Document PDF
Document PDF
Oleh
WINNER CLINTON SILALAHI
11 02 048
Oleh
WINNER CLINTON SILALAHI
11 02 048
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dan dicantumkan dalam
naskah ini daan yang disebutkan dalam daftar pustaka.
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Winner Clinton Silalahi
2. Tempat Tanggal Lahir : Dolok Sanggul, 03 November 1992
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Anak Ke : Keempat Dari Empat Bersaudara
6. Status Pernikahan : Belum Menikah
7. Alamat : Jl. Siliwangi No. 116 Dolok Sanggul
8. Hp : 0813 7744 4006
9. Email : Silalahiw@rocketmail.com
C. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1997-1999 : TK Santo Yosep Dolok Sanggul
2. Tahun 1999-2004 : SD Santa Maria Dolok Sanggul
3. Tahun 2004-2007 : SLTP Santa Lusia Dolok Sanggul
4. Tahun 2007-2010 : SMA Methodist 2 Medan
5. Tahun 2011-2015 : Saat Ini Sedang Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara
ii
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPEWATAN & KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
ABSTRAK
Salah satu cara penanggulangan tuberculosis paru yaitu dengan melakukan pendidikan kesehatan, dengan
pemberian pendidikan kesehatan ini akan mengubah pengetahuan dan perilaku masyarakat, sehingga
masyarakat dapat menanggulangi tuberculosis paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan pada pasien TB paru terhadap keluarga
diRSUD Dolok Sanggul Tahun 2015.Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan
rancangan one-group pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota keluarga
TB paru yang dirawat di RSUD Dolok Sanggul sebanyak 264 orang pertahun. Teknik Pengambilan
sampel dilakukan dengan purposive sampling sebanyak 30 orang.Hasil penelitian dengan uji statistic Mc.
Nemar didapatkan p value = 0,008 (P<0,05) berarti menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun
2015. Oleh karena itu diharapkan agar dapat menjadi panduan pelayanan kesehatan khususnya bagi
perawat untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan informasi tentang
tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru.
iii
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY
SARI MUTIARA INDONESIA OF UNIVERSITY
Scription, August2015
Winner Clinton Silalahi
Effect of Health Education Preventive Measures Against Pulmonary TBT ransmissionin Patients
Against Family At RSUD Dolok Sanggul 2015.
xi + 43pages + 5 tables + 1 chart + 13 enclosures
ABSTRACT
One way of overcoming pulmonary tuberculosis is conducting health education, the provision of health
education will change knowledge and behavior of society, so that people can cope with pulmonary
tuberculosis. The aims of this study was to determine the effect of health education on preventive
measures in patients with pulmonary TB transmission to family at RSUD Dolok Sanggul2015.Desain
study is a quasi experimental design with one-group pre-post test design. The population in this study are
all members of the family of pulmonary TB were treated at RSUD Dolok Sanggul as many as 30 people
per month. Mechanical Sampling is done by sampling a total of 30 people. Research results with
statistical tests Mc. Nemar obtained p value = 0.008 (P <0.05) means showed that the effect of health
education on preventive measures of pulmonary TB transmission atRSUD Dolok Sanggul2015.
Therefore, it can be expected that guide health services, especially for the nurses to be able to increase the
knowledge society by providing information on preventive measures of pulmonary TB disease
transmission.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada peneliti, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Pada Anggota
Keluarga Di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015”.
v
9. Para dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
10. Terimakasih kepada seluruh staff RSUD Dolok Sanggul yang telah membantu
peneliti dalam penyelesaian skripsi ini
11. Terimakasih kepada orang tua peneliti Redia Lumban Gaol (Ibu), Alm. Dapot
Silalahi (ayah) yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian kepada peneliti
dan menjadi inspirasi bagi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Teman – teman seperjuangan di PSIK yang telah banyak membantu peneliti.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi penelitian ini masih banyak kekurangan,
dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.
