DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
1. MUH. SYARIF (16-320-014)
2. FADALDIN (16-320-016)
3. NARMI (16-320-022)
4. ONA ALFIYANTI (16-320-028)
5. ARIFUDDIN (16-320-030)
6. LA JUMAI (16-320-051)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Kewajiban Lancar” yang merupakan salah satu syarat dari mata kuliah Akuntansi Keuangan
Menengah 2.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian kewajiban lancar?
2. Apa jenis-jenis kewajiban lancar?
3. Bagaimana ayat jurnal untuk utang wesel jangka pendek?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kewajiban lancar.
2. Unutk mengetahui jenis-jenis kewajiban lancar.
3. Untuk mengetahui ayat jurnal untuk utang wesel jangka pendek.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kewajiban Lancar
Kewajiban lancar adalah utang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam jangka
waktu satu tahun atau satu siklius operasi normal perusahaan (tergantung mana yang
lebih penjang), dan (2) dengan menggunakan aset lancar yang ada atau hasil dari
pembentukan kewajiban lancar yang lain. Kewajiban lancar meliputi utang wesel, utang
dagang, pendapatan diterima dimuka, dan beban-beban yang masih harus dibayar
seperti utang gaji, utang pajak dan utang bunga.
Perusahaan harus selalu memperhatikan besarnya kewajiban lancar dalam
hubungannya dengan jumlah aset lancar. Perusahaan yang memiliki kewajiban lancar
lebih besar dari aset lancar berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan, karena ada
kemungkinan perusahaan dengan kondisi seperti itu tidak akan dapat melunasi
kewajiban yang segera harus dibayar. Oleh karena itu, manajemen, kreditur, dan
investor biasanya memberi perhatian khusus pada jumlah modal kerja (aset lancar
dikurangi kewajiban lancar), dan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban
lancar yang disebut dengan rasio lancar (current rasio).
2012
Okt. 1 Kas Rp. 10.000.000
Utang Wesel Rp. 10.000.000
(untuk mencatat
penerimaaan kas daari
penarikanaa wesel, 12%, 4
bulan)
Seandainya tahun buku CV. Sumber Razakti berrakhir tanggal 31 desember, dan pada
tanggal tersebut perushaan menyusun neraca maka pada tanggal 31 desember perlu
dibuat jurnal pernyusuaian untuk mencatat utang bunga sebesar Rp. 300.000,00 (Rp.
10.000.000,00 x 12% x 3/12) yaitu untuk periode bulan oktober sampai dengan
desember 2012. Jurnal penyusuaian yang harus dibuat pada tanggal 31 desember adalah
sebagai berikut:
2012
Des.31 Beban bungan Rp. 300.000
Utang bunga Rp. 300.000
(untuk mencatat beban
bunga wesel selama 3
bulan)
Jurnal untuk mencatat pembayaran nilai nominal dan bunga wesel pada tanggal 1
februari 2013 (tanggal jatuh wesel) adalah sebagai berikut:
2013
feb. 1 Utang wesel Rp. 10.000.000
Utang bunga Rp. 300.000
Beban bunga Rp. 100.000
kas Rp. 10.400.000
(untuk mencatat pelunasan
wesel beserta bungannya)
Pada tanggal jatuh wesel CV. Sumber Razaki harus membayar nilai jatuh wesel yang
terdiri dari nilai nominal wesel Rp. 10.000.000,00 ditambah beban bunga Rp.
400.000,00 (Rp. 10.000.000 x 12% x 4/12). Pada saat pelunasan beban bunga yang
diperhitungkan hanya satu bulan, sebab beban bunga untuk periode oktober sampai
bulan desember 2012 telah dibebankan sebagai beban untuk periode tahun 2012 yang
lalu.
b. Wesel Tidak Berbunga
Seperti disebutkan diatas, wesel mungkin dibuat tanpa bunga. Wesel
tidak berbunga adalah wesel yang tidak secara eksplisit menyebutkan tingkat
bunga tertentu dalam surat wesel yang bersangkutan. Sebenarnya wesel tersebut
tetap mengandung bunga, karena peminjam diwajibkan membayar jumlah yang
lebih besar pada tangal jatuh dibandingkan dengan jumlah pinjaman yang
diterimanya. Dalam hal ini, bunga wesel adalah selisih antara jumlah yang
dibayar pada tanggal jatuh dengan jumlah pinjaman yang diterima pada saat
yang ditandatangani. Dengan perkataan lain, peminjam menerima kas sebesar
nilai tunai atau nilai wesel saat ini (present value).
