Anda di halaman 1dari 78

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU
PADA ANGGOTA KELUARGA DI RSUD
DOLOK SANGGUL TAHUN 2015

Oleh
WINNER CLINTON SILALAHI
11 02 048

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU
PADA ANGGOTA KELUARGA DI RSUD
DOLOK SANGGULTAHUN 2015

Proposal ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelarSarjana Keperawatan (S.Kep)


di Program Studi Ners Fakultas Keperawatan & Kebidanan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

Oleh
WINNER CLINTON SILALAHI
11 02 048

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN & KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN 2015
PERNYATAAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP


TINDAKAN PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU
PADA ANGGOTA KELUARGA DI RSUD
DOLOK SANGGULTAHUN 2015

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi dan sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis dan diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis dan dicantumkan dalam
naskah ini daan yang disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan , Agustus 2015

Winner Clinton Silalahi

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
1. Nama : Winner Clinton Silalahi
2. Tempat Tanggal Lahir : Dolok Sanggul, 03 November 1992
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Kristen Protestan
5. Anak Ke : Keempat Dari Empat Bersaudara
6. Status Pernikahan : Belum Menikah
7. Alamat : Jl. Siliwangi No. 116 Dolok Sanggul
8. Hp : 0813 7744 4006
9. Email : Silalahiw@rocketmail.com

B. DATA ORANG TUA


Nama Ayah : Alm. Dapot Silalahi
Pekerjaan : PNS
Agama : Kristen Protestan
Nama Ibu : Redia Lumban Gaol
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Kristen Protestan

C. Riwayat Pendidikan
1. Tahun 1997-1999 : TK Santo Yosep Dolok Sanggul
2. Tahun 1999-2004 : SD Santa Maria Dolok Sanggul
3. Tahun 2004-2007 : SLTP Santa Lusia Dolok Sanggul
4. Tahun 2007-2010 : SMA Methodist 2 Medan
5. Tahun 2011-2015 : Saat Ini Sedang Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara

ii
PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPEWATAN & KEBIDANAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Skripsi, Agustus 2015


Winner Clinton Silalahi
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan Pada Pasien TBParu
Terhadap Keluarga DiRSUD Dolok Sanggul Tahun 2015.
xi+ 43 hal + 5 tabel+ 1 skema + 13 lampiran

ABSTRAK
Salah satu cara penanggulangan tuberculosis paru yaitu dengan melakukan pendidikan kesehatan, dengan
pemberian pendidikan kesehatan ini akan mengubah pengetahuan dan perilaku masyarakat, sehingga
masyarakat dapat menanggulangi tuberculosis paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan pada pasien TB paru terhadap keluarga
diRSUD Dolok Sanggul Tahun 2015.Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan
rancangan one-group pre-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota keluarga
TB paru yang dirawat di RSUD Dolok Sanggul sebanyak 264 orang pertahun. Teknik Pengambilan
sampel dilakukan dengan purposive sampling sebanyak 30 orang.Hasil penelitian dengan uji statistic Mc.
Nemar didapatkan p value = 0,008 (P<0,05) berarti menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian
pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun
2015. Oleh karena itu diharapkan agar dapat menjadi panduan pelayanan kesehatan khususnya bagi
perawat untuk dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan informasi tentang
tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru.

Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Tindakan Pencegahan Penularan, Pasien TB Paru.


Daftar Pustaka : 21 (2005-2013)

iii
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF NURSING & MIDWIFERY
SARI MUTIARA INDONESIA OF UNIVERSITY

Scription, August2015
Winner Clinton Silalahi
Effect of Health Education Preventive Measures Against Pulmonary TBT ransmissionin Patients
Against Family At RSUD Dolok Sanggul 2015.
xi + 43pages + 5 tables + 1 chart + 13 enclosures

ABSTRACT
One way of overcoming pulmonary tuberculosis is conducting health education, the provision of health
education will change knowledge and behavior of society, so that people can cope with pulmonary
tuberculosis. The aims of this study was to determine the effect of health education on preventive
measures in patients with pulmonary TB transmission to family at RSUD Dolok Sanggul2015.Desain
study is a quasi experimental design with one-group pre-post test design. The population in this study are
all members of the family of pulmonary TB were treated at RSUD Dolok Sanggul as many as 30 people
per month. Mechanical Sampling is done by sampling a total of 30 people. Research results with
statistical tests Mc. Nemar obtained p value = 0.008 (P <0.05) means showed that the effect of health
education on preventive measures of pulmonary TB transmission atRSUD Dolok Sanggul2015.
Therefore, it can be expected that guide health services, especially for the nurses to be able to increase the
knowledge society by providing information on preventive measures of pulmonary TB disease
transmission.

Keywords : Health Education, PrecautionsTransmission, Pulmonary TB.


References : 21 (2005-2013)

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada peneliti, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Pada Anggota
Keluarga Di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015”.

Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan


pendidikan pada Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas
Sari Mutiara Indonesia Tahun 2015. Selama proses penyusunan skripsi penelitian ini,
begitu banyak bantuan, nasehat, dan bimbingan yang peneliti terima demi kelancaran
penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu :
1. Parlindungan Purba, SH, MH, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Indonesia.
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M. Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia.
3. Ns. Janno Sinaga, M. Kep, Sp. KMB, selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan.
4. Ns. Rinco Siregar, MNS, selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Keperawatan
dan Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
5. Ns. Henny Syapitri M.Kep, selaku Ketua Penguji yang telah membimbing peneliti
dengan sabar, tekun dan bijaksana dan sangat cermat memberikan masukan dan
motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Ns. Bunga Purba, M.Kep, selaku Penguji I yang telah membimbing peneliti dengan
sabar, dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Ns. Edriyani Simanjuntak, S.Kep, selaku Penguji II yang telah membimbing
peneliti dengan sabar, dan memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Ns. Agnes Marbun S.Kep, selaku PengujiIII yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk membimbing peneliti dengan sabar, membantu, serta memberikan
banyak masukan dalam penyelesain skripsi ini.

v
9. Para dosen dan staff di lingkungan Program Studi Ners Fakultas Keperawatan dan
Kebidanan Universitas Sari Mutiara Indonesia.
10. Terimakasih kepada seluruh staff RSUD Dolok Sanggul yang telah membantu
peneliti dalam penyelesaian skripsi ini
11. Terimakasih kepada orang tua peneliti Redia Lumban Gaol (Ibu), Alm. Dapot
Silalahi (ayah) yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian kepada peneliti
dan menjadi inspirasi bagi peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
12. Teman – teman seperjuangan di PSIK yang telah banyak membantu peneliti.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi penelitian ini masih banyak kekurangan,
dengan demikian peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Agustus 2015


Peneliti

Winner Clinton Silalahi

vi
DAFTAR ISI
Hal

PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN ........................................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... ii
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
ABSTRACT ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR SKEMA.......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian................................................................... 4
1. Tujuan Umum.................................................................. 4
2. Tujuan Khusus................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian................................................................. 5

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Pendidikan Kesehatan............................................................ 6
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan ................................... 6
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ......................................... 6
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendidikan
Kesehatan ............................................................................... 6
4. Metode Pendidikan Kesehatan.............................................. 7
5. Media Pendidikan .................................................................. 8
B. Pendidikan Kesehatan Yang Diberikan Untuk Mencegah
Penularan TB Paru.................................................................. 10
1. Peranan Keluarga Dalam Penyakit TB Paru.................... 10
2. Pendidikan Khusus .......................................................... 11
3. Pencegahan TB Pada Keluarga........................................ 11
C. Konsep Dasar TB Paru .......................................................... 12
1. Pengertian ........................................................................ 12
2. Patofisiologi..................................................................... 12
3. Etiologi ............................................................................ 13
4. Tanda dan gejala.............................................................. 13
5. Faktor Penyebab TB Paru................................................ 14
6. Manifestasi Klinis............................................................ 18
7. Cara Penularan Terhadap Anggota Keluarga .................. 19
8. Diagnosis ......................................................................... 20
9. Dampak TB Paru Kepada Anggota Keluarga ................. 23

vii
10. Kebijakan Program Penanggulangan Tuberkulosis Di
Indonesia ......................................................................... 24
11. Tujuan Penanggulangan Tuberkulosis ............................ 25
D. Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat ................... 26
E. Kerangka Konsep .................................................................. 27
F. Hipotesis ................................................................................ 27

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ................................................................... 28
B. Populasi dan Sampel.............................................................. 28
1. Populasi ........................................................................... 28
2. Sampel ............................................................................. 28
C. Lokasi Penelitian ................................................................... 29
D. Waktu Penelitian ................................................................... 29
E. Definisi Operasional .............................................................. 30
F. Aspek Pengukuran ................................................................ 30
G. Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data.................................. 31
H. Etika Penelitian...................................................................... 31
I. Pengolahan Data Dan Analisa Data....................................... 32
1. Pengolahan Data ........................................................ 33
2. Analisa Data .............................................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian...................................................................... 34
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................. 34
2. Analisa Univariat .............................................................. 35
3. Analisa Bivariat ............................................................... 36
B. Pembahasan ........................................................................... 37
1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil ....................................... 37
2. Keterbatasan Penelitian .................................................. 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan............................................................................ 42
B. Saran ...................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................................... 30

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik


RespondenDi RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015 (n=30) .......................... 35

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tindakan Pencegahan Penularan TB