vi
DAFTAR ISI
Hal
PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN ........................................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR SKEMA.......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................... 4
1. Tujuan Umum.................................................................. 4
2. Tujuan Khusus................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian................................................................. 5
vii
10. Kebijakan Program Penanggulangan Tuberkulosis Di
Indonesia ......................................................................... 24
11. Tujuan Penanggulangan Tuberkulosis ............................ 25
D. Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat ................... 26
E. Kerangka Konsep .................................................................. 27
F. Hipotesis ................................................................................ 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Hal
ix
DAFTAR SKEMA
Hal
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi
dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Widiastuti, 2012). TB Tuberkulosis
merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan
lingkungan dan perilaku masyarakat. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang ditularkan melalui udara yaitu
percikan ludah,bersin dan batuk (Laban,2008).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2012 menunjukkan prevalensi
TBC paru cenderung meningkat .Prevalensi TB paru lebih tinggi dipedesaan
dibandingkan perkotaan dan lebih tinggi prevalensi TB paru pendidikan rendah
dibandingkan pendidikan tinggi. Diindonesia ada beberapa provinsi yang
mempunyai prevalensi TB paru diatas prevalensi nasional yaitu, Nanggroe Aceh
Darussallam, Sumatera Barat,RIAU, KI Jakarta, jawatengah, Yogyakarta,
Kalimantan selatan, Sulawesi tengah, Sulawesi tenggara, papuabarat (Depkes,2013).
1
2
Sejak tahun 1990-an WHO dan International Union Agains Tuberculosis and Lung
Disease (IUATLD) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang
dikenal sebagai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dan telah
terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif(cost-
efective). Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat menekan
penularan, juga mencegah berkembangnya Multi Drugs Resistance Tuberculosis
3
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti, data yang diperoleh
dari RSUD Dolok Sanggul penderita TB paru yang dirawat di RSUD DolokSanggul,
pada Tahun 2014 sebanyak 264 orang, dari hasil observasi yang dilakukan peneliti
ditemukan 8 dari 10 anggota keluarga pasien yang diwawancarai banyak yang tidak
mengetahui pencegahan penularan dari TB paru, bahkan pendidikan kesehatan
anggota keluarga belum tahu tentang bagaimana tindakan pencegahan penularan TB
paru. Sehingga karena faktor tidak tahu, maka keluarga kurang memperhatikan
4
kesehatan dirinya tentang tanda, gejala dan penularan yang dialami dan
menganggap hal tersebut hanya masalah biasa pada anggota keluarga dalam
pencegahan dan pengobatannya
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan
pencegahan penularan pada pasien TB paru terhadap keluarga di RSUD Dolok
Sanggul Tahun 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tindakan pencegahan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan
b. Mengidentifikasi tindakan pencegahan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan
5
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
Memberikan informasi kepada pasien terkait tentang pentingnya tindakan
pencegahan TB paru, agar tidak terinfeksi pada anggota keluarga sehat.
3. Praktik Pelayanan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan pelayanan kesehatan untuk
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan
informasi tentang tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru.
4. Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya, yang dapat dijadikan
sebagai bahan referensi tambahan, dan peneliti menyarankan agar melanjutkan
penelitian ini mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan
Pencegahan Penularan TB Paru pada keluarga..
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan.secara umum adalah segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok,
atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input
(sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil
yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku
kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan.(Notoadmojo, 2012).
6
7
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi
baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang
didapatnya.
c. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat
sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
d. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-
orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat
dengan penyampai informasi.
ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk
pendekatannya yaitu :
1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)
2) Wawancara
5. Media Pendidikan
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-alat bantu
tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoadmojo, 2012) :
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan yang
diterima oran lain
e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan
9
Pengobatan harus teratur untuk menjamin bahwa kadar obat yang diinginkan
dalam tubuh tercapai.Semua tahapan pengobatan harus dijalani dengan
lengkap; bila tidak pasien dapat kembali jatuh sakit dengan keadaan yang
lebih parah daripada sebelumnya obat harus dijauhkan dari jangkauan anak-
anak,yang mungkin memakannya karena mirip gula-gula dan dapat meracuni
mereka.
11
2. Pendidikan Khusus
Pasien tuberkulosis atau lepra yang harus minum obat selama beberapa bulan
perlu diberi banyak penjelasan dan dorongan. Mereka harus tetap minum
tabletnya walaupun mereka sudah merasa lebih baik, bila tidak penyakitnya akan
kambuh lagi.
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TB
Paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman
dan memperhatikan ventilasi,sebab ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi
pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap
segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga, hindari kebiasaan merokok,meningkatkan resiko
untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. (Achmadi, 2005).