Nilai tunai adalah sama dengan nilai nominal wesel pada tanggal jatuh
dikurangi bunga atau diskonto yang dibebankan oleh pihak pemberi pinjaman
selam jangka waktu wesel. Sebagai contoh, misalkan CV. Sumber Rezki
menanda tangani wesel tanpa bunga dengan nilai nominal Rp. 10.400.000,
jangka waktu 4 bulan, pada bank Duta Pertiwi. Nilai tunai wesel adalah Rp.
10.000.000 untuk mencatat transaksi diatas dalam pembukuan CV. Sumber
Rezki adalah sebagai baerikut:
2012
Okt. 1 Kas Rp. 10.000.000
Diskonto utang wesel Rp. 400.000
Utang wesel Rp. 10.400.000
(untuk mencatat
penerimaaan kas daari
penarikanaa wesel, 4 bulan
tanpa bunga)
Dalam Jurnal diatas akun utang wesel dikredit sebesar nilai nominal wesel yaitu
Rp. 10.400.000, yang jumlahnya lebih besar dari pada jumlah kas yang diterima
didebetkan keakun diskonto utang wesel. Akun diskoonto utang wesel
merupakan lawan(contra account) terhadap akun utang wesel. Oleh karena itu
akun ini dalam neraca dikurangkan terhadap akun utang wesel. Dalam contoh
diatas, jumlah diskonto sebesar Rp. 400.000 mendapatkan beban peminjaman
uang merupakan beban peminjaman uang peminjaman selama 4 bulan oleh
karena itu beban tersebut harus dibebankan sebagai beban bunga selama jangka
waktu wesel. Saldo akun diskonto utang wesel yang ada pada suatu saat
menunjukan saldo akun ini yang dibawa keperiode berikutnya.
Diskonto utang wesel bisa dikurangi jumlahnya secara bertahap dalam
jumlah yang sama besarnya(garis lurus) selama jangka waktu wesel. Semakin
rendah jumlah saldo akun diskonto, maka saldo bersih akun kewajiban semakin
naik. Seandainya CV. Sumber Rezki menyusun laoporan keuangan setiap
tanggal 31 desember, maka pada tanggal 31 Desember 2012 harus di buat jurnal
penyesuaian untuk mengakui beban bunga selama jangka waktu wesel. Saldo
Akun diskonto utang wesel sebesar Rp 300.000,00 (3/4 x Rp 400.000) sebagai
berikut :
2012
Des. 31 Beban Bunga Rp. 300.000
Diskonto utang wesel Rp. 300.000
(untuk mencatat beban
bunga Wesel selama 3
bulan)
Rp 10.300.000
Pada tanggal jatuh wesel, akun diskonto utang wesel akan bersaldo nol,
dan utang wesel menunjukan nilai jatuhnya. Jurnal yang harus di buat pada
tanggal 1 februari 2013 untuk mengakui bunga 1 bulan dan pembayaran utang
wesel adalah sebagai berikut :
2013
Feb. 1 Utang wesel Rp. 10.400.000
Beban bunga 100.000
Diskonto utang wesel Rp 100.000
Kas 10. 400.000
(untuk mencatat pelunasan
wesel beserta bunganya)
Neraca Neraca
Utang Wesel Rp 10.000.000 Utang Wesel Rp 10.400.000
Utang Bunga 300.000 Diskonto Wesel( 100.000)
Rp 10.300.000 Rp 10.300.000
Seperti terlihat diatas, beban bunga, utang bunga, dan utang wesel sama
besarnya untuk kedua jenis wesel tersebut. Perbedaannya hanya terletak pada
akun yang digunakan.
2. Utang Pajak
Sebagai konsumen, kita sering dikenai pajak atas barang atau jasa yang kita beli,
misalnya kalau kita makan dirumah makan, menginap di hotel, atau jika kita
membeli barang-barang tertentu misalnya mobil. Pajak ini disebut Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atau pajak penjualan. Tarif pajak ditetapkan atas dasar
persentase tertentu dari harga jual. Pihak penjual (pabrikan) memungut pajak
tersebut dari pembeli pada saat penjualan terjadi dan secara periodik (biasanya
secara bulanan) menyetorkannya ke kas negara. Dengan demikian, pajak yang
dipungut dari pembelil untuk disetorkan ke kas negara ditinjau dari pihak penjual
merupakan utang kepada negara yang disebut utang pajak PPN. Sebagai contoh,
misalnya pada tanggal 25 Maret 2012, PT BBM mejual barang seharga Rp
10.000.000,- atas penjualan barang tersebut, PT BBM memungut pajak PPN
sebasar 10%, sehingga jumlah kas yang diterima dari pembeli menjadi Rp
11.000.000,- jurnal yanng dibuat oleh PT BBM atas transaksi penjualan diatas
adalah sebagai berikut:
2012
Mar. 25 Kas Rp. 11.000.000
Penjualan Rp 10.000.000
Utang PPn Rp 1.000.000
(untuk mencatat penjualan
dan utang PPn)
Apabila PT BBM menyetorkan potongan-potongan pajak tersebut ke kas negara,
maka akun utang PPn di debet dan akun kas di kredit. Dengan demikian, PT BBM
hanya bertindak sebagai pemungut pajak mewakili negara. Dalam hukum pajak,
perusahaan seperti PT BBM disebut wajib pungut.
Pajak tersebut tidak dilaporkan oleh PT BBM sebagai beban, karena PT BBM
tidak menanggung beban apapun atas pembayaran tersebut. Dalam hal ini pembeli
yang dibebani oleh pajak negara. Apabiila pajak tidak dicatat secara terpisah, maka
pendapatan penjualan harus dipecah menjadi pendapatan penjualan (setelah
dikurangi pajak) dan utang pajak. Dalam contoh diatas, apabila penjualan dicatat
dengan jumlah Rp 11.000.000,- maka dari jumlah tersebut 100/110 bagian atau Rp
10.000.000 menjadi pendapatan penjualan dan 10/110 bagian atau Rp 1.000.000,-
menjadi utang pajak.
Perilaku seperti diatas berlaku juga untuk jenis pajak lain selain pajak PPn (jika
ada), yang pemungutannya pada pembeli diserahkan oleh negara kepada
perusahaan selaku wajib pungut. Dengan demikian utang pajak tidak lain adalah
jumlah pungutan pajak dari pembeli yang menjadi kewajiban perusahaan untuk
menyetorkannya ke kas negara.
Kas Rp 22.000.000
Penjualan Rp 20.000.000
Utanng PPN 2.000.000
10
Perhitungan: PPN =110 𝑥 𝑅𝑝 22.000.000 = 𝑅𝑝 2.000.000
Pada saat menyetorkan PPN tersebut ke kas negara, dibuat jurnal sebagai berikut:
Prosedur yang sama digunakan juga untuk menghitung biaya-biaya lain yang
masih akan dibayar.
C. Taksiran Utang
Biasanya jumlah kewajiban dari suatu utang sudah dapat ditentukan, baik dari
kontrak maupun dari perhitungan dengan dasar suatu tarif tertentu. Akan tetapi, tidak
semua utang dapat ditentukan jumlahnya, kadanng-kadang terdapat utnag-utang yang
sudah jelas harus dibayar, tetapi pada tanggal neraca jumlahnya masih belum pasti.
Karen ajumlahnya masih belum jelas, tetapi kewajibannya sudah pasti maka pada
tanggal neraca dilakukan pertibangan jumlah kewajiban dengan cara taksiran.
Taksiran utang ini mungkin dikelompokkan sebagai utang jangka pendek atau
jangka panjang, tergantung pada saat pelunasan utang tersebut. Jika pelunasannya
segera, maka dikelompokkan sebagai utang jangka pendek, tetapi jika pelunasannya
akan dilakukan beberap periode yang akan datang maka dikelompokkan sebagai utang
jangka panjang.
Beberapa jenis taksiran utang jangka pendek yang nampak dalam neraca adalah:
1. Taksiran Utang Pajak Penghasilan
Pada akhir periode sesudah diketahui laba yang diperoleh, diperlukan untuk
menaksir besarnya pajak penghasilan yang akan menjadi beban tahun yang
bersangkutan. Besarnya pajak biasanya ditaksir dengan cara mengalikan tarif pajak
yang berlaku dengan jumlah laba. Sesudah taksiran pajak ini dihitung, akan dicatat
dengan jurnal yang mendebit rekening pajak penghasilan dan dikreditkan ke
rekening utang pajak penghasilan.
2. Taksiran Utang Hadiah yang Beredar
Kadang-kadang ditawarkan hadiah atas pembelian barang-barang tertentu.
Hadiah-hadiah ini merupakan biaya untuk periode dimana penjualan barang-barang
tersebut terjadi. Apabila hadiah-hadiah itu habis waktunya pada akhir periode maka
tidak perlu dibuat jurnal penyesuaian. Tetapi apabila jangka waktu pengambilan
hadiah melampaui suatu periode akuntansi, maka pada akhir tahun dibuat jurnal
penyesuaian yang mendebit rekening biaya hadiah penjualan dan mengkredit
rekening utang hadiah yang beredar. Jumlah utang hadiah yang beredar ini dihitung
dengan cara taksiran dari jumlah penjualan.