Anda di halaman 1dari 14

60

Contoh abstark

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia siswa kelas X

MA Al-Aziziyah P tahun pelajaran 2016/2017 materi hidrokarbon dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw. Populasi

penelitian adalah seluruh siswa kelas XI yang terbagi dalam limi kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Pelaksanaan penelitian

4.2 Data awal siswa

Data awal siswa yang diperoleh menggunakan teknik dokumentasi yaitu menggunakan

data hasil ulangan tengah semester ganjil yang diperoleh dari guru kimia kelas X tahun

pelajaran 2016/2017. Hasil nilai ulangan siswa tersebut tersaji pada table 4.

Table

Berdasarkan nilai rata-rata kognitif maka dilakukan uji homogenitas yang bertujuan

untuk membuktikan kemampuan awal siswa dari kedua kelas tersebut homogeny atau

tidak. Untuk perhitungan homogenitas dihasilkan data bahwa kedua sampel homogen

dengan varian tebesar ada pada kelas X.B yaitu 12321. Sedangkan varians terkecil ada

pada kelas X.A yaitu 123. Dihasilkan nilai Fhitung (1.19) < (3.32), maka varians

dikatakan homogeny (lampiran 3). Setelah melakukan perhitungan homogenitas,


61

kemudian dilakukan uji normalitas pada kelas X.A dan X.B. Dari data perhitungan

diperoleh bahwa data siswa terdistribusi normal (lampiran 2). Uji-t dilakukan terhadap

data ulangan tengah semester untuk memastikan apakah ada perbedaan pengetahuan

awal siswa antara kelas X.A dan X.B. setelah dilakukan perhitungan didapatkan bahwa

nilai t hitung yaitu 3,58 sedangkan untuk nilai t table yaitu 1.66. oleh karena iu dapat

disimpulkan bahwa th> dari tt, shingga tidak ada perbedaan pengetahuan awal siswa.

4.3 Data Validitas dan Realibilitas Instrumen Hasil Belajar

Soal posttest yang digunakan terdiri dari 35 soal pilihan ganda dengan lima pilihan

jawaban (a,b,c,d,dan e). Soal-soal tersebut kemudian diujikan kepada kelas eksperimen

untuk menentukan validitas soal tersebut. Hasil uji validasi lkemudian dihitung dengan

menggunakan rumus korelasi biseral denga r table pada taraf signifikan 5% yaitu

0,334. Diperoleh 25 butir soal valid dan 10 butir soal ang tidak valid (lampiran 13).

Pengujian reliabilitas posttest menggunakan rumus KR-20 (r11) dan diperoleh

koefisien reliabilitas sebesar 0,238 yang berarti kriteria reliabilitas posttest adalah

rendah (lampiran 14).

4.4 Hasil observasi aktivitas guru

Lembar observasi guu yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ketercapaian pelaksanaan pembelajaran selama penelitian berlangsung

(lampiran 10). Observer dalam penelitian ini adalah guu mata pelajran kimia kelas XI

yaitu Ibu …… Observer diminta mengisi lembar observasi aktivitas guru selama
62

pembelajran berlangsung di kelas eksperimen dan kontrol selama pertemuan. Lembar

observasi mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disusun.

4.5 Data Hasil Belajar

Data hasil belajar siswa berupa nilai yang diperoleh dari siswa yang mengikuti posttest

dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang pada kelas X dan 35 pada kelas X. hasil belajar

siswa dapat dilihat pada table 4.5.

Table

Data hasil posttest kemudian digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dan

mengukurr pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Pengujian hipotesis penelitian

menggunakan uji beda dengan taraf signifikan 5%, dan syarat sebelum melakukan uji

hipotesis terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas.

a) Uji normalitas (Uji Chi Kuadat)

Pengujian normalitas pada penelitian ini mengunakan rumus chi kuadrat.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh koefisien normalitas data (X2hitung)

untuk kelas ekperimen sebesar …. Dan untuk kelas kontrol sebesar….

Kemudian dikonsultasikan dengan harga X2tabel pada taraf signifikan 5% yaitu

7,815 sehingga diperoleh untuk kelas eksperimen X2hitung <X2tabel dan kelas

kontrol X2hitung <X2tabel. Hal ini memiliki arti bahwa data hasil posttest pada

kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal (lampiran 16).