2. Patofisiologi
Penyakit TB paru disebabkan oleh kuman mycobacteriumtuberculosis yang
menyerang orang sehat melalui droplet atau percikan dahak pada waktu
13
3. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium
tuberculosis ini, menyebabkan kerusakan terutama pada paru, menimbulkan
gangguan berupa batuk, sesak napas,bahkan dapat menyebar ke tulang, otak, dan
organ lainnya. Bila dibiarkan, kuman ini dapat menggerogoti tubuh dan
menyebabkan kematian. Saat ini tuberkulosis merupakan penyakit menular
penyebab kematian utama di Indonesia
udara padasuhu selama beberapa jam.Jika infeksi lebih buruk, gejala yang
akantimbul yaitu :dada sakit, batuk dengan mengeluarkan dahak atau
darah,napas pendek.
b. Jenis Kelamin
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang lakilaki.Pada
tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat
dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada
laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB
paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita
TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada
laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar
mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB
paru.
c. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan
dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang
15
d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel
debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada
saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernafasan dan umumnya TB Paru. (Corwin,2009).
e. Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko
untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis
kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko
untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. (Achmadi, 2005).Prevalensi
merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi
16
pada lakilaki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan
adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB
Paru. (Darmanto, 2007).
f. Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizikurang
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru beratdibandingkan
dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih.Kekurangan gizi pada
seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatandaya tahan tubuh dan respon
immunologik terhadap penyakit. Statusgizi, ini merupakan faktor yang
penting dalam timbulnya penyakittuberculosis ( Isselbacher,2009).
g. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadisetelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
2010).Penginderaan terjadi melalui pancaindramanusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa danraba (Notoatmodjo, 2010).
h. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga
agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di
dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/
bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB Paru (Somantri, 2007).
Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi
aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar
tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum (Corwin,
2009).
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi
sebesar 10% dari luas lantai.Untuk luas ventilasi permanen minimal 5%
dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari
luas lantai. Udara segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan
kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 22°-30°C
dari kelembaban udara optimum kuranglebih 60% (Tambayong, 2000).
i. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela
kaca minimum 20% luas lantai.Jika peletakan jendela kurang baik atau
kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca.Cahaya ini sangat penting
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya
18
basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk
cahaya yang cukup.(Somantri, 2007)
k. Kondisi Rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularanpenyakit TB
Paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempatperkembang biakan
kuman.Lantai dan dinding yag sulit dibersihkanakan menyebabkan
penumpukan debu, sehingga akan dijadikansebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kumanMycrobacterium tuberculosis (Tambayong, 2000).
6. Manifestasi Klinis
Sebagian besar orang yang mengalami infeksi primer tidak menunjukkan gejala
yang berarti.Namun, pada penderita infeksi primer yang menjadi progresif dan
sakit (3-4% dari yang terinfeksi), gejalanya berupa gejala umum dan gejala
respiratorik.Perjalanan penyakit dan gejalanya bervariasi tergantung pada umjur
dan keadaan penderita saat terinfeksi.Gejala umum berupa demam dan
malaise.Demam timbul pada petang dan malam hari disertai dengan
19
Gejala respiratorik berupa batuk kering atau pun batuk produktif merupakan
gejala yang paling sering terjadi.Dan merupakan indicator dan sensitive untuk
penyakit tuberculosis paroktif.Batuk ini sering bersifat persistem karena
perkembangan penyakitnya lambat.Gejala sesak napas timbul jika terjadi
pembesaran nodus limfa pada hilus yang menekan bronkus, atau terjadi efusi
fleura, ekstensi radang paremkim atau millyar. Nyari dada biasanya bersifat
nyeri pleuretik karena terlibatnya pleura dalam proses penyakit.
Pada reaktivitas tuberculosis, gejala berupa demam menetap yang naik dan
turun, berkeringat pada malam hari yang menyebabkan basah kuyup, batuk
kronik dan hemoptisis.Fase lanjut diagnosis lebih mudah ditegak melalui
pemeriksaan fisik, terdapat demam, penurunan berat badan, mengi, dan suara
bronchial (R.Darmanto Djojodibroto, 2012).
8. Diagnosis
Kuman Mikobakteruim tuberculosis sebagian besar terdiri atas asam lemak
(lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomanan.Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan asam (asam alhohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan juga tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.Kuman dapat tahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini terjadi karena
kuman berada dalam sifat dormant sehingga dapat timbul kembali menjadi
tuberkulosis paru aktif.
b. Pemeriksaan Fisik
Tanda dan gejala tuberculosis paru didapatkan pada 90% penderita dengan
BTA positif.Penderita dengan BTA negatif hanya 50 % menunjukkan
gejala.Kadang-kadang demam yang tidak diketahui sebabnya merupakan
satu-satunya tanda atau gejala tuberculosis paru.Pada tuberkulosis primer
tidak ditemukan gejala yang spesifik, hanya memperlihatkan gejala seperti
flu.Pada tuberkulosis milier tidak juga terdapat gejala yang spesifik karena
perjalanan penyakit yang gradual. Secara umum gejala penderita
tuberkulosis paru adalah batuk berdahak dan kadang-kadang batuk berdarah,
lesu, dan sesak nafas, berkeringat dingin pada waktu malam hari tanpa ada
kegiatan, demam lebih dari 1 bulan, nafsu makan dan berat badan menurun.
c. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan secara mikroskopis dengan pengecatan Ziehl Nelsen dari dahak
dilakukan pada setiap penderita tersangka tuberkulosis paru yang datang ke
unit pelayanan kesehatan.Pemeriksaan dahak BTA merupakan pemeriksaan
yang terpenting, bukan saja untuk memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi
untuk mengidentifikasi sumber penularan, karena hanya penderita yang
dahaknya ditemukan BTA yang mempunyai potensi menular.
Walaupun pemeriksaan ini sangat spesifik, tetapi tidak cukup sensitif, karena
hanya 30-70 % saja penderita tuberculosis paru yang dapat di diagnosis
berdasarkan pemeriksaan bakteriologis.Hal ini sangat tergantung dari
kualitas laboratorium danpemeriksa.Pada anak pemeriksaan bakteriologi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan bilas lambung (gastric lavage) 3 hari berturut-
turut, minimal 2 hari.Hasil bakteriologi sebagian besar negatif.Sedangkan hasil
biakan memerlukan waktu sekitar 6-8 minggu.
d. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini berguna pada penderita suspek yang belum pernah diobati
sebelumnya dengan hasil pemeriksaan dahaknya negatif.Namun hal tersebut
harus dibaca oleh seorang dokter yang berpengalaman supaya hasilnya dapat
22
Ada sebagian besar pasien yang tidak menunjukkan adanya basil tuberculosis
pada pemeriksaan bakteriologiknya, namun gejala klinis dan foto toraksnya
mengarah kepada gejala tuberculosis.Pada pasien yang seperti ini, tidak dapat
ditegakkan diagnosis pasti. Agar pasien tersebut dapat diberi terapi sesuai
dengan penyakit TB dan penularan penyakitnya terbatas, perlu dibuat cara
klasifikasi khusus untuk diagnosis TB paru. Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan sebagai rumah sakit rujukan nasional untuk penyakit paru telah
membuat klasifikasi untuk pasien yang berkaitan atau pernah berkaitan dengan
tuberculosis paru, yaitu sebagai berikut :
a. TB Paru
Diagnosis seperti ini ditegakkan jika semua hasil prosedur diagnostic yang
dilakukan mendukung ( diagnosis pasti). Prosedur diagnostic TB adalah
anamnesis, pemeriksaan fisik, foto toraks, serta hasil pemeriksaan
bakteriologik.Pasien yang didiagnosis sebagai TB paru harus diobati secara
adekuat.
2) Psikologis.
Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karenabatuk
yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yangkurang
menyenangkan.
3) Sosial
Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan
keadaanpenyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya
b. Jangka Pendek
1) Tercapainya angka kesembuhan minimal 85 % dari semua penderita baru BTA
positif yang ditemukan.
2) Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap sehingga pada tahun
2012 dapat mencapai 70 % dari perkiraan semua penderita baru BTA positif.
26
Penelitian yang dilakukan oleh Arimas Bramantyo dengan judul Hubungan Status
Gizi Anak, Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Anak, Tingkat
Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi dengan Keberhasilan Pengobatan
Tuberculosis Pada Anak di Puskesmas Pisangan Tahun 2009-2010. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah
anak penderita TBC yang berumur kurang lebih 15 tahun dan ibu penderita.Cara
pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data ini
dianalisis dengan uji kolmogorov-sminov, chi-aquare dan Fisher-Exact sebgaia
alternatifnya (p<0,05). Hasil yang menunjukkan terdapat hubungan status gizi anak
terhadap keberhasilan pengobatan TB paru anak (p=0,047), ada hubungan tingkat
pendidikan ibu terhadap keberhasilan pengobatan TB paru anak (p=0,037) dan tidak
ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi terhadap keberhasilan
pengobatan TB paru anak (p=0,273). Terdapat hubungan antara status gizi anak dan
tingkat pendidikan terhadap keberhasilan pengobatan TB paru anak.
27
E. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Skema 2.1
Kerangka Konsep
F. Hipotesis Penelitian
Ha : Adanya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan
PencegahanPenularan TB Paru Di Dolok Sanggul Tahun 2015.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimen dengan
rancangan One Group Pretest-Posttest design.Pada responden akan dilakukan
penilaian dalam pemberian pendidikan kesehatan dengan pembagian
kuisioner,kemudian dilakukan pemberian pendidikan kesehatan dengan
menggunakan kuisioner. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan menurut
Dharma,K.K, 2013 sebagai berikut :
Tabel 2.2
Rancangan Penelitian
Subjek Pre Intervensi Post
K O I OI
Keterangan :
K : Subjek Penelitian
I : Intervensi
OI : Observasi setelah intervensi
O : Observasi awal
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga TB Paru yang akan
28
29
b. Kriteria Ekslusi
Responden tanpa adanya penyakit penyerta
n=
, , ( , )
n= ,
, , ( , )
n= ,
, ,
n=
,
,
n= ,
= 30
Keterangan :
1. Proporsi penyakit yang akan dicari, P (dari pustaka 0,02)
2. Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki, d (ditetapkan, 0,05)
3. Tingkat kemaknaan, a (ditetapkan 1,96)
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dolok Sanggul Tahun 2015.
D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus Tahun 2015
30
F. Aspek Pengukuran
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diajukan
secara tertulis kepada responden untuk mengumpulkan data yang diperlukan oleh
peneliti.Alat pengumpulan data dipakai dengan menggunakan kuesioner untuk
wawancara dan observasi.Untuk mengukur tindakan upaya pencegahan terdiri dari
20 pertanyaan.Jawaban“Ya” diberinilai 1 dan jawaban “Tidak” diberinilai 0.Maka
skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Untuk mengukur rentang
digunakan rumus Sudjana :
P=
Maka:
P=
P=
P= 10
31
H. Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan
dengan etik.Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak responden harus
dilindungi. Pada penelitian ini, maka peneliti mendapatkan surat pengantar dari
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. Kemudian surat diserahkan kepada
Rumah Sakit Umum Dolok Sanggul untuk mendapatkan persetujuan penelitian dan
perolehan data terkait populasi dan sampel yang dibutuhkan. Setelah mendapatkan
persetujuan, baru melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi
:
1. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)
Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden
mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan terjadi
selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, mereka harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti berhak
menghormati hak-hak responden.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin
kerahasiaannya Hanya kelompok data yang akan disajikan atau dilaporkan pada
hasil penelitian.
2. Analisa Data
Analisa data penelitian, melalui prosedur bertahap yaitu :
a. AnalisisUnivariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi
responden serta menggambarkan variabel bebas dan variabel terikat.
b. Analisis Bivariat
Adalah analisa yang digunakan untuk melihat pengaruh dua variable yang
meliputi variable bebas (independent) dan variable terikat (dependen). Data
yang diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan pendidikan kesehatan
tentang tindakan pencegahan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan Uji Mc Nemar dengan
nilaiα=0,05.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
RSU Doloksanggul terletak di Jl. RS menerima pelayanan kesehatan berupa
rawat jalan dan rawat inap.RSUD. Dolok sanggul merupakan sebuah rumah
sakit tipe “C” yang menerima pasien rawat inap dan melayani selama 24 jam
secara terus menerus yang memiliki kapasitas kurang lebih 200 orang pasien.
Ruang rawat inap RSU Dolok sanggul tahun 2015 terdiri dari Lt.1 (ICU), rawat
lama yaitu Tulip 1, Tulip 2, Tulip 3, Anggrek 1, Anggrek 2, Melati 2 untuk
pasien bedah, Melati 3 untuk pasien TB Paru, rawatan baru RB 1, RB 2, untuk
pasien kelas 3. Lt.II (Neonati), ruang anak.Rumah sakit ini juga tidak hanya
menerima pasien umum, tetapi menerima pasien yang menggunakan kartu
kesehatan gratis, seperti Jaminan Pelayanan Kesehatan medis, Askes dan lain-
lain.
35
35
2. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik
RespondenDi RSUD Dolok Sanggul
Tahun 2015 (n=30)
Karakteristik Kategorik n
Umur 25-30 Tahun 17
31-36 Tahun 8
37-41 Tahun 5
Jenis Kelamin Laki-Laki 12
Perempuan 18
Pekerjaan Wiraswasta 11
PNS 10
Peg. Swasta 9
Sebelum
n %
Tidak Baik 19 63,3
Baik 11 36,7
Sesudah
n %
Tidak Baik 7 23,3
Baik 23 76,7
3. Analisa Bivariat
a. Tabulasi Silang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan
Pencegahan Penularan TB Paru
Tabel 4.4
Tabulasi Silang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan
Pencegahan Penularan TB Paru Di RSUD Dolok Sanggul
Tahun 2015 (n=30)
B. Pembahasan
1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil
a. Analisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan
Pencegahan Penularan TB Paru
Berdasarkan hasil penelitian sebelum dan setelah diberikan pendidikan
kesehatan didapat bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan mayoritas
responden memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan
kategori tidak baik sebanyak 19 orang (63,3%), dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan
penularan TB paru dengan kategori baik sebanyak 23 orang (76,7%).
Hal ini sesuai dengan teori Enjang (2010), semakin rendah pengetahuan
penderita atau keluarganya tentang bahaya penyakit TB paru untuk dirinya
sendiri, keluarga, ataupun masyarakat, maka semakin besar bahaya si
penderita sebagai sumber penularan baik di rumah maupun di masyarakat
sekitarnya. Sebaliknya, pengetahuan yang baik tentang pencegahan
penularan penyakit TB paru akan menolong masyarakat dalam
menghindarinya. Untuk itu diperlukan penyuluhan tentang TB paru karena
38
(melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi
atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan dalam hal ini tindakan
pencegahan penularan TB paru untuk menghindari penularan TB paru dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan
(Notoadmojo, 2012).
Begitu juga dengan hasil studi yang dilakukan Puji (2009), tentang pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tindakan pecegahan penularan diare pada
balita di Desa Purworejo. Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa ada
pengaruh yang signifikan atas pemberian pendidikan kesehatan terhadap
tindakan pecegahan penularan diare pada balita di Desa Purworejo dengan
nilai p value = 0,000 (p < 0,05).
2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini juga masih memiliki keterbatasan – keterbatasan. Dengan
keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang
akan datang. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu :
41
Ada banyak responden yang tidak mengerti bahasa Indonesia dengan baik
sehingga dalam penelitian peneliti kesusahan dalam melakukan penelitian dalam
hal menjelaskan materi pendidikan kesehatan yang diberikan dan demikian juga
dalam pengumpulan data peneliti kesusahan dalam mengumpulkan kuesioner
karena ada banyak responden yang tidak mengerti tentang pengisian kuesioner,
dan hal ini membuat waktu penelitian semakin lama.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun 2015,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mayoritas responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan memiliki
tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori tidak baik sebanyak
11 orang (63,3%)
2. Mayoritas responden setelah diberikan pendidikan kesehatan memiliki tindakan
pencegahan penularan TB paru dengan kategori baik sebanyak 23 orang
(76,7%).
3. Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan
penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun 2015, dengan P value =
0,008 (P<0,05)
B. Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan agar selalu menjaga kesehatan lingkungan, kondisi ruangan tidak
pengap, terdapat ventilasi dalam rumah, meludah pada tempat yang sudah
tersedia misalnya dengan menggunakan kaleng/ember kecil yang berisikan
dengan disinfektan atau air sabun, makan makanan yang bergizi agar kebutuhan
nutrisi terpenuhi, dan yang lebih penting minum obat secara teratur agar
penyakit tuberkulosis tidak kambuh lagi dan pengobatannya berhasil.
42
43
KUISIONER
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINDAKAN
PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU PADA ANGGOTA
KELUARGA DI RUMAH SAKIT UMUM
DOLOK SANGGUL TAHUN 2015
I. Data Demografi
No. Responden :
Umur Responden :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan Responden :
Suku :
SAP
TB PARU
Frequencies
Statistics
Tindakan Tindakan
Pencegahan Pencegahan Setelah
Sebelum Diberikan Diberikan
Kategori Umur Pendidikan Pendidikan
Responden Jenis Kelamin Kesehatan Kesehatan
N Valid 30 30 30 30
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
Kategori Umur Responden
Jenis Kelamin
Pekerjaan
NPar Tests
McNemar Test
Crosstabs
Tindakan Pencegahan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan & Tindakan Pencegahan Setelah
Diberikan Pendidikan Kesehatan
Tidak Baik 4 15
Baik 3 8
b
Test Statistics
N 30
a
Exact Sig. (2-tailed) .008
b. McNemar Test