Paru Sebelum Diberikan Pendidikan KesehatanDi RSUD Dolok Sanggul
Tahun 2015 (n=30) ...................................................................................... 35

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tindakan Pencegahan Penularan TB


Paru Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan Di RSUD Dolok Sanggul
Tahun 2015 (n=30) ...................................................................................... 36

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan


Pencegahan Penularan TB ParuDi RSUD Dolok SanggulTahun 2015
(n=30)........................................................................................................... 36

ix
DAFTAR SKEMA

Hal

Skema 2.1 Kerangka Konsep .................................................................................. 27

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 2 : Lembar Pernyataan Menjadi Responden
Lampiran 3 : Kuisioner
Lampiran 4 : Leaflet
Lampiran 5 : SAP
Lampiran 6 : Surat Izin Memperoleh Data Dasar Dari Universitas Sari Mutiara
Indonesia
Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Memperoleh Data Dasar Dari RSUD Dolok Sanggul
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian Dari Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lampiran 9 : Surat Balasan Izin Penelitian Dari RSUD Dolok Sanggul
Lampiran 10 : Surat Selesai Meneliti Dari RSUD Dolok Sanggul
Lampiran 11 : Master Data
Lampiran 12 : Distribusi Output Program SPSS
Lampiran 13 : Lembar Konsultasi Skripsi

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis), sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi
dapat juga menyerang organ tubuh lainnya (Widiastuti, 2012). TB Tuberkulosis
merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat kaitannya dengan keadaan
lingkungan dan perilaku masyarakat. Penyakit ini merupakan penyakit infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang ditularkan melalui udara yaitu
percikan ludah,bersin dan batuk (Laban,2008).

Berdasarkan Global Report WHO (2010), jumlah penderita TB paru di dunia


sebanyak 14,4 juta kasus. Penderita TB paru terbanyak di negara, yaitu : Cina 222
jiwa per 100.00 penduduk BTA(+) philipina 3,1 jiwa per 1000 penduduk BTA
(+),ethiopia 189 jiwa per 100.000 penduduk BTA(+) dan Indonesia. Mencapai
sekitar 300 ribu kasus.Sementara jumlah kasus yang meninggal berjumlah 61 ribu
jiwa atau 169 orang perharinya.Di Sumatera Utara, penderita TB menempati urutan
ketujuh nasional. Jumlah penderita TB Paru di Sumatera Utara pada tahun 2010
sebanyak 104.992 orang setelah dilakukan pemeriksaan dan yang diobati sebanyak
13.744 orang, dari jumlah yang diobati jumlah pasien yang sembuh sebanyak 9.390
orang atau sekitar 68,32% (Dinkes Prov. Sumatera Utara, 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2012 menunjukkan prevalensi
TBC paru cenderung meningkat .Prevalensi TB paru lebih tinggi dipedesaan
dibandingkan perkotaan dan lebih tinggi prevalensi TB paru pendidikan rendah
dibandingkan pendidikan tinggi. Diindonesia ada beberapa provinsi yang
mempunyai prevalensi TB paru diatas prevalensi nasional yaitu, Nanggroe Aceh
Darussallam, Sumatera Barat,RIAU, KI Jakarta, jawatengah, Yogyakarta,
Kalimantan selatan, Sulawesi tengah, Sulawesi tenggara, papuabarat (Depkes,2013).

1
2

Pendidikan kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat ,berfungsi sebagai


media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa
sehingga individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma hidup
sehat, dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk mengubah
pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan
norma-norma hidup sehat, dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan
untuk mengubah pengetahuan, sikap dan tindakan individu atau masyarakat
sehingga sesuai dengan norma hidup sehat. Pendidikan kesehatan akan berpengaruh
pada perilaku kesehatan akan berpengaruh pada perilaku kesehatan. Selanjutnya
perilaku kesehatan akanberpengaruh pada perilaku kepada meningkatnya indicator
kesehatan masyarakat sebagai keluaran (outcome) pendidikan kesehatan
(Notoadmodjo,2010).

Program penanggulangan tuberculosis paru salah satunya dengan melakukan


pendidikan kesehatan,ini perlu dilakukan karena masalah tuberculosis paru banyak
berkaitan dengan masalah pengetahuan dan perilaku masyarakat. Tujuan pendidikan
kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,kemauan dan peran serta
masyarakat dalam penanggulangan dan pencegahan tuberculosis paru. Pendidikan
kesehatan secara langsung perorangan sangat penting, artinya untuk menentukan
keberhasilan penggobatan penderita. Pendidikan ditujukan kepada suspek, penderita
dan keluarganya, supaya penderita menjalani pengobatan secara teratur dan sampai
sembuh serta tidak menularkan penyakitnya pada orang lain. Bagi anggota keluarga
yang sehat dapat menjaga, melindungi dan meningkatkan kesehatannya, sehingga
terhindar dari penularan tuberculosis paru (Depkes, 2009).

Sejak tahun 1990-an WHO dan International Union Agains Tuberculosis and Lung
Disease (IUATLD) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang
dikenal sebagai strategi Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) dan telah
terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif(cost-
efective). Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara cepat menekan
penularan, juga mencegah berkembangnya Multi Drugs Resistance Tuberculosis
3

(MDR-TB).Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien,


prioritas diberikan kepada pasien menular. Menemukan dan menyembuhkan pasien
merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB. Pengembangan
strategi DOTS telah dilaksanakan di seluruh provinsi pada fasilitas pelayanan
kesehatan Puskesmas (96%) (Depkes RI, 2007).

Tujuan utama pengendalian TB Paru adalah menurunkan insidens TB Paru pada


tahun 2015, menurunkan prevalensi TB Paru dan angka kematian akibat TB Paru
menjadi setengahnya pada tahun 2015 dibandingkan tahun 1990, sedikitnya 70%
kasus TB Paru dan diobati melalui program DOTS (Directly Observed Treatment
Shortcource Chemotherapy) atau pengobatan TB Paru dengan pengawasan langsung
oleh Pengawas Menelan Obat (PMO); dan sedikitnya 85% tercapai succes rate.
DOTS adalah strategi penyembuhan TB Paru jangka pendek dengan pengawasan
secara langsung.

Berdasarkan penelitian Tonny Lumban Tobing (2009) diKabupaten Tapanuli Utara


menyatakan bahwa potensi penularan tuberculosis paru 2,5 kali lebih besar pada
yang berpengetahuan kurangdan 3,1 kali lebih besar pada yang bersikap kurang
dalam pencegahan tuberkulosis. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori perilaku
kesehatan, bahwa pengetahuan dapat mendasari seseorang untuk bertindak termasuk
untuk bertindak melakukan pencegahan tuberculosis paru.Upaya dalam
meningkatkan pengetahuan dan sikap pencegahan penularan tuberculosis paru
dilakukan melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan.

Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti, data yang diperoleh
dari RSUD Dolok Sanggul penderita TB paru yang dirawat di RSUD DolokSanggul,
pada Tahun 2014 sebanyak 264 orang, dari hasil observasi yang dilakukan peneliti
ditemukan 8 dari 10 anggota keluarga pasien yang diwawancarai banyak yang tidak
mengetahui pencegahan penularan dari TB paru, bahkan pendidikan kesehatan
anggota keluarga belum tahu tentang bagaimana tindakan pencegahan penularan TB
paru. Sehingga karena faktor tidak tahu, maka keluarga kurang memperhatikan
4

kesehatan dirinya tentang tanda, gejala dan penularan yang dialami dan
menganggap hal tersebut hanya masalah biasa pada anggota keluarga dalam
pencegahan dan pengobatannya

Berdasarkan data diatas tersebut pentingnya pendidikan kesehatan terhadap pasien


penderita Tuberculosis, untuk mencegah terjadinya penyebaran pada anggota
keluarga yang sehat.Alasan peneliti memilih judul tentang “Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan TB Paru Pada Keluarga di
RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015”.Karena peneliti ingin mengetahui apakah ada
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru
pada anggota keluarga.

B. Rumusan Masalah Penelitian


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh pendidikan
kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan pada pasien TB paru terhadap
keluarga di RSUD Dolok Sanggul Tahun 2015 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tindakan
pencegahan penularan pada pasien TB paru terhadap keluarga di RSUD Dolok
Sanggul Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tindakan pencegahan sebelum diberikan pendidikan
kesehatan
b. Mengidentifikasi tindakan pencegahan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan
5

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pasien
Memberikan informasi kepada pasien terkait tentang pentingnya tindakan
pencegahan TB paru, agar tidak terinfeksi pada anggota keluarga sehat.

2. Bagi pendidikan keperawatan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan refrensi
pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan.Terutama
untuk memperluas informasi terkait dengan tindakan pencegahan penularan TB
paru pada anggota keluarga.

3. Praktik Pelayanan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi panduan pelayanan kesehatan untuk
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan
informasi tentang tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru.

4. Penelitian selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya, yang dapat dijadikan
sebagai bahan referensi tambahan, dan peneliti menyarankan agar melanjutkan
penelitian ini mengenai Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan
Pencegahan Penularan TB Paru pada keluarga..
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan.secara umum adalah segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok,
atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input
(sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain) dan output (melakukan apa yang diharapkan). Hasil
yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku
kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan.(Notoadmojo, 2012).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan


Menurut WHO tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan status
kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit, mempertahankan derajat
kesehatan yang sudah ada, memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama
sakit, serta membantu pasien dan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatan.Secara umum tujuan dari pendidikan kesehatan adalah mengubah
perilaku individu atau masyarakat dibidang kesehatan. Tujuan ini dapat diperinci
lebih lanjut antara lain, menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai
dimasyarakat,menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat, mendorong
pengembangan dan menggunakan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang
ada ( Herawani, 2009).

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan


Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat
mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu :

6
7

a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi
baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat
pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang
didapatnya.

b. Tingkat Sosial Ekonomi


Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula
dalam menerima informasi baru.

c. Adat Istiadat
Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat
sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d. Kepercayaan Masyarakat
Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-
orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat
dengan penyampai informasi.

e. Ketersediaan waktu di masyarakat


Waktu penyampaian informasi harus memperhatikan tingkat aktifitas
masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam
penyuluhan.

4. Metode Pendidikan Kesehatan


Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin
dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu:
a. Metode berdasarkan pendekatan perorangan
Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina
perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu
perubahan perilaku atau inovasi.Dasar digunakannya pendekatan individual
8

ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda
sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk
pendekatannya yaitu :
1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling)
2) Wawancara

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok


Penyuluh berhubungan dengan sasaran secara kelompok.Dalam
penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu
mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan
formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu :
1) Kelompok besar
2) Kelompok kecil

c. Metode berdasarkan pendekatan massa


Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-
pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Sehingga sasaran dari
metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur,
jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan
sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa.

5. Media Pendidikan
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-alat bantu
tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoadmojo, 2012) :
a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan
b. Mencapai sasaran yang lebih banyak
c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman
d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan yang
diterima oran lain
e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan
9

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat


g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami,
dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

Dengan kata lain media ini memiliki beberapa tujuan yaitu :


a. Tujuan yang akan dicapai
1) Menanamkan pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep- konsep
2) Mengubah sikap dan persepsi
3) Menanamkan perilaku/kebiasaan yang baru

b. Tujuan penggunaan alat bantu


1) Sebagai alat bantu dalam latihan/penataran/pendidikan
2) Untuk menimbulkan perhatian terhadap suatu masalah
3) Untuk mengingatkan suatu pesan/informasi
4) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan

Ada beberapa bentuk media penyuluhan antara lain (Notoadmojo, 2012) :


a. Berdasarkan stimulasi indra
1) Alat bantu lihat (visual aid) yang berguna dalam membantu
menstimulasi indra penglihatan
2) Alat bantu dengar (audio aids) yaitu alat yang dapat membantu untuk
menstimulasi indra pendengar pada waktu penyampaian bahan
pendidikan/pengajaran
3) Alat bantu lihat-dengar (audio visual aids)

b. Berdasarkan pembuatannya dan penggunaannya


1) Alat peraga atau media yang rumit, seperti film, film strip, slide, dan
sebagainya yang memerlukan listrik dan proyektor
2) Alat peraga sederhana, yang mudah dibuat sendiri dengan bahan – bahan
setempat
10

3) Berdasarkan fungsi sebagai penyalur media kesehatan.

B. Pendidikan Kesehatan Yang Diberikan Untuk Mencegah Penularan TB Paru


1. Peranan Keluarga dalam Penyakit TB Paru
a. Mendidik pasien tentang obat
Kadang-kadang pasien meminum obat dengan cara yang salah, baik dengan
mengurangi dosis agar pengobatannya berlangsung lebih lama atau
menambahnya dengan harapan akan lebih cepat sembuh. Mereka minum
obat pada waktu yang tidak tepat atau lupa akan dosisnya. Pasien yang
mendapat pengobatan jangka panjang sering berhenti meminum obatnya
tetlalu dini.
Hal ini terjadi karena pasien tidak mengerti akan kerja obat dalam
tubuh.Akibatnya,mereka kadang-kadang tidak sembuh dan obat terbuang
percuma.Para pekerja kesehatan harus sangat peduli untuk menerangkan
kepada pasien bagaimana cara meminum obat mereka,terangkan dengan cara
yang sederhana mengapa obat-obat tertentu harus diminum dengan cara
tertentu.Dengan demikian pasien akan belajar bahawa:
1) Masing-masing obat memiliki cara kerja tersendiri. Obat yang dapat
dipakai pada satu keadaan tidak bermanfaat untuk keadaan lain.
2) Besarnya dosis sangat penting ; bila terlalu sedikit maka daya kerjanya
terlalu lemah untuk memperbaiki keadaan,dan bila terlalu kuat dapat
meracuni pasien. Dosis untuk anak-anak lebih sedikit dari pada dosis
untuk dewasa.

Pengobatan harus teratur untuk menjamin bahwa kadar obat yang diinginkan
dalam tubuh tercapai.Semua tahapan pengobatan harus dijalani dengan
lengkap; bila tidak pasien dapat kembali jatuh sakit dengan keadaan yang
lebih parah daripada sebelumnya obat harus dijauhkan dari jangkauan anak-
anak,yang mungkin memakannya karena mirip gula-gula dan dapat meracuni
mereka.
11

2. Pendidikan Khusus
Pasien tuberkulosis atau lepra yang harus minum obat selama beberapa bulan
perlu diberi banyak penjelasan dan dorongan. Mereka harus tetap minum
tabletnya walaupun mereka sudah merasa lebih baik, bila tidak penyakitnya akan
kambuh lagi.

3. Pencegahan TB Pada Keluarga


Menurut (Adiatama, 2000) cara pencegahan terhadap penularan pasien TB Paru
adalah;
a. Bagi penderita, tutup mulut bila batuk
Penyakit TB Paru dapat menular secara langsung akibat batuk yang dialami
pasien penderita TB Paru, saat pasien batuk kemungkinan terjadi
penyebaran kuman dan dapat terhisap oleh anggota keluarga yang sehat
sehingga terjadi penularan. Pentingnya mengingatkan pasien agar tutup
mulut saat
b. Jangan buang dahak sembarangan, cara membuang dahak yang benar yaitu:
1) Menimbun dahak dengan pasir
2) Tampung dahak dalam kaleng berisi lysol, air sabun, spiritus, dan buang
di lubang wc atau lubag tanah.
Agar kuman TBC yang terkandung dalam dahak tidak tersebar dan
mengakiatkan penularan ke anggota keluarga yang sehat.
c. Memeriksakan anggota keluarga yang lain
d. Makan-makanan bergizi (cukup karbohidrat, protein, dan vitamin)
e. Istirahat yang cukup.
f. Memisahkan alat makan dan minum bekas pasien
Memisahkan makanan adalah salah satu upaya untuk mencegah penularan
penyakit TB Paru ke anggota keluarga lainnya.Makanan bekas yang
dimakan penderita TB Paru dapat menyebabkan terjadi penularan penyakit
TB Paru.
12

g. Memperhatikan keadaan rumah, ventilasi & pencahayaan baik.Hindari


rokok

Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TB
Paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman
dan memperhatikan ventilasi,sebab ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi
pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap
segar. Hal ini berarti keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga, hindari kebiasaan merokok,meningkatkan resiko
untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. (Achmadi, 2005).

C. Konsep Dasar TB Paru


1. Pengertian
Tuberculosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
Mycobacterium tuberculosis.Tuberculosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu
pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosis. Tuberculosis paru mencakup
80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberculosis,sedangkan 20% selebihnya
merupakan tuberculosis ekstrapulmonar. Diperkirakan bahwa sepertiga
penduduk dunia pernah terinfeksi kuman M. tuberculosis (R.Darmanto
Djojodibroto, 2012).

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronik dan menular yang erat


kaitannya dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat.Penyakit ini
merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,
yang ditularkan melalui udara yaitu percikan ludah,bersin dan batuk. Sebagian
besar kuman tuberculosis menyerang paru dan dapat juga menyerang organ
tubuh lain(Laban,2008).

2. Patofisiologi
Penyakit TB paru disebabkan oleh kuman mycobacteriumtuberculosis yang
menyerang orang sehat melalui droplet atau percikan dahak pada waktu
13

penderita batuk bersin atau berbicara. Mycobacterium tuberculosis masuk


kedalam saluran pernafasan meningkatkan reaksi radang sehingga leukosit
polimofonuklear memfagosit bakteri tapi tidak dibunuh, alveoli mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut bila berlanjut bakteri akan
berkembang biak dalam sel makrofag mengadakan infiltrasi membentuk sel
tuberkel kurang lebih 10-20 hari terjadi nekrosis koseosa menjadi mencair dalam
bronkus timbulkan kavitas kemudian melepas materi tuberkel kuman masuk
cabang trakeobronkial menyebar melalui getah bening dan pembuluh darah
menyebar ke usus, ke laring, ke hati, ke ginjal.

3. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium
tuberculosis ini, menyebabkan kerusakan terutama pada paru, menimbulkan
gangguan berupa batuk, sesak napas,bahkan dapat menyebar ke tulang, otak, dan
organ lainnya. Bila dibiarkan, kuman ini dapat menggerogoti tubuh dan
menyebabkan kematian. Saat ini tuberkulosis merupakan penyakit menular
penyebab kematian utama di Indonesia

4. Tanda dan Gejala


TBC merupakan infeksi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis.Infeksi biasanya terjadi di bagian atas paru-
paru.Sebenarnya, sistem kekebalan tubuh manusia dapat menghambat
perkembangbiakan bakteri penyebab TBC. Akan tetapi, pada saat kondisi tubuh
seseorang melemah, bakteri tersebut dapat berkembang biak.Gejala penyakit
tuberkulosis TBC paru umum adalah batuk berdahak terus menerus selama 3
minggu atau lebih.Pada tahap lanjut,dapat dijumpai dahak bercampur darah,
batuk darah, sesak napas dan rasanyeri dada, badan lemak, nafsu makan
menurun, berat badan turun, rasakurang enak badan (malaise), berkeringat
malam walaupun tanpakegiatan, demam meriang >1bulan. Saat batuk atau
bersin, penderita TBCmenebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak).Droplet yang mengandung kuman tersebut dapat bertahan di
14

udara padasuhu selama beberapa jam.Jika infeksi lebih buruk, gejala yang
akantimbul yaitu :dada sakit, batuk dengan mengeluarkan dahak atau
darah,napas pendek.

5. Faktor Penyebab TB paru


Adapun faktor yang memengaruhi kejadian tuberkulosis diantaranya :
a. Umur
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu
umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS.Dari hasil
penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-
orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi
tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden
tertinggi tuberculosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di
Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia
produktif yaitu 15-50 tahun.

b. Jenis Kelamin
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang lakilaki.Pada
tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat
dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada
laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB
paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita
TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada
laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar
mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB
paru.

c. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan
dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang
15

cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup


bersih dan sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi
terhadap jenis pekerjaannya.

d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel
debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada
saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat
meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran
pernafasan dan umumnya TB Paru. (Corwin,2009).

Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan


keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari
diantara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan
mempengaruhi terhadap kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala
keluarga yang mempunyai pendapatan dibawah Upah Minimum Rata-rata
(UMR) akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai status
nutrisi dan gizi yang kurang yang akan memudahkan untuk terkena
penyakit infeksi diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah
dengan mempunyai pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang
dimiliki tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mempermudah
terjadinya penularan penyakit TB Paru. (Adiatama, 2000).

e. Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko
untuk mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis
kronik dan kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko
untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. (Achmadi, 2005).Prevalensi
merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi
16

pada lakilaki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan
adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB
Paru. (Darmanto, 2007).

f. Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizikurang
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru beratdibandingkan
dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih.Kekurangan gizi pada
seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatandaya tahan tubuh dan respon
immunologik terhadap penyakit. Statusgizi, ini merupakan faktor yang
penting dalam timbulnya penyakittuberculosis ( Isselbacher,2009).

g. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadisetelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,
2010).Penginderaan terjadi melalui pancaindramanusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa danraba (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangatpenting untuk


terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).Berdasarkan
pengalaman ternyata perilaku yang didasari olehpengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidakdidasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan seseorang akan TB Paru akan berakibat padasikap orang


tersebut untuk bagaimana manjaga dirinya tidak terkenaTB Paru. Dari sikap
tersebut akan mempengaruhi perilaku seseoranguntuk dapat terhindar dari
TB Paru.
17

h. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga
agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di
dalam rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/
bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman TB Paru (Somantri, 2007).

Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan
dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi
aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar
tidur selalu tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum (Corwin,
2009).

Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi
sebesar 10% dari luas lantai.Untuk luas ventilasi permanen minimal 5%
dari luas lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari
luas lantai. Udara segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan
kelembaban udara dalam ruangan. Umumnya temperatur kamar 22°-30°C
dari kelembaban udara optimum kuranglebih 60% (Tambayong, 2000).

i. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya cukup pada siang hari, diperlukan luas jendela
kaca minimum 20% luas lantai.Jika peletakan jendela kurang baik atau
kurang leluasa maka dapat dipasang genteng kaca.Cahaya ini sangat penting
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah, misalnya
18

basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk
cahaya yang cukup.(Somantri, 2007)

j. Keadaan Sosial Ekonomi


Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi
lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan
pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam
memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status
gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh
yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru. Faktor
ekonomi, keadaan social ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan
erat dengan berbagai masalah kesehatan karena ketidakmampuan dalam
mengatasi masalah kesehatan. Masalah kemiskinan akan sangat mengurangi
kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi, pemukiman dan
lingkungan sehat, jelas semua ini akan mudah menumbuhkan penyakit
tuberkulosis (Darmanto, 2007).

k. Kondisi Rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularanpenyakit TB
Paru. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempatperkembang biakan
kuman.Lantai dan dinding yag sulit dibersihkanakan menyebabkan
penumpukan debu, sehingga akan dijadikansebagai media yang baik bagi
berkembangbiaknya kumanMycrobacterium tuberculosis (Tambayong, 2000).

6. Manifestasi Klinis
Sebagian besar orang yang mengalami infeksi primer tidak menunjukkan gejala
yang berarti.Namun, pada penderita infeksi primer yang menjadi progresif dan
sakit (3-4% dari yang terinfeksi), gejalanya berupa gejala umum dan gejala
respiratorik.Perjalanan penyakit dan gejalanya bervariasi tergantung pada umjur
dan keadaan penderita saat terinfeksi.Gejala umum berupa demam dan
malaise.Demam timbul pada petang dan malam hari disertai dengan
19

berkeringat.Demam ini mirip demam yang disebabkan oleh influenza namun


kadang-kadang dapat mencapai suhu 400-410C.gejala demam inibersifat hilang
timbul. Malaise yang terjadi dalam jangka waktu panjang berupa pegal-pegal,
merasa lelah,anoreksia, nafsu makan berkurang serta menurunan berat badan.

Gejala respiratorik berupa batuk kering atau pun batuk produktif merupakan
gejala yang paling sering terjadi.Dan merupakan indicator dan sensitive untuk
penyakit tuberculosis paroktif.Batuk ini sering bersifat persistem karena
perkembangan penyakitnya lambat.Gejala sesak napas timbul jika terjadi
pembesaran nodus limfa pada hilus yang menekan bronkus, atau terjadi efusi
fleura, ekstensi radang paremkim atau millyar. Nyari dada biasanya bersifat
nyeri pleuretik karena terlibatnya pleura dalam proses penyakit.

Pada reaktivitas tuberculosis, gejala berupa demam menetap yang naik dan
turun, berkeringat pada malam hari yang menyebabkan basah kuyup, batuk
kronik dan hemoptisis.Fase lanjut diagnosis lebih mudah ditegak melalui
pemeriksaan fisik, terdapat demam, penurunan berat badan, mengi, dan suara
bronchial (R.Darmanto Djojodibroto, 2012).

7. Cara Penularan Terhadap Anggota Keluarga


Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam (BTA)
positif.Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).Sekali batuk dapat menghasilkan
sekitar 3000 percikan dahak.Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana
percikan dahak berada dalam waktu yang lama.Ventilasi dapat mengurangi
jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman.
Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan
lembab (Darmanto, 2007).

Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang


dikeluarkan dari parunya.Makin tinggi derajat kepositipan hasil pemeriksaan
20

dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang


terpapar kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara
dan lamanya menghirup udara tersebut
(Depkes RI,2007).

Menurut Darmanto (2007), penularan TB Paru dapat terjadi jika seseorang


penderita TB Paru berbicara, meludah, batuk, atau bersin, maka kuman-kuman
TB Paru berbentuk batang (panjang 1-4 mikron, diameter 0,3-0,6 mikron) yang
berada di dalam paru-parunya akan menyebar ke udara sebagai partikulat
melayang (suspended particulate matter) dan menimbulkan droplet infection.
Basil TB Paru tersebut dapat terhirup oleh orang lain yang berada di sekitar
penderita. Basil TB Paru dapat menular pada orang-orang yang secara tak
sengaja menghirupnya.Dalam waktu satu tahun, 1 orang penderita TB Paru
dapat menularkan penyakitnya pada 10 sampai 15 orang disekitarnya.

8. Diagnosis
Kuman Mikobakteruim tuberculosis sebagian besar terdiri atas asam lemak
(lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomanan.Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan asam (asam alhohol) sehingga disebut bakteri tahan asam
(BTA) dan juga tahan terhadap gangguan kimia dan fisis.Kuman dapat tahan
hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin, hal ini terjadi karena
kuman berada dalam sifat dormant sehingga dapat timbul kembali menjadi
tuberkulosis paru aktif.

Dalam upaya menegakkan diagnosis dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan lanjutan yaitu pemeriksaan bakteri, radiologi dan tes tuberkulin.
a. Anamnesis
Beberapa hal yang harus diketahui dalam anamnesis adalah: gejala umum
dan spesifik paru ; adakah kontak dengan penderita tuberkulosis paru di
lingkungan keluarga, atau tetangga dekat.
21

b. Pemeriksaan Fisik
Tanda dan gejala tuberculosis paru didapatkan pada 90% penderita dengan
BTA positif.Penderita dengan BTA negatif hanya 50 % menunjukkan
gejala.Kadang-kadang demam yang tidak diketahui sebabnya merupakan
satu-satunya tanda atau gejala tuberculosis paru.Pada tuberkulosis primer
tidak ditemukan gejala yang spesifik, hanya memperlihatkan gejala seperti
flu.Pada tuberkulosis milier tidak juga terdapat gejala yang spesifik karena
perjalanan penyakit yang gradual. Secara umum gejala penderita
tuberkulosis paru adalah batuk berdahak dan kadang-kadang batuk berdarah,
lesu, dan sesak nafas, berkeringat dingin pada waktu malam hari tanpa ada
kegiatan, demam lebih dari 1 bulan, nafsu makan dan berat badan menurun.

c. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan secara mikroskopis dengan pengecatan Ziehl Nelsen dari dahak
dilakukan pada setiap penderita tersangka tuberkulosis paru yang datang ke
unit pelayanan kesehatan.Pemeriksaan dahak BTA merupakan pemeriksaan
yang terpenting, bukan saja untuk memastikan diagnosis tuberkulosis, tetapi
untuk mengidentifikasi sumber penularan, karena hanya penderita yang
dahaknya ditemukan BTA yang mempunyai potensi menular.
Walaupun pemeriksaan ini sangat spesifik, tetapi tidak cukup sensitif, karena
hanya 30-70 % saja penderita tuberculosis paru yang dapat di diagnosis
berdasarkan pemeriksaan bakteriologis.Hal ini sangat tergantung dari
kualitas laboratorium danpemeriksa.Pada anak pemeriksaan bakteriologi dapat
dilakukan dengan pemeriksaan bilas lambung (gastric lavage) 3 hari berturut-
turut, minimal 2 hari.Hasil bakteriologi sebagian besar negatif.Sedangkan hasil
biakan memerlukan waktu sekitar 6-8 minggu.

d. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan ini berguna pada penderita suspek yang belum pernah diobati
sebelumnya dengan hasil pemeriksaan dahaknya negatif.Namun hal tersebut
harus dibaca oleh seorang dokter yang berpengalaman supaya hasilnya dapat
22

dipercaya. Sedangkan gambaran radiologi tuberkulosis tidak selalu khas


khususnya pada kasus anak

Ada sebagian besar pasien yang tidak menunjukkan adanya basil tuberculosis
pada pemeriksaan bakteriologiknya, namun gejala klinis dan foto toraksnya
mengarah kepada gejala tuberculosis.Pada pasien yang seperti ini, tidak dapat
ditegakkan diagnosis pasti. Agar pasien tersebut dapat diberi terapi sesuai
dengan penyakit TB dan penularan penyakitnya terbatas, perlu dibuat cara
klasifikasi khusus untuk diagnosis TB paru. Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan sebagai rumah sakit rujukan nasional untuk penyakit paru telah
membuat klasifikasi untuk pasien yang berkaitan atau pernah berkaitan dengan
tuberculosis paru, yaitu sebagai berikut :
a. TB Paru
Diagnosis seperti ini ditegakkan jika semua hasil prosedur diagnostic yang
dilakukan mendukung ( diagnosis pasti). Prosedur diagnostic TB adalah
anamnesis, pemeriksaan fisik, foto toraks, serta hasil pemeriksaan
bakteriologik.Pasien yang didiagnosis sebagai TB paru harus diobati secara
adekuat.

b. TB paru tersangka ( suspect TB )


Dari semua hasil prosedur diagnostic yang dilakukan, hanya basil
pemeriksaan bakteriologik saja yang masih negative.Pasien ini diobati
dengan antibiotic yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan M.
tuberculosis selama satu minggu untuk mengesampingkan pneumonia.Jika
tidak terdapat perbaikan klinis maupun radiologis, segera diberi obat dengan
obat anti TB (OAT) selama tiga bulan.Jika dengan pemberian OAT tersebut
terjadi perbaikan klinis serta radiologis, pengobatan diteruskan sampai
adekuat karena diagnosis TB paru tersangka telah diubah menjadi diagnosis
TB paru.
23

9. Dampak TB Paru Kepada Anggota Keluarga


Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda ketika dihadapkan dengan suatu
penyakit, reaksi perilaku dan emosi tersebut tergantung pada penyakit, sikap
orang tersebut dalam menghadapi suatu penyakit, reaksi orang lain terhadap
penyakit yang dideritanya, dan lain-lain. Penyakit dengan jangka waktu yang
singkat dan tidak mengancam kehidupan hanya sedikit menimbulkan sedikit
perubahan perilaku dalam fungsi orang tersebut dan keluarga, sedangkan
penyakit berat, apalagi yang mengancam kehidupan dapat menimbulkan
perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan,
marah, dan menarik diri (Darwanto, 2007).

TB paru merupakan contoh klasik penyakit yang tidak hanya menimbulkan


dampak terhadap perubahan fisik, tetapi mental dan juga sosial ( Darwanto,
2007). Bagi penderita TB paru dampak secara fisik yang ditimbulkan diantarnya
kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus, sesak napas, nyeri
dada, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat pada malam hari
dan kadang-kadang panas yang tinggi. Bagi keluarga pasien adanya risiko
terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena kurangnya
pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru, pengetahuan tentang
penatalaksanaan pengobatan dan upaya pencegahan penyakit. Produktivitas juga
menurun terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai
pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya hidup sehari-hari
terutama untuk biaya pengobatan.

Dampak masalah menurut (Mansjoer, 2009) :


a. Terhadap individu.
1) Biologis.
Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus,sesak
napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badanmenurun, keringat
pada malam hari dan kadang-kadang panas yangtinggi.
24

2) Psikologis.
Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karenabatuk
yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yangkurang
menyenangkan.

3) Sosial
Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan
keadaanpenyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya

10. Kebijakan Program Penanggulangan Tuberkulosis Di Indonesia (Depkes,


2009)
a. Penanggulangan TBC dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi yaitu
kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi :
perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin
ketersediaan sumber daya manusia, sarana dan prasarana.
b. Penanggulangan TBC dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS.
c. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap
program penanggulangan TBC
d. Pengembangan strategi DOTS untuk peningkatan mutu pelayanan,
kemudahan akses, penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuakan
rantai penularan dan mencegah terjadi TB-MDR.
e. Penanggulangan TBC dilaksanakan oleh seluruh sarana pelayanan
kesehatan, meliputi puskesmas, Rumah Sakit Umum Pemerintah dan Swasta,
Rumah Sakit Paru ( RSP). Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat
(BBKPM). Balai Kesehatan Paru Masyarakat ( BKPM). Balai pengobatan
penyakit paru-paru (BP4), dan Klinik Pengobatan lain serta Dokter Praktek
Swasta (DPS).
f. Pengembangan pelaksanaan program penanggulangan TBC di tempat kerja
(TB in workplaces). Lembaga pemasyarakatan dan Rumah Tahanan (TB in
prison), TNI dan POLRI.
25

g. Program penanggulangan TBC dengan pendekatan program DOTS Plus


(MDR), kolaborasi TB-HIV, PAL (Practical Approach to Lung Health), dan
(Hospital DOTS Linkage)
h. Program penanggulangan TBC dilaksanakan melalui promosi,
penanggulangan kerja sama/ kemitraan dengan lintas program dan sector
terkait,pemerintah dan swasta dalam wadah gerakan terpadu nasional
penanggulangan TB ( Gerdunas TB).
i. Peningkatan kemampuan laboratorium TBC diberbagai tingkat pelayaan
ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaring.
j. Menjamin ketersediaan obat Anti TB (OAT) untuk penanggulangan TBC
dan diberikan kepada pasien secara Cuma-Cuma.
k. Menjamin ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam jumlah
yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.
l. Penanggulangan TBC lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan
kelompok rentan terhadap TBC.
m. Menghilangkan stigma masyarakat terhadap pasien TB agar tidak dikucilkan
dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.
n. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.

11. Tujuan Penanggulangan Tuberkulosis


a. Jangka Panjang
Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang diakibatkan
penyakit tuberkulosis paru dengan cara memutuskan rantai penularan,
sehingga penyakit tuberkulosis paru tidak lagi merupakan masalah
kesehatan masyarakat Indonesia.

b. Jangka Pendek
1) Tercapainya angka kesembuhan minimal 85 % dari semua penderita baru BTA
positif yang ditemukan.
2) Tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap sehingga pada tahun
2012 dapat mencapai 70 % dari perkiraan semua penderita baru BTA positif.
26

D. Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat


Penelitian ini terkait yang dilakukan oleh Bagas Wirasti Tahun 2010 dengan judul
“Hubungan Antara Karakteristik dan Pengetahuan Tentang Tuberculosis Paru
Dengan Perilaku Penularan Tuberculosis Paru Dipuskesmas Sawangan Kota Depok
Tahun 2010. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel adalah penderita TBC yang tercatat di Puskesmas Sawangan
Depok yang berjumlah 33 orang, di ambil menggunakan metode sampling jenuh.
Hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut menunjukkan variabel yang
mempunyai hubungan signifikan terhadap perilaku pencegahan penularan TB adalah
pendidikan (p= 0,001), pekerjaan (p=0,046) dan pengetahuan (p=0,031). Variabel
yang tidak berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan TBC adalah usia
dan jenis kelamin (p>0,05).

Penelitian yang dilakukan oleh Arimas Bramantyo dengan judul Hubungan Status
Gizi Anak, Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi Anak, Tingkat
Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Terhadap Gizi dengan Keberhasilan Pengobatan
Tuberculosis Pada Anak di Puskesmas Pisangan Tahun 2009-2010. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah
anak penderita TBC yang berumur kurang lebih 15 tahun dan ibu penderita.Cara
pengumpulan data dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data ini
dianalisis dengan uji kolmogorov-sminov, chi-aquare dan Fisher-Exact sebgaia
alternatifnya (p<0,05). Hasil yang menunjukkan terdapat hubungan status gizi anak
terhadap keberhasilan pengobatan TB paru anak (p=0,047), ada hubungan tingkat
pendidikan ibu terhadap keberhasilan pengobatan TB paru anak (p=0,037) dan tidak
ada hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi terhadap keberhasilan
pengobatan TB paru anak (p=0,273). Terdapat hubungan antara status gizi anak dan
tingkat pendidikan terhadap keberhasilan pengobatan TB paru anak.
27

E. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Skema 2.1
Kerangka Konsep

Variabel Dependen Variabel Independen


Tindakan pencegahan penularan
Pendidikan kesehatan TB paru pada keluarga

F. Hipotesis Penelitian
Ha : Adanya Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan
PencegahanPenularan TB Paru Di Dolok Sanggul Tahun 2015.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi Eksperimen dengan
rancangan One Group Pretest-Posttest design.Pada responden akan dilakukan
penilaian dalam pemberian pendidikan kesehatan dengan pembagian
kuisioner,kemudian dilakukan pemberian pendidikan kesehatan dengan
menggunakan kuisioner. Rancangan penelitian ini dapat digambarkan menurut
Dharma,K.K, 2013 sebagai berikut :
Tabel 2.2
Rancangan Penelitian
Subjek Pre Intervensi Post
K O I OI

Keterangan :
K : Subjek Penelitian
I : Intervensi
OI : Observasi setelah intervensi
O : Observasi awal

B. Populasi Dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini seluruh anggota keluarga TB paru yang dirawat di
RSUD Dolok Sanggul sebanyak 264 orang pertahun.

2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga TB Paru yang akan

diberikan pendidikan kesehatan yang dirawat di RSUD Dolok Sanggul Tahun

2015. Pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan non random

Sampling dengan tehnik purposive sampling yaitu peneliti mengambil responden

dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti berdasarkan

28
29

kriteria yang ditentukan.Dengan purposive sampling diharapkan kriteria sampel

yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang dilakukan dengan

kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.

Rumus penelitian ini menurut (Sastroasmoro, 2013) :


a. Kriteria Inklusi
1) Responden yang TB paru
2) Responden rawat inap
3) Responden tinggal dalam satu rumah

b. Kriteria Ekslusi
Responden tanpa adanya penyakit penyerta

n=

, , ( , )
n= ,

, , ( , )
n= ,

, ,
n=
,

,
n= ,
= 30

Keterangan :
1. Proporsi penyakit yang akan dicari, P (dari pustaka 0,02)
2. Tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki, d (ditetapkan, 0,05)
3. Tingkat kemaknaan, a (ditetapkan 1,96)

C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Dolok Sanggul Tahun 2015.

D. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus Tahun 2015
30

E. Definisi Operasional Penelitian


Tabel 3.1
Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Pemberian informasi
Bebas : pendidikan kesehatan
Pendidikan tentang bagaimana
Kesehatan upaya penanggulangan
pencegahan penularan
TB paru pada anggota
keluarga.
Variabel Tindakan anggota Kuisionerter Metode Ordinal
Terikat : keluarga dalam diridari 20 penanggulang
Upaya pencegahan penularan pertanyaan, an pencegahan
Penanggulang TB paru pertanyaan penularan TB
an Pencegahan pilihan paru:
Penularan TB jawaban Baik jika skor
Paru Pada ya skor 2 : 11-
AnggutaKelua dan 20
rga Tidak skor 1, Tidak Baik
jika skor : 0-10

F. Aspek Pengukuran
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diajukan
secara tertulis kepada responden untuk mengumpulkan data yang diperlukan oleh
peneliti.Alat pengumpulan data dipakai dengan menggunakan kuesioner untuk
wawancara dan observasi.Untuk mengukur tindakan upaya pencegahan terdiri dari
20 pertanyaan.Jawaban“Ya” diberinilai 1 dan jawaban “Tidak” diberinilai 0.Maka
skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 0. Untuk mengukur rentang
digunakan rumus Sudjana :
P=

Maka:
P=

P=

P= 10
31

Ket : P = Nilai yang dicari


Rentang = Skor tertinggi – skor terendah
BK = Banyaknya kategori
Maka pengetahuan dikatakan :
Baik jika skor : 11-20
Tidak baik jika skor : 0-10

G. Alat Dan Prosedur Pengumpulan Data


1. Alat Pengumpulan Data
Data primer yaitu diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan pada responden
sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

2. Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data,sebagai berikut:
a. Peneliti minta izin kepada bagian akademi FKK USM-Indonesia untuk
melakukan penelitian.
b. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Direktur RSUD Dolok
Sanggul untuk melakukan penelitian kemudian peneliti menyampaikan
izin penelitian Kepada Ruangan Melati 3 khusus ruangan TB Paru.
c. Peneliti memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi.
d. Peneliti mendatangi responden memperkenalkan diri, dan menjelaskan
tujuan diadakan penelitian, peneliti meminta kesediaan responden untuk
terlibat dalam penelitian, kemudian menandatangani lembar informed
consent .
e. Peneliti mulai menjelaskan karakteristik responden dan Peneliti
memberikan kuisioner kepada responden dan memberikan pendidikan
kesehatan pada responden.
f. Peneliti meminta surat selesai meneliti dari RSUD Dolok Sanggul.
32

H. Etika Penelitian
Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh bertentangan
dengan etik.Tujuan penelitian ini harus etis dalam arti hak responden harus
dilindungi. Pada penelitian ini, maka peneliti mendapatkan surat pengantar dari
Universitas Sari Mutiara Indonesia Medan. Kemudian surat diserahkan kepada
Rumah Sakit Umum Dolok Sanggul untuk mendapatkan persetujuan penelitian dan
perolehan data terkait populasi dan sampel yang dibutuhkan. Setelah mendapatkan
persetujuan, baru melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika meliputi
:
1. Lembar Persetujuan Penelitian (Informed Consent)
Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar responden
mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang akan terjadi
selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti, mereka harus
menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti berhak
menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonimity)


Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek dalam lembar pengumpulan data (kuisioner) yang
diisi oleh subjek. Lembar tersebut hany aakan diberi kode tertentu.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari subjek dijamin
kerahasiaannya Hanya kelompok data yang akan disajikan atau dilaporkan pada
hasil penelitian.

I. Pengolahan Data Dan Analisa Data


1. Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah untuk menghasilkan data ,melalui tahap-
tahap sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010):
33

a. Editing (Penyuntingan Data)


Hasil observasi atau pengamatan yang di peroleh atau di kumpulkan malalui
pengecekan isian formulir atau lembar observasi, apakah gambaran sudah
lengkap, jelas, relevan dan konsisten.

b. Membuat lembaran kode (coding sheet) atau kartu kode


Setelah semua hasil obsevasi di edit atau di sunting, selanjutnya di lakukan
pengkodeaan atau coding, yakni merubah data dari berbentuk huruf menjadi
data berbentuk angka atau bilangan.

Adapun kode yang diberikan dalam penelitian ini yaitu :


1) Umur : Untuk umur 25-30 tahun diberikan kode 1, untuk umur 31-36
tahun diberikan kode 2, dan untuk umur 37-41 tahun diberikan kode 3.
2) Jenis Kelamin : untuk jenis kelamin laki-laki diberi kode 1, dan untuk
jenis kelamin perempuan diberi kode 2
3) Pekerjaan : Tidak bekerja diberi kode 0, wiraswasta diberi kode 1, PNS
diberi kode 2 dan pegawai swasta diberi kode 3
4) Tindakan pencegahan penularan TB Paru sebelum diberikan pendidikan
kesehatan : Untuk kategori tidak baik diberi kode 0, dan untuk kategori
baik diberi kode 1.
5) Tindakan pencegahan penularan TB Paru setelah diberikan pendidikan
kesehatan : Untuk kategori tidak baik diberi kode 0, dan untuk kategori
baik diberi kode 1.

c. Memasukkan Data ( Data Entry) atau processing


Processing merupakan proses mengelola data agar dapat dianalisa.
Pemprosesan data dilakukan dengan mengentry data dari lembar observasi
tingkat kecemasan keperangkat computer.
34

d. Pembersihan Data (cleaning)


Jika semua data dari setiap sumber data atau responden selesai di masukkan,
di cek kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan
kode, ketidaklengkapan dan sebagainya, kemudian di lakukankoreksi.

2. Analisa Data
Analisa data penelitian, melalui prosedur bertahap yaitu :
a. AnalisisUnivariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi
responden serta menggambarkan variabel bebas dan variabel terikat.

b. Analisis Bivariat
Adalah analisa yang digunakan untuk melihat pengaruh dua variable yang
meliputi variable bebas (independent) dan variable terikat (dependen). Data
yang diperoleh dari hasil kuisioner yang diberikan pendidikan kesehatan
tentang tindakan pencegahan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan Uji Mc Nemar dengan
nilaiα=0,05.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
RSU Doloksanggul terletak di Jl. RS menerima pelayanan kesehatan berupa
rawat jalan dan rawat inap.RSUD. Dolok sanggul merupakan sebuah rumah
sakit tipe “C” yang menerima pasien rawat inap dan melayani selama 24 jam
secara terus menerus yang memiliki kapasitas kurang lebih 200 orang pasien.
Ruang rawat inap RSU Dolok sanggul tahun 2015 terdiri dari Lt.1 (ICU), rawat
lama yaitu Tulip 1, Tulip 2, Tulip 3, Anggrek 1, Anggrek 2, Melati 2 untuk
pasien bedah, Melati 3 untuk pasien TB Paru, rawatan baru RB 1, RB 2, untuk
pasien kelas 3. Lt.II (Neonati), ruang anak.Rumah sakit ini juga tidak hanya
menerima pasien umum, tetapi menerima pasien yang menggunakan kartu
kesehatan gratis, seperti Jaminan Pelayanan Kesehatan medis, Askes dan lain-
lain.

Peneliti melakukan penelitian di ruang rawat inap Melati 3 khusus ruangan TB


Paru.Yang menjadi responden adalah keluarga pasien TB Paru yang dirawat di
RSUD Dolok Sanggul. Peneliti menggunakan kuisioner dan leaflet, dimana
kuisioner tersebut bertujuan untuk mengetahui hasil penelitian tentang
“Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan Pencegahan Penularan
TB Paru di RSUD Doloksanggul Tahun 2015”.

35
35

2. Analisa Univariat
a. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Berdasarkan Karakteristik
RespondenDi RSUD Dolok Sanggul
Tahun 2015 (n=30)

Karakteristik Kategorik n
Umur 25-30 Tahun 17
31-36 Tahun 8
37-41 Tahun 5
Jenis Kelamin Laki-Laki 12
Perempuan 18
Pekerjaan Wiraswasta 11
PNS 10
Peg. Swasta 9

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden


berada pada umur 25-30 Tahun sebanyak 17 orang (56,7%), mayoritas
responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 11 (36,7%)
orang dan mayoritas responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak
18 orang (60,0%).

b. Distribusi Frekuensi BerdasarkanTindakan Pencegahan Penularan TB


ParuSebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tindakan Pencegahan Penularan TB
ParuSebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Di RSUD Dolok Sanggul
Tahun 2015 (n=30)

Sebelum
n %
Tidak Baik 19 63,3
Baik 11 36,7

Berdasarkan tabel 4.2dapat diketahui bahwa sebelum diberikan pendidikan


kesehatan mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan penularan
TB paru dengan kategori tidak baik sebanyak 19 orang (63,3%).
36

b. Distribusi Frekuensi BerdasarkanTindakan Pencegahan Penularan TB


ParuSesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tindakan Pencegahan Penularan TB
ParuSesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Di RSUD Dolok Sanggul
Tahun 2015 (n=30)

Sesudah
n %
Tidak Baik 7 23,3
Baik 23 76,7

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa setelah diberikan pendidikan


kesehatan mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan penularan
TB paru dengan kategori baik sebanyak 23 orang (76,7%).

3. Analisa Bivariat
a. Tabulasi Silang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan
Pencegahan Penularan TB Paru
Tabel 4.4
Tabulasi Silang Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan
Pencegahan Penularan TB Paru Di RSUD Dolok Sanggul
Tahun 2015 (n=30)

Tindakan Tindakan Pencegahan


Pencegahan Penularan TB Paru
Penularan TB Paru Setelah Diberikan
Total P Value
Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Pendidikan Tidak
Baik
Kesehatan Baik
Tidak Baik 4 15 19
Baik 3 8 11 0,008
Total 7 23 30

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan dari 30 responden sebelum diberikan


pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan penularan TB Paru yang
memiliki tindakan tidak baik 19 responden dan yang baik 11. Setelah
37

diberikan pendidikan kesehatan tindakan pencegahan penularan TB Paru


responden yang memiliki tindakan tidak baik 7 dan yang baik 23.
Dari hasil uji statistik menggunakan Uji Mc. Nemar didapatkanP value =
0,008 (P<0,05), menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan
kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD.
Dolok Sanggul Tahun 2015.

B. Pembahasan
1. Interprestasi Dan Diskusi Hasil
a. Analisis Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tindakan
Pencegahan Penularan TB Paru
Berdasarkan hasil penelitian sebelum dan setelah diberikan pendidikan
kesehatan didapat bahwa sebelum diberikan pendidikan kesehatan mayoritas
responden memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan
kategori tidak baik sebanyak 19 orang (63,3%), dan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan
penularan TB paru dengan kategori baik sebanyak 23 orang (76,7%).

Hal ini disebabkan pendidikan kesehatan yang diberikan telah menambah


pengetahuan responden tentang pencegahan penularan TB paru, dengan
bertambahnya pengetahuan responden ini akan mengubah perilaku dari
responden dalam hal ini tindakan responden dalam pencegahan dan
penularan TB paru.

Hal ini sesuai dengan teori Enjang (2010), semakin rendah pengetahuan
penderita atau keluarganya tentang bahaya penyakit TB paru untuk dirinya
sendiri, keluarga, ataupun masyarakat, maka semakin besar bahaya si
penderita sebagai sumber penularan baik di rumah maupun di masyarakat
sekitarnya. Sebaliknya, pengetahuan yang baik tentang pencegahan
penularan penyakit TB paru akan menolong masyarakat dalam
menghindarinya. Untuk itu diperlukan penyuluhan tentang TB paru karena
38

masalah TB paru banyak berkaitan dengan masalah pengetahuan dan


perilaku masyarakat (Depkes RI 2009).
Dari hasil uji statistik menggunakan Uji Mc. Nemar didapatkanP value =
0,008 (P<0,05), menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian pendidikan
kesehatan terhadap tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD.
Dolok Sanggul Tahun 2015.

Menurut Hariwijaya dan Sutanto (2008), penularan dan penyebaran penyakit


TB paru sangat terkait dengan faktor perilaku dan lingkungan. Faktor
lingkungan dan sanitasi sangat terkait dengan keberadaan bakteri penyebab
dan proses timbul serta penularannya. Faktor perilaku sangat berpengaruh
pada penyembuhan dan pencegahan agar terhindar dari infeksi kuman
tuberkulosis.

Teori Blum (2009) juga menyebutkan bahwa faktor perilaku merupakan


komponen kedua terbesar dalam menentukan status kesehatan. Penularan
penyakit TB paru dapat disebabkan perilaku yang kurang memenuhi
kesehatan, seperti kebiasaan membuka jendela atau kebiasaan membuang
dahak penderita yang tidak benar. Kurangnya aliran udara dalam rumah
meningkatkan kadar CO2 dan meningkatkan kelembaban udara yang
merupakan media yang baik untuk bakteri patogen. Alasan ini yang
menyebabkan penularan penyakit TB paru dalam keluarga (Agus dan Arum.,
2005). Salah satu cara mengubah perilaku seseorang untuk menjadi lebih
baik yaitu dengan pemberian pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. Secara umum adalah segala


upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu,
kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini
tersirat unsur-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses
(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain) dan output
39

(melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu promosi
atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan dalam hal ini tindakan
pencegahan penularan TB paru untuk menghindari penularan TB paru dan
meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan
(Notoadmojo, 2012).

Pendidikan kesehatan adalah suatu proses yang menjembatani kesenjangan


antar informasi dan tingkah laku kesehatan. Pendidikan kesehatan
memotivasi seseorang untuk menerima informasi kesehata dan berbuat
sesuai dengan informasi tersebut agar mereka menjadi lebih tahu dan
menjadi lebih sehat (Bobak, 2008).

Proses ini didasarkan pada prinsip-prinsip pengetahuan yang memberi


kemudahan untuk belajar dari perubahan perilaku, baik bagi tenaga
kesehatan maupun bagi pemakai jasa pelayanan, termasuk anak-anak dan
remaja. Pengertian pendidikan kesehatan melalui penekanan penggunaan
secara terencana. Proses pendidikan, dikemukan juga oleh Green (2008),
yang menyatakan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan merupakan
upaya-upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok,
keluarga, dan masyarakat. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pendidikan
kesehatan membutuhkan pemahaman yang mendalam, karena melibatkan
berbagai istilah atau konsep seperti perubahan perilaku dan proses
pendidikan (Maulana, 2007). Seperti yang dikatakan becker dalam Nursing
theorists and their work, bahwa health promotion model (HPM) adalah
serupa dalam membangun contoh kepercayaan kesehatan (Tomey, 2006).

Hasil ini sejalan dengan penelitian Nugroho (2010), tentang pengaruh


pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan sikap dan tindakan pencegahan
penularan tuberculosis paru pada keluarga di Kec. Sitiung Kab.
Dharmasraya, dari hasil uji didapatkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
atas pemberian pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan sikap dan
40

tindakan pencegahan penularan tuberculosis paru dengan nilai p value =


0,001 (p < 0,05).

Begitu juga dengan hasil studi yang dilakukan Puji (2009), tentang pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap tindakan pecegahan penularan diare pada
balita di Desa Purworejo. Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa ada
pengaruh yang signifikan atas pemberian pendidikan kesehatan terhadap
tindakan pecegahan penularan diare pada balita di Desa Purworejo dengan
nilai p value = 0,000 (p < 0,05).

Menurut asumsi peneliti, bahwasanya hasil penelitian yang didapat sejalan


dengan pernyataan yang ada, dimana setelah diberikan pendidikan kesehatan
terdapat peningkatan pengetahuan responden sehingga mengakibatkan
perubahan perilaku responden dalam hal ini perubahan tindakan responden
dalam pencegahan penularan TB paru. Dari hasil penelitian didapat bahwa
mayoritas responden memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru
dengan kategori tidak baik sebelum diberikan pendidikan kesehatan,
sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan mayoritas responden
memiliki tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori baik.
Dalam hal ini terjadi perubahan tindakan responden setelah diberikan
pendidikan kesehatan, ini disebabkan karena setelah diberikan pendidikan
kesehatan terjadi proses belajar yang dulunya tidak tahu menjadi tahu,
sehingga mempengaruhi perilaku responden ke arah yang lebih baik, dengan
perubahan perilaku responden ini akan diikuti dengan perubahan tindakan
menjadi lebih baik.

2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini juga masih memiliki keterbatasan – keterbatasan. Dengan
keterbatasan ini, diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang
akan datang. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu :
41

Ada banyak responden yang tidak mengerti bahasa Indonesia dengan baik
sehingga dalam penelitian peneliti kesusahan dalam melakukan penelitian dalam
hal menjelaskan materi pendidikan kesehatan yang diberikan dan demikian juga
dalam pengumpulan data peneliti kesusahan dalam mengumpulkan kuesioner
karena ada banyak responden yang tidak mengerti tentang pengisian kuesioner,
dan hal ini membuat waktu penelitian semakin lama.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan kesehatan terhadap
tindakan pencegahan penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun 2015,
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Mayoritas responden sebelum diberikan pendidikan kesehatan memiliki
tindakan pencegahan penularan TB paru dengan kategori tidak baik sebanyak
11 orang (63,3%)
2. Mayoritas responden setelah diberikan pendidikan kesehatan memiliki tindakan
pencegahan penularan TB paru dengan kategori baik sebanyak 23 orang
(76,7%).
3. Ada pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap tindakan pencegahan
penularan TB paru di RSUD. Dolok Sanggul Tahun 2015, dengan P value =
0,008 (P<0,05)

B. Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan agar selalu menjaga kesehatan lingkungan, kondisi ruangan tidak
pengap, terdapat ventilasi dalam rumah, meludah pada tempat yang sudah
tersedia misalnya dengan menggunakan kaleng/ember kecil yang berisikan
dengan disinfektan atau air sabun, makan makanan yang bergizi agar kebutuhan
nutrisi terpenuhi, dan yang lebih penting minum obat secara teratur agar
penyakit tuberkulosis tidak kambuh lagi dan pengobatannya berhasil.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan


Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan refrensi
pengetahuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan, terutama
untuk memperluas informasi terkait dengan tindakan pencegahan penularan TB
paru pada anggota keluarga.

42
43

3. Bagi praktik Pelayanan


Diharapkan agar dapat menjadi panduan pelayanan kesehatan untuk dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara memberikan informasi
tentang tindakan pencegahan penularan penyakit TB paru.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya


Di harapkan dapat mengembangkan hasil penelitian ini dengan menambahkan
variabel bebas dan variabel terikat yang mempengaruhi tindakan pencegahan
penularan TB Paru danmenambahkan jumlah sampel agar hasil penelitian lebih
maksimal.
Lampiran 3
Lampiran 3

KUISIONER
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINDAKAN
PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU PADA ANGGOTA
KELUARGA DI RUMAH SAKIT UMUM
DOLOK SANGGUL TAHUN 2015

I. Data Demografi
No. Responden :
Umur Responden :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan Responden :
Suku :

II. Kuisioner Tindakan Pencegahan TB Paru


Berikan tanda centang (ƴ) pada pernyataan yang menurut anda benar
No Pernyataan Ya Tidak
1. Apabila disaat bapak/ibu batuk apakah menutup mulut?
2. Apakah bapak/ibu sering berkomunikasi langsung tanpa memakai
masker pada penderita TB ?
3. Apakah bapak /ibu tinggal dalam satu rumah dengan anggota
keluarga yang menderita TB ?
4. Apakah anda membuang dahak di wadah yang khusus?
5. Apakah bapak/ibu sering memperhatikan kondisi kebersihan rumah?
6. Apakah bapak/ibu mengkomsumsi obat TB sesuai dengan jumlah
dosis dan aturan yang dianjurkan dokter ?
7. Apakah bapak/ibu pernah tidak meminim obat sesuai yang dianjurkan
selama 6 bulan ?
8. Apakah kondisi disekitar lingkungan rumah bapak/ibu sering
dibersihkan ?
9. Apakah bapak/ibu makan makanan 5 sehat 4 sempurna ?
Lampiran 3

10. Apakah bapak/ibu memiliki sarana air bersih ?


11. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi
termasuk kedalam pencegahan penyakit TB paru ?
12. Apakah bapak/ibu sering minum vitamin?
13. Apakah bapak/ibu mengkomsumsi sayur-sayuran yang banyak
mengandung zink ?
14. Apakah bapak/ibu perokok ?
15. Apakah alat makanan bapak/ibu terpisah dengan anggota keluarga
lainnya ?
16. Apakah bapak/ibu tidur terpisah dengan anggota keluarga lainnya ?
17. Apakah penghasilan bapak/ibu memenuhi kebutuhan sehari-hari?
18. Apakah bapak/ibu memiliki istirahat yang cukup ?
19. Disaat anda melakukan pekerjaan apakah anda melihat kondisi
disekitar pekerjaan anda ?
20. Apakah bapak/ibu sering kontrol ke rumah sakit ?
Lampiran 5

SAP
TB PARU

1. Sasaran : Anggota Keluarga


2. Waktu : 30 menit
3. Tempat : RSUD Dolok Sanggul
4. Hari/Tanggal :
5. Tujuan Penyuluhan :
a. Tujuan Instruksional Umum/TIU :
Setelah mendengarkan penjelasan tentang pendidikan kesehatan, audience
memahami tentang pentingnya pencegahan penularan TB Paru pada anggota
keluarga.
b. Tujuan Instruksional Khusus/TIK
Audience akan dapat:
1. Menjelaskan pengertian tuberculosis.
2. Menjelaskan etiologi TB Paru .
3. Menjelaskan patofisiologi TB Paru.
4. Menjelaska tanda dan gejala TB Paru.
5. Menjelaskan faktor penyebab TB Paru.
6. Menjelaskan manifestasi klinis
7. Menjelaskan bagaiaman cara penanganan penularan TB Paru.
6. Materi :
a. Pengertian TB
b. Penyebab TB paru
c. Tanda dan gejala TB paru
d. Cara penularan TB Paru
e. Cara penanganan TB paru
f. Cara pengobatan TB Paru
g. Perawatan klien TB Paru dirumah
7. Kegiatan :

No Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan


langkah Sasaran

1. Pendahuluan 2menit a. Memberi salam a. Menjawab


b. Memperkenalkan diri salam
c. Menjelaskan maksud b. Menjawab
dan tujuan pertanyaan

2. Penyajian 20menit a. Menjelaskan Mendengarkan


pengertian TB Paru. dengan seksama
b. Menjelaskan
penyebab TB paru.
c. Tanda dan gejala
TB paru
d. Cara penularan TB
Paru
e. Cara penanganan
TB paru
f. Cara pengobatan
TB Paru
g. Perawatan klien TB
Paru dirumah

3. Evaluasi 5 menit a. Tanya jawab Partisipasi aktif


b. Menanyakan
kembali
c. Postest

4. Penutup 3 menit a. Meminta/memberi a. Memberi


saran dan saran
kesimpulan b. Menjawab
b. Memberi salam salam

8. Metode : Ceramah dan Tanya jawab


9. Media : kuisioner dan leftlet
10. Evaluasi
Pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian TB paru ?
2. Jelaskan etiologi TB Paru ?
3. Jelaskan patofisiologi TB Paru ?
4. Jelaska tanda dan gejala TB Paru ?
5. Jelaskan faktor penyebab TB Paru ?
6. Jelaskan manifestasi klinis ?
7. Jelaskan bagaiaman cara penanganan penularan TB Paru ?
Lampiran 11

Frequencies
Statistics

Tindakan Tindakan
Pencegahan Pencegahan Setelah
Sebelum Diberikan Diberikan
Kategori Umur Pendidikan Pendidikan
Responden Jenis Kelamin Kesehatan Kesehatan

N Valid 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0

Frequency Table
Kategori Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 25-30 17 56.7 56.7 56.7

31-36 8 26.7 26.7 83.3

37-41 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 12 40.0 40.0 40.0

Perempuan 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Wiraswasta 11 36.7 36.7 36.7

PNS 10 33.3 33.3 70.0

Peg.Swasta 9 30.0 30.0 100.0

Total 30 100.0 100.0


Tindakan Pencegahan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Baik 19 63.3 63.3 63.3

Baik 11 36.7 36.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tindakan Pencegahan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Baik 7 23.3 23.3 23.3

Baik 23 76.7 76.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

NPar Tests

McNemar Test

Crosstabs
Tindakan Pencegahan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan & Tindakan Pencegahan Setelah
Diberikan Pendidikan Kesehatan

Tindakan Pencegahan Sebelum Tindakan Pencegahan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Diberikan Pendidikan Kesehatan Tidak Baik Baik

Tidak Baik 4 15

Baik 3 8

b
Test Statistics

Tindakan Pencegahan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan & Tindakan


Pencegahan Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan

N 30
a
Exact Sig. (2-tailed) .008

a. Binomial distribution used.

b. McNemar Test

Anda mungkin juga menyukai