63

b) Uji Homogenitas (Uji F)

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh varians kelas eksperimen yaitu …

yang merupakan varians terkecil dan varians kelas kontrol sebesar …. Yang

merupakan varians terbesar. Dari kedua data tersebut diperoleh nilai Fhitung

sebesar 1,97 yang kemudian dikonsultasikan dengan harga Ftabel yaitu sebesar

…. Dengan dk pembilang = 2 dan dk penyebut = 30 diperoleh Fhitung < Ftabel ,

yang berarti bahwa varians kedua kelas tersebut homogeny (lampiran 17).

c) Uji-t

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t. Syarat untuk

mengunakan uji-t ini telah terpenuhi yaitu data harus terdistribusi normal.

Hipotesis ini di uji dengan menggunakan data nilai posttest materi termokimia

untuk mengetahui kebenaran hipotesis penelitian. Pengambilan keputusan

didasarkan pada nilai thitung. Bila harga thitung lebih kecil atau sama dengan t table

(thitung<= ttabel) maka Ho diterima dan Ha ditolak, sebaliknya bila t hitung >

t table maka Ha diterima Ho ditolak, dengan taraf signifikan 5%. Hasil analisis

menungjukkan bahwa thitung (..)>ttabel (…) (lampiran 18). Hal ini

menunjukkan bahwa uji hipotesis menerima Ha dan menolk Ho. Dari data uji-

t tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh …….

BAB V PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eks[erimen semu dengan tujuan untuk mengetahui

pengaruh model pembebelajaran quantum learning tipe tandur terhadap hasil belakajar
64

kimia siswa kelas x. model pembelaran yang diterapkan di kelas eksperimen adalah

pembelajaran quantum learning tipe tandur, sedangkan kelas kontrol adalah model

pembelajaran konvensional . focus pengamatan pada penelitian ini adalah hasil belajar

kimia khususnya nilai kognitif siswa yang diukur menggunakan tes uraian yang

diujikan pada akhir ppertemuan posttest.

Pada pe……

 Perbedaan hasil belajar diperoleh disebabkan oleh beberapa factor yyaitu

pertama, perbedaan dari segi penekanan dalam mendorong siswa untuk terlibat

aktif dalam proses pembelajaran, dimana pembelajaran quantum menuntut

siswa untuk secara aktif secara individu aagar siswa benar-benar mengalami

sndiri apa yang dilakukan dalam poses pmebelajaran dan membangun sendiri

pengetahuan dan konsep yang dipelajari, sehingga dapat menumbuhkan rasa

tanggung jawab pada pribadi siswa akibatnya siswa tersebut terdorong dan

termotivasi untuk terus ikut berpartivasi aktif dalam pembelajran. Salah satu

keunggulan model quantum learning yaotu dapat menumbuhkan rasa tanggung

jawab terhadap proses belajar yang sedang dialami. Hal ini sesua dengan

pendapat deporter (200), tujuh kunci keunggulan pembelelajaran quantum yaitu

integritas, kegagalan awal kesuksesan, bicaralah dengan nitan baik, komitmen,

tanggung jawab, sikap fleksibel dan keseimbangan. Berbeda pada kelas….

Kedua, dilihat dari tahp-tahap pembelajran yang digunakan pada kedua model

pembeljaran tersebut. Model pembelajran quantulearning menggunakan


65

beragam variasi gaya belajar, mulai dari menumbuhkan minat belajar siswa

hingga merayakan pa yang telah diperoleh suswa, sehingga mengakibatkan

siswa tetap semangat dan tidak mudah bosan untuk terus aktif mengikuti

pelajaan. Berbeda dengan model pembelajran…. Gaya belajar yang digunakan

kurang bervariasi sehingga siswa cepat merasa bosan untuk mengikuti

pelajaran meskipun dalam tahap pembelajran menuntut siswa untuk terus

berperan aktif dalam permbelajaran.

 Model pembelajran quantum learning

Penerapan model pembelajaran quantum pada kelas eksperimen 1

menggunakan tahapan pembelajran yanf biasa dikenal dengan istilah tandur,

yaitu tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan.

Tahap pertama, yaitu tumbuhkan, guru memberikan stimulus siswa untuk

membangkitkan motovasi siswa untuk belajar. stimulus yang diberikan

mengarah kepada bagaimana memberikan kepuasan kepada siswa akan

manfaat baginya jika mempelajari materi pelajaran yang akan diajarkan,karena

siswa akan giat belajar jika siswa tersebut mengetahui manfaat yang akan

diperoleh dari keiatan belajar terbsebut atau biasa disebut dengan AMBAK(apa

manfaat abagiku). Keberhasilan guru dalam membangkitkan semangat dan

motivasi siswa untuk belajar akan sangat mempengaruhi proses dan hasil

belajar. Sesuai dengan pendapat dari hamdu dan agustina (2011) bahwa

motivasi adalah salah satu hal yang berpengaruh pada kesukswasan belajr

siswa. Tanpa motivasi, proses pembelajran akan sulit mencapai kesuksesan


66

yang optimum. Begitu juga menurut nashar (2004) motivasi belajar yang

dimiliki siswa dalam setiap kegiatan pembelajran sangat berperan untuk

meningkatkan prestasi belajr siswa dalam mata pelajran tertentu.

Tahap kedua yaitu alami, melalui tahap ini kegiatan pembelajaran

dirancang oleh guru agar siswa dapat mengalami sendiri serta ikut secara aktif

dalam kegiatan pembelajaran, seperti melalui praktikum atau pengamatan.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman –

pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh siswa, sehingga siswa dapat

mengkontruksi/membangaun pengetahuannya sendiri dapat dilakukan melalui

percobaan/praktikum atau memberikan bahan ajar kepada siswa untuk dibaca

dan dipelajari sendiri.Ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Slameto (2003) bahwa penerimaan pelajaran dengan aktivitas siswa sendiri,

kesan yang akan diterima tidak akan berlalu begitu saja, tetapi akan dipikirkan,

diolah kemudian dikeluarkan lagi dalm bentuk berbeda atau dengan kata lain

jika siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia akan memiliki ilmu

pengetahuan itu dengan baik.

Pada pertemuan pertama siswa mengamati dan mengalami sendiri

percobaan/demonstrasi reaksi kimia yang melepaskan energi (eksoterm) dan

reaksi kimia yang membutuhkan energi (endoterm). Percobaan-percobaan yang

diamati merupakan bahan-bahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Diharpakan dari kegiatan ini siswa akan lebih tertarik dan memunculkan rasa

ingin tahu dan mendorong siswa untuk mencoba mencari jawaban atas hal
67

tersebut. Siswa juga akan lebih lama mengingiat dan dapat mempertajam

pemahamannya terhadap pembelajaran karena mendapatkan pengalaman

langsung dari semua aktivitas yang telah dilakukannya. Selain melalui

percobaan/demonstrasi yang digunakan pada tahap alami, guru juga bisa

menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari. Siswa sangat antusias melakukan demonstrasi, ini terlihat dari

beberapa siswa rebutan untuk maju melakukan demonstrasi.

Tahap berikutnya yaitu namai, setelah memunculkan rasa ingin tahu

siswa dari hasil pengamatan ataupun setelah melakukan percobaan, guru

membimbng siswa untuk menemukan bagaimana konsep dari termokimia.

Pada tahap ini guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) yang berisi masalah-

masalah yang terkait dengan rasa ingin tahu siswa. Siswa besersama dengan

kelompoknya saling bertukar informasi dan berkerja sama melakukan

penamaan atau mendiskusikan masalah yang terdapat pada lembar kerja siswa

(LKS). Guru menyediakan kata kunci, petunjuk, strategi maupun rumus

kemudian mendiskusikan dalam konteks apa yang diamati dalam tahap

sebelumnya dan juga permasalahan yang terdapat pada LKS. Melalui proses

penamaan ini akan memuaskan hasrat otak untuk mengetahui.Contohnya dalam

materi pengenalan termokimia dengan demonstrasi percobaan beberapa reaksi

kimia dari peristiwa di kehidupan sehari-hari, guru memberikan kata kunci

yaitu sistem dan lingkungan, reaksi eksoterm (melepas kalor) dan endoterm

(menyerap kalor), perpindahan panas/energi dari sistem ke lingkungan atau


68

sebaliknya. Melalui kata kunci atau petunjuk yang disediakan siswa menjadi

tahu dan lebih mudah mencari jawaban atas permasalahan LKS maupun dari

hasil percobaan.

Tahap namai ini melatih siswa untuk lebih mandiri dalam mencari

informasi, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan baru dari

apa yang mereka baca. Guru juga memberikan kebebasan untuk menggali

informasi sebanyak mungkin dari berbagai sumber baik itu dari buku maupun

internet. Pada tahap namai ini juga guru meminta tiap kelompok untuk mencatat

konsep-konsep penting pembelajaran dalam bentuk mind map yang kemudian

dikumpulkan di akhir pembelajaran. Sebelum itu guru telah menjelaskan cara

penyusunan mind map dan menyediakan kertas kosong untuk penyusunan mind

map.Siswa terlihat tenang tidak menimbulkan keributan, aktif dan bekerja sama

dalam menyelesaikan soal LKS dengan membuka beberapa buku maupun

internet sebagai bahan refrensi dalam menjawab, meskipun masih ada sebagian

siswa dalam kelompok yang masih pasif dalam proses diskusi. Ketika kegiatan

disukusi berlangsung, guru memutarkan instrumen musik klasik dengan tujuan

agar suasanan diskusi lebih menyenangkan dan lebih semangat. Beberapa

teknik yang digunakan untuk memberika sugesti positif dalam belajar adalah

mendudukkan siswa secara nyyaman, memasang music latar di dalam kelas

meningkatkan partisipasi aktif siswa (De Porter dan Hernacki, 2013).

Pada pertemuan pertama dan kedua, siswa masih belum terbiasa dengan

model pembelajaran yang diterapkan yang mengakibatkan guru kewalahan


69

dalam menerapkan setiap sintaks model pembelajaran quantum learning

terutama pada tahap ini. Namun, pertemuan selanjutnya mengalami perubahan

menjadi lebih baik dan siswa terbiasa dengan model yang diterapkan.

Tahap keempat yaitu demonstrasikan, guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman materi yang telah mereka

pelajari. Strategi yang digunakan meminta siswa mempresentasikan hasil kerja

dan mendiskusikannya. Dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator dan

mediator dalam berlangsungnya diskusi. untuk menyampaikan hasil

temuannya. Melalui tahap demonstrasi akan terjadinya diskusi antar siswa,

serta diskusi antar siswa dan guru. Sehingga akan terlihat sejauh mana

pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari. Dalam tahap ini,

manajemen waktu menjadi kendala utama guru sehingga tahap demonstrasi

tidak cukup waktu untuk meminta semua kelompok untuk presentasi.

Tahap selanjutnya yaitu ulangi, siswa diberikan kesempatan untuk

mereview kembali sejauh mana dirinya telah paham terhadap konsep yang

dibelajarkan. Strategi yang dilakukan dengan memberikan kesempatan

mengerjakan soal-soal latihan secara perorangan untuk meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. Guru juga dapat

memberikan penjelasan dan pematangan terhadap konsep-konsep yang telah

dipelajari sebelumnya. Pemberian pengulangan ini dimaksudkan untuk

meyakinkan bahwa dirinya memang mengetahui apa yang diketahui

(dipelajari). Tahap selanjutnya yaitu rayakan. Tahap ini merupakan


70

penghargaan bagi siswa terhadap keberanian, pastisipasi aktif dan kemamuan

mengikuti proses pembelajaran. Selain memberikan pujian positif dapat juga

memberikan pujian yanmg sifatnya meneguryang diberikan kepada siswa yang

tidak serius mengikuti pembelajaran. Selain pujian, tepuk tangan dan

pemberian hadiah juga salah satu cara merayakan atas kesuksesan dalam

mengikuti pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi sangat

menyenangkan. “Perayaan ini dapat dilakukan demngan tepuk tangan atau

pemberian hadiah dapat mengembangkan motivasi belajar siswa dan motivsi

siswa” (Hanafiah, 2010). Sesuai dengan salah satu prinsip dari pembelajaaran

quantum learning yaitu segala sesuatu yang layak dipelajari sudah pasti layak

pula dirayakan keberhasilannuya (De Porter, 2002).

 Respon siswa

Respon siswa terhadap penerapan kedua model pembelajran baik model

pembelajran quantum maupun model pembelajran….. dilihat dari kondisi

aktivitas belajar siswa yang dinilai menggunakan lembar observasi aktiviatas

siswa. Hasil observasi aktivitas siswa menunjukan bahwa pada kelas

ekspermen pada pertemuan pertama aktivitas siswa menunujkkan sisw

tergolong aktif dabn pada pertemuan kedua tergiolong hanya aktif sedangkan..

jadi, hsdil observasi aktiviatas siswa dikedua kelas eksperimen menunjukkan

bahwa pada kelas eksperimen 1 siswa lebih aktif mengikuti pembelajran

dibangingkan dengan kelas kontrol.


71

Perberbedaan kondisi keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajran

juga mengakibatkan terjadinya perbedaan hasil belajr yang diperoleh. Siswa

yang lebih aktif mengikuti pelajran maka hasil belajr yang diperoleh pun akan

menjadi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang aktivitas belajrnyta

rendah. Yasa (2008) mengatakan bahawa keaktifan siswsa ndalam proses

pembelajran akanmenyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa,

ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas

menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan

kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbl dari siswa akan

mengakibatkan terbentuknya oengetahuan dan keterampilan yang akan

mengarah pada pengingkatan hasil. Sejalan degnan pendapa ang dikemukakan

oleh Hamalik (2001) bahwa aktivitas belajar dapat membangkitkan dan

memotovasi dalam diri siswa melalui pengelaman lagsung tanpa adanya

paksaan lansung dari orang lain sehingga belajar menjadi lebih bermakna dan

dapat mengingkatkan prestasi siswa.

Meskipun kedua model pembelajaran yang diterapkan dalam peneliian beum

mencapai ketuntasan belajar 100% tetapi dapat dikatakan bahwa kedua model

pembelajran tersebut mampu meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA

SMAN1 khusu materi….. yang semula pada tahun sebelumnya ketuntasan

belajar yang dicapai secara klasikal rata-rata hanya 37%. Kedua model

pembelajran ini mampu meningkatkan…


72

Walaupun demikian untuk dapat terus mengingkatkan hasil belajar sisa maka

guru harus memperhatikanhasil belajar siswa maka guru haus memperhatikan

hal-hal yan sangat mempengaruhi dan menunjang kesuksesan belajr

diantaranya yaitu dalam pemilihan model pembelajran hendknya

memperhatikan tujuan pembelajran, materi dan waktu yang tersedia. Sebab

tidak semua model pembelajran cocok untuk semua jenis materi. Sebagaimana

yang dikatakan Isjoni (2009), semua model pembelajran dapat dikatakan baik

jika memenuhi pinsip sebagai berikut . 1) semakin kecil upaya yang dilakukan

guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka akan semakin baik 2)

semakin sedikit waktu yang dibutuhkan guru dalam mengaktifkan siswa untuk

belajra akan semakin baik 3) swsuai dengan cara belajr yang dilakukan siswa

4) dapat dilaksanan dengan baik oleh guru 5) tidak ada satupun metode yang

palng sesuai untuk semua tujuan , jenis materi dan proses belajr yan ada. Oleh

sebab itu diperlukan kterampilan guru untuk memilih model yang sesuai dan

perlu dukungan dari pihak lain, baik pihak sekolah, orang tua siswa maupun

lingkungan sekitar sehingga pembelajran dapat menghasilkan hasil belajar

siswa yang memuaskan.

Sumber : komparasi hasil belaj kimia antara siswa yang diajar menggunakan model

pemnelajaran quantum dengan siswa yang diajar menggunakan model kontekstual

materi kelautan dan hasil kali kelarutan pada siswa kelas xi ipa sman 1 gunuung sari
73

Deporter, B. 2000. Quantum teaching mempraktikan quantum learning di ruang-ruang

kelas. Bandung: kaifa.

Hamalik, 2003. Proses belajar mengajar. Jakarta : pt bumi aksara.

Isjoni 2009. Pembelajran kooferatif meningkatkan kecerdasan komunikasi antar

peserta didik. Yogtyakarta: pustaka belajar.

Hamdu, G dan Agustina, L. 2011. Pengaruh motivasi belajr siswa terhadap prestasi

belajar ipa di sekolah dasar. Jurnal penelitian pendidikan Vol. 12 No. 1.

Nasahar, H. 2004. Peranan motivasi dan kemampuan awal dalam kegiatan

pembelajran. Jakarta : Delia Press.

Slameto. 2003. Belajar dan factor-faktor yang memepngaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Yasa, D. 2008. Aktivitas dan prestasi belajar. Jakarta: Depdiknas.

Sumber Yuliana firdasu

Anda mungkin juga menyukai