
Pada prinsipnya utang akan dicantumkan sebesar nilai tunai dari utang-utang
tersebut, tetapi pada umumnya utang jangka pendek akan dicantumkan dengna jumlah
sebesar nilai nominalnya. Penyimpangan ini dilakukan dengan dasar anggapan bahwa
selisih antara nilai nominal dengan nilai tunainya relatif kecil. Batasan yang digunakan
untuk mengelompokkan utang adalah jangka waktu untuk pembayaran utang-utang
tersebut. Apabila utang-utang itu akan dibayar dalam jangka waktu siklus operasi
perusahaan atau dalam waktu satu tahun maka dikelompokkan sebagai utang jangka
pendek.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kewajiban lancar?
2. Apa jenis-jenis kewajiban lancar?
3. Bagaimana ayat jurnal untuk utang wesel jangka pendek?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kewajiban lancar.
2. Unutk mengetahui jenis-jenis kewajiban lancar.
3. Untuk mengetahui ayat jurnal untuk utang wesel jangka pendek.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar adalah utang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam jangka
waktu satu tahun atau satu siklius operasi normal perusahaan (tergantung mana yang
lebih penjang), dan (2) dengan menggunakan aset lancar yang ada atau hasil dari
pembentukan kewajiban lancar yang lain. Kewajiban lancar meliputi utang wesel, utang
dagang, pendapatan diterima dimuka, dan beban-beban yang masih harus dibayar
seperti utang gaji, utang pajak dan utang bunga.
Perusahaan harus selalu memperhatikan besarnya kewajiban lancar dalam
hubungannya dengan jumlah aset lancar. Perusahaan yang memiliki kewajiban lancar
lebih besar dari aset lancar berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan, karena ada
kemungkinan perusahaan dengan kondisi seperti itu tidak akan dapat melunasi
kewajiban yang segera harus dibayar. Oleh karena itu, manajemen, kreditur, dan
investor biasanya memberi perhatian khusus pada jumlah modal kerja (aset lancar
dikurangi kewajiban lancar), dan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban
lancar yang disebut dengan rasio lancar (current rasio).

B. Jenis-Jenis Kewajiban Lancar


Adapun jenis-jenis kewajiban lancar adalah sebagai berikut.
1. Utang Wesel
Kewajiban yang didukung dengan bukti tertulis secara formal, dalam bentuk
wesel atau promes, disebut utang wesel atau wesel bayar. Pihak yang mempunyai
tagihan akan lebih menyukai wesel, karena terdapat bukti yang kuat untuk menuntut
pembayaran, lebih-lebih jika harus berperkara dipengadilan. Utang wesel biasanya
mengharuskan pihak yang berutang untuk membayar bunga dan utang semacam ini
biasanya diambil untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendek.
Wesel biasa dibuat dengan jangka waktu yang berbeda-beda. Apabila jangka waktu
wesel kurang dari satu tahun, maka wesel tersebut digolongkan sebagai kewajiban
lancar atau kewajiban jangka pendek. Wesel bisa berbunga atau tidak berbunga.
a. Wesel Berbunga
Untuk wesel bayar berbunga, beban bunga akan diakui atau dicatat pada
akhir periode akuntansi dan atau pada saat wesel jatuh tempo. Bebna bunga
yang dicatatpada akhir periode akuntansi merupakan beban bunga berjalan
(accrued interest) atau bunga yang maish harus dibayar, terhitung mulai pada
saat wesel diterbitkan sampai dengan tanggal tutup buku perusahaan. Berikut
adalah ilustrasi dari wesel berbunga.
Misalkan Bank Duta Pertiwi menyetujui untuk memberi pinjaman sebesar Rp
10.000.000,- pada tanggal 1 Oktober 2012. Untuk itu bank meminta kepada CV
Sumber Razakti untuk menandatangani sebuah promes dengan bunga 12%
dengan jangka waktu 4 bulan. Apabila wesel berbunga, amak jumlah uang yang
diterima CV Sumber Razakti setelah wesel ditandatangani adalah sebesar nilai
nominal wesel tersebut. Jurnal yang harus dibuat oleh CV Sumber Razakti pada
tanggal 1 Oktober 2012 adalah sebagai berikut:

2012
Okt. 1 Kas Rp. 10.000.000
Utang Wesel Rp. 10.000.000
(untuk mencatat
penerimaaan kas daari
penarikanaa wesel, 12%, 4
bulan)

Seandainya tahun buku CV. Sumber Razakti berrakhir tanggal 31 desember, dan pada
tanggal tersebut perushaan menyusun neraca maka pada tanggal 31 desember perlu
dibuat jurnal pernyusuaian untuk mencatat utang bunga sebesar Rp. 300.000,00 (Rp.
10.000.000,00 x 12% x 3/12) yaitu untuk periode bulan oktober sampai dengan
desember 2012. Jurnal penyusuaian yang harus dibuat pada tanggal 31 desember adalah
sebagai berikut:
2012
Des.31 Beban bungan Rp. 300.000
Utang bunga Rp. 300.000
(untuk mencatat beban
bunga wesel selama 3
bulan)

Jurnal untuk mencatat pembayaran nilai nominal dan bunga wesel pada tanggal 1
februari 2013 (tanggal jatuh wesel) adalah sebagai berikut:
2013
feb. 1 Utang wesel Rp. 10.000.000
Utang bunga Rp. 300.000
Beban bunga Rp. 100.000
kas Rp. 10.400.000
(untuk mencatat pelunasan
wesel beserta bungannya)

Pada tanggal jatuh wesel CV. Sumber Razaki harus membayar nilai jatuh wesel yang
terdiri dari nilai nominal wesel Rp. 10.000.000,00 ditambah beban bunga Rp.
400.000,00 (Rp. 10.000.000 x 12% x 4/12). Pada saat pelunasan beban bunga yang
diperhitungkan hanya satu bulan, sebab beban bunga untuk periode oktober sampai
bulan desember 2012 telah dibebankan sebagai beban untuk periode tahun 2012 yang
lalu.
b. Wesel Tidak Berbunga
Seperti disebutkan diatas, wesel mungkin dibuat tanpa bunga. Wesel
tidak berbunga adalah wesel yang tidak secara eksplisit menyebutkan tingkat
bunga tertentu dalam surat wesel yang bersangkutan. Sebenarnya wesel tersebut
tetap mengandung bunga, karena peminjam diwajibkan membayar jumlah yang
lebih besar pada tangal jatuh dibandingkan dengan jumlah pinjaman yang
diterimanya. Dalam hal ini, bunga wesel adalah selisih antara jumlah yang
dibayar pada tanggal jatuh dengan jumlah pinjaman yang diterima pada saat
yang ditandatangani. Dengan perkataan lain, peminjam menerima kas sebesar
nilai tunai atau nilai wesel saat ini (present value).
Nilai tunai adalah sama dengan nilai nominal wesel pada tanggal jatuh
dikurangi bunga atau diskonto yang dibebankan oleh pihak pemberi pinjaman
selam jangka waktu wesel. Sebagai contoh, misalkan CV. Sumber Rezki
menanda tangani wesel tanpa bunga dengan nilai nominal Rp. 10.400.000,
jangka waktu 4 bulan, pada bank Duta Pertiwi. Nilai tunai wesel adalah Rp.
10.000.000 untuk mencatat transaksi diatas dalam pembukuan CV. Sumber
Rezki adalah sebagai baerikut:
2012
Okt. 1 Kas Rp. 10.000.000
Diskonto utang wesel Rp. 400.000
Utang wesel Rp. 10.400.000
(untuk mencatat
penerimaaan kas daari
penarikanaa wesel, 4 bulan
tanpa bunga)
Dalam Jurnal diatas akun utang wesel dikredit sebesar nilai nominal wesel yaitu
Rp. 10.400.000, yang jumlahnya lebih besar dari pada jumlah kas yang diterima
didebetkan keakun diskonto utang wesel. Akun diskoonto utang wesel
merupakan lawan(contra account) terhadap akun utang wesel. Oleh karena itu
akun ini dalam neraca dikurangkan terhadap akun utang wesel. Dalam contoh
diatas, jumlah diskonto sebesar Rp. 400.000 mendapatkan beban peminjaman
uang merupakan beban peminjaman uang peminjaman selama 4 bulan oleh
karena itu beban tersebut harus dibebankan sebagai beban bunga selama jangka
waktu wesel. Saldo akun diskonto utang wesel yang ada pada suatu saat
menunjukan saldo akun ini yang dibawa keperiode berikutnya.
Diskonto utang wesel bisa dikurangi jumlahnya secara bertahap dalam
jumlah yang sama besarnya(garis lurus) selama jangka waktu wesel. Semakin
rendah jumlah saldo akun diskonto, maka saldo bersih akun kewajiban semakin
naik. Seandainya CV. Sumber Rezki menyusun laoporan keuangan setiap
tanggal 31 desember, maka pada tanggal 31 Desember 2012 harus di buat jurnal
penyesuaian untuk mengakui beban bunga selama jangka waktu wesel. Saldo
Akun diskonto utang wesel sebesar Rp 300.000,00 (3/4 x Rp 400.000) sebagai
berikut :
2012
Des. 31 Beban Bunga Rp. 300.000
Diskonto utang wesel Rp. 300.000
(untuk mencatat beban
bunga Wesel selama 3
bulan)

Dengan adanya jurnal penyesuaian di atas maka saldo akun diskonto


utang wesel tinggal Rp 100.000,00 (Rp 400.000 - Rp 300.000)
Penyajian utang wesel dan diskonto utang wesel dalam neraca per 31 Desember
2012 sebagai berikut :
Utang Wesel ........................................ Rp 10.400.000,00
Dikurangi : Diskonto Utang Wesel...... 100.000,00

Rp 10.300.000

Pada tanggal jatuh wesel, akun diskonto utang wesel akan bersaldo nol,
dan utang wesel menunjukan nilai jatuhnya. Jurnal yang harus di buat pada
tanggal 1 februari 2013 untuk mengakui bunga 1 bulan dan pembayaran utang
wesel adalah sebagai berikut :
2013
Feb. 1 Utang wesel Rp. 10.400.000
Beban bunga 100.000
Diskonto utang wesel Rp 100.000
Kas 10. 400.000
(untuk mencatat pelunasan
wesel beserta bunganya)

Jurnal diatas mengakui bunga untuk bulan januari 2013 sebesar Rp


100.000,00 dan sekaligus mencatat pelunasan utang wesel beserta bunganya
sebesar Rp 10.400.000,00.
c. Perbandingan Wesel Berbunga dan Wesel Tidak Berbunga
Dari uraian tentang wesel tidak berbunga diatas, nampak bahwa istilah
wesel tidak berbunga tidaklah tepat. Sebenarnya tidak ada wesel yang tidak
berbunga. Dalam contoh diatas terlihat jelas bahwa dalam wesel berbunga
maupun tidak berbunga tetap ada perhitungan bunga. Apabila akuntansi wesel
berbunga dan wesel tidak berbunga pada CV Sumber Razakti dibandingkan
maka akan nampak bahwa hasil keduanya persis sama. Berikut adalah
perbandingan penyajian dalam laporan laba rugi dan neraca yang dihasilkan
untuk wesel berbunga dan tidak berbunga pada tanggal 31 Desember 2016
WESEL BERBUNGA WESEL TIDAK BERBUNGA

Laporan Laba-Rugi Laporan Laba-Rugi


Beban Bunga Rp 300.000 Beban Bunga Rp 300.000

Neraca Neraca
Utang Wesel Rp 10.000.000 Utang Wesel Rp 10.400.000
Utang Bunga 300.000 Diskonto Wesel( 100.000)
Rp 10.300.000 Rp 10.300.000

Seperti terlihat diatas, beban bunga, utang bunga, dan utang wesel sama
besarnya untuk kedua jenis wesel tersebut. Perbedaannya hanya terletak pada
akun yang digunakan.

2. Utang Pajak
Sebagai konsumen, kita sering dikenai pajak atas barang atau jasa yang kita beli,
misalnya kalau kita makan dirumah makan, menginap di hotel, atau jika kita
membeli barang-barang tertentu misalnya mobil. Pajak ini disebut Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atau pajak penjualan. Tarif pajak ditetapkan atas dasar
persentase tertentu dari harga jual. Pihak penjual (pabrikan) memungut pajak
tersebut dari pembeli pada saat penjualan terjadi dan secara periodik (biasanya
secara bulanan) menyetorkannya ke kas negara. Dengan demikian, pajak yang
dipungut dari pembelil untuk disetorkan ke kas negara ditinjau dari pihak penjual
merupakan utang kepada negara yang disebut utang pajak PPN. Sebagai contoh,
misalnya pada tanggal 25 Maret 2012, PT BBM mejual barang seharga Rp
10.000.000,- atas penjualan barang tersebut, PT BBM memungut pajak PPN
sebasar 10%, sehingga jumlah kas yang diterima dari pembeli menjadi Rp
11.000.000,- jurnal yanng dibuat oleh PT BBM atas transaksi penjualan diatas
adalah sebagai berikut:
2012
Mar. 25 Kas Rp. 11.000.000
Penjualan Rp 10.000.000
Utang PPn Rp 1.000.000
(untuk mencatat penjualan
dan utang PPn)
Apabila PT BBM menyetorkan potongan-potongan pajak tersebut ke kas negara,
maka akun utang PPn di debet dan akun kas di kredit. Dengan demikian, PT BBM
hanya bertindak sebagai pemungut pajak mewakili negara. Dalam hukum pajak,
perusahaan seperti PT BBM disebut wajib pungut.
Pajak tersebut tidak dilaporkan oleh PT BBM sebagai beban, karena PT BBM
tidak menanggung beban apapun atas pembayaran tersebut. Dalam hal ini pembeli
yang dibebani oleh pajak negara. Apabiila pajak tidak dicatat secara terpisah, maka
pendapatan penjualan harus dipecah menjadi pendapatan penjualan (setelah
dikurangi pajak) dan utang pajak. Dalam contoh diatas, apabila penjualan dicatat
dengan jumlah Rp 11.000.000,- maka dari jumlah tersebut 100/110 bagian atau Rp
10.000.000 menjadi pendapatan penjualan dan 10/110 bagian atau Rp 1.000.000,-
menjadi utang pajak.
Perilaku seperti diatas berlaku juga untuk jenis pajak lain selain pajak PPn (jika
ada), yang pemungutannya pada pembeli diserahkan oleh negara kepada
perusahaan selaku wajib pungut. Dengan demikian utang pajak tidak lain adalah
jumlah pungutan pajak dari pembeli yang menjadi kewajiban perusahaan untuk
menyetorkannya ke kas negara.

3. Pendapatan Diterima Dimuka


Perusahaan kadang-kadang menerima pembayaran dimuka atas barang atau jasa
yang penyerahannya akan dilakukan di waktu yang akan datang. Sebagai contoh,
perusahaan penerbangan sering menjual tiket untuk penerbangan bulan berikutnya.
Penerimaan kas yanng terjadi sebelum barang atau jasa diserahkan kepada
pembelli, harus diperlakukan sebagai utang, karena penjual mempunyai kewajiban
untuk menyerahkan barang atau jasa di waktu yang akan datang. Pencatatan atas
penerimaan pendapatan dimuka dan penyelesaiannya adalah sebagai berikut:
1) Apabila perusahaan menerima pembayaran dimuka dari pembelli, maka akun
kas di debet dan akun utang yang disebut pendapatan diterima dimuka kredit.
2) Apabila barang telah dikirimkan atau jasa telah diberikan, maka akun
pendapatan diterima dimuka di debet dan akun pendapatan di kredit.
Sebagai contoh, misalkan pada tanggal 1 Desember 2012 CV NR menerima
pesanan 400 buah kursi kuliah dari PT AB dengan harga Rp 100.000 per buah. Pada
tanggal tersebut PT AB membayar uang muka sebesar Rp 25.000.000. jurnal yang
dibuat CV NR untuk mencatat penerimaan kas di atas adalah:
2012
Des. 1 Kas Rp. 25.000.000
Pendapatan Diterima di Muka Rp 25.000.000

(untuk mencatat penerimaan uang muka atas


pesanan 400 buah kursi)
Pada tanggal 31 Desember, CV NR mengirimkan 100 buah kursi sebagai
penyerahan tahap pertama. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat pendapatan
dari 100 buah kursi yang sudah diserahkan adalah:
2012
Des. 31 Pendapatan Diterima di Muka Rp. 10.000.000
Penjualan Rp 10.000.000

(untuk mencatat pendapatan atas penyerahan


100 buah kursi)
Selain jurnal diatas, CV NR juga membuat jurnal untuk mencatat harga pokok
penjualan dan pengurangan persediaan (misalkan harga pokok per buah kursi Rp
60.000,-) sebagai berikut:
2012
Des. 31 Harga Pokok Penjualan Rp. 6.000.000
Persediaan Rp 6.000.000

(untuk mencatat harga pokok penjualan 100


buah kursi)
Dari contoh cara pencatatan diatas, jelas bahwa suatu penerimaan kas dimuka
merupakan kewajiban. Penerimaan ini baru akan menjadi pendapatan, apabila
barang atau jasa telah diserahkan kepada pemberi uang muka. Dengan demikian,
saldo akun pendapatan diterima dimuka mencerminkan kewajiban perusahaan
untuk menyerahkan barang atau jasa dimasa yanng akan datang.
4. Utang Jangka Panjang Yang Jatuh Tempo Dalam Periode Itu
Perusahaan kadanng-kadang mempunyai kewajiban jangka panjang yang
sebagian diantaranya akan jatuh tempo (harus dibayar) dalam waktu tidak lebih dari
setahun sejak tanggal neraca. Sebagai contoh, misalkan PT GH pada tanggal 1
januari 2010 menerima pinjaman jangka panjang dari bank nusantara. Pada tanggal
tersebut ditandatangani sebuah promes yang bernilai nominal Rp 25.000.000
dengan jangka waktu 5 tahun. Dalam perjanjian ditetapkan bahwa promes tersebut
harus diangsur pada setiap tanggal 1 Januari (mulai 1 januari 2011) sebesar Rp
5.000.000,- apabila PT GH menyusun neraca pada tanggal 31 Desember 2010,
maka dalam neraca tersebut 1/5 bagian dari utang wesel diatas (Rp 5.000.000),
harus dilaporkan sebagai kewajiban jangka pendek, sedangkan sisanya (Rp
20.000.000) dilaporkan sebagai kewajiban jangka panjang. Dalam neraca, bagian
utang yang akan jatuh tempo dalam waktu kurang dari 1 tahun, dilaporkan dengan
judul utang jangka panjang jatuh tempo dalam satu tahun.

5. Dana Yang Dikumpulkan Untuk Pihak Ketiga


Perusahaan kadang-kadang akan menjadi pihak yang mengumpulkan uang dari
langganan/pegawai yang nantinya akan diserahkan pada pihak lain. Pengumpulan
dana ini dapat dilakukan dengan cara pemotongan upah pegawai atau membebani
pembeli dengan jumlah-jumlah tertentu.
Misalnya setiap membayar gaji pegawai dipotong 15% sebagai pajak penghasilan
pegawai yang nantinya akan disetorkan ke kas negara. Pajak yang dipotong oleh
perusahaan divatat sebagai utang lancar. Apabila gaji pegawai bulan November
2012 sebesar Rp 1.200.000 maka PPh pegawai sebesae 15% akan dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:

Gaji dan upah Rp 1.200.000


Utang pajak penghasilan karyawan Rp 180.000
Kas 1.020.000

Perusahaan-perusahaan yang dikenakan pajak pertambahan nilai (PPN) akan


membebankan ini kepada pembeli, yaitu denngan menambahkan PPN pada harga
jual. PPN yang diterima dicatat sebagai utang sampai saat penyetoran ke kas negara.
Misalnya: penjualan bulan Mater 2012 sebesar Rp 22.000.000 termasuk PPN
sebesar 10%, maka pencatatan penjualan dilakukan dengan jurnal sebagai berikut:

Kas Rp 22.000.000
Penjualan Rp 20.000.000
Utanng PPN 2.000.000

10
Perhitungan: PPN =110 𝑥 𝑅𝑝 22.000.000 = 𝑅𝑝 2.000.000
Pada saat menyetorkan PPN tersebut ke kas negara, dibuat jurnal sebagai berikut:

Utang PPN Rp 2.000.000


Kas Rp 2.000.000

6. Utang Biaya (Biaya yang Masih Akan Dibayar)


Utang biaya merupakan utang yang timbul dari pengakuan akuntansi terhadap
biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah utanng yang timbul dari gaji dan upah, bonus, biaya sewa dan
lain-lain.
a. Utang Bonus
Bonus yang diberikan pada karyawan-karyawan tertentu kadang-kadang
menimbulkan masalah tersendiri. Bonus itu dapat dihitung dengan dasar
penjualan atau laba tergantung perjanjiannya. Apabila bonus dihitung atas dasar
laba, maka perhitungannya dapat dilakukan dengan 3 cara sebagai berikut:
1) Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan pajak penghasilan
(PPh)
2) Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi pajak penghasilan sebelum
dikurangi bonus
3) Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan pajak penghasilan.
Perhitungan masing-masing cara di atas dapat dilihat dari contoh berikut ini:
PT Risa memberikan bonus untuk kepala bagian penjualan sebesar 10% dari
laba. Laba tahun 2012 sebesar Rp 1.000.000,-PPh sebesar 15% dari laba bersih.
Misalnya B = Bonus
P = Pajak
Penyelesaian:
1) Bonus dihitung dari laba sebelum dikurangi bonus dan PPh
B = 0,10 x Rp 1.000.000
B = Rp 100.000
PPh = 15% x (Rp 1.000.000 – Rp 100.000)
PPh = Rp 135.000
2) Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi PPh sebelum dikurangi bonus
B = 0,10 x (Rp 1.000.000 – P)
P = 0,15 x (Rp 1.000.000 – B)

P dalam persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua, maka B


dapat dihitung sebagai berikut:
B = 0,10[𝑅𝑝 1.000.000 − 0,15(𝑅𝑝 1.000.000 − 𝐵)]
B = 0,10(𝑅𝑝 1.000.000 − 𝑅𝑝 150.000 + 0,15𝐵)
B = 𝑅𝑝 100.000 − 𝑅𝑝 15.000 + 0,015𝐵
B – 0,015B = Rp 85.000
0,985 = Rp 85.000
B = Rp 86.294,40

PPh dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua sebagai berikut:


P = 0,15 (Rp 1.000.000 – Rp 86.294,40)
P = 0,15 x Rp 913.705,60
P = Rp 137.055,84
3) Bonus dihitung dari laba sesudah dikurangi bonus dan PPh
B = 0,10 (Rp 1.000.000 – B - P)
P = 0,15 (Rp 1.000.000 – B)

P dalam persamaan pertama diganti dengan persamaan kedua, amak Bdapat


dihitung sebagai berikut:
B = 0,10[𝑅𝑝 1.000.000 − 𝐵 − 0,15(𝑅𝑝 1.000.000 − 𝐵)]
B = 0,10(𝑅𝑝 1.000.000 − 𝐵 − 0,15 − 𝑅𝑝150.000 − 0,15𝐵)
B = 𝑅𝑝 100.000 − 0,1𝐵 − 𝑅𝑝 15.000 + 0,015𝐵
B + 0,1B – 0,015B = Rp 85.000
1,0985 = Rp 85.000
B = Rp 77.378

PPh dihitung dengan mengganti B dari persamaan kedua sebagai berikut:


P = 0,15 (Rp 1.000.000 – Rp 77.378)
= 0,15 x Rp 922.622 = Rp 138.393
b. Utang Gaji dan Upah
Perhitungan jumlah yang masih akan dibayar untuk gaji dan upah,
bunga, sewa dan lain-lain dilakukan dengan dasar waktu terjadinya biaya
tersebut. Misalnya pegawai dibayarkan tiap tanggal 5 bulan berikutnya. Jika gaji
dan upah bulan Desember 2012 sebesar Rp 1.200.000 maka pada tanggal 31
Desember 2012 dibuat jurnal penyesuaian untuk mencatat utang gaji dan upah
sebagai berikut:

Gaji dan upah Rp 1.200.000


Utang gaji dan upah Rp 1.200.000

Prosedur yang sama digunakan juga untuk menghitung biaya-biaya lain yang
masih akan dibayar.

C. Taksiran Utang
Biasanya jumlah kewajiban dari suatu utang sudah dapat ditentukan, baik dari
kontrak maupun dari perhitungan dengan dasar suatu tarif tertentu. Akan tetapi, tidak
semua utang dapat ditentukan jumlahnya, kadanng-kadang terdapat utnag-utang yang
sudah jelas harus dibayar, tetapi pada tanggal neraca jumlahnya masih belum pasti.
Karen ajumlahnya masih belum jelas, tetapi kewajibannya sudah pasti maka pada
tanggal neraca dilakukan pertibangan jumlah kewajiban dengan cara taksiran.
Taksiran utang ini mungkin dikelompokkan sebagai utang jangka pendek atau
jangka panjang, tergantung pada saat pelunasan utang tersebut. Jika pelunasannya
segera, maka dikelompokkan sebagai utang jangka pendek, tetapi jika pelunasannya
akan dilakukan beberap periode yang akan datang maka dikelompokkan sebagai utang
jangka panjang.
Beberapa jenis taksiran utang jangka pendek yang nampak dalam neraca adalah:
1. Taksiran Utang Pajak Penghasilan
Pada akhir periode sesudah diketahui laba yang diperoleh, diperlukan untuk
menaksir besarnya pajak penghasilan yang akan menjadi beban tahun yang
bersangkutan. Besarnya pajak biasanya ditaksir dengan cara mengalikan tarif pajak
yang berlaku dengan jumlah laba. Sesudah taksiran pajak ini dihitung, akan dicatat
dengan jurnal yang mendebit rekening pajak penghasilan dan dikreditkan ke
rekening utang pajak penghasilan.
2. Taksiran Utang Hadiah yang Beredar
Kadang-kadang ditawarkan hadiah atas pembelian barang-barang tertentu.
Hadiah-hadiah ini merupakan biaya untuk periode dimana penjualan barang-barang
tersebut terjadi. Apabila hadiah-hadiah itu habis waktunya pada akhir periode maka
tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian. Tetapi apabila jangka waktu pengambilan
hadiah melampaui suatu periode akuntansi, maka pada akhir tahun dibuat jurnal
penyesuaian yang mendebit rekening biaya hadiah penjualan dan mengkredit
rekening utang hadiah yang beredar. Jumlah utang hadiah yang beredar ini dihitung
dengan cara taksiran dari jumlah penjualan.

3. Taksiran Utang Pensiun


Apabila karyawan yang berhenti sesudah bekerja untuk jangka waktu tertrntu
diberi pensiun, maka biaya pensiun yang dibayarkan selama masa hidupnya
karyawan tersebut akan dibebankan sebagai biaya ke periode=periode dimana
karyawan tersebut bekerja. Jumlah pensiun yang akan dibayarkan ditaksir
berdasarkan jumlah karyawan, umur dan jangka waktu pembayaran pensiun.
Selanjutnya jumlah taksiran tadi dibagi taksiran jangka waktu bekerjanya karyawan
tersebut. Setiap periode jumlah taksiran ini didebetkan ke rekening biaya gaji dan
upah atau biaya produksi tidak langsung dan di kreditkan ke rekening utang
pensiun. Pada saat pensiun dibayar, rekening utang pensiun di debet dan rekenig
kas di kredit.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkiran akan dibayar dengan
menggunakan aset lancar dan harus segera dilunasi dalam jangka waktu satu tahun.yang
termasuk dalam kategori kewajiban lancar adalah utang utang wesel, utang jangka
panjang yang jatuh tempo dalam periode itu, pendapatan diterima dimuka, utang pajak,
dana yang dikumpulkan untuk pihak ketiga, dan utang biaya. Utang biaya antara lain
terdiri dari utang bonus serta utang gaji dan upah.
DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki. 2008. Intermediate Accounting. BPFE YOGYAKARTA, Yogyakarta.


Jusup, Haryono. 2011. Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN,
Yogyakarta.
Hery. 2015. Pengantar Akuntansi. PT Grasindